Anda di halaman 1dari 12

Verbatim FGD 4 2012

M : Mahasiswa F : FGD T : Tingkat pendidikan

Verbatim Informan Open coding


Pertanyaan 1: Mungkin waktu semester 1 kalau ngga salah ya, blok Learning Skills pernah dapat
materi tentang umpan balik, kalau diinget-inget menurut kalian umpan balik itu apa sih?
Yuda… M1F4T3

Umpan balik itu, ee, menurut saya umpan balik itu,


suatu tanggapan terkait ee suatu proses
pembelajaran dari dosen ataupun fasilitator.

Terus selama menjadi mahasiswa di FK ini, menurut


kamu sudah ada belum proses umpan balik?

Udah dok.

Dimana?

Di tutorial, di CSL, terus juga pada saat ee praktikum


tertentu, praktikum PK, ada feedback dari dosennya,
tergantung dosennya tapi, ngga semua dosen
memberi feedback.

Biasanya dosen yang gimana tuh yang ngasih


feedback?

Dosen yang memberi feedback itu biasanya yang, kalo


ya.. ada beberapa dosen yang kayak kalo misalkan dia
buru-buru, dia ngga akan memberi feedback dok,
tutorial aja kadang, pada saat tutorial, udah
terakhiran harusnya kan dosen itu memberi feedback,
memberitahu bagaimana sih udah proses tutorial ini,
ada yang salah apa ngga, dia malah, udah ya ngga ada
lagi kan, dia malah buru-buru telepon, langsung tutup
buku.

Selain buru-buru, dosen yang ngga kasih feedback


itu biasanya yang kayak gimana?

Kadang juga dosen yang acuh sama kita dok, yang


ngeliat memang misalkan dari kelompok itu, dari
proses tutorialnya ngga berjalan dengan baik,
misalkan ya udahlah ngapain, jadi dia ngga ngasih
feedback biasanya dok.

Tapi kalau kamu sendiri pernah ngga mencari umpan


balik? Mungkin bisa diceritakan pengalamannya?

Kalau untuk ini pernah dok, tapi untuk beberapa


dosen yang saya kenal baik saja, berani aja dok. Kalau
yang ngga saya kenal baik, ngga saya cari dok.

Waktu itu mencari umpan baliknya tentang apa?

Terkait waktu itu saya terhadap blok endokrin, EMN,


pas selesai itu saya nanya, ee bagaimana sih ee… apa
namanya, setelah tutor saya nemuin dokternya, tapi
saya lupa tentang materi apanya saya lupa, terus
kemaren dr. Putu itu menjelaskan lagi, ini lo, kayak
gini yang harus ini dipelajarinnya, diberi penjelasan
gitu-gitu..

Jadi faktor kamu memilih untuk mencari umpan


balik itu dengan mempertimbangkan yang tadi, ada
faktor lain ngga yang dipertimbangkan selain karena
punya hubungan baik?

Ngga ada dok

Terus tadi katanya setelah tutorial baru nemuin


dokternya, itu kenapa harus setelah tutorial, kenapa
ngga pada saat tutorialnya?

Eee, kalau pada saat tutorialnya kadang kalau lagi


rame itu saya malu dok mau ngungkapinnya dok.
Kalau lagi berdua kan, ya kalau saya ngga tau, kalau
saya salah kan, kadang dokternya ngerti juga, ya ngga
ini, kalau lagi rame-rame kan saya takut dok kadang
dok, takut salah.

Terus selain saat tutorial ada pengalaman lain ngga


yang pernah dialamin?

Selain tutorial, paling pas CSL itu pernah, itu sama dr.
Dina. Waktu itu dikasih feedback. Kalau buat nanya
langsung sama dokter yang saya ngga kenal baik,
jarang dok.
Ada pendapat yang lain? Andika? M2F4T3

Ya kalau menurut saya, feedback itu adalah suatu


pendapat dari orang lain terhadap suatu individu atau
kelompok, kegiatan juga bisa, untuk, dengan tujuan
untuk meningkatkan lagi pada kegiatan selanjutnya.

Terus kalau pengalaman kamu sendiri gimana?

