Pendekatan mencakup
Tolak ukur yang dipakai untuk memilih masalah dan menentukan data yang akan diteliti
dan data yang akan dikesampingkan.
1 TRADISIONALISME
Tradisionalisme adalah pendekatan yang didefinisikan seba-
gai pendekatan yang fokusnya pada studi tentang institusi poli-
tik, hukum, atau kombinasi dari semuanya. Selain itu, tradi-
sionalisme menempatkan keandalan ilmiah pada landasannya
dalam sejarah atau Hukum yang dirancang untuk meng-
hasilkan deskripsi menyeluruh dari subjek yang bersangkutan
(Easton, 1971; Fried, 2006; Isaak, 1985; Macridis, 1992).
Artinya, tradisionalisme adalah suatu pendekatan dalam ilmu
politik yang berupaya mengkaji fenomena politik dengan
menyelidiki hukum, sejarah, dan/atau lembaga seperti pemerin-
tah secara keseluruhan atau lembaga yang lebih sempit seperti
lembaga legislatif, eksekutif, atau yudikatif.
1 TRADISIONALISME
1. Filsafat.
-Normatif: Menjelaskan yang seharusnya, bukan
keadaan sebenarnya
- Preskriptif: Paduan mana yang baik dan buruk.
2. Sejarah.
- Historis : Kajiannya tentang masa lampau.
- Deskriptif : Bersifat paparan.
3. Hukum.
- Legal konstitusional : Lembaga formal.
1 TRADISIONALISME
Metode yang digunakan pada pendekatan tradision-
alisme adalah kualitatif yaitu tidak memakai ban-
tuan statistik dan matematika. Namun, metode
kuantitatif dimulai sejak tahun 1932
Tujuh karakter post behavioral oleh David Easton yang disebut the credo of relevance:
1. Substansi harus mendahului teknik
2. Ilmu politik harus memberi penekanan kepada perubahan sosial (social change), bukan
pemeliharaannya (social preservation).
3. Ilmu politik telah melepaskan dirinya dari realitas politik yang masih kasar, dimana terjadi berbagai
krisis dalam kehidupan manusia. Dalam konteks ini ilmu politik harus menunjukan
kebermanfaatannya.
4. Nilai penting peranannya dalam ilmu politik dan tidak bisa dilepaskan begitu saja.
5. Sebagai intelektual, ilmuwan politik memiliki peran penting dalam masyarakat. Mereka memiliki
tugas-tugas penting untuk melindungi peradaban nilai-nilai kemanusiaan.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU
6. Ilmu politik harus menjadi komitmen untuk bertindak, bukan hanya merenung. Ilmuwan yang
meyad--ari persoalan sosial dan merasa terlibat didalamnya harus melakukan tindakan nyata.
7. Apabila diakui bahwa :
Kaum intelektual memiliki peranan positif dalam masyarakat
Peranan ini berusaha menentukan tujuan yang pantas bagi masyarakat, dan berusaha membuat
masyarakat bergerak sesuai dengan tujuan tersebut, maka politisasi profsi dari asosiasi professional
termasuk universitas tidak hanya tak dapat dielakkan, namun sangat diperlukan.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA TINGKAHLAKU
Easton menggambarkan apa yang dia sebut sebagai "penyulingan" elemen-elemen yang
menentukan pasca behavioralisme. Easton menggambarkan post behavioralism sebagai
tuntutan akan relevansi, pandangan ke depan, berorientasi aplikasi, dan berdasarkan keyakinan
bahwa tidaklah etis bagi para ilmuwan politik untuk melepaskan diri dari arena musyawarah dan
tindakan ketika dihadapkan dan dikelilingi oleh masalah-masalah politik.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU
Memang, post behavioralists menegaskan bahwa untuk menyatakan netralitas nilai itu
sendiri merupakan sikap normatif (pernyataan bahwa apa yang disebut sikap bebas nilai lebih baik
daripada kebalikannya). Post behavioralism menyalahkan behaviorisme karena tidak mengakui
dan dengan demikian tidak meneliti landasan normatifnya sendiri dan cara-cara di mana yayasan
tersebut membentuk arah agenda penelitiannya. Namun, sejauh postbehavioralisme bukanlah
penolakan terhadap ilmu yang berbasis empiris semata.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU