Anda di halaman 1dari 56

Struktur Sosial

Struktur sosial
Status Position
Role
Status Set
Role Sets
Role Strain and Role Conflict
Network of positions
Status Positions
Tempat kita di suatu stuktur sosial

Berdasar posisi kita, kita menerima norma


sosial dan menampilkannya dalam perilaku
yang sesuai dengan kebutuhan dan
kepribadian kita dalam situasi tentu
- Role
Role dipengaruhi oleh nilai budaya, yang
menentukan tingkahlaku apa yang sesuai
kebutuhan pribadi dan harapan orang lain.
Peran adalah aktivitas kompleks yang
melibatkan budaya, kebutuhan orang lain,
posisi lain
Status Sets
Berbagai posisi yang dimiliki seseorang
disebut Status Sets
Dalam tiap struktur sosial, kita akan
mengenal adanya berbagai posisi
Setiap posisi akan mempengaruhi persepsi
kita dan mengarahkan tingkahlaku yang sesuai
Karenanya Status Sets merupakan sesuatu
yang kompleks
Role Sets
Untuk setiap status position, ada sejumlah
tingkahlaku yang diharapkan, yang disebut
sebagai Role Sets.
Ini mencakup keselurahan tingkahlaku
yang harus ditampilkan dalam berbagai
konteks.
Role Strain dan Role Conflict
Berpartisipasi dalam suatu struktur sosial
dapat menimbulkan Role Strain.
Tingkahlaku yang diharapkan untuk suatu
posisi sering tidak jelas.dan menuntut
tingkahlaku yang berbeda atau
bertentangan.
Jika menimbulkan konflik, maka disebut
Role Conflict.
Network Positions
Struktur Sosial dibangun oleh jaringan
status position yang saling berinterelasi, dan
sistem budaya dan peran yang dihubungkan
dengan status positions tersebut.
Suatu posisi baru jelas setelah dihubungkan
dengan posisi lain yang membangun suatu
struktur sosial tertentu
Struktur sosial yang terbentuk akan
menentukan tingkahlaku apa yang terjadi
dalam struktur sosial tersebut.
Struktur dalam keluarga (terdiri dari ayah,
ibu, dan anak) pasti menghasilkan efek yang
berbeda dengan struktur yang lain
Tipe Struktur Sosial
Kelompok
Struktur social yang disusun dari satu atau sedikit posisi, sedikit anggota, hubungan yang erat,
dan bebas dari tuntutan budaya. Terdiri dari:
 Primer (Kecil dan lebih intim)
 Sekunder ( Lebih luas dan impersonal)
Organisasi
Suatu kerangka hubungan yang terstruktur dimana di dalamnya terdapat tanggung
jawab dan wewenang serta pembagian kerja untuk mengeksekusi fungsi tertentu.
Komunitas
Struktur sosial yang menggorganisasi masyarakat berdasarkan kedekatan aktivitas fisik dan
ruang geografis
Institusi
Kelompok ataupun organisasi yang dibentuk untuk memenuhi ketidaktentuan kebutuhan
biologis dan sosial. Terdiri dari:
 Basic Institution : Keluarga, ekonomi, agama
 Additional Intitution :Pemerintahan, hukum, pendidikan, sains, kesehatan
Stratification
Pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang tidak merata (bertingkat) yang
didasarkan pada kedudukan yang diperoleh melalui sumber daya yang dimilikinya. Co: status ekonomi
Societal/Masyarakat
Ketika penduduk dengan system yang khas yang berasal dari simbol-simbol budaya, yang disusun
dalam sebuah wilayah yang jelas oleh lembaga politik.
Berdasarkan sejarah manusia terdapat 5 tipe masyarakat diantaranya:
 Hunting and gathering
Terdiri dari 30-80 orng, diorganisasi oleh keluarga, dan aktivitasnya lebih kepada pemenuhan
kebutuhan dasar
 Hortikultural
Tinggal dalam desa kecil yang terdiri dari kelompok yang memiliki hubungan darah dan pernikahan
yang disatukan dalam hubungan politik atau kekuasaan
 Agrarian
Dibangun bukan dengan kekuatan manusia(menggunakan hewan, angin, dan air), ukuran
masyarakat lebih besar dan kompleks.
 Industrial
Menggunakan sumber energi yang bukan berasal dari makhluk hidup, menggunakan bantuan
mesin walaupun masih dikerjakan secara manual
 Post-Industrial
Pekerjaan dilakukan tidak secara manual, system computer mendominasi, ukuran masyarakat
terbesar
Intersocietal system