Kalau secara akademis si ya saya merasakan,


terutama bisa dari tutorial atau CSL, tapi kalau
misalnya di non akademis, saya sudah sangat sering
banget mengalami ini, karena saya punya banyak
temen yang bidangnya juga di bagian seni, kan saya
juga punya ketertarikan di bidang seni, saya suka
menggambar-gambar, kami sering saling memberi
feedback.
Sementara kalau disini feedback yang paling sering
saya dapatkan paling di tutorial kalau misalnya sudah
selesai dikasih feedback oleh dokter, tapi hanya
dokter-dokter tertentu seperti yang dikatakan Yuda.
Tapi kalau misalnya saya, apakah saya menanyakan
feedback atau tidak itu saya ya tergantungan.
Tergantungnya itu jadi, saya itu biasanya mengetahui
saya itu ada salahnya itu dimana, jadi kalau misalnya
saya,.. saya biasanya hanya menanyakan feedback
kalau saya tidak mengetahui salahnya dimana. Seperti
misalnya dulu di blok ObsPer, Obstetri dan
Perinatologi, disitu saya mendapatkan nilai E, dimana
saya bingung, saya mengikuti kuliah hanya bolos
sekitar 2x, dan nilai saya waktu UAB juga tidak terlalu
buruk, tapi ketika ditanyakan saya ada bolos absen
lebih dari 2, 12.
Saya nanyanya langsung ke PJ Blok nya, waktu itu dr.
Catur, dibilangnya absennya yang ngga ada itu absen
yang dari rumah sakit, yang kuliah dr. Ratna, mungkin
ada yang tertukar, tidak dilihat atau saya tidak tahu
ada absen tambahan waktu itu, dibilangnya seperti
itu. Jadi dibilangnya mungkin nanti harus ikut
semester pendek atau kalau misal tidak bisa ya
ngulang.

Ooh seperti itu, terus ada pengalaman yang lain


ngga terkait mencari umpan balik dalam proses
pembelajaran?

Kalau mencari umpan balik, biasanya si kalau


misalnya ada tugas gitu. Kalau misalnya tugasnya itu
dikembalikan lagi oleh dokter, misalnya dikembalikan
lagi minta dilengkapin, biasanya saya menanyakan
lagi, ini dimana yang kurang dok. Biasanya kadang-
kadang dokter Cuma ngasih, tolong lengkapin lagi,
tapi kita kurang tau juga.

Itu biasanya bertanyanya dimana?

Bertanyanya biasanya kalau misalnya ada no. HP,


biasanya sih lewat sms bertanya, tapi kalau misalnya
pemberitahuannya lewat email, ya lewat email.
Kalau yang lain mungkin, Agis? M3F4T3

Kalau menurut saya umpan balik itu lebih kayak


komentar, komentar dari orang lain terhadap apa
yang kita lakukan, bisa positif, negatif, kritikan
membangun, kayak gitu, supaya kita bisa lebih baik
lagi ke depannya.

Oh gitu, terus pengalamannya sendiri dalam mencari


umpan balik?

Kalau saya feedback itu lebih ke.., dari diri sendiri dok.
Jadi saya ada kurang di apa, terus saya mikir, saya ini
kenapa kayak gini.
Terus kalau misalnya saya butuh ni, saya ngga ada
jawabannya, saya cari tau sama temen-temen, eh kok
gua kayak gini sih, kenapa ya. Biasanya sama temen
deket sih dok, temen main..
Kalau misalnya gitu, saya nanya langsung ke
orangnya. Lagi apa, ini kok bisa kayak gini sih saya..,
kurangnya dimana, oh gis kayak gini-gini-gini..
Kalau sama dosen sih belum pernah minta feedback
(sambil tertawa). Kalau kayak kemaren-kemaren lebih
project gitu dok. Kalau untuk lebih ke pribadi saya
sendiri sih lebih ke temen. Kayak tugas-tugas gitu
sama dosen.
Kalau habis UAB atau OSCE lebih ke diri sendiri sama
temen-temen dok.

Kenapa misalnya kalau nanya sama dosen?

