Anda di halaman 1dari 31

( 3 PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK)

OLEH : KELOMPOK 1, SOSIOLOGI B


DOSEN PENGAMPU : Dr. INDAH ADI PUTRI, S.IP, M.IP
ANGGOTA KELOMPOK :
1. AFIFAH LAILATUS SAADAH 2110811008

2. ARYA TITO HANAFI 2110811020

3. FARREL RAMADHAN H 2110811010

4. FIKI ZULVIANI 2110811012

5. NIKEN FARAH SYAFIRA 2110811014

6. NURUL HIDAYAH 2110811004

7. OKTA FAINEL MAHARANI 2110811002

8. PRIKI AHMAD 2110811018

9. WATI NOVITA SARI 2110811016

10. YULIA NAVARILA SAFINA 2110811006


3 PENDEKATAN
DALAM ILMU POLITIK
YAITU !!
1. TRADISIONALISME
2. BEHAVIORALISME
3. POSTBEHAVIORALISME
ta n
ek a
nd
i t u Pe
Apa
Defenisi Pendekatan

Menurut Vernon Van Dyke


Pendekatan merupakan kriteria untuk menyeleksi data yang relevan.

Pendekatan mencakup
Tolak ukur yang dipakai untuk memilih masalah dan menentukan data yang akan diteliti
dan data yang akan dikesampingkan.
1 TRADISIONALISME
Tradisionalisme adalah pendekatan yang didefinisikan seba-
gai pendekatan yang fokusnya pada studi tentang institusi poli-
tik, hukum, atau kombinasi dari semuanya. Selain itu, tradi-
sionalisme menempatkan keandalan ilmiah pada landasannya
dalam sejarah atau Hukum yang dirancang untuk meng-
hasilkan deskripsi menyeluruh dari subjek yang bersangkutan
(Easton, 1971; Fried, 2006; Isaak, 1985; Macridis, 1992).
Artinya, tradisionalisme adalah suatu pendekatan dalam ilmu
politik yang berupaya mengkaji fenomena politik dengan
menyelidiki hukum, sejarah, dan/atau lembaga seperti pemerin-
tah secara keseluruhan atau lembaga yang lebih sempit seperti
lembaga legislatif, eksekutif, atau yudikatif.
1 TRADISIONALISME

Pendekatan tradisional adalah pendekatan paling awal dalam


ilmupolitik. Ilmu politik amat dipengaruhi oleh ilmu sejarah,
hukum dan Sebuah Pengantar filsafat. Pada awal perkemban-
gannya di abad ke-19 di Eropa dan Amerika, kajian ilmu politik
bersifat historisPenelitian-penelitian ilmu politik berisikan ten-
tang seharah dari konstitusi, hukum konstitusional, Lembaga-
lembaga yang bersifat khusus, juga tentang sejarah parlemen
serta Raja di Inggris, Kongres serta Parlemen di Amerika, serta
perkembangan berbagai macam organisasi, baik yang bersifat
nasional maupun internasional (Varma, 2001).
1 TRADISIONALISME
kaum tradisionalis umumnya melihat diri mereka
sebagai ilmuwan politik dan sering membuat
banyak fakta bahwa, sebagai ilmuwan politik,
mereka tidak disamakan dengan sejarawan (Farr,
1990; Gunnell, 2006). Perkembangan selanjutnya,
muncullah upaya untuk membangun ilmu politik
sebagai ilmu tersendiri dengan metode-metode yang
bersifat empiris. Hal ini merupakan respon terhadap
pendekatan tradisional yang digambarkan sebagai:
analitis-historis, legal kelembagaan, normative
preskriptif, dan taksonomi deskriptif.
1 TRADISIONALISME
Isi kajian dan ciri tradisionalisme :

1. Filsafat.
-Normatif: Menjelaskan yang seharusnya, bukan

keadaan sebenarnya
- Preskriptif: Paduan mana yang baik dan buruk.

