Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tikus dan Manusia


Tolman (1886-1959) menghabiskan sebagian besar kehidupan
profesinya untuk mengajar di Universitas California di Berkeley. Karya
utamanya , Purposive Behaviour in Animals and Men (1932) . Tolman
disebut sebagai purposive behaviorsm , sebab ia berusaha menjelaskan
perilaku yang diarahkan untuk mendapat tujuan atau purposive behavior
( perilaku yang bertujuan ) . Behaviorsm pursosif adalah teori yang
tergolong dalam bentuk behaviorsme , yang membahas perilaku objektif ,
alih-alih pengalaman sadar , efek stimuli eksternal pada pada perilaku .

Tolman bukan satu-satunya orang dikalangan teoretisi kognitif


yang meberikan perhatian lebih pada perilaku hewan dibandingan pada
manusia . Dalam hal tertentu , pilihan ini juga mencerminkan faktor
penyebab yang menuntunkalangan behaviorius untuk meneliti hewan –
hewan lebih simpel dan lingkungan mereka lebih mudah dikontrol . Hal ini
juga mungkin mencerminkan keinginan Tolman untuk menunjukkan
bahwa sistem kognitif bisa bersifat objektif dan tidak perlu bergantung
sama sekali pada apa yang dikatakan oleh individu .
Dalam hal tertentu , Tolman termasuk orang yang memiliki
keadaan sosial yang tinggi . Ia termasuk salah satu anggota fakultas yang
memilih keluar dari Universitas Kalifornia daripada harus
mendandatangani janji kesetiaan yang kontroversial pada tahun 1950 .
Pada tahun 1942 ia mempublikasikan sebuah buku kecil berjudul Drives
Toward War , kemudian ia menganalisis sebab-sebab psikologis terjadinya
perang dan mengajukan beberapa saran untul menghilangkannya .
Analisisnya mengenai dorongan biologis , teknik-teknik sosial , dan
dinamisme pskikologis yang mengarah ke perilaku – gemar berperang atau
sebaliknya yang dipadukan dengan sumber-sumber eksperimental , klinis
dan historis .
Berdasarkan analisis ini Tolman menyarankan agar dibuat
perubahan tertentu yang cukup radikal pada sistem politik , ekonomi dan
pendidikan kita , perubahan yang menurutnya akan mengurangi dorongan
berperang . Diantaranya usulan ada rancangan tentang pembentukan
sebuah negara-dunia , disertai saran – saran psikologis tertentu agar
gagasan visioner ini bisa lebih praktis . Selain itu , Tolman memiliki
ambisi besar untuk mengembangkan sebuah dunia tikus yang sistematis ,
suatu sistem yang bisa dijadikan landasan untuk memprediksi secara
kompleks perilaku tikus didalam lingkungan laboratorium . Bukunya
bejudul Purposive Behavior ( Mus norvegecus albinus ) . Ia ingin

1
memasukkan variabel –variabel yang berafam dan mebentuk konstruk-
konstruk yang cukup fleksibel untuk sampai pada tujuan ini secara
komplet . 1