(tertawa, ragu) ngga tau juga sih dok, soalnya


memang suka lebih nyamannya sama temen sendiri.

Terus kapan sih biasanya kamu merasakan paling


perlu umpan balik, waktunya itu kapan?

Ee.. waktu lagiii (berpikir sejenak) titik terendah aja,


saat down, dan itu biasanya mintanya sama temen.
Sefvira? M4F4T3

Kalau pas saya dok, kalau feedback itu sama kayak


Agis, kayak komentar dari orang lain pada kita
terhadap tindakan yang udah kita lakuin, baik itu
positif maupun negatif.

Terus kalau pengalamannya sendiri dalam mencari


umpan balik?

Saya seringnya feedback itu dari temen sendiri dok,


temen deket biasanya, abis OSCE, UAB, yang kayak
gitu.

Itu bisa diceritakan ngga kalo pas OSCE gimana


pengalamannya, kalau pas UAB gimana
pengalamannya?
Kalau misalnya OSCE itu atau UAB, kalau udah remed
nya baru minta feedback dok.
Nanyanya ke temen, kok bisa remed, kenapa gitu,
terus kurangnya dimana, apa yang salah.
Kalau UAB sama aja dok, kok misalnya nilainya bisa
tinggi, terus ya udah minta ajarin lagi, terus ini kok
jawabannya gimana, gitu.. minta jelasin lagi.

Oh kalau UAB nanyanya ke temen yang nilainya


lebih tinggi?

Iya..

Kalau pas OSCE nanyanya ke siapa?

Ke temen yang ngga remed dok..

Jadi ngga mempertimbangkan faktor lain?

Ya sama temen deket juga dok, kebetulan temen


deketnya dapet nilai tinggi dan ngga remed.
Terus kalau Rois? M5F4T3

Kalau untuk pengertian feedback sama sama Agis.


Tapi kalau misalkan saya punya pengalaman mungkin
kalau misalkan kita lagi pleno atau disuruh berbicara
di depan tentang sesuatu, setelah itu kita mungkin
bisa bertanya ke temen itu gimana sih tadi saya di
depan, mungkin seperti itu. Jadi kita tanyakan, kita di
depan tadi ngomongnya bagaimana..
Kalau untuk hasil sumatif biasanya udah legowo aja
sih. Tapi kalau misalnya terlalu jauh dari ekspektasi ya
mungkin saya akan mencari tau juga (tertawa)
Kalau tutorial, CSL, sama sih, tergantung dosennya..
Tergantung kalau misalkan dosennya bisa
memberikan feedback ya udah, tapi kalau saya yang
meminta setelah tutorial ya ngga, ngga pernah.
Kalau CSL ya mungkin cuma sekedar bertanya aja
yang tidak dimengerti. Tapi untuk menilai kalau
setelah kita melakukan apa, mungkin kalau misalkan
dokternya langsung memberikan penilaian, terus kita,
maksudnya kita ngga aktif menanyakan, ya udah.
Tapi kalau misalkan kita yang nanya sendiri jarang.

Kenapa jarang?

Sama seperti yang tadi temen-temen sampaikan,


lebih ke malu, jadi jarang. Ya itu aja si dok.
Enjel? M6F4T3

Kalau pengertian umpan balik itu ya hampir sama


kayak Andika, ya tanggapan terhadap penampilan
kita, ya ngga masalah ya positif, negatif yang penting
tanggapan terhadap kita.
Kalau masalah umpan balik, sering dok kalau saya,
bisa pada kuliah, CSL, tutorial, ada juga yang
memberikan saran, ada juga saya yang nyari. Jadi
tergantung mood saya juga dok, kalau mencari apa
yang saya lakukan, feedback apa yang akan saya
lakukan. Itu yang paling sering juga saya sama temen-
temen deket gitu.
Dosen juga ada, dosen PA sama dosen biasa pas
kuliah, yang ditanyain itu ya apa yang bisa saya
lakukan untuk menaikkan nilai saya lagi, terus apa
yang saya lakukan ke depannya. Misalnya kalau
learning project kan dulu, ya gimana ke depannya
dok, terus juga masalah jurnal gimana dok, lebih
baiknya gimana untuk buat ini.
Kalau untuk tugas itu ya dari teman-teman sendiri,
paling kalau habis inhal juga ke temen-temen.
Kalau untuk dosen pernah juga kok bisa saya salah,
kok bisa saya ngulang, dijawab kamu salahnya disini-
disini.
Kalau Ghea gimana? M7F4T3

