Untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian modernisasi negara Dunia Ketiga,
Smelser menggunakan konsep diferensiasi struktural. Baginya modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi sosial. Ini terjadi karena, dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan yang terdiri dari berbagai substruktur yang terkait menjalankan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh bangunan struktur lama. Perbedaannya, setelah adanya diferensiasi struktural, pelaksanaan fungsi akan dapat dijalankan secara lebih efisien. Contoh klasik diferensiasi struktural dapat dijumpai pada lembaga “keluarga”. Pada masa lalu, keluarga tradisional memiliki struktur yang tidak teratur dan rumit. Di dalam satu atap berdiam banyak keluarga, terdiri dari berbagai generasi, dan biasanya berjumlah banyak. Keluarga tidak hanya bertanggung jawab terhadap beban penerus keturunan dan penanggungan emosi bersama, melainkan juga bertanggung jawab terhadap produktivitas tenaga kerja (ladang pertanian bersama), pendidikan (proses sosialisasi), kesejahteraan (memberikan perawatan manusia usia lanjut), dan pendidikan agama (pemujaan kepada arwah orang tua yang telah meninggal). Di dalam masyarakat modern, institusi keluarga telah mengalami diferensiasi struktural. Keluarga memiliki struktur yang lebih sederhana, berukuran kecil dan hanya terdiri dari keluarga inti. Keluarga modern tidak lagi menjalankan semua fungsi yang dijalankan oleh keluarga dalam masyarakat tradisional. Berbagai lembaga ekonomi telah mengambil alih fungsi produktivitas, lembaga pendidikan menyediakan jasa pengajaran, pemerintah bertanggung jawab terhadap persoalan kesejahteraan dan sebagainya. Setiap lembaga baru yang terbentuk secara khusus menyediakan dan bertanggung jawab untuk melaksanakan satu tugas tertentu, yang secara keseluruhan akan mampu menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara lebih baik dan lebih efisien dibanding ketika dilaksanakan seluruhnya oleh satu keluarga pada masyarakat tradisional. Akibatnya, masyarakat modrn jauh lebih produktif disbanding masyarakat tradisional. Yang lebih menarik ternyata Smelser tidak hanya berhenti pada tesis diferensiasi struktural. Ia mengajukan pertanyaan lebih lanjut, yakni apa yang terjadi setelah fungsi kelembagaan di dalam masyarakat tradisional diambil alih oleh berbagai lembaga yang berbeda dan berfungsi secara khusus. Untuk hal ini, Smelser berpendapat bahwa sekalipun diferensiasi struktural telah meningkatkan kapasitas fungsional kelembagaan, namun juga menimbulkan persoalan baru, yakni masalah integrasi yang berupa pengkoordinasian aktivitas berbagai lembaga baru tersebut. Dalam masyarakat tradisional masalah integrasi pelaksanaan berbagai fungsi tidak terjadi, karena semua fungsi tersebut dilaksanakan dalam satu unit keluarga. Dalam menjawab persoalan ini, Smelser berpendapat, bahwa suatu lembaga baru lagi harus dibentuk, yang berperan khusus untuk menjembatani dan mengkoordinasikan kegiatan dan kebutuhan masyarakat yang telah terdiferensiasi. Sebagai contoh , ia menunjuk perlunya lembaga “penempatan tenaga kerja” untuk membantu para pencari kerja dan menghubungkannya dengan lembaga ekonomi (perusahaan). Juga misalnya perlunya “surat kabar periklanan” untuk menjembatani hubungan antara lembaga keluarga (konsumen) dan lembaga ekonomi (produsen dan penjual). Smelser, misalnya juga menunjuk perlunya lembaga serikat pekerja dan pembentukan departemen tenaga kerja dari pemerintah untuk memberikan perlindungan tenaga kerja. Namun demikian sekalipun telah terbentuk berbagai lembaga penghubung, menurut Smelser, persoalan integrasi tidak akan dapat diselesaikan secara sempurna. Pertama, karena adanya konflik nilai dan kepentingan dari berbagai lembaga penghubung tersebut. Satu lembaga baru tertentu memiliki satu pegangan nilai-nilai dan kepentingan yang berbeda dan mungkin bertolak belakang dengan yang dipunyai lembaga lain dan mungkin juga berbeda dengan nilai yang dianut oleh lembaga dalam masyarakat tradisional yang belum seluruhnya berubah. Sebagai contoh, dapat saja terjadi misalnya lembaga baru “penempatan tenaga kerja” berkecenderungan memberikan penilaian yang lebih pada hubungan netralitas dan prestasi, sementara para pencari kerja masih banyak terasuh di dalam keluarga yang masih banyak berorientasi pada status warisan dan bawaan. Ia akan membawa akibat sulitnya para pencari kerja untuk melakukan penyesuasian nilai yang dianut, dan akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan berakibat lebih jauh pada meningkatnya pengangguran, yang di kemudian hari memiliki akibat samping yang lebih banyak. Kedua, persoalan integrasi tidak dapat diatasi secara total, karena adanya permasalahan ketidakseimbangan perkembangan dan pembangunan kelembagaan masyarakat yang diperlukan. Ini dapat terjadi karena lembaga-lembaga tersebut dapat terbangun dan berkembang dengan kecepatan dan percepatan yang berbeda. Dapat saja terjadi, bahwa lembaga itu sangat diperlukan, tetapi ternayata lembaga tersebut belum terbentuk. Menurut Smelser, kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial. Kekacauan ini dapat berupa agitasi politik damai sampai pada kerusuhan dengan kekerasan, atau bahwa terjadi perang gerilya atau revolusi sosial. Ini terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam proses diferensiasi struktural. Misalnya pembangunan masyarakat pedesaan negara Dunia Ketiga dapat membawa akibat samping, yaitu munculnya petani miskin tanah lahan yang tersisih dari derapnya roda perubahan struktur dan mobilitas vertikal. Pada gilirannya, ini akan menciptakan kondisi yang mendorong sekaligus sebagai salah satu syarat penting bagi berkembang-suburnya paham komunisme.