Terjadi benturan antar organisasi politik yang menyebabkan


terjadi perubahan interaksi dalam masyarakat yang
diakibatkan oleh perdagangan, migrasi, koalisi politik dan
ekonomi, serta peperangan.

Kekuatan dari struktur social

Dalam setiap struktur sosial, terkandung kekuasaan yang


bisa mempengaruhi anggotanya
Pikiran, persepsi, perasaan, tindakan, dan interaksi kita
sangat dipengaruhi struktur sosial tempat kita berada
Dalam setiap struktur sosial, terkandung
power yang bisa mempengaruihi
anggotanya
Pikiran, persepsi, perasaan, tindakan, dan
interaksi kita sangat dipengaruhi struktur
sosial tempat kita berada
AN
D SI
YA SA
A LI
UD IA
B OS
S
SISTEM SIMBOL {KEBUDAYAAN)

Bahasa
Teknologi
Sistem Nilai
Sistem Belief
Sistem Normatif
Pengetahuan
BAHASA
• Dengan bahasa, orang dapat mengembangkan
tulisan sehingga dapat menyimpan informasi dengan
lebih efektif dan dapat mengembangkan pola-pola
organisasi sosial.
• Melalui bahasa pula, orang dapat mengembangkan
matematika, logika, algoritma komputer.
• Bahasa memungkinkan perubahan sosial sehingga
dapat mempercepat, memperbesar dan meluaskan
relasi sosial
SISTEM TEKNOLOGI
• Pengorganisasian informasi dan pengetahuan untuk
mengontrol dan memanipulasi lingkungan
• Perkembangan teknologi memungkinkan
perkembangan masyarakat. Kita dapat memproduksi
dengan makin banyak, besar dan kompleks.
• Teknologi adalah faktor pendorong organisasi sosial
dengan proses transformasi yang diciptakannya
karena mempengaruhi relasi antar manusia.
• Sebagai contoh munculnya telepon mengubah
seluruh peradaban, khususnya relasi antar manusia
SISTEM NILAI

• Manusia memiliki gagasan mengenai apa


yang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas,
penting atau tidak penting, yang disebut
sebagai NILAI.
• Nilai diorganisasikan menjadi sistem standar
atau kriteria untuk memeriksa apakah seuatu
tindakan itu pantas dan bermoral, yang
selanjutnya disebut SISTEM NILAI
• Nilai bersifat abstrak, artinya bersifat umum, sehingga
bisa diterapkan di dalam berbagai situasi.
(Kluckhohn, 1951). Tanpa nilai, kita akan kesulitan
berkomunikasi dan beraktivitas bersama sehingga
menjadi ukuran seharusnya bagaimana.
• Nilai merupakan hasil kesepakatan dan kelaziman
yang seringkali memiliki batas geografis. Sebagai
pribadi, kita juga dapat memiliki nilai yang
berbeda, namun pada satu titik bisa menyepakati
nilai-nilai tetentu.
• Mayarakat dan komponen-komponennya
seperti ekonomi, politik, sistem pendidikan,
pola bermasyarakat dipengaruhi nilai-nilai ini.
Nilai merupakan perekat dari semua
komponen masyarakat.
• Nilai akan mempengaruhi keputusan dan
tindakan yang akan kita ambil dalam
berbagai bidang kehidupan.
BELIEF SYSTEM

