Anda di halaman 1dari 2

4.

Diferensiasi Struktural

Untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian modernisasi negara Dunia Ketiga,


Smelser menggunakan konsep diferensiasi struktural. Baginya modernisasi akan selalu
melibatkan diferensiasi sosial. Ini terjadi karena, dengan proses modernisasi, ketidakteraturan
struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur
untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan yang
terdiri dari berbagai substruktur yang terkait menjalankan keseluruhan fungsi yang dilakukan
oleh bangunan struktur lama. Perbedaannya, setelah adanya diferensiasi struktural, pelaksanaan
fungsi akan dapat dijalankan secara lebih efisien.
Contoh klasik diferensiasi struktural dapat dijumpai pada lembaga “keluarga”. Pada
masa lalu, keluarga tradisional memiliki struktur yang tidak teratur dan rumit. Di dalam satu atap
berdiam banyak keluarga, terdiri dari berbagai generasi, dan biasanya berjumlah banyak.
Keluarga tidak hanya bertanggung jawab terhadap beban penerus keturunan dan penanggungan
emosi bersama, melainkan juga bertanggung jawab terhadap produktivitas tenaga kerja (ladang
pertanian bersama), pendidikan (proses sosialisasi), kesejahteraan (memberikan perawatan
manusia usia lanjut), dan pendidikan agama (pemujaan kepada arwah orang tua yang telah
meninggal).
Di dalam masyarakat modern, institusi keluarga telah mengalami diferensiasi struktural.
Keluarga memiliki struktur yang lebih sederhana, berukuran kecil dan hanya terdiri dari keluarga
inti. Keluarga modern tidak lagi menjalankan semua fungsi yang dijalankan oleh keluarga dalam
masyarakat tradisional. Berbagai lembaga ekonomi telah mengambil alih fungsi produktivitas,
lembaga pendidikan menyediakan jasa pengajaran, pemerintah bertanggung jawab terhadap
persoalan kesejahteraan dan sebagainya. Setiap lembaga baru yang terbentuk secara khusus
menyediakan dan bertanggung jawab untuk melaksanakan satu tugas tertentu, yang secara
keseluruhan akan mampu menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara lebih baik dan lebih efisien
dibanding ketika dilaksanakan seluruhnya oleh satu keluarga pada masyarakat tradisional.
Akibatnya, masyarakat modrn jauh lebih produktif disbanding masyarakat tradisional.
Yang lebih menarik ternyata Smelser tidak hanya berhenti pada tesis diferensiasi
struktural. Ia mengajukan pertanyaan lebih lanjut, yakni apa yang terjadi setelah fungsi
kelembagaan di dalam masyarakat tradisional diambil alih oleh berbagai lembaga yang berbeda
dan berfungsi secara khusus. Untuk hal ini, Smelser berpendapat bahwa sekalipun diferensiasi
struktural telah meningkatkan kapasitas fungsional kelembagaan, namun juga menimbulkan
persoalan baru, yakni masalah integrasi yang berupa pengkoordinasian aktivitas berbagai
lembaga baru tersebut. Dalam masyarakat tradisional masalah integrasi pelaksanaan berbagai
fungsi tidak terjadi, karena semua fungsi tersebut dilaksanakan dalam satu unit keluarga.
Dalam menjawab persoalan ini, Smelser berpendapat, bahwa suatu lembaga baru lagi
harus dibentuk, yang berperan khusus untuk menjembatani dan mengkoordinasikan kegiatan dan
kebutuhan masyarakat yang telah terdiferensiasi. Sebagai contoh , ia menunjuk perlunya
lembaga “penempatan tenaga kerja” untuk membantu para pencari kerja dan menghubungkannya
dengan lembaga ekonomi (perusahaan). Juga misalnya perlunya “surat kabar periklanan” untuk
menjembatani hubungan antara lembaga keluarga (konsumen) dan lembaga ekonomi (produsen
dan penjual). Smelser, misalnya juga menunjuk perlunya lembaga serikat pekerja dan
pembentukan departemen tenaga kerja dari pemerintah untuk memberikan perlindungan tenaga
kerja.
Namun demikian sekalipun telah terbentuk berbagai lembaga penghubung, menurut
Smelser, persoalan integrasi tidak akan dapat diselesaikan secara sempurna. Pertama, karena
adanya konflik nilai dan kepentingan dari berbagai lembaga penghubung tersebut. Satu lembaga
baru tertentu memiliki satu pegangan nilai-nilai dan kepentingan yang berbeda dan mungkin
bertolak belakang dengan yang dipunyai lembaga lain dan mungkin juga berbeda dengan nilai
yang dianut oleh lembaga dalam masyarakat tradisional yang belum seluruhnya berubah. Sebagai
contoh, dapat saja terjadi misalnya lembaga baru “penempatan tenaga kerja” berkecenderungan
memberikan penilaian yang lebih pada hubungan netralitas dan prestasi, sementara para pencari
kerja masih banyak terasuh di dalam keluarga yang masih banyak berorientasi pada status
warisan dan bawaan. Ia akan membawa akibat sulitnya para pencari kerja untuk melakukan
penyesuasian nilai yang dianut, dan akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan
dengan berakibat lebih jauh pada meningkatnya pengangguran, yang di kemudian hari memiliki
akibat samping yang lebih banyak.
Kedua, persoalan integrasi tidak dapat diatasi secara total, karena adanya permasalahan
ketidakseimbangan perkembangan dan pembangunan kelembagaan masyarakat yang diperlukan.
Ini dapat terjadi karena lembaga-lembaga tersebut dapat terbangun dan berkembang dengan
kecepatan dan percepatan yang berbeda. Dapat saja terjadi, bahwa lembaga itu sangat
diperlukan, tetapi ternayata lembaga tersebut belum terbentuk.
Menurut Smelser, kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan
kerusuhan sosial. Kekacauan ini dapat berupa agitasi politik damai sampai pada kerusuhan
dengan kekerasan, atau bahwa terjadi perang gerilya atau revolusi sosial. Ini terjadi karena
adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam proses diferensiasi struktural. Misalnya
pembangunan masyarakat pedesaan negara Dunia Ketiga dapat membawa akibat samping, yaitu
munculnya petani miskin tanah lahan yang tersisih dari derapnya roda perubahan struktur dan
mobilitas vertikal. Pada gilirannya, ini akan menciptakan kondisi yang mendorong sekaligus
sebagai salah satu syarat penting bagi berkembang-suburnya paham komunisme.

Anda mungkin juga menyukai