B. Konsep Teoritis Utama Menurut Edward Chace Tolman

Teori ini terkait dengan persoalan pembelajaran yang


sesungguhnya , teori ini juga menekankan perhatiannya pada tujuan-tujuan
yang menggerakan dan menuntut perilaku . Tolman menekankan
hubungan perilaku dengan tujuan . Menurutnya perilaku itu dilakukan
sebagai respon atas stimuli yang juga merupakan upaya untuk mencapai
tujuan tertentu . Perilaku yang hendak dikaji Tolman adalah perilaku
moral yang dianalisis dalam satuan-satuan wajar yang cukup besar
ukurannya , seperti mengemudi ke tempat kerja atau memasak makanan .
Konsep Teoritis utama Tolman adalah memperkenalkan
penggunaan variabel intervening ( penyela ) ke dalam riset psikologi .
Tolman , memulai dari teori Gestalt dengan mengatakan bahwa belajar
adalah proses menemukan hal-hal tertentu dalam lingkungan . Menurut
Tolman , dalam teori yang ia kemukakan , bahwa motivasi mempunyai
peranan penting karena ia menentukan aspek dalam lingkungan yang akan
diperhatikan oleh organisme . Tolman berpendapat , apa – apa yang
dipelajari “ ada disana “ organisme mempelajari apa – apa yang ada
dilingkungannya . Organisme belajar ketika ia belok kiri , ia akan
menemukan sesuatu , dan jika ia belok kanan , dia akan bertemu sesuatu
yang lain . Dari hal tersebut ia dapat mengembangkan gambaran tentang
lingkungan yang dapat digunakan untuk menjelajahinya atau biasa disebut
dengan cognitive map ( peta kognitif ) , yang berarti setelah organisme
mengembangkan peta kognitif , ia dapat mencapai tujuan tertentu dari
banyak arah . Jika satu rute yang dilewati tertutup , hewan akan mencari
jalan lain , sebagaimana manusia akan berputar jika jalan yang biasa
dilewatinya untuk pulang kerumah ditutup . Tetapi organisme akan
memilih rute terpendek yang dinamakan principle of least effort .
Konfirmasi versus Penguatan , Tolman menganggap konsep
penguatan tidak penting sebagai variabel belajar , tetapi ada kemiripan
antara apa yang dinamakan Tolam sebagai konfirmasi dengan behavioes
dinamakan penguatan . Selama pengembangan peta kognitif ekspestasi
dipakai oleh organisme . Ekspestasi adalah perkiraan tentang apa yang
akan muncul . Ekspestasi tentatif awal dinamakan hipotesis , lalu akan
dikonfirmasi atau dibantah berdasarkan pengalaman . Menurut Tolman ,
ekspestasi disebut sebagai means-end readiness ( kesiapan cara tujuan )

1
M.Khozim , THEORIS OF LEARNING ( Bandung : Nusa Media , 2009 ) , hlm. 177-178

2
atau keyakinan . Dalam peta kognitif ekspestasi adalah gagasan
penguatan . Sedangkan dalam pembuatan , penerimaan atau penolakan
hipotesis adalah proses kognitif yang tidak selalu mengakibatkan perilaku
nyata .
Vicarious Trial and Eror , Tolman mencatat karakteristik seekor
tikus dalam jalur teka teki yang digunanakannya untuk mendukung
interpretasi kognitif terhadap belajar . Tikus sering berhenti di satu titik
dan tampak seolah – olah sedang memikirkan jalur alternatif yang
tersedia . Tindakan berhenti sejenak dan melihat-lihat ini oleh Tolman
dinamakan vicarious trial and eror . Jadi tikus tidak mencoba suatu
respons lebih dahulu dan kemudian mencoba respons lainnya sampai
solusi didapat , tetapi tikus itu melakukan pengujian pendekatan yang
berbda-beda secara kognitif , bukan secara behavioral dengan
menggunakan cara vicarious trial and eror ( uji coba dengan pengganti ) .
Belajar versus Perfoma menurut Tolman , kita mengetahui
banyak hal tentang lingkungan kita namun hanya bertindak berdasakan
informasi ini ketika kita membutuhkannya . Organisme membawa
berbagai macam hepotesis ke situasi pemecahan masalah dan dia
menggunakan untuk memecahkan masalahnya . Hipotesis sebagian besar
didasarkan pada pengalam sebelumnya , Tolman percaa bahwa beberapa
strategi pemecahan masalah mungkin bersifat bawaan . Hipotesis yang
bertahan adalah hipotesis yang berhubungan dengan kenyataan baik
hingga menghasilkan sebuah tujuan . Setelah itu berkembang peta kognitif
dan bisa dipakai dalam kondisi yang lain . Ketika ada beberapa permintaan
yang harus terpenuhi organisma akan menggukan informasi yang
bersumber dari peta kognitifnya .
Belajar Laten adalah belajar yang tidak diterjemahkan kedalam
performa atau kinerja . Dengan kata lain hasil belajar akan tetapi disimpan
dalam jangka waktu yang lama sebelu ia dimunculkan dalam bentuk
perilaku . Konsep belajar laten sangat penting bagi Tolman , dan dia
menggap dirinya telah berhail menunjukkan eksistensinya . Eksperimen
Tolman dan Honzik ( 1930 ) melibatkan tiga kelompok tikus yang belajar
memecahkan persoalan dalam jalur teka teki . Satu kelompok tikus tak
diperkuat untuk menelusuri jalur secara benar , satu kelompok lagi selalu
diperkuat , dan satu kelompok lainnya baru diperkuat pada hari kesebelas
percobaan . Kelompok terakhir ini lah yang paling menarik bagi Tolman .
Teori belajar laten memprediksikan bahwa kelompok ini akan mempelajari
jalur teka – teki sebanyak yang dipelajari oleh kelompok yang diperkuat
secara reguler dan bahwa ketika penguatan diperkenalkan pada hari
kesebelas menampilkan performa yang sama bagusnya dengan kelompok
yang terus menerus diperkuat.