Kalau dari pengertian umpan balik sih sebenernya


sama kayak yang lainnya, yaitu kayak masukan, kalau
yang tadi bisa positif apa negatif, tapi yang isinya
membangun.
Nah kalau dari prosesnya sendiri sih, kalau sehari-hari
ya kalau misalkan untuk tugas atau belajar bareng
untuk OSCE, SOCA itu memang masukannya lebih
sering ke temen, dari temen gitu dok.
Biasanya emang mereka ngasi tau sebelum saya
nanya itu, misalkan lagi latihan-latihan OSCE mereka
ngasih tau pas saya sudah selesai ngelakuin.
Tapi kalau untuk PA, PA juga sering dok, saya kan PA
nya dr. Rika, nah dia itu memang sering manggil anak
PA nya, misalkan berapa bulan sekali gitu nanya kira-
kira masalahnya apa. Nah disitu kadang-kadang dia
ngasih kita feedback gitu, tentang semuanya, tentang
pakaian, perilaku, sopan santun, pelajaran.
Kadang-kadang pas kita lagi ngumpul gitu, suka nanya
ke dr. Rika, kenapa sih dok nilai kita jelek-jelek, terus
dikasih tau mungkin cara belajarnya gini-gini. Ngga
masalah nanya di depan temen-temen yang lain.
Kalau yang lain cenderungnya nyari umpan baliknya
dipertimbangkan ngga tempatnya dimana?

Enjel: M6F4T3

Tergantung mood sih dok. Kalau pengennya nanya ya


nanya umpan baliknya gimana, ngga liat lokasi
dimana, dilihat siapa.

Sefvira? M4F4T3

Kalau saya jarang sih dok minta umpan balik, ya


paling kalau lagi di CSL misalnya yang kayaknya saya
kurang lengkap, kurang jelas, baru minta feedback
dari temen atau dari dosennya.

Kenapa jarang minta umpan balik?

Karena kadang malu misalnya kalau rame-rame, sama


kayak yang Yuda tadi. Sama faktor dosennya juga dok,
kalau misalnya, kalau emang dosennya deket,
terbuka, ngga papa langsung nanya. Cuma kalau
dosennya yang, cenderung yang buru-buru, atau
gimana, kayaknya ngga.. Biasanya ada dosen-dosen
yang lebih terbuka gitu dok.
Kalau Andika gimana? M2F4T3

Kalau saya sendiri sih, pertimbangan.. kalau misalnya


sama temen sih ngga ada ya, jadi tergantung, kalau
misalnya saya ngerasa saya butuh feedback, saya
langsung tanyakan di tempat.
Tapi kalau misalkan sama dokter, atau sama yang
biasanya posisinya lebih tinggi dari saya, biasanya
saya menanyakan dimana mau ininya, kapan bisa
memberikan feedbacknya, kalau misalkan dia
terburu-buru kan saya juga ngga enak, atau nemuin di
ruangan biasanya saya ngomong dulu, dok bisa kapan
dok untuk memberikan masukannya, saya mau tau
salah saya dimana, nah akhirannya nanti dia bilang,
oh ya udah besok di ruangan saya.
Kalau Rois? M5F4T3

Kalau saya sih lebih ke arah temen deket aja, terus


saya nyari tempat yang saya ngga bisa didenger
orang.
Terus kalau misalkan dosen ya paling saya lihat lebih
ke dosen itu melihat terhadap sesuatu hal. Kemudian
kadang saya juga untuk minta umpan balik sama
dosen itu susah, takut.. takutnya ada persepsi
tambahan dari dia, kok bisa sih hal segini aja
ditanyain, gitu. Saya kadang suka mikirnya, gimana sih
dokter ini terhadap saya, kok sikapnya seperti itu, kok
begitu, apakah ada hal yang salah sama dia. Nah
karena hal itu dok, sepertinya saya sulit dan nantinya
takut ada persepsi tambahan dari dia. Jadi saya ngga
mau, saya mikir-mikir lagi..
Kalau Agis gimana? M3F4T3

