Anda di halaman 1dari 14

Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan Dewasa dan Lanjut Usia


Dosen Pebimbing : 1. Dian Novita Siswanti, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog
2. Wilda Ansar, S.Psi., M.A.

SUCCESSFUL AGING

Disusun Oleh :
Nur Indriani (1871042007)
Nurfuanni Azizah (1871042072)
Nur Khafifah Hidayah Ibrahim (1871040031)
Kelas : E

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

Sampul 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Successful Aging 5
B. Aspek-Aspek Successful Aging 6
C. Faktor-Faktor Mencapai Successful Aging 10
D. Cara Mencapai Successful Aging 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hamidah & Wrastari (2012) mengemukakan bahwa Lansia merupakan
periode akhir dari sebuah rentang kehidupan manusia. Usia yang yang dapat
digolongkan sebagai lansia dalam rentang kehidupan adalah antara 60-65 tahun
keatas. Sedangkan Santrock (Hamidah & Wrastari, 2012) menyatakan bahwa usia
lansia adalah usia 60 tahun ketika kehidupan seseorang memasuki masa dewasa
akhir. Berapapun usia lansia mungkin bukan suatu hal penting yang perlu
diperbincangkan. Namun justru efek dari usia dan keadaan tersebutlah yang
memiliki pernan penting dalam kehidupan seseorang. Sehingga setiap orang
masih tetap merasakan kebahagian dimasa hidupnya.
Pada usia ini seseorang banyak mengalami perubahan secara fisik, sosial,
kognitif serta fungsi psikologis, selain itu juga terjadi pergeseran berbagai gaya
dan pola dalam kehidupan. Apabila perubahan ini tidak diikuti oleh penyesuaian
yang tepat, maka perubahan ini menimbulkan masalah tersendiri baik bagi
individu maupun bagi keluarga ataupun lingkungan, sehingga membutuhkan
perubahan kebijakan bagi pemerintah untuk dapat memfasilitasi kebutuhan lansia
secara lebih baik dan lebih manusiawi.
Orang yang sukses dalam proses penuaan cenderung memiliki dukungan
sosial, baik emosional maupun material, yang membantu kesehatan mental, dan
selama bisa tetap aktif dan produktif, mereka tidak menganggap diri mereka tua.
Jadi penuaan yang sukses dapat diartikan sebagai Successful aging yang
merupakan penuaan pada lanjut usia yang mengalami suatu kondisi yang
fungsional dan maksimum atau optimal, tercegah dari berbagai penyakit, serta
fungsi kognitif yang tinggi, sehingga memungkinkan lanjut usia dapat menikmati
masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna, dan berkualitas
serta tetap berperan aktif dalam kegiatan sosial.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa pengertian successful aging?
2. Apa saja aspek successful aging?
3. Apa saja faktor-faktor dalam mencapai successful aging?
4. Bagaimana cara mencapai successful aging?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian successful aging
2. Untuk mengetahui aspek successful aging
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor dalam mencapai successful aging
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mencapai successful aging