2. Sejarah.
- Historis : Kajiannya tentang masa lampau.
- Deskriptif : Bersifat paparan.

3. Hukum.
- Legal konstitusional : Lembaga formal.
1 TRADISIONALISME
Metode yang digunakan pada pendekatan tradision-
alisme adalah kualitatif yaitu tidak memakai ban-
tuan statistik dan matematika. Namun, metode
kuantitatif dimulai sejak tahun 1932

Pendekatan tradisional gagal dalam pembangunan


teori, namun :
• Banyak menghasilkan filsafat politik atau acuan
hukum atau etika politik.
• Teori adalah penjelasan yang berasal dari fakta
empirik.
• Filsafat merupakan penjelasan yang bukan dari
fakta empirik
1 TRADISIONALISME

Kekecewaan Terhadap Pendekatan Tradisional,


awal 1930-an :
- Ilmu Politik tidak banyak membahas
kekuasaan.
- Terasing dari proses kebijakan.
-Metode ilmu sangat terbelakang.

Contoh Pendekatan Tradisional


• Algemene Staatler (Ilmu Negara) : R.
Krannenburg
• The Web of Government : Mclver
2 BEHAVIORALISME
Pendekatan behavioral awalnya muncul sebagai upaya untuk men-
jadikan ilmu politik sebagai ilmu murni. Hal ini berangkat dari kekecewa-
an terhadap pendekatan tradisional yang dianggap kurang ilmiah. Ger-
akan ini bisa dikatakan merupakan lanjutan dari gerakan scientific yang
berkembang sejak 1880 ketika Prof John Burgess mulai mem-bangun
“ilmu politik baru” di Universitas Colombia yang menolak terlalu be-
sarnya pengaruh ilmu hukum dan filsafat dalam ilmu politik. Atau Behav-
ioralisme muncul sebagai kritik terhadap kegagalan tradisionalisme. Se-
cara khusus, elemen-elemen penentu behaviorisme mencakup fokus pada
aktor politik dan perilaku mereka (atau sikap dan pendapat), dan studi
pertanyaan yang dapat dioperasionalkan melalui perumusan hipotesis dan
penelitian kuantitatif empiris (Ricci, 1984). Fokus mempelajari aktor poli-
tik mewakili pergeseran dari konsentrasi tradisionalisme pada studi his-
toris dan legalistik institusi.
2 BEHAVIORALISME
Dalam essai tahun 1967 berjudul “The Current Meaning of
Behavioralism,” David Easton (1992) menyimpulkan behavior-
isme
memiliki delapan “fondasi intelektual” yang saling terkait
(hal. 47):
1.”Reguralities” (Keteraturan) : Sebuah studi ketat tentang peri-
laku politik akan memungkinkan ilmuwan politik membuat
prediksi, seperti halnya ilmuwan alam dapat membuat pernyataan
prediksi.
2. “Verification” (Verifikasi) : Prediksi harus dapat diuji agar di-
verifikasi kebenarannya.
3. “Techniques” (Teknik) : Ilmu politik harus menjadi semakin
canggihdalam penggunaan metode pengumpulan dan pengujian
data ilmiahnya.
4. “Quantification” (Kuantifikasi) : Ilmu politik harus menggu-
nakan pengukuran yang tepat dan terukur; pertanyaan untuk
penelitian harus dapat didefinisikan dalam istilah yang dapat diuji,
secara operasional dan tepat.
2 BEHAVIORALISME
5. “Values” (Nilai-nilai) : Studi empiris dan ilmiah beroperasi dengan proses
yang berbeda dari pengejaran tujuan normatif. Penelitian ilmiah harus bersifat
obyektif sehingga harus bebas nilai (Value free). Karena itu nilai-nilai peneliti
tidak boleh dicampur adukkan dengan fakta-fakta dalam sebuah penelitian un-
tuk mencegah bias nilai (value bias) dari si peneliti.
6. “Systematization” (Sitematisasi) : Penelitian ilmu politik harus menghasilkan
kumpulan informasi yang sistematis; teori dan generalisasi dapat didasarkan-
pada kesimpulan yang masuk akal dari data yang dapat diuji.
7. “Pure Science” (Ilmu Murni) : Penelitian ilmu politik harus beroperasi den-
gan cara yang bebas nilai, yaitu, terlepas dari kemungkinan penggunaan penge-
tahuan ilmiah untuk mengatasi masalah sosial yang dirasakan. Karena dianggap
ilmu murni maka penelitian ilmiah dalam konteks pengembangan ilmu penge-
tahuan harusdidahulukan daripada penelitian terapan untuk menyelesaikan
masalah-masalah sosial.
8. “Integration” (Integrasi) : Ilmu politik adalah bagian integral dari ilmu-ilmu
sosial lainnya, karena itu penelitian terhadap fenomena politik membutuhkan
pemahaman fenomena lain seperti ekonomi, sosial atau budaya.
2 BEHAVIORALISME
Behavioralisme di tangan ilmuwan politik seperti McClosky
telah mencapai sesuatu yang tidak kalah luar biasa daripada men-
gungkapkan—dan membuktikan secara empiris—kekurangan
dalam catatan klasik yang sudah berlangsung lama tentang men-
gapa dan bagaimana demokrasi bekerja.