Sama kayak Rois sih dok. Kalau saya feedback itu lebih
nyaman sama temen-temen. Kalau sama dosen itu
kayaknya apa ya, terlalu face-to-face banget.
Jadi liat situasi dan kondisi juga, kayak lagi nyantai
sama temen, terus lagi membahas pelajaran apa,
terus kayak, eh saya kurangnya dimana sih, lebih
yang.., apalagi kalau pas ngobrol santai gitu, jadi
feedbacknya lebih masuk.
Kalau Ghea gimana? M7F4T3

Iya sih, sebenernya kalau misalkan tempat dan


waktunya ga ada waktu-waktu tertentu, yang penting
ke orangnya aja, maksudnya saya biasanya minta ke
dr, Rika, karena dia PA saya, temen-temen juga pasti
mintanya ke temen-temen yang deket. Soalnya kalau
misalnya temen-temennya ngga begitu deket, mereka
segen ngasih feedback, jadi nanyanya ke temen-
temen deket.
Sebenernya informasi apa sih yang ingin kalian
ketahui saat mencari feedback?

Andika M2F4T3

Kalau saya sendiri sih, feedback saya ngga pernah


milih-milih, ya mau negatif, mau positif, karena saya
terbiasa juga dari dulu mendapatkan feedback dari
temen-temen. Jadi asalkan itu membangun, tidak
apa-apa mau sangat, dengan kata-kata yang pedas
juga tidak apa-apa.
Tapi kalau misalnya dia kata-katanya mungkin positif,
tapi tidak membangun sama sekali, biasanya saya
anggap itu kurang, kurang apa ya, kurang berguna.
Misalnya ini pengalaman saya aja, kan saya pernah
mengikuti proyek suatu game, bikin sama temen-
temen, terus kita minta feedback nya gimana. Jadi dia
bilang bahwa game itu bagus, tapi dia tidak
memberitahukan yang mana, semuanya sih bagus,
gitu. Lebih kayak, kayak apa ya, kalau bagi saya itu
lebih kayak menjilat, seperti itu. (tertawa)
Kalau saya sih lebih berharap dia jujur, kalau dia
ngerasa ngga enak dengan bilang itu jelek atau
gimana, ya ngga papa bilang aja gitu.
Enjel M6F4T3

Ya pastinya semua orang menginginkan hal yang


positif dok, pastinya. Tapi kan ada tanggapan, ada
positif, ada negatif. Ya mau ngga mau harus diterima,
positif maupun negatif.
Namun kalau yang saya alami sih ada beberapa yang
ngga sesuai dengan yang saya harapkan, ya sama
kayak yang dikatakan Andika Razannur tadi, ya ngga
berguna gitu dok. Saya tau kalau sebenernya ini
masih kurang, tapi dia menganggapnya udah lebih
gitu. Misalnya kayak tugas gitu dok, kita tau ya ini
standarlah gitu, gimana menurut elu masih ada yang
mau ditambahin ngga, terus kata dia ngga usahlah
gini aja, udah gitu aja (tertawa)
Sefvira? M4F4T3

Hampir sama aja dok, jadi kalau ke temen kayak saya


ada tugas, terus udah selesai, nanti saya minta ke
temennya, coba dong liatin apa ada yang kurang, apa
yang ditambah gitu.
Pengennya sih kalau dikasih feedback itu yang kitanya
kurang terus dikasih kritikan gitu dok, biar kitanya
bisa memperbaiki lagi.
Rois? M5F4T3

Intinya lebih ke arah feedback positifnya, Cuma kan


kalau misalnya yang sifatnya membangun sepertinya
lebih yang feedback negatif. Kalau feedback negatif
kan dari yang 0 bisa jadi 1. Kalau feedback positif kan
yang udah 1. Jadi maksudnya dari yang ngga ada jadi
ada.
Agis gimana? M3F4T3

Kalau saya lebih suka ke yang feedback negatif dok.