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Successful Aging


Winn (Hamidah & Wrastari, 2012) mengemukakan bahwa successful
aging adalah menggambarkan seseorang yang merasakan kondisinya terbebas dari
penurunan kesehatan fisik, kognitif, dan sosial. Namun mereka tetap
memperhatikan faktor-faktor penentu successful aging yang tidak terkontrol yang
dapat mempengaruhi successful aging secara signifikan. Sementara ahli lain Hei
Chuan Shu dan Ming-Cheng Chan (2002) mengatakan bahwa successful aging
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang lengkap atau sempurna secara fisik,
mental dan social well-being. Lebih spesifik dikatakan bahwa successful aging
meliputi empat bidang kesehatan dan indikator sosial, yaitu fungsi fisik, fungsi
kognitif, fungsi kepribadian yang melankolia, dan adanya dukungan sosial dari
keluarga dan lingkungan.
Dorris (2003) mengatakan bahwa succesful aging adalah kondisi yang
tidak ada penyakit, artinya sehat secara fisik, aman secara finansial, hidupnya
masih produktif dan mempunyai pekerjaan, mandiri dalam hidupnya, mampu
berfikir optimis dan positif, dan masih mampu terlibat aktif dengan orang lain
yang dapat memberikan makna dan dukungan secara sosial dan psikologis dalam
hidupnya. Secara lebih mendasar dapat dikatakan bahwa succesfull aging adalah
kondisi yang seimbang antara aspek lingkungan, emosi, spiritual, sosial, fisik,
psikologis dan budaya.
Suardiman (Rahmawati & Saidiyah, 2016) mengemukakan bahwa
Successful aging adalah suatu kondisi dimana seorang lansia tidak hanya berumur
panjang tetapi juga umur panjang dalam kondisi sehat, sehingga memungkinkan
untuk melakukan kegiatan secara mandiri, tetap berguna dan memberikan manfaat
bagi keluarga dan kehidupan sosial. Kondisi demikian sering disebut sebagai
hararapan hidup untuk tetap aktif. Sebaliknya orang tidak menghendaki umur
panjang, apabila umur panjang ini dilalui dalam keadaan sakit. Setiyartomo
(Rahmawati dan Sadiyah, 2016) mendefinisikan successful aging sebagai

5
kepuasan atas hasil pengalaman hidup yang didasarkan pada tujuan personal
dalam dinamikanya dengan kehidupan sosio-kultural yang mempengaruhinya.
Berdasarkan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa successful
aging yang menggambarkan seseorang sedang merasakan kondisinya terbebas
dari penurunan kesehatan fisik, kognitif, dan sosial.

B. Aspek-aspek Successful Aging


Menurut Lawton (Weiner, 2013) memaparkan successful aging dalam 4
(empat) aspek yaitu meliputi :
1.    Functional well
Functional well didefinisikan sebagai keadaan lansia yang masih memiliki
fungsi baik fungsi fisik, psikis maupun kognitif yang masih tetap terjaga
dan mampu bekerja dengan optimal di dalamnya temasuk juga
kemungkinan tercegah dari berbagai penyakit, kapasitas fungsional fisik
dan kognitif yang tinggi dan terlibat aktif dalam kehidupan.

2.    Psychological well-being
Kondisi individu yang ditandai dengan adanya perasaan bahagia,
mempunyai kepuasaan hidup dan tidak ada gejala-gejala depresi. Kondisi
tersebut dipengaruhi adanya 6 (enam) fungsi psikologis yang positif yaitu:
a. Self acceptance
Dimensi ini merupakan ciri utama kesehatan mental dan juga
sebagai karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal,
dan kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan
kemampuan menerima diri apa adanya. Kemampuan tersebut
memungkinkan seseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri
dan kehidupan yang dijalani.
Individu yang mempunyai tingkat penerimaan diri yang baik
ditandai dengan bersikap positif terhadap diri sendiri, mengetahui serta
menerima aspek-aspek yang terdapat dalam dirinya, baik positif
maupun negatif dan memiliki pandangan positif terhadap masa lalu.