Ricci (1984), Dryzek (2006), dan Susser (1992) telah mencatat,


behavioris melihat ilmu mereka sebagai bebas nilai tetapi,mungkin
ironisnya, sering cenderung menghasilkan hasil yang sesuai dengan
asumsi normatif mengenai kesehatan fundamental dari kemampuan
sistem politik AS. Untuk mengatasi secara progresif setiap masalah
yang mungkin dibawa oleh ilmu politik ke tempat terbuka. , bahkan
mungkin kasus bahwa apa yang tampak seperti cacat (apatis dari
yang kurang informasi) ditemukan melalui behaviorisme menjadi
aset.
2 BEHAVIORALISME
Secara khusus, behaviorisme mendefinisikan
dirinya bertentangan dengan apa yang dipahami se-
bagai tradisionalisme, dan postbehavioralisme. Se-
bagai contoh, behaviorisme menekankan
kepatuhannya pada metode ilmiah.

Pembahasan pada pendekatan behavioralisme :

1. Pembahasan struktur berubah menjadi pemba-


hasan proses.
2. Pembahasan lembaga berubah menjadi pemba-
hasan perilaku.

Kajian behavioralisme sendiri terdiri dari :


Sosiologi, Antropologi, dan psikologi
2

BEHAVIORALISME
Ciri-ciri Behavioralisme yaitu :
Empirik.
• Analitis.
• Prilaku individu dan kelompok (non formal).
• Bebas nilai.
• Berhasil dalam theory building.
• Metode kuantitatif.

Contoh pendekatan Behavioralisme :


• The Civic Culture (1963) dan The Civic Culture
Revisited (1980) : Gabriel A. Almod dan Sidney Verba
• Structural Functional Analysis : Gabriel A. Almond
• General System Analysis : David Easton
• Communication Theory : Karl Deutcsh
2 BEHAVIORALISME

Kekecewaan Terhadap Pendekatan


Behavioralisme :

1. Hanya mementingkan pembangunan teori, tanpa


mengindahkan kebutuhan “aksi” dan “relevansi.”
2. Aspek “kuantitatif” dalam banyak hal dianggap terlalu
menyederhanakan kesimpulan.
3. “Norma-norma” politik ditinggalkan oleh penganut
prilaku.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

