Anda di halaman 1dari 4

Ari Wahyu Triyanto

11221110000007
1A Sosiologi

 Pengertian Pendekatan
Pendekatan bisa didefinisikan sebagai kriteria untuk menyeleksi
masalah dan data yang relavan. Pendekatan bisa diartikan sebagai mencakup
standar atau tolok ukur yang dipakai untuk memilih masalah, menentukan
data mana yang akan diteliti dan data mana yang akan dikesampingkan.
Karena Perkembangan Ilmu Politik semakin pesat, lmu politik telah
mengenal beberapa pendekatan. Sekalipun dalam tahuntahun belakangan ini
berkembang beberapa pendekatan lain. Dari suatu pendekatan, kita bisa
memilah mana yang akan diteliti terlebih dahulu dan data mana yang
dikesampingkan. Berikut ini adalah berbagai metode pendekatan dalam ilmu
politik.

 Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan Legal/Institusional, sering dinamakan sebagai pendekatan
tradisional, pendekatan ini mulai berkembang pada abad ke-19. terutama
segi konstitusional dan yuridisnya. Bahasan tradisional menyangkut antara
lain sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan
kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti
parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif.
Dengan demikian pendekatan tradisional ini mencakup baik unsur
legal maupun unsur institusional. pendekatan tradisional lebih sering bersifat
normatif (yaitu sesuai dengan ideal atau standar tertentu) dengan
mengasumsikan norma-norma demokrasi Barat. Yaitu negara sebagai suatu
badan dari norma konstitusional yang formal. Contohnya adalah karya R.
Kranenburg, yang berjudul Ilmu Negara Umum dalam terjemahan bahasa
Indonesia. Bahasan pada negara-negara demokrasi Barat sangat terbatas
sehingga pendekatan ini kurang memberi peluang bagi terbentuknya teori-
teori baru.
Pada tahun 1930-an, beberapa sarjana di Amerika Serikat
mengemukakan bahwa esensi dari politik adalah kekuasaan, terutama
kekuasaan untuk menentukan kebijakan politik. Lalu, pandangan ini lebih
mudah dapat diterima di Amerika Serikat dikarenakan keadaan sosialnya
berbeda dengan di Eropa. Pendobrakan terhadap pendekatan tradisional
terjadi dengan tumbuhnya Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)

 Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku muncul dan mulai berkembang di Amerika pada
tahun 1950-an sesuai perang dunia II. Pendekatan ini muncul karena sifat
deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak realistis
dan sangat berbeda dengan kenyataan sehari-hari.
Pendekatan ini memiliki Pemikiran Pokok bahwa tidak ada gunanya
membahas lembaga-lembaga formal, karena pembahasan seperti itu tidak
banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya.
Sebaliknya, lebih bermanfaat untuk mempelajari perilaku (behavior)
manusia karena merupakan gejala yang benar-benar dapat diamati.
Pendekatan perilaku pada umumnya meneliti tidak hanya perilaku dan
kegiatan manusia, tetapi juga orientasinya terhadap kegiatan tertentu seperti
sikap, motivasi, persepsi, tuntutan, harapan, dan sebagainya. Pendekatan ini
cenderung bersifat interdisipliner. Pendekatan ini mempelajari faktor
pribadi, faktor budaya, psikologis, serta sosiologis.
Salah satu ciri khas pendekatan perilaku adalah pandangan bahwa
masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai
suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial. Dalam suatu
sistem, bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan, dan semua
bagian bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sistem itu. Sistem
mengalami stress dari lingkungan, tetapi berusaha mengatasinya dengan
memelihara keseimbangan. Dengan demikian, sistem dapat bertahan

 Pendekatan Neo Marxis


Pendekatan Para Marxis ini, yang sering dinamakan Neo-Marxis
untuk membedakan mereka dari orang Marxis klasik yang lebih dekat
dengan komunisme, bukan merupakan kelompok yang ketat organisasinya
atau mempunyai pokok pemikiran yang sama.
mereka digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari cendekiawan yang mendapat inspirasi dari tulisan-tulisan Marx, dan
Kebanyakan kalangan Neo-Marxis adalah cendekiawan yang berasal dari
kalangan ”borjuis” dan seperti cendekiawan di mana-mana, enggan
menggabungkan diri dalam organisasi besar seperti partai politik atau terjun
aktif dalam kegiatan politik praktis. Hanya ada satu atau dua kelompok yang
militan, antara lain golongan Kiri Baru (New Left).
Fokus analisis pada Pendekatan ini adalah kekuatan serta konflik yang
terjadi dalam negara. Mereka mengecam analisis struktural-fungsional dari
para behavioralis karena terlampau mengutamakan harmoni dan
keseimbangan sosial dalam suatu sistem politik.