• Kognisi dan ide seseorang terhadap suatu


situasi - terkait pendidikan, pekerjaan,
keluarga dsb.
• Sejumlah belief merupakan apikasi nilai
dalam situasi tertentu
• Contoh : Untuk dapat nilai bagus, perlu belajar
dengan tekun
• Kita dapat memiliki belief yang tidak saja
terkait apa yang sudah dialami, tapi juga yang
akan terjadi atau yang tidak akan pernah
terjadi. Dengan memegang belief, kita menjadi
tahu apa yang harus dilakukan saat berada
dalam suatu situasi atau bila akan berada di
suatu situasi
• Apa yang kita yakini (belief) belum tentu
secara faktual akan terjadi, tapi lebih pada
apa yang seharusnya terjadi pada suatu
situasi.
SISTEM NORMA
• Nilai dan belef terlalu umum untuk megatur dan
mengarahkan tingkahlaku sehingga dibutuhkan
NORMA untuk mengatur apa yang harus dilakukan.
• Ada Institutional Norm, yang mengatur hal=hal ang sifatnya
dasar. Namun kita tetap harus mengetahui norma
tambahan agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi
tertentu.
• Perubahan masyarakat yang makin kompleks membuat
norma-norma baru perlu diciptakan untuk memungkinkan
kita melakukan penyesuaian terhadap situasi baru
PENGETAHUAN
• Kumpulan informasi yang relevan yang didapat
individu saat melakukan peneysuaian diri
dalam berbagai situasi.
• Pengetahuan ini berisikan hal-hal apa saja yang ada di suatu
situasi sehingga mengarahkan kita untuk bisa
bertingkhalaku yang sesuai dengan situasi.
Pengetahuan di sekolah misalnya terkait kapan situasi
formal
• dan informal, sistem peringkat, mata pelajaran
dsb
VARIASI KEBUDAYAAN
• Konflik kultural : terjadi bila memiliki belief
yang berbeda dengan belief mayoritas
• Sub kultur : adaya sub poulasi yang memiliki
belef dan nilai yang berbeda dalam atu
mayarakat yang kompleks, misalnya dalam
harapan sosial, cara bicara , cara
mengekspresikan diri lewat bahasa tubuh. Ini
terjadi misal perbedaan white-collar dan blue
collar workers, kaya miskin, eksekutif dan
pekerja biasa, dosen mahasiswa.
• Kontradiksi kultural : bila kita memiliki nilai,
belief dan norma yang tidak konsisten atau
kontradiktif.
• Etnosentrism : perilaku intoleran terhadap
kultur tertentu
SOSIALISASI
Sosialisasi adalah usaha memasukkan
nilai- nilai kebudayaan terhadap individu sehingga individu
tersebut menjadi bagian masyarakat.
Proses sosialisasi merupakan pendidikan sepanjang hayat melalui
pemahaman dan penerimaan individu atas peranannya di dalam
suatu kelompok. Sosialisasi dapat terjadi karena adanya agen
primer yaitu keluarga dengan sifat emosional dan afektif, serta
agen sekunder, yaitu teman dan perkumpulan yang bersifat
leluasa.
Tujuan dari adanya sosialisasi adalah mengajarkan kebudayaan
yang berlaku dalam suatu kelompok kepada individu dari segi
peran dan status sosial.
Sosialisasi
a. Sosialisasi primer
Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang pertama dijalani oleh individu semasa
kecil, dimana ia menjadi anggota masyarakat, dalam tahap ini proses
sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum dan
keluarga yang berperan sebagai agen sosialisasi. Kepribadian anak akan
sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota
keluarga terdekatnya.
b. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu
yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif
masyarakatnya. Proses sosialisasi pada tahap ini mengarah pada terwujudnya
sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus) dan dalam hal ini yang
menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga
pekerjaan, dan lingkungan yang lebih luas dari keluarga.
Adapun jenis sosialisasi yang lain adalah sebagai berikut:

Sosialisasi Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-Lembaga seperti
sekolah, organisasi formal, kantor dsb.