Pendekatan Post Behavioral merupakan respon kekecewaan terhadap ilmu politik


behavioral pada tahun 1960-an yang dianggap abai terhadap persoalan-persoala--n
sosial yang nyata dalam kehidupan. Menghadapi berbagai persoalan dan krisis dalam
kehidupan manusia, ilmuwan politik berjarak dengan persoalan dan sibuk melakukan
penelitian ilmiah, membuat teori dan model-model yang tak membantu menyelesaikan
persoalan.
Sementara itu, nilai dan moral dianggap tak penting. Dalam pendekatan post
behavioral terdapat dua tuntutan utama yaitu relevansi dan tindakan. Berbeda dengan
kaum tradisionalis yang menyanggah pendekatan behavioral dalam metode, kaum post
behavioral menerima kemajuan teknik dan metode yang dicapai kaum behavioral namun
menggugat relevansi dan manfaat dari metode dan teknik tersebut.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

Tujuh karakter post behavioral oleh David Easton yang disebut the credo of relevance:
1. Substansi harus mendahului teknik
2. Ilmu politik harus memberi penekanan kepada perubahan sosial (social change), bukan
pemeliharaannya (social preservation).
3. Ilmu politik telah melepaskan dirinya dari realitas politik yang masih kasar, dimana terjadi berbagai
krisis dalam kehidupan manusia. Dalam konteks ini ilmu politik harus menunjukan
kebermanfaatannya.
4. Nilai penting peranannya dalam ilmu politik dan tidak bisa dilepaskan begitu saja.
5. Sebagai intelektual, ilmuwan politik memiliki peran penting dalam masyarakat. Mereka memiliki
tugas-tugas penting untuk melindungi peradaban nilai-nilai kemanusiaan.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

6. Ilmu politik harus menjadi komitmen untuk bertindak, bukan hanya merenung. Ilmuwan yang
meyad--ari persoalan sosial dan merasa terlibat didalamnya harus melakukan tindakan nyata.
7. Apabila diakui bahwa :
 Kaum intelektual memiliki peranan positif dalam masyarakat
 Peranan ini berusaha menentukan tujuan yang pantas bagi masyarakat, dan berusaha membuat
masyarakat bergerak sesuai dengan tujuan tersebut, maka politisasi profsi dari asosiasi professional
termasuk universitas tidak hanya tak dapat dielakkan, namun sangat diperlukan.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA TINGKAHLAKU

Pokok-pokok pendekatan Post Behavioral Approach (David Easton):


• Dalam usaha mengadakan penelitian empirik dan kuantitatif, ilmu politik terlalu abstrak dan tidak
relevan dengan masalah-masalah sosial. Relevansi pada masalah-masalah masyarakat lebih
penting daripada cermat;
• Karena penelitian dianggap terlalu abstrak, Ilmu Politik kehilangan kontak dengan realitas sosial;
• Penelitian mengenai nilai-nilai, harus merupakan tugas Ilmu Politik;
• Cendekiawan mempunyai tugas historis melibatkan diri dalam usaha mengatasi masalah-masalah
sosial dan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan;
• Cendikiawan harus action oriented, Membentuk masyarakat yang lebih baik;
• Cendekiawan tidak boleh menghindari perjuangan dan harus turut mempolitisasi organisasi-
organisasi profesi dan lembaga-lembaga ilmiah.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA TINGKAHLAKU

Kepercayaan-Kepercayaan Dasar Post Behavioralisme :


 Fokus masih pada perilaku aktor;
 Nilai tidak bisa dihilangkan dalam studi politik;
 Penelitian dalam ilmu politik harus memiliki implikasi nyata untuk kehidupan sehari-hari;
 Peneliti memiliki tanggung jawab terhadap perubahan sosial.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

Lalu, apa yang ditekankan dalam Post Behavioral Approach?