3
Belajar Ruang versus Belajar Respons Tolman berpendapat
bahwa hewan belajar dimana sesuatu itu berada , sedangkan teoretis
berpendapat bahwa hewan mempelajari respons spesifik dan stimuli
spesifik . Tolman dan rekannya melakukan serangkaian percobaan yang
dirancang untuk mengethaui apakan hewan adalah pembelajar ruang . Dua
kelompok tikus dipakai . Anggota dari satu kelompok kadang memulai
dari S1 dan kadang S2 , tetapi dari manapun mereka memulai , mereka
harus selalu berbelok ke arah yang sama untuk mendapat penguatan .
Misalnya , jika kelompok belajar belok kek kanan , ia diberi makan di F1
dan jika ia memulai daro S1 , dan diberi makan di F2 jika memulai dari
S2 . Ini merupakan kelompok response learning ( belajar respon ) .
Anggota kelompok lain selalu diberi makan ditempat yang sama
( misalnya di F2 ) . Jika memulai dari S2 , dia harus belok kanan , ini lah
yang dinamakan kelompok learning group ( belajar ruang ) .
Ekspestasi Penguatan , menurut Tolman ketika kita belajar ,
maka kita mengetahui “ tempat sesuatu ‘’. Dalam situasi pemecahan
masalah , kita belajar dimana letak tujuannya , dan kita sampai kesana
dengan mengikuti rute paling pendek . Kita belajar memperkirakan
kejadian tertentu akan muncul mengikuti kejadian lainnya . Tolman
memperkirakan bahwa jika penguat diubah , perilaku akan terganggu
karena dalam reinforcement expectancy penguat tertentu akan menjaadi
bagian dari apa yang diharapkan . Tolman ( 1932 ) melapirkan
eksperimen oleh Elliott , yang melatih sekelompok tikus untuk menelusuri
jalur teka-teki untuk mendapatkan bubur dan menelusuri jalur lain untuk
mendapatkan biji bunga matahari . Pada hari kesepuluh training ,
kelompok yang dilatih untuk mendapatkan bubur dipindah untuk berlatih
mendapat biji bunga matahari . Dari grafik dapat dilihat bahwa ada
pergeseran penguatan yang sangat penting memegang preforma . 2

C. Kaitan teori belajar Edward Chace Tolman dalam Pendidikan

Tolman dan Gestaltis sepakat mengenai praktik pendidikan.