Sosialisasi non Formal


Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan
yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat,
sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada
didalam masyarakat.
Tahap-Tahap Sosialisasi
George Herbert (1972) Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri
dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang
apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.[9] Dengan
kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi
seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Tahap-Tahap Sosialisasi
(Lanjutan)
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri
pada posisi orang lain meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama.[9] Seseorang mulai menyadari adanya tuntutan
untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini
lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku
di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan
masyarakat luas.[9] Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama— bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya—secara mantap.
INTERAKSI SOSIAL

• Manusia menggunakan simbol-simbol kultural


, bahasa, gesture, ekspresi wajah , yang
bermakna bagi orang lain untuk
mengkoordinasikan tindakan-tindakannya.
• Interaksi sosial diperlukan untuk menopang
struktur sosial, proses sosial, kebudayaan dan
personal well-being.
• Interaksi sosial seperti panggung sandiwara,
yang panggungnya ditentukan oleh struktur
sosial dan kebudayaan
HERBERT MEAD
Interaksi sosial terjadi jika
• Satu individu memberi tanda di lingkungan
sosial
• Individu lain bertingkahlaku sebagai
respon terhadap tanda individu pertama
• Individu pertama menyadari tanda dari
individu yang lain dan mendasarkan
tindakannya atas tanda yang diberikan oleh
individu yang lain
• Manusia berinteraksi secara unik. Tanda-tanda
dimaknai berdasar budaya. Kita tenang
bertingkahlaku karena yakin orang lain akan
memahami tanda yang kita berikan.
• Kemampuan membaca tanda memungkinkan
role-take, atau mengambil peran sebagai orang
lain./pasangan.
• Penyesuaian diri dengan situai dilakukan
dengan role-taking.
Mind
Suatu rangkaian proses yang tersembunyi dan
mendasari tingkahlaku yang muncul.
Pertama, ia mengantisipasi konsekuensi kejadian-
kejadian dan kemudian memilih tindakan yang tepat.
Mind adalah suatu imaginative rehearsal. Ada upaya
menilai reaksi orang lain atas tindakan kita. Kita
membuat asumsi tentang perspektif mereka dan kita
mulai menyadari belief dan norma . Yang kemudian
,menjadi bagian dari diri kita. Kita
membayangkan respon orang lain dan apakah
tindakan kita telah sesuai dengan norma
budaya.
• Rational theorist berpendapat bahwa saat itu kita
akan menghitung-hitung tindakan mana
yangmemberikan hasil terbaik.
• Menurut Mead, kita melihat diri kita sebagai bagian
dari obyek-obyek di suatu situasi dan kita
menangkap refleksi diri kita berdasar gesture dari
orang lain.
• Self-conception digunakan untuk menafsir gesure
orang lain untuk menemukan suatu konsistensi dan
kita bertingkahlaku sesuai konsepsi itu
• Kita jadi dapat memprediksi tingkahlaku kita dan
demikian pula sebaliknya
• Kita juga jadi mampu berinteraksi dengan orang
dengan tipe interpersonal tertentu
• Ada kalanya kita mengalami kebingungan, karena
adanya ke-tidak- konsisten-an atau role-taking tidak
efektif.
• Mead melihat interaksi sosial karenanya sebagai
proses kirim dan terima simbol-simbol kultural
yang emiliki makna yang umum diketahui orang.
Dramatic presentation of
self
Goffman
• Front-stage
Tempat ditampilkan semua tingkahlaku yang
diharapkan secara sosial
• Back stage
• Tempat ditampilkannya tingkahlaku yang
memerlukan privacy
• Physical prop
Penggunaan body languange untuk menyatakan
kualitas interaksi tertentu
Space prop
• Penggunaan gesture yang melibatkan obyek fisik
untuk menyatakan makna tertentu
Impression
Management
• Menampilkan gesture, staging props dan body
position di front stage
• Hal ini ditujukan untuk mendapatkan respon
tertentu dari orang yang berinteraksi dengan
kita
Folk Method
(Garfinkel)
 Penggunaan metoda atau teknik interpersonal untuk
menciptakan dan mempertahankan keteraturan dan
kesinambungan interaksi
 Et cetera principle digunakan lewat gesture yang
memberi tanda untuk tidak mempertanyakan hal
tertentu
 Dengan menggunakan kata tertentu, kita membuat
kita seolah-olah memahami satu sama lain dan semua
jadi jelas.
Turner
• Kita tidak saja role–take dengan orang lain
(untuk mengetahui role mereka) tapi juga role-
make. Secara sadar atau tidak, kita terus
menerus memanipulasi gesture untuk memberi
tahu peran apa yang sedang kita mainkan
Dalam interaksi sosial dapat terjadi
• Typification
Menempatkan orang pada stereoype tertentu
• Frame
Menetapkan satu jenis interaksi sebelum
memulai interaksi
• Interpersona rituals
Rangkaian tingkahlaku yang harus dilakukan
dalam suatu interaksi
• Interaksi biasanya dilakukan dengan merujuk pada
reference groups tertentu. Kita bertingkahlaku
sesuai harapan reference group, sesuai dengan apa
yang biasa dilakukan oleh reference group.
• Jika kita bertemu dengan orang asing, kita
menunjukkan tingkahlaku yang sesuai dengan
reference group kita untuk menghindari
ktidakjelasan situasi yang mungkin terjadi karena
adanya perbedaan, yang dapat embuat pasangan
tidak dapat melakukan role-taking yang tepat.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial
Tertutup
 Sistem pelapisan sosial tertutup, dalam Bahasa Inggris closed
social stratification menyebabkan masyarakat sulit melakukan
perpindahan status ke lapisan atas atau lapisan bawah. Jalan
untuk mencapai status pada sistem stratifikasi ini biasanya
cenderung melalui kelahiran atau keturunan yang ada
ditengah-tengah masyarakat.
 Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka yang juga dikenal dalam Bahasa
Inggris opened social stratification bersifat dinamis. Sistem
pelapisan terbuka memberi ini seolah-olah memberikan
kesempatan kepada individu atau kelompok naik pada lapisan
atas atau mengalami penurunan hingga masuk lapisan bawah.
Pendekatan
Marxian Pendekatan Weberian
yang menekankan pada
menekakan sifat multidimensional
kepemilikan dari stratifikasi ( tidak
hanya disebabkan oleh
alat produksi kelas sosial tetapi juga
sebagai dapat disebabkan oleh
partai dan status
penyebab kelompok)
stratifikasi
Pendekatan Perndekatan
Pendekatan fungsional
dalam berpendapat bahwa
ketidaksetaraan
mencerminkan suatu
evolusioner
berpendapat bahwa hal
tersebut merupakan

mempelajari
trin jangka panjang
system penghargaan
menunku peningatan
untuk mendorong
ketimpangan setelah
individu untuk
masa hunting ang
stratifikasi menempati posisi yang
pentng dan sulit untuk
diisi.(Davis&Moore)
gathering yang telah
dibalik dalam
masyarakat modern

sosial
Fungsi Stratifikasi Sosial :
Menurut Marx dan Weber : Stratifikasi menciptakan ketegangan dan
setidaknya berpotensi menghasilkan konflik diantara kelas-kelas sosial
dengan variasi sharing sumberdaya
Juga dapat dikatakan stratifikasi sebagai suatu kekuatan integratif dalam
masyarakat
Davis dan Moore (1945, dalam Turner, 1994) : Ketidaksetaraan sebagai cara
untuk memotivasi orang2 yang qualified untuk dilatih dan berkorban jika
diperlukan dalam rangka melakukan suatu fungsi yang penting dalam
masyarakat
Berdasarkan teori Evolutionary, Gerhard Lenski’s (1966, dalam Turner, 1994)
: stratifikasi merupakan hasil dari meningkatkan produksi ekonomi yang
menciptakan adanya surplus kesejahteraan melebihi batas yang diperlukan
Disorder, Deviance
dan Dissent
Masyarakat selalu mengalami kebuntuan antara kekuatan yang
mendorong terjadi ketertiban dan yang menyebabkan penyimpangan,
perbedaan pendapat, konflik, dan kekacauan

Forces of Disorder
Terdapat beberapa penyebab terjadinya kekacauan diantaranya:
1. Ukuran populasi : semakin besar populasi semakin sulit untuk
mendistribusikan sumber daya dan mengkoordinasikan aktivitas
2. Perbedaan Sosial : Perbedaan budaya, peran, tingkatan ekonomi,
agama, organisasi, komunitas, dan peran ekonomi
3. Ketidakadilan : Populasi yang besar dan orang-orang mengerjakan
pekerjaan yang berbeda sehinnga sebagian orang akan memiliki uang,
kekuasaan, dan prestise yang lebih dari yang lainnya.
Macro
Semakin besar kehidupan sosial, semakin berbeda
karakteristik masyarakat semakin potensial terjadi

Force of
ketidakadilan yang dapat menyebabkan perbedaan
pendapat, penyimpangan dan kekacauan. Sehingga perlu
adanya kontrol sosial yang bersifat makro untuk dapat
Social
mengaturnya.
Terdapat dua pandangan mengenai solusi untuk
Control
melakukan kontrol sosial, yaitu:
1. Regulasi pemerintah, sebagai kekuasan politik yang
disetujui oleh masyarakat melalui pilihan politiknya
2. “Invesible Hand of Order” atau yang lebih dikenal
sebagai mekanisme pasar, yang didasarkan pada
hukum penawaran dan permintaan.
Melakukan kontrol sosial dapat pula dilakukan
Micro-
dengan proses interaksi interpersonal yang
level
bersifat informal (interactionist Theory) yang
terdiri dari:
force of
Sosialisasi yang berasal dari kepribadian
social
Saling menyampaikan nilai, keyakinan dan norma
pribadi sehingga dapat menentukan ekpektaksi
control
dan standar tertentu ketika berinteraksi.
Sanksi yang timbal balik
Memberikan sinyal berupa gestur,cara berbicara,
cara melihat yang ditunjukan sebagai respon
terhadap perilaku yang dianggap
salah/menyimpang
Deviance adalah perilaku yang melanggar aturan yang telah ditetapkan.
 Semakin masyarakat besar, kompleks dan terdiversifikasi, maka rates of deviance
akan meningkat
 Kekuatan formal dan kekuatan informal di kontrol sosial menjadi inadekuat

Beberapa perspektif teori yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan (deviance)


diantaranya:
1. Teori fungsional yang menekankan pada ketegangan struktural antara tujuan dan
sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Teori konflik yang menekankan pada ketidakadilan, seperti kebijakan yang lbh
menguntungkan orang kaya dr pd orang miskin, atau kaum minoritas tidak memiliki
akses yang sama seperti kaum mayoritas.

Devianc
3. Teori interaksionis menekankan pemberian label kepada orang bahwa orang
tersebut “deviant” (co:criminal, pecandu) dapat membuat mereka berespon sesuai
dengan ekspektasi yang di labelkan kepada dirinya.

e
4. Teori utilitarian menekankan pada orang akan mempertahankan perilaku
penyimpangnnya karena didasarkan atas perhitungan biaya, investasi, keterlibatan,
dan keyakinannya. Perilaku dipertahankan karena ia mendapatkan keuntungan dari
perlakunya tersebut.
Dissent (Pemberontakan) adalah proses memobilisasi (pelanggaran kolektif)
yang bertujuan untuk memprotes ketidakadilan yang dirasakan.
Pemberontakan ini penyebab utamanya ketidakadilan, yang yang kemudian
keluhan atas ketidakadilan tersebut diintensifkan dg kondisi yang dapat
memfasilitasi diantaranya:
 Hubungan sosial, jaringan, dan media komunikasi yang dimiliki untuk
menyebarkan keluhan tersebut.
 Pemimpin sangat penting, yang memiliki kemampuan untuk
mengartikulasikan keluhan dan meyakinkan bahwa tindakan tersebut harus
dilakukan.
 Keyakinan harus diartikulasikan sebagai symbol untuk menyatukan mereka
 Perasaan kesenjangan harus ditingkatkan dengan membuat gap antara apa

Dissent
yang mereka terima dengan apa yang mereka harapkan
Ledakan Kolektif d
Beberapa teori yang menjelaskan mengenai ledakan kolektif dan perilaku
kerumunan diantaranya:
 Teori contagion menekankan interaksi tatap muka antar individu dalam
membagi keluhan mereka.
 Teori konvergensi menekankan seleksi pada diri individu yang rentan
terpengaruh terhadap situasi kerumunan yang besar,
 Teori emergent norm menekankan bahwa melalui interaksi, orang
mengembangkan norma-norma dalam situasi kerumunan yang kemudian
digunakan untuk memandu perilaku mereka.
Perilaku kerumunan adalah inisiatif yang dipicu oleh insiden yang
membangkitkan keyakinan umum dalam mengekspresikan keluhan. Untuk
menjadi gerakan sosial yang efektif, orang-orang dalam kerumunan harus
memiliki sumber daya untuk mempertahankan kegiatan protes mereka.
SOCIAL CHANGE
Sumber-sumber Perubahan Sosial
1. Budaya
 Teknologi : Sumber paling potensial adalah teknologi atau pengetahuan mengenai
bagaimana lingkungan dimanipulasi (Lenski, Lenski, and Nolan, 1991). Inovasi atau
perkembangan tekonologi punya kekuatan besar untuk menimbulkan perubahan di
masyarakat
 Evaluative belief yaitu keyakinan manusia mengenai apa yang harus terjadi dan ada
di konteks sosial. Belief yang paling powerful adalah yang berkaitan dengan religi.
Adanya konsepsi baru mengenai supranatural maka struktur sosial yang dasar bisa
berubah.
2. Struktur Sosial
Sumber perubahan sosial dalam konteks struktur sosial adalah diantaranya
 Inequality (ketidaksetaraan)
 Subcultures
 Institusi sosial
 Demografi
Perubahan simbol budaya terjadi melalui dua proses, yaitu:
1. Diffusi : Penyebaran sistem simbol dari satu populasi ke populasi lainnya.
Ini terjadi untuk semua hasil budaya. Bahasa, nilai-nilai, belief, institutional norms,
teknologi adalah persoalan diffusi yg sekarang sangat mudah diamati.
2. Perubahan struktural
Ketika manusia menghadapi masalah dalam kehidupannya, ia akan menata ulang kegiatan
dan aktivitasnya sekalogus symbol-simbol budayanya.
Norma adalah aspek pertama yang berubah karena norma sebagai acuan dalam bertindak.
Selanjutnya belief yaitu apa yang seharusnya berlaku yang juga menyesuai dengan
perubahan pola relasi yang terjadi
Bila perubahan struktur sosial, norma dan belief cukup kuat dan menyebar, value juga
mungkin berubah.
Perubahan budaya dan struktur sosial terjadi timbal balik
Contoh : industrialisasi di negara berkembang

Anda mungkin juga menyukai