 Teori Ketergantungan ( Depedency Theory )


Kelompok yang menarik perhatian besar ini pada tahun 1970 dan
1980 merupakan kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada
hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. kelompok ini
berpendapat bahwa imperialisme masih hidup, tetapi dalam bentuk lain yaitu
dominasi ekonomi dari negara-negara kaya terhadap negara-negara yang
kurang maju (underdeveloped). Pembangunan yang dilakukan negara-negara
yang kurang maju, atau Dunia Ketiga, hampir selalu berkaitan erat dengan
kepentingan pihak Barat Misalnya, Pembangunan yang dilakukan pada
negara negara kurang maju bisa menjadi pasar untuk hasil produksi negara
maju. Eksploitasi ini menyebabkan negara kurang maju mengalami
kemiskinan terus-menerus karena pengaruh strategi ekonomi dan politik dari
negara maju, dan kemiskinan mencerminkan ketergantungan itu.
Teori Ketergantungan itu sendiri ada perbedaan satu sama lain, tapi
dapat disebut beberapa variasi dalam istilah yang dipakai untuk menunjuk
pada perbedaan antara negara kaya dan negara miskin, seperti patronclient,
centreperiphery, coreperiphery, atau centrehinterland, metropolitansatellite

 Pendekatan Pilihan Rasional ( Rational Choice )


Pendekatan ini lahir dalam dunia yang bebas dari peperangan besar
selama hampir empat dekade, di mana seluruh dunia berlomba-lomba
membangun ekonomi negaranya. Berbagai negara baru menyusun rencana-
rencana pembangunan, sedangkan beberapa negara kaya turut membantu
melalui bermacam-macam organisasi internasional atau secara Bilateral.
Salah satu reaksi terhadap pendekatan Rational Choice adalah
timbulnya perhatian kembali pada karya John Rawls, A Theory of Justice
(1971)30 yang mengargumentasikan bahwa nilai-nilai seperti keadilan,
persamaan hak, dan moralitas merupakan sifat manusia yang perlu
diperhitungkan dan dikembangkan. Ia memperjuangkan suatu keadilan yang
dapat dinikmati oleh semua warga, termasuk mereka yang rentan dan
miskin. Ini yang dinamakan equity atau distributive justice.

 Pendekatan Institusionalisme Baru


Institusionalisme baru bisa dikatakan sebagai penyimpangan
Institusinalisme Lama. Institusionalisme Lama mengupas lembaga-lembaga
kenegaraan (aparatur negara) seperti apa adanya secara statis. Berbeda
dengan itu, Institusionalisme Baru melihat institusi negara sebagai hal yang
dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun
masyarakat yang lebih makmur. Usaha itu perlu ada semacam rencana atau
design yang secara praktis menentukan langkah-langkah untuk tercapainya
tujuan
Pokok masalah Institusionalisme Baru adalah h bagaimana
membentuk institusi yang dapat menghimpun secara efektif sebanyak
mungkin preferensi dari para aktor untuk menentukan kepentingan kolektif.
Dalam usaha menentukan institusi yang terbaik terjadi wacana dalam
masyarakat mengenai cara bagaimana mengubah institusi yang ada agar
menjadi lebih demokratis
Perbedaannya dengan Institusionalisme yang lama ialah perhatian
Institusional Baru lebih tertuju pada analisis ekonomi, kebijakan isikal dan
moneter, pasar dan globalisasi ketimbang pada masalah konstitusi yuridis.
Dapat dikatakan bahwa ilmu politik, dengan mengembalikan fokus atas
negara termasuk aspek legal/institusionalnya, telah mengalami suatu
lingkaran penuh (full circle)

Anda mungkin juga menyukai