6
b. Positive relationship with other
Individu yang tinggi atau baik dalam dimensi ini ditandai dengan
adanya hubungan hangat, memuaskan dan saling percaya dengan orang
lain. Ia juga memiliki rasa afeksi dan empati yang kuat. Sebaliknya,
individu yang hanya mempunyai sedikit hubungan dengan orang lain,
sulit untuk bersikap hangat, dan enggan untuk mempunyai ikatan
dengan orang lain, menandakan bahwa ia kurang baik dalam dimensi
ini.
c. Autonomy
Dimensi outonomi menjelaskan mengenai kemampuan untuk
menentukan diri sendiri, kemandirian dan kemampuan untuk mengatur
tingkah laku. Individu yang baik dalam dimensi ini mampu menolak
tekanan sosial untuk berfikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu
serta dapat mengevaluasi dirinya sendiri dengan standar personal.
Sebaliknya individu yang kurang baik dalam dimensi outonomy akan
memperhatikan harapan dan evaluasi orang lain, membuat keputusan
berdasarkan penilaian orang lain dan cenderung berharap konformis.
d. Control over one’s enviroment
Individu yang baik dalam dimensi ini mampu untuk memanipulasi
keadaan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang
dianutnya dan mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif
melalui aktivitas fisik maupun mental. Sebaliknya individu yang kurang
baik dalam dimensi ini akan menampakkan ketidakmampuan untuk
megatur kehidupan sehari-hari dan kurang memiliki kontrol terhadap
lingkungan luar.
e. Purpose in live
Individu yang baik dalam dimensi ini mempunyai peraaan bahwa
kehidupan saat ini dan masa lalunya memiliki keberartian, memegang
kepercayaan yang memberikan tujuan hidup, dan mempunyai targer
yang ingin dicapai dalam kehidupan, maka ia dapat dikatakan

7
mempunyai tujuan hidup yang baik. Sebaliknya individu yang kurang
baik dalam dimensi ini mempunyai perasaan bahwa tidak ada tujuan
yang ingin dicapai dalam hidup, tidak melihat adanya manfaat dalam
masa lalu kehidupannya, dan tidak mempunyaikepercayaan yang
membuat hidup lebih berarti.
f. Personal growth
Dimensi pertumbuhan pribadi menjelaskan mengenai kemampuan
individu untuk mengembangkan potensi dalam diri dan berkembang
sebagai seorang manusia. Dimensi ini dibutuhkan oleh individu agar
dapat optimal dalam berfungsi secara psikologis. Salah satu hal penting
dalam dimensi ini adalah adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri, misalnya dengan keterbukaan terhadap pengalaman.
Individu yang baik dalam dimensi ini mempunyai perasaan untuk
terus berkembang, melihat diri sendiri sebagi sesuatu yang bertumbuh,
menyadari potensi yang terdapat di dalam dirinya dan mampu melihat
peningkatan dalam diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu.
Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam dimensi ini akan
menampilkan ketidakmampuan untuk mengembangkan sikap dan
tingkah laku baru, mempunyai perasaan bahwa ia adalah seorang
pribadi yang stagnan, tidak tertarik dengan kehidupan yang dijalani.

3. Selection optimatization compensation.


Model SOC merupakan model pengembangan yang mendefinisikan
proses universal regulasi perkembangan. Proses ini bervariasi fenotipe
biasanya, tergantung pada konteks sosio-historis dan budaya, domain
fungsi (misalnya, hubungan sosial fungsi kognitif), serta pada tingkat
analisis (misalnya, masyarakat, kelompok, atau tingkat individu).
Mengambil perspektif aksi-teoretis, seleksi, optimasi, dan kompensasi
mengacu pada proses pengaturan, mengejar, dan memelihara tujuan
pribadi.
a. Seleksi

8
Seleksi mengacu pada pengembangan, menguraikan, dan
berkomitmen untuk tujuan pribadi. Sepanjang masa hidup, peluang
biologi, sosial, dan individu dan kendala menentukan berbagai domain
alternatif berfungsi. Jumlah pilihan, biasanya melebihi jumlah sumber
daya internal dan eksternal yang tersedia untuk individu, perlu
dikurangi dengan memilih subset dari domain tersebut yang untuk
memfokuskan sumber daya seseorang. Hal ini sangat penting di usia
tua, waktu dalam hidup ketika sumber daya menurun.
b. Optimasi
Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam domain yang
dipilih, berarti tujuan yang relevan perlu diperoleh, diterapkan, dan
halus. Cara yang paling cocok untuk mencapai tujuan seseorang
bervariasi sesuai dengan domain tujuan tertentu (misalnya, keluarga,
olahraga), karakteristik pribadi (misalnya, umur, jenis kelamin), dan
konteks sosial budaya (misalnya, sistem dukungan kelembagaan).
Contoh prototipikal optimasi adalah investasi waktu dan energi ke
dalam akuisisi berarti tujuan yang relevan, pemodelan sukses orang
lain, dan praktek keterampilan tujuan yang relevan.
c. Kompensasi
Pemeliharaan fungsi positif dalam menghadapi kerugian
mungkin sama pentingnya bagi penuaan sukses sebagai fokus
pertumbuhan yang berkelanjutan.

