Anda di halaman 1dari 8

ASUMSI DAN PENDEKATAN POLITIK

A G U S S U R YA N T O 53010190001
I S T I G F A R A AW WA L I A A 53010190002
APA ITU ILMU POLITIK..?

ilmu politik adalah ilmu yang


mempelajari terjadinya berbagai
kejadian, proses dan peristiwa yang ada
dalam lembaga, aktivitas, dan proses
yang menunjukan bentuk-bentuk
kekuasaan tertentu.
ASUMSI POLITIK
• Setiap masyarakat mengahadapi kelangkaan dan keterbatasan sumber-sumber sehingga konflik timbul
dalam proses penentuan distribusi.
• Kelompok yang dominan dalam masyarakat ikut serta dalam proses pendistribusian dan pengalokasian
sumber-sumber melalui keputusan politik sebagai upaya menegakkan pelaksanaan keputusan politik
• Pemerintah mengalokasikan sumber-sumber yang langka pada beberapa kelompok dan individu, tetapi
mengurangi atau tak mengalokasikan sumber-sumber itu kepada kelompok dan individu yang lain. Oleh
karena itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak akan pernah menguntungkan semua
pihak.
• Ada tekanan secara terus-menerus untuk mengalokasikan sumber-sumber yang langka. Tekanan-tekanan
berupa petisi, demonstrasi, protes, huru-hara, dan perdebatan dalam proses pemilihan umum yang berasal
dari golongan yang tidak puas (tidak kebagian atau merasa dirugikan) terhadap pola distribusi sumber
yang ada merupakan gejala umum dalam masyarakat.
• Karena meluasnya tekanan-tekanan, kelompok atau individu yang mendapat keuntungan dari pola
distribusi sumber yang ada berupaya keras untuk mempertahankan struktur yang menguntungkan.
• Makin mampu penguasa menyakinkan masyarakat umum bahwa sistem politik yang ada memiliki keabsahan (legitimasi)
makin mantap kedudukan penguasa dan kelompok yang diuntungkan dalam perjuangan mereka mengadapi golongan yang
menghendaki perubahan. Pada setiap masyarakat, penguasa berusaha mempertahankan kekuasaannya yang istimewa.
Upaya itu dilakukan dengan mencari pembenaran- pembenaran dalam bentuk ideologi, mitos nasional, ajaran agama, dan
formula-formula politik lainnya, maksudnya penguasa acap kali melakukan pembohongan atau setengah benar-setengah
bohong untuk meyakinkan masyarakat.
• Politik tetap merupakan the art of the possible. Banyak kebijakan ideal yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi masyarakat ternyata hanya berupa pemecahan yang semu sebab sulit dilaksanakan dalam
kenyataan. Dalam dunia nyata, ada berbagai kendala yang berupa watak manusia, kekuasaan, pranata-pranata sosial,
kelangkaan teknologi, dan faktor tak terduga yang lain, yang membatasi apa yang secara aktual dapat dilalukan.
• Dalam politik tidak ada yang serba gratis, maksudnya setiap aksi yang dilakukan lalu ada ongkos yang harus dibayar atau
resiko yang harus ditanggung. Setiap usul kebijakan untuk memecahkan masalah selalu mengandung untung-rugi. Sama
halnya manusia yang suka mengharapkan tercapainya semua nilai dan tujuan yang ditentapkan karena tujuan yang satu
akan merugikan pada sisi yang lain. Tuntutan perluasan demokrasi berupa kontrol masyarakat yang semakin besar atas
penyelenggaraan pemerintah mungkin akan mengurangi efektivitas pemerintahan. Sementara itu pemerintahan yang
semakin efektif mungkin menghendaki pertanggungjawaban pemerintah yang terbatas pada masyarakat umum. Lalu
akhirnya, peranan penting yang diperankan manusia dalam proses politik. Konflik untuk mendapatkan dan/atau
mempertahankan sumber-sumber yang langka menjadi konflik antarmanusia sebagai individu maupun kelompok.
Manusialah menjadi subjek politik yang menggunakan lembaga-lembaga politik formal untuk memanipulasi dan
mengendalikan masyarakat, dan manusia pula yang menjadi objek politik yang dikendalikan penguasa dan menjadi
ancama atas kekuasaan penguasa
PENDEKATAN ILMU POLITIK

1. Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan ini sering disebut pendekatan tradisional, mulai
berkembang pada abad ke-19 pada masa sebelum Perang Dunia
II. Dalam pendekatan ini negara menjadi focus pokok, terutama
segi konstitusional dan yuridisnya. Bahasan tradisional
menyangkut antara lain sifat dari undang-undang dasar, masalah
kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta yuridis dari
lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan
eksekutif, dan badan yudikatif. 2. Pendekatan Perilaku
Salah satu pemikiran pokok dari pendekatan perilaku adalah bahwa
tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal, karena
pembahasan seperti itu tidak banyak memberikan informasi
mengenai proses politik yang sebenarnya. Sebaliknya, lebih
bermanfaat untuk mempelajari perilaku manusia karena merupakan
gejala yang benar-benar dapat diamati. Pembahasan mengenai
perilaku bisa saja terbatas pada perilaku perorangan saja, tetapi
dapat juga mencakup kesatuan-kesatuan yang lebih besar seperti
organisasi-organisasi kemasyarakatan, kelompok elit, gerakan
nasional, atau sesuatu masyarakat politik.
3. Pendekatan Neo-Marxis
Sementara para penganut pendekatan perilaku sibuk menangkis
serangan dari para sarjana pasca perilaku, munculah keritik dari kubu
lain , yaitu dari kalangan marxis yang sering disebut Neo Marxis
untuk membedakan mereka dengan Marxis klasik yang lebih dekat
dengan komunisme, bukan merupakan kelompok yang ketat
organisasinya atau mempunyai pokok pemikiran yang sama. Lebih
tepat apabila mereka digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari cendikiawan yang mendapat inspirasi dari tulisan
Marx, terutama yang dikarang pada masa mudanya. Cikal bakal
orientasi ini adalah tulisan-tulisan sarjana Hungaria, George Lukacs
(1885-1971), terutama dalam karyanya yang berjudul History and
Class Conciousness.

4. Pendekatan Pilihan Rasional


Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan
sesudah pertentangan antara pendekatan-pendekatan yang
dibicarakan di atas mencapai semacam consensus yang
menunjukan suatu pluralitas dalam bermacam-macam
pandangan. Ia juga lahir dalam dunia yang bebas dari
peperangan besar selama hampir empat decade, di mana
seluruh dunia berlomba-lomba membangun ekonomi
negaranya. Berbagai negara baru menyusun rencana-
rencana pembangunan, sedangkan negara kaya turut serta
membantu melalui bermacam-macam organisasi
internasional atau secara bilateral.
Pendekatan Institusionalisme Baru
Berbeda dengan pendekatan lainnya, ia merupakan
suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan
lainnya, bahkan beberapa ilmu pengetahuan seperti
sosiologi dan ekonomi. Institusionalisme baru
mempunyai banyak aspek dan variasi. Sebut saja
misalnya, institusionalisme baru sosiologi, ekonomi,
dan sebagainya. Institusionalisme baru melihat
institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke
arah suatu tujuan tertentu, seperti membangun
masyarakat yang lebih makmur.
Terima Kasih kami haturkan

Anda mungkin juga menyukai