Karena feedback negatif seperti kata Rois kan , seperti
benar-benar membangun, jadi kita tau kurang-
kurangnya dimana, jadi kita bisa memperbaikin.
Kalau orang ngomong negatif tentang kita, kita cerna
dulu nih negatifnya itu negatif membangun, atau
negatif karena dia emang iri gitu dok. Kan ada sih
orang-orang yang suka ngomongin gara-gara dia ngga
suka. Nah kita liat kalau misalnya kita, dia ngomong
negatif, ternyata kita itu bener lo negatif kayak gitu,
nah ke depannya kita liat, oh ini salah jadi kita harus
ubah. Tapi kalau emang ternyata dia negatifnya
bener-bener negatif yang Cuma ngomong doang, ya
dianggap lalu lalang.
Terus kalau feedback positifnya itu sebagai
penyeimbang aja, sebagai.. oh ternyata gua ada
positifnya, tapi kalau misalnya disuruh milih, saya
lebih suka feedback negatif.
Kalau Ghea gimana? M7F4T3

Sebenernya sama dok, sama dengan Sefvira, yang


lebih diharepin memang yang negatif, jadi bisa
membangun.
Tapi sebenernya feedback positif juga sebenernya
bisa ngebangun juga. Jadi yang kalau kita lagi gimana,
kita bisa pertahanin itu.
Jadi selain kita meningkatkan yang belum, kita juga
pertahanin yang positifnya tadi.
Ada lagi ngga hambatan yang lain selain yang tadi M2F4T3
udah disampaikan?
Andika

Kalau saya sih hambatan, ada perasaan ngga enak


gitu rasanya. Apalagi kalau saya tau orang itu lagi
sibuk atau ya misalnya orangnya lagi ngga bisa
dimintain feedback gitu. Saya merasa, duh ngga enak,
sebenernya mungkin dia ngga sibuk, tapi karena saya
ngeliatnya dia sibuk, aduh ngga enak gitu rasanya.
Nah terus abis itu, kesulitan lagi dari feedback itu
biasanya juga dari kalau saya merasa udah ada yang
ngga kurang, saya biasanya, akhirnya ngga minta
feedback, gitu.
Enjel? M6F4T3

Kalau menurut saya sih dok, ada dua faktor, dari dia
sama dari kita.
Kalau dari dia kan kita ngga tau gimana pribadi dia
gitu dok, apa dia sibuk apakah dia tidak, apakah dia
lagi perasaan marah atau tidak, ngga tau kan dok.
Terus kalau dari kita ya persepsi kita gitu dok. Kalau
saya nanyanya begini, apa ya reaksinya. Itu yang jadi
hambatan.
Kalau misalnya kita mood langsung nanya aja ya itu
dari dia gimana responnya kita ngga tau.
Sefvira? M4F4T3

Ee sama aja dok, jadi kayak kalau misalnya, biasanya


itu si dok hambatannya perasaan ngga enak, malu,
kadang-kadang malu, terus dari orangnya juga kita
tau kalau misalnya dia kurang menguasai gitu, jadi ya
percuma kalau mau nanya feedback juga.
Rois? M5F4T3

Kalau saya hambatannya karena males ngomong


(semua tertawa)

Kenapa kok males ngomong?

Ya (tertawa) itu aja, karena males mau ngomongnya


(tertawa)
Kalau Agis? M3F4T3

Kalau saya kelihatannya lebih sama kayak temen-


temen, malu sama apa.., rasa ngga enak.
Terus mungkin juga karena kurang deket juga sih dok.
Iya, jadi kayak dosen itu ngeliat kita itu dari nilai
kertas aja, ngga tau gimana kepribadian kita sehari-
hari, jadi mungkin penilaiannya lebih ke objektif aja
kalau kita minta feedbacknya sama temen yang
bener-bener tiap hari kan lebih enak.
Jadi kita minta feedbacknya juga ke temen-temen
yang bener-bener menguasai di bidang itu.
Kalau Ghea gimana? M7F4T3

Kalau saya, iya sih sebenernya ke waktu juga,


maksudnya kalau terlalu sering nanya, juga kan ngga
enak gitu, jadi jarang-jarang aja.
Mungkin saya itu tipe orang yang lebih nunggu
dikasih feedback gitu dok daripada nanya feedback,
saya kayak ngga enak.
Terus kadang sedikit juga orang yang bener-bener
tulus gitu ngasi masukan ke kita supaya lebih baik
gitu.
Soalnya kadang-kadang ada beberapa orang yang
Cuma kayak ngomongin yang jelek-jeleknya aja, tapi
tetep jadi masukan, biasanya itu mereka yang
ngomong bukan saya yang nanya.
Kalau saya yang nanya, lebih merhatiin ke orangnya
gitu, sama waktunya.
Perasaannya gimana setelah mendapat umpan balik
yang membangun?

Andika M2F4T3

Yang pasti kalau saya mendapat umpan balik yang


membangun, saya kan merasa terima kasih yang
pertama, mau itu negatif, mau itu positif ya tapi kalau
misalnya itu benar-benar membangun, itu benar-
benar sangat membantu kalau bagi saya.
Tapi kalau misalnya dia memberitau suatu feedback,
misalnya negatif emang karena yang tadi dibilang
karena ngga suka aja, akhirnya paling saya Cuma, saya
liat lagi dari feedback dia, saya anggap, saya pikir
kembali apakah benar saya seperti itu, kalau misalnya
tidak, ya udah seperti ya itu tadi, angin lalu tadi.
Ghea? M7F4T3

Kadang kalau umpan baliknya pait banget itu,


(tertawa), kayak down bentar, tapi habis itu kita mikir
lagi, oya ya itu kan demi kebaikan, harusnya kita
bersyukur dikasih umpan balik itu. Jadi kita ke
depannya bisa lebih baik lagi.
Tapi kalau misalnya dia ngasih taunya pelan-pelan
terus kalau berhubungan sama pelajaran, bener-
bener yang masukan, mungkin kurangnya disini, itu
saya oh kayak gitu, jadiin masukan supaya ngga
diulangin lagi.
Yang lain gimana? Ada tambahan lain pendapatnya?
Sama sih dok (menjawab hampir bersamaan)
Menurut kalian siapa sih orang yang berhak
memberikan umpan balik ke kalian?

Enjel: M6F4T3

Kalau yang berhak itu orang yang sering berinteraksi


dengan saya, ya temen-temen dekat, kalau dosen
juga orang yang sering kita tanya, orang yang sering
berinteraksi dengan kita
Sefvira? M4F4T3

Kalau saya sih semua orang berhak dok, Cuma lebih


nerima itu, lebih dapet itu, kalau orang yang deket.
Andika? M2F4T3

Kalau saya sama kayak Sefvira, semuanya boleh


memberikan feedback. Tetapi kalau misalnya
proporsinya mana yang lebih saya dengar daripada
yang tidak, biasanya dari yang memiliki pengalaman
di bidang itu daripada yang tidak. Tapi yang tidak
tetap saya dengarkan, karena saya juga harus
mengetahui sudut pandang dari yang tidak memiliki
pengalaman di bidang itu.
Agis? M3F4T3

Kalau yang mendapatkan feedback, tergantung dari


kita mau feedback di bagian apa, kalau misalnya kita
mau feedback di bagian pendidikan, mungkin lebih ke
antara dosen sama temen yang ahli di bidang,
maksudnya emang menguasai bidang itu dibanding
kita. Kalau misalnya tentang kehidupan, mungkin kita
bisa nanya ke orang tua, temen deket, atau yang lain.
Ghea? M7F4T3

Sebenernya sih lebih ke orang yang memahami ya


dok ya. Kayak Agis bilang tadi, memahami itu kan
banyak aspeknya, kalau misalnya di bidang pelajaran
yang memahami itu berarti dokter, tapi kalau
misalnya di bidang sikap orang yang bener-bener
memahami berarti orang yang bener-bener kenal
sama kita.

Anda mungkin juga menyukai