4. Primary and Secondary Control


Dalam semua kegiatan yang relevan untuk kelangsungan hidup dan
prokreasi, seperti mencari makan, bersaing dengan saingan, atau menarik
pasangan, organisme berjuang untuk kontrol dalam hal mewujudkan hasil
yang diinginkan dan mencegah yang tidak diinginkan. Kecenderungan
motivasi paling mendasar dan universal berhubungan dengan dasar ini
berusaha untuk mengendalikan lingkungan, atau dalam istilah yang lebih
spesifik, untuk menghasilkan konsistensi antara perilaku dan peristiwa di

9
lingkungan. Hal ini disebut sebagai primary control.Sedangkan secondary
control merujuk kepada kemampuan seseorang untuk mengatur keadaan
mental, emosi dan motivasi.

Adapun menurut Berlin Aging Study (Rahmawati & Saidiyah, 2016)


mengemukakan bahwa successful aging dipandang sebagai kemampuan
mengelola tiga indikator subjektif, yaitu;
1) Subjective well-being, adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri
yang berhubungan dengan kebahagiaan dan kepuasan dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial.
2) Positive emotion, adalah bagaimana emosi yang dimunculkan seseorang
berhadapan dengan situasi atau pengalaman tertentu, misalnya bangga,
gembira, sedih, dan lain-lain.
3) Absence of loneliness, adalah perasaan subjektif yang berhubungan dengan
pengalaman relasi sosial sehingga tidak merasakan kesepian.

C. Faktor-Faktor Mencapai Succesful Aging


Budiarti (Rahmawati & Saidiyah, 2016) mengemukakan bahwa terjadinya
penuaan yang sukses (successful aging) karena terdapat beberapa faktor yang
saling berkaitan, antara lain;
1) Faktor fisik dan kesehatan
Pola hidup yang sehat akan membuat keadaan fisik dan kesehatan
lanjut usia tetap terjaga. Pola hidup sehat yang dimaksud yaitu mengontrol
pola makan, seperti menghindari makanan yang menyebabkan penyakit,
mengkonsumsi nutrisi dan vitamin bagi kesehatan tubuh, rutin melakukan
check-up kesehatan serta aktif dalam melakukan kegiatan olah raga untuk
menjaga kesehatan fisik.
2) Faktor aktivitas
Lanjut usia mampu memanfaatkan waktu luang mereka dengan
melakukan aktivitas-aktivitas yang disenangi seperti aktif di kegiatan

10
lingkungan, membantu anak-anak belajar mengaji ataupun menjadi guru
les akan membuat lanjut usia merasa masih berguna baik untuk dirinya
maupun orang lain.
3) Faktor psikologis
Sikap-sikap positif pada lanjut usia seperti menyadari akan segala
kekurangan yang ada dalam dirinya, mampu menghadapi serta
menyelesaikan per-masalahan pada dirinya serta ter- capainya tujuan dan
memaknai hidup dengan baik akan membuat lanjut usia menjalani usia
senjanya dengan perasaan optimis.
4) Faktor social
Dengan adanya dukungan baik dari keluarga maupun lingkungan
kepada lanjut usia untuk tetap melakukan segala kegiatan di
lingkungannya akan membuat lanjut usia merasa diakui atau dihargai.
5) Faktor religiusitas
Rutinitas yang dilakukan lanjut usia untuk menjalankan ibadah
serta mengikuti kegiatan keagamaan merupakan salah satu bentuk adanya
keyakinan yang kuat akan campur tangan Tuhan atas apa yang
diperolehnya dalam menjalani hidup.