Keduanya menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut
Tolman, murid perlu melakukan tes hipotesis dalam situasi problem.
Dalam hal ini pendapat Tolman, senada dengan teori faktor kesalahan
Harlow, yang menyatakan bahwa belajar bukan hanya soal memberi
respons atau strategi yang benar tetapi juga menghilangkan respons atau
strategi yang salah. Tolman dan teoritisi Gestalt akan mendukung diskusi
kelompok kelompok kecil dalam kelas. Yang penting buat murid adalah
punya kesempatan, secara individual atau sebagai anggota kelompok,

2
Tribowo B.S , THEORIS OF LEARNING ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group , 2008 ) ,
hlm. 333-343

4
untuk menguji ide idenya secara memadai. Hipotesis atau strategi yang
efektif dalam memecahkan problem akan dipertahankan oleh siswa. Guru
bertindak sebagai konsultan yang membantu siswa dalam menjelaskan dan
mengkonfirmasi atau menolak hipotesis.

Sepertit teoretisi Gestalt, Tolman juga menunjukkan bahwa siswa


semestinya dihadapkanpada topik dari berbagai sudut pandang yang
berbeda. Proses ini akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan
peta kognitif, yang akan dipakai untuk menjawab pertanyaan tentang topik
tertentu dan topik lainya. Tolman akan mengatakan bahwa penguatan
ekstrinsik adalah tak perlu untuk memicu proses belajar, Menurut Tolman,
belajar terjadi secara konstan. Siswa, seperti orang lainya, berusaha
mengembangkan ekspetasi atau keyakinan yang sesuai dengan kenyataan.
Guru Tolmanian akan membantu siswa dalam merumuskan hipotesis itu
benar. Dengan cara ini siswa mengembangkan peta kognitif yang akan
memandu aktivitas mereka. Melalui artikel There is so more Than One
Kind Of Learning,” Tolman (1949) mengusulkan enam jenis belajar.
Ringkasanya sebagai berikut:

1. Cathexes

Redensi belajar untuk mengasosialisasikan objek tertentu dengan


keadaan dorongan tertentu. Misalnya, ada makanan tertentu utuk
memuaskan dorongan lapar dari seseorang yang tinggal di suatu negara.
Orang yang tinggal di daerah di mana biasanya makan ikan sudah menjadi
kebiasaan cenderung akan memakan ikan untuk menghilangkan laparnya.
Orang orang ini mungkin tidak menyukai daging atau spageti karena,
menurut mereka, makanan itu tidak diasosiasikan dengan pemangsa
tertentu, stimuli itu akan dicari saat muncul dorongan tersebut: “Bila satu
tipe tujuan menjalankan kateksis tertentu secara positif, maka ketika
dorongan tertentu muncul maka organisme cenderung akan memahami,
mendekati, dan melakukan reaksi terhadap setiap tipe tujuan itu yang
hadirkan lingkunganya”(h.146). Ketika organisme telah belajar belajar
menghindari objek tertentu dalam keadaan dorongan tertentu, maka
dikatakan telah terjadi kateksis negatif. Adaperbedaan antara Tolman dan
teoretisi S-R berkenan dengan jenis belajar ini.

2. Keyakinan Ekuivalensi

Ketika “subtujuan” memiliki efek yang sama dengan tujuan itu


sendiri, maka subtujuan itu dikatakan merupakan equivalence belief.
Walaupun ini miripdengan apa yang oleh teoretisi S-R dinamakan

5
penguatan sekunder, Tolman(1949), jenis belajar ini lebih berkaitan
dengan “dorongan sosial” ketimbang dengan fisiologis. Ini memberi
contoh: selama dapat ditunjukan bahwa dengan penerimaan tinggi akan
tereduksinya temporer dalam kebutuhan siswa untuk disukai dan
diterimaorang lain meski tidak memberitahukan nilainya kepada orang
lain, maka kita punya buku adanya ke ekuivalensi. Nilai A karenanya akan
diterima olehnya sebagai sama dengan ”ekuivalensi penerimaan dan rasa
suka”

3. Ekspetasi Medan

Berkembang dengan cara yang serupa dengan perkembangan kognitif.


