dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Pengantar Ilmu Politik”
Dosen Pengampu : Dr. Jona Bungaran Basuki Sinaga, S.STP, S.AP, M.Si
Disusun oleh :
b) Pendekatan Perilaku
c) Pendekatan Neo-Marxis
Salah satu kelemahan yang melekat pada golongan Neo-Marxis adalah bahwa
mereka mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah banyak berubah.
Marx dan Engels tidak mengalami bagaimana pemikiran mereka dijabarkan
dan diberi tafsiran khusus oleh Lenin. Tafsiran ini kemudian dibakukan oleh
Stalin dan diberi nama Marxisme-Leninisme dan Komunisme. Selain itu karya
Marx dan Engels sering ditulis dalam keadaan terdesak waktu sehingga tidak
tersusun secara sistematis, sering bersifat fragmentaris dan terpisah-pisah.
Dengan demikian banyak masalah yang oleh golongan Neo-Marxis dianggap
masalah pokok, hanya disinggung sepintas lalu atau tidak disinggung sama
sekali.
Fokus analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam
negara. Mereka mengecam analisis struktural-fungsional dari para behavioralis
karena terlampau mengutamakan harmoni dan keseimbangan sosial dalam
suatu sistem politik. Menurut pandangan struktural-fungsional, konflik dalam
masyarakat dapat diatasi melalui rasio, itikad baik, dan kompromi, dan ini
sangat berbeda dengan titik tolak pemikiran Neo-Marxis.
d) Dependency Theory
Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian
dikenal sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan
penelitiannya pada hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai aktor terpenting
dalam dunia pollitik. Sebagai makhluk rasional ia selalu mempunyai tujuan-
tujuan (goal-seeking atau goal-oriented) yang mencerminkan apa yang
dianggap kepentingan diri sendiri. Ia melakuaan hal itu dalam situasi
terbatasnya sumber daya dan karena itu ia perlu menbuat pilihan. Pelaku
Rational Action ini, terutama politisi, birokrat, pemilih dan aktor ekonomi,
pada dasarnya egois. Optimalisasi kepentingan dan efisiensi merupakan inti
dari teori Rational Choice.
1. Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan tradisional dimana pendekatan ini bersifat
kualitatif dan deskriptif terhadap lembaga formal. Lebih sering bersifat normatif (yaitu sesuai
dengan ideal atau standar tertentu). Dalam kasus Pansus Hak Angket KPK, hal yang dibahas
disini merupakan 2 lembaga institusional negara yang terkesan sedang “berkonflik”. KPK
dalam pendeskripsiannya merupakan suatu lembaga independen negara yang bertugas untuk
memberantas kejahatan korupsi di Indonesia. Sedangkan DPR dalam pendekripsiannya
merupakan sebuah lembaga legislatif negara Indonesia, dimana seharusnya sebuah lembaga
legistalif tersebut mewakili suara rakyat. DPR merupakan suatu lembaga yang menjadi
bagian dari perangkat pemerintahan Republik Indonesia. Sedangkan, KPK merupakan sebuah
lembaga Independen yang seharusnya tidak mendapat intervensi politik dalam pelaksanaan
tugasnya.
Dalam buku Prof. Miriam Budihardjo tertulis bahwa pendekatan Neo-Marxis ini membahas
masalah sosial dari perspektif yang holistik dan dialektis, yang memberi tekanan utama pada
kegiatan negara dan konflik kelas. Kaum Neo Marxis memperjuangkan suatu perkembangan
yang revolusioner serta multi-linier untuk menghapuskan ketidakadilan dan membentuk
tatanan masyarakat yang menurut mereka, memenuhi kepentingan seluruh masyarakat dan
tidak hanya kepentingan kaum borjuis. DPR dan KPK memiliki konflik yang terdiri dari
berbagai aspek , sehingga bisa dibilang menurut pendekatan ini , konflik antara DPR dan
KPK akan mendorong perkembangan masyarakat.
Dalam pendekatan pilihan Rasional terdapat beberapa subtansi, salah satunya adalah para
aktor merumuskan perilakunya melalui perhitungan rasional mengenai aksi mana yang akan
memaksimalkan keuntungannya. Dalam Kasus Pansus Hak Angket vs KPK dapat kita lihat
bahwa pihak oknum DPR telah memperhitungkan bahwa KPK menjadi ancaman bagi
beberapa oknum DPR yang melakukan tindakan korupsi. Maka dari itu, mereka berusaha
menggunakan kewenangan yang mereka punya untuk mempertahankan kekuasaan dan
dominasinya (keuntungan). Maka dari itu, dibentuklah Pansus hak angket KPK yang
digunakan oleh oknum DPR untuk mengintervensi kinerja KPK agar para oknum tersebut
dapat memperoleh keuntungan secara maksimal.
4) Kesimpulan
Kesimpulannya ialah suatu kasus politik memilik berbagai macam aspek yang harus diteliti
dan dari berbagai pendekatan yang berbeda, karena ilmu politik yang sangat luas, kita harus
menggunakan lebih dari 1 pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah kejadian
dalam ilmu politik. Tetapi dari beberapa pendekatan yang ada di atas, bisa disimpulkan tidak
semua pendekatan bisa dipakai untuk meneliti kasus ini lebih lanjut, karena tidak
berhubungan dengan kasus tersebut/irrelevan sehingga hanya beberapa pendekatan saja yang
bisa dipakai untuk meneliti lebih lanjut.