D. Cara Mencapai Succesful Aging


Adapun beberapa cara mencapai successful aging, yaitu (Adrianisah &
Septiningsih, 2011; Agus & Andromeda, 2014; Hamidah & Wrastari, 2012;
Widiasari & Nuryoto, 2010) :
1. Melakukan hal-hal yang bermakna untuk mengisi waktu luang sehingga
menimbulkan perasaan bahagia, seperti berkebun.
2. Melakukan aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat
mendorong lansia mengatur keadaan mental, emosi dan motivasi yang
dimiliki terhadap lingkungan.
3. Menghadiri pertemuan dan sebagainya daripada hanya berdiam dirumah
untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis yang dimiliki.

11
4. Penerimaan diri yang baik, terutama perubahan fisik pada lansia karna
seperti yang kita ketahui pada masa dewasa akhir telah banyak mengalami
penurunan kondisi fisik dengan penerimaan diri yang baik akan membuat
para lansia menjaga agar penyakit yang diderita tidak kambuh.
5. Menjaga Kesehatan fisik dengan makan makanan yang sehat, pola tidur
yang cukup dan teratur, menkonsumsi vitamin dan berolahraga ringan.
6. Tetap menjaga komunikasi dengan keluarga, kerabat bahkan lingkungan
terdekat sebab dukungan dari keluarga sangat berpengaruh pada
kebahagiaan para lansia terutama para lansia akan merasa diterima dan
dihargai.
7. Aktif pada kegiatan kegamaan seperti mengikuti pengajian, hal tersebut
akan memberikan perasaan tenang pada lansia.
8. Tidak merasa sudah tidak berguna dan sebaiknya merasa dibutuhkan, hal
tersebut dapat dilakukan dengan beraktivitas dan memberikan kontribusi
pada masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Successful aging merupakan gambaran seseorang yang sedang merasakan
kondisinya terbebas dari penurunan kesehatan fisik, kognitif, dan sosial. Adapun
aspek successful aging yang dinyatakan oleh Lawton (Weiner, 2013) yaitu
functional well, psychological well-being, selection optimatization compensation
(SOC), dan primary and secondary control. Terdapat 4 faktor yang sangat
mempengaruhi succesful aging yaitu faktor fisik, psikologis, sosial dan religius.
Salah satu cara mencapai succesful aging yaitu melakukan hal-hal yang bermakna
di masa kehidupan.

B. Saran
Dalam makalah ini masih perlu untuk dikembangkan, apabila ada
masukan, kritik dan saran pembangun sangat dibutuhkan.
C.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adrianisah, M. N., & Septiningsih, D. S. (2011). Penelitian tentang successful


aging (studi tentang lanjut usia yang anak dan keluarganya tinggal bersama).
PSYCHO IDEA, 01, 1–10.
Agus, A. D., & Andromeda. (2014). Perbedaan Succesful Aging Pada Lansia
Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 74–78.
Hamidah, & Wrastari, T. A. (2012). Studi Eksplorasi Successful Aging melalui
Dukungan Sosial bagi Lansia di Indonesia dan Malaysia. INSAN, 14(02),
108–119.
Rahmawati, F., & Saidiyah, S. (2016). Makna Sukses di Masa Lanjut.
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1), 51–68.
Weiner, I. B. (2013). Handbook Of Psychology. Volume 6: Development
Psychology (2nd ed.). John Wiley & Sons Inc.
Widiasari, Y., & Nuryoto, S. (2010). Dinamika Psikologis Pencapaian Successful
Aging Pada Lansia Yang Mengikuti Program Yandu Lansia. Psyco Idea,
8(1), 38–52.

14

Anda mungkin juga menyukai