Organisme belajar bahwa sesuatu akan menimbulkan sesuai yang lain.
Setelah melihat isyarat tertentu , milasalnya ia akan berharap isyarat lain
akan muncul. Pengetahuan umum tentang lingkungan ini digunakan untuk
menjelaskan belajar laten, pelenyapan laten, belajar ruang, dan
penggunaanjalan pintas. Ini bukan belajar S tetapi S-S, atau isyarat isyarat;
yakni, ketika hewan melihat satu isyarat, ia belajar untuk mengharapkan
isyarat lain terjadi. Satu satunya “penguatan” yang dibutuhkan untuk
belajar ini adalah konfirmasi hipotesis.

4. Mode Medan Kognisi

Jenis belajar yang kurang diyakini oleh Tolman adalah fieldi-


cognition mode (mode medan kognisi) yakni strategi, suatu cara, untuk
menangani situasi pemecahan problem. Ini adalah rendensi untuk
mengatur bidang perseptual dalam konfigurasi tertentu. Tolman menduga
bahwa tendensi ini adalah bawaan namun dapat di modifikasi oleh
pengalaman. Dalam kenyataanya hal ini penting mengenai strategi yang
berhasil dalam memecahkan problem adalah strategi itu akan diujicobakan
lagi dalam situasi yang sama di masa mendatang. Jadi, mode medan
kognisi yang efektif, atau strategi pemecahan masalaghyang efektif, di
transfer ke problem terkait. Dengan cara itu mereka sama dengan kesiapan
cara-tujuan (keyakinan) yang juga ditransfer ke situasi yang sama.

5. Diskriminasi Dorongan

Berarti bahwa organisme dpat menekan keadaan dorongan mereka


sendiri dan karenanya dapat merespon dengan benar. Misalnya, ditemukan
bahwa hewan dapat dilatih untuk berbelok ke suatu aarah dalam jalur teka
teki berbentuk T apabila mereka lapar dan ke arah lain apabila mereka
haus (Hull,1993a; Leeper, 1935). Karena Tolman percaya pada dorongan

6
fisiologis dan sosial, maka diskriminasi dorongan adalah konsep penting
baginya. Kecuali organisme dapat menentukan dengan jelas doronganya
sendiri, ia tidak akan cara membaca kognitifnya. Jika kebutuhan
organisme tidak jelas, tujuanya tak jelas, dan karenanya pelakunya
mungkin tak tepat. Bagaimana orang akan bertindak ketika mereka,
misalnya, membutuhkan cinta,akan berbeda dengan ketika mereka
membutuhkan air.

6. Pola Motor

Tolman menunjukan bahwa teorinya berkaitan dengan asosiasi ide dan


tidak terlalu berhubungan dengan cara ide-ide itu menjadi diasosiasikan
dengan perilaku. Belajarmotor pattern (pola motor) adalah usaha untuk
memecahkan kesulitan ini. Tolman menerima pendapat Guthrie tentang
bagaimana respons menjadi diasosiasikan dengan stimuli. Tetapi dia
menerima pendapat Guthrie dengan enggan,seperti tampak pada
perkataanya berikut ini:
“Saya mencoba menerima dan sepakat denga Guthrie bahwa kondisi
dimana pola motor di dapatkan mugkin adalah kondisi di mana gerakan
tertentu membuat hewan menjauhi stimuli yang hadir saat gerakan itu
dimulai”. 3

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Edward Chace Tolman

Kelebihan Teori Edward Chace Tolman

1. Tolman dan Gestaltis sepakat mengenai praktik pendidikan.


Keduanya menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman.
Menurut Tolman, murid perlu melakukan tes hipotesis dalam
situasi problem. Dalam hal ini pendapat Tolman, senada dengan
teori faktor kesalahan Harlow, yang menyatakan bahwa belajar
bukan hanya soal memberi respons atau strategi yang benar tetapi
juga menghilangkan respons atau strategi yang salah. Tolman dan
teoritisi Gestalt akan mendukung diskusi kelompok kelompok kecil
dalam kelas. Yang penting buat murid adalah punya kesempatan,
secara individual atau sebagai anggota kelompok, untuk menguji
ide idenya secara memadai. Hipotesis atau strategi yang efektif
dalam memecahkan problem akan dipertahankan oleh siswa. Guru
bertindak sebagai konsultan yang membantu siswa dalam
menjelaskan dan mengkonfirmasi atau menolak hipotesis.

3
Ibid., hlm. 347-351

7
Kekurangan Teori Edward Chace Tolman

1. Teorinya tidak mudah untuk diteliti secara empiris.

2. Teorinya banyak menggunakan variable individual.

3. Bebas dan intervening yang sulit untuk dijelaskan semuanya.

4. Toman mendiskusikan jenis hukum yang dibutuhkan psikologi,


namun ia tidak pernah mengembangkan hukum-hukum ini.

5. Tolman melakukan eksperimen-ekperimen untuk menunjukkan


bahwa rumusan-rumusan kognitif itu lebih baik, namun
eksperimennnya mengenai rumusan kognitif ini tidak cukup diteliti
sehingga tidak bisa digunakan untuk memprediksi.

6. Dia menyediakan kerangka kognitif untuk menginterprestasi


pembelajran, namun ia tidak memberikan hukum-hukum
pembelajaran mendetail seperti pada Skinner atau teori yang diteliti
seperti pada Hull, atau prinsip umum pembelajaran seperti pada
Gutrhie.4

4
Dikutip : https://www.rangkumanmakalah.com/teori-belajar-edward-c-tolman/#ftn16 (diakses
pada 29 September 2019, pukul 19.30)

8
BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori


Gestalt dan Behaviorisme. Sepuluh tahun kemudian, setelah lulus dari Harvard
Tolman pergi ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt
terhadap proses berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan.
Sikapnya yang senang terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya
terhadap behaviorisme. Ketidaksepakatannya dengan behaviorisme adalah pada
soal unit perilaku yang mesti diteliti. Pemikirannya bertentangan dengan para
behavioris seperti Pavlov, Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner yang menyatakan
bahwa unit perilaku bisa dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah. Tolman
memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris
telah membuang artinya secara utuh. Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti
itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar
behavior secara sistematis. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang
behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata
lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif

Sedangkan belajar Menurut Tolman, belajar adalah mengenal tentang


situasi. Organisme belajar tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, jika ia berbalik
ke kiri, ia akan menemukan sesuatu. Jika ia berbalik ke kanan, ia temukan juga
sesuatu yang lain. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur, sehingga ia dapat
membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian, menurut Tolman, belajar itu akan
sia-sia jika hanya dihafal. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah
merupakan pengorganisasian perbuatan (tingkah laku) untuk meraih maksud. Jika
kita memandang kemampuan Tolman memasukkan aspek-aspek terbaik
behaviorisme ke dalam teori kognitif, luasnya variable yang ia gunakan, kita bisa
menyimpulkan bahwa Tolman adalah teoritisi pembelajaran terbesar, diantara
para teoritisi yang telah kita bahas. Dalam konsepsinya, teorinya mungkin yang
terbaik yang pernah ada.

9
DAFTAR PUSTAKA

Khozim,M. 2009 . THEORIS OF LEARNING , Bandung : Nusa Media

B.S,Tribowo . 2008 . THEORIS OF LEARNING , Jakarta : Kencana


Prenada Media Group

Rahyubi , Heri .2014. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran


Motorik Bandung: Nusa Media

https://www.rangkumanmakalah.com/teori-belajar-edward-c-tolman/#ftn16

10

Anda mungkin juga menyukai