• Bahwa penelitian ilmu politik harus bermakna, maksudnya penelitian harus mengatasi masalah
politik yang mendesak ;
• Sains dan nilai-nilai terkait ;
• Bahwa ilmu politik tidak boleh berusaha mencontoh dirinya sendiri pada penerapan ketat metode
ilmiah yang digunakan dalam ilmu alam dimana penelitian didorong secara eksklusif oleh apa yang
dapat direduksi menjadi pertanyaan yang didefinisikan secara sempit yang dapat diuji oleh prosedur
ilmiah yang paling ketat dan paling khusus saat ini tersedia. Postbehavioralists bereaksi terhadap apa
yang mereka tafsirkan sebagai ketergantungan berlebihan behaviorisme pada kemurnian presisi
ilmiah dengan mengorbankan "relevansi." Sementara banyak postbehavioralists menjunjung tinggi
nilai penelitian empiris dan berorientasi statistik.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU
Kehadiran Post Behavioralisne menurut Easton
Easton melihat kehadiran post behavioralisme pada dua tingkatan yaitu :
• Post behavioralisme diidentifikasi sebagai kumpulan ilmuwan politik individu yang berbagi ketidak
puasan yang berkembang dengan implikasi behavioralisme;
• Post behavioralisme dimanifestasikan sebagai pandangan atau pendekatan intelektual baru yang
dapat memandu penelitian.

Easton menggambarkan apa yang dia sebut sebagai "penyulingan" elemen-elemen yang
menentukan pasca behavioralisme. Easton menggambarkan post behavioralism sebagai
tuntutan akan relevansi, pandangan ke depan, berorientasi aplikasi, dan berdasarkan keyakinan
bahwa tidaklah etis bagi para ilmuwan politik untuk melepaskan diri dari arena musyawarah dan
tindakan ketika dihadapkan dan dikelilingi oleh masalah-masalah politik.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

Kemudian, Easton (1969) menjelaskan bahwa kritik post behavioralisme terhadap


behaviorisme :
• Kurangnya relevansi : pendekatan behavioral sering mempertanyakan persoalan-persoalan
yang sering kali tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat politik (Ilmu politik kehilangan ruh
perubahan)
• Behavioralis mempunyai bias etnosentris ketika menganggap pendekatan yang dipakainya lebih
baik daripada pendekatan lain.

Kritik post behavioralisme terhadap behaviorisme sangat didasarkan pada pemahaman


sains yang bertentangan dengan yang dianut oleh behaviorisme. Post behavioralists : ilmu
pengetahuan tidak dapat dihindari, didasarkan pada asumsi normatif; menurut post behavioralists,
ilmu politik “bebas nilai” tidak mungkin.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

Persoalan “ Bebas Nilai “ :


 Ilmu politik tidak bisa bebas nilai
 Nilai dan kepentingan, inheren dalam pemilihan topik
 Setiap tindakan manusia selalu melibatkan nilai

Memang, post behavioralists menegaskan bahwa untuk menyatakan netralitas nilai itu
sendiri merupakan sikap normatif (pernyataan bahwa apa yang disebut sikap bebas nilai lebih baik
daripada kebalikannya). Post behavioralism menyalahkan behaviorisme karena tidak mengakui
dan dengan demikian tidak meneliti landasan normatifnya sendiri dan cara-cara di mana yayasan
tersebut membentuk arah agenda penelitiannya. Namun, sejauh postbehavioralisme bukanlah
penolakan terhadap ilmu yang berbasis empiris semata.
3. POST BEHAVIORAL APPROACH
atau
PENDEKATAN PASCA PERILAKU

Cara Kerja Post-Behavioral :


 Memahami sifat alamiah bahwa nilai selalu intrinsik terhadap riset, oleh karenanya ungkapkan
nilai secara eksplisit;
 Menggunakan pengetahuan yang sudah terverivikasi sebagai basis penilaian normatif;
 Memahami bahwa selalu ada implikasi tanggung jawab yang dibawa oleh perkembangan ilmu
pengetahuan.

Hasil dari Post-Behavioral :


 Pendekatan membaur satu sama lain;
 Pendekatan deskriptif dilengkapi dengan analisis pelaku-pelakunya;
 Nilai dan norma didudukkan kembali pada tempat yang terhormat.
SEKIAN PRESENTASI
DARI
KELOMPOK KAMI
Thank you
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai