Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi Sosial di Masyarakat

(analisis tentang pandangan umum warga gendeng dan warga papua)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai bangsa yang besar, kita memiliki sejarah panjang perjuangan
sampai pada titik kemerdekaan yang kita miliki sekarang ini. Sejarah telah mencatat bahwa
perjuangan bangsa kita ini tidak hanya diperjuangkan oleh etnis tertentu saja yang ada di
Indonesia, melainkan berbagai etnis yang bersatu demi cita-cita bersama agar jauh dan
terbebas dari penjajahan bangsa asing. Cita-cita bersama itulah yang menjadi salah satu
landasan dan semangat juang bangsa ini untuk bersatu dan mendeklarasikan diri sebagai
bangsa yang merdeka. Kemudian lambat laun negara tumbuh dan membentuk sistem-sistem
baru untuk menjaga keberlangsungannya dari level negara sampai pada level terkecil
sekalipun yaitu masyarakat.
Masyarakat sebagai representasi dari sebuah negara merupakan bagian dari suatu
sistem sosial yang lebih kecil dan mudah untuk kita amati. Beragamnya ras, etnis dan budaya
bisa kita amati dari scope terkecil negara ini. Sebagaimana yang kita ketahui negara kita
memiliki tingkat keberagaman yang tinggi. Masing-masing bagian dari keberagaman punya
caranya sendiri untuk berinteraksi satu sama lainnya, punya nilai-nilai yang diperjuangkan
dalam budayanya sehingga memiliki ciri khas tertentu jika kita amati secara seksama.
Sayangnya keragaman tersebut seringkali menjadi sumber permasalahan saat ini. Variasi
budaya yang melimpah justru menjadi penghambat dan dituding menjadi biang rusaknya
tatanan sosial yang ada dimasyarkat. Salah satu penyebab dari sekian banyaknya masalah
tersebut berawal dari persepsi.
Persepsi sebagai landasan berfikir individu maupun kelompok sosial yang ada
dimasyarakat sering menjadi hal yang potensial menuju konflik. Asumsinya adalah jika
dalam suatu sistem sosial memiliki sebuah konsesus, keseimbangan dan keteraturan sosial,
bagaimana jika keseluruhan hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi tertentu sehingga
keseluruhan proses didalamnya termasuk konsensus dan peraturan-peraturan yang dibentuk
merupkan bentuk penolakan terhadap budaya ataupun etnis tertentu. Bukankah hal tersebut
tidak sejalan dengan cita-cita negara ini? Bukankah keberagaman kita merupakan hal yang
seharusnya kita terima dan merupakan wujud dari persatuan indonesia? Tulisan ini ingin
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

mengajak para pembaca untuk melihat realita yang terjadi saat ini dengan cara yang
sederhana.
Fokus tulisan akan tertuju pada lingkungan sekitar Kampus Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) atau berlingkup pada kawasan gendeng yang
memberikan salah satu kontribusi terhadap keberagaman etnis di kawasan gendeng. Penelti
ingin melihat persepsi ataupun pandangan warga gendeng pada umumnya terhadap warga
papua, juga sebaliknya. Kami sepakat untuk membahas judul ini dikarenakan ingin melihat
pengaruh persepsi terhadap kesatuan atau integrasi yang ada dikawasan gendeng yang
memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Harapannya pada bahasan tulisan kali ini akan
mengajak pembaca berfikiran terbuka melihat realita sosial yang ada di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
Bagaimana Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi Sosial di Kawasan Gendeng?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini bukan untuk membandingkan mana yang benar atau
salah. Tetapi ingin menampilkan fakta bahwa betapa persepsi yang dimiliki individu ataupun
kelompok-kelompok sosial dapat menimbulkan permasalahan pada integrasi sosial yang ada
di masyarakat.

Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi


Sosial diMasyarakat

BAB II
Persepsi dan Pengaruhnya Terhadap Integrasi Sosial
A. Persepsi sebagai Dasar Pemahaman
Dalam keseharian kita melakukan aktifitas kita belajar melihat dan mengamati
sesuatu. Baik itu dalam bentuk benda maupun perilaku. Manusia belajar mengamati untuk
menilai dan menggunakan pengalaman tersebut sebagai acuan dan pengetahuan dasar untuk
berfikir ataupun melakukan tindakan disuatu hari nanti. Hal tersebut yang melatarbelakangi
terbentuknya persepsi di masing-masing individu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
secara harfiah persepsi sendiri memiliki pengertian sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan
mereka. Artinya perilaku individu seringkali didasarkan pada pengamatan dan pengalaman.
Bagaimana cara mereka melihat sesuatu dan bagaimana cara mereka mengartikan sesuatu
tergantung dari pengalaman dan proses pembelajaran dalam masing-masing individu.
Lebih lanjut Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi
karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam
diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial
maupun fisik.
Ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat berpengaruh dalam
mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi.
2. Situasi atau keadaan sosial yang melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan orang yang mempersepsi.

Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi sosial yang melatar belakangi
stimulus person berbeda akan berbeda hasil persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka acuan,
pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi
akan berpengaruh dalam seseorang mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena
persepsi merupakan aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas dasar
pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi akan
lain hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang

Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi


Sosial diMasyarakat

sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang
mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yang melatar-belakangi stimulus person juga akan ikut berperan
dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang melatar belakangi berbeda, hal
tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Orang yang biasa
bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkan
kekerasannya, hal tersebut akan mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagai stimulus
person. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu
situasi sosial yang melatar belakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam
persepsi, khususnya persepsi social1.
B. Pengaruh Persepsi terhadap Sistem Sosial
Menurut Yusuf Zainal (2004: 415) lingkungan sistem soisal terdiri atas lingkungan
fisik, sistem kepribadian, sistem budaya, dan organisme perilaku. Berbagai hal tersebut dapat
dilihat dari suatu hubungan yang hirarki. Adapun hierarki yang dibayangkan sebagai berikut :
Sistem Budaya
Sistem Sosial
Sistem Kepribadian
Organisme Perilaku
Basis konsep hierarki adalah menempatkan top struktur sebagai supra struktur dari
segalanya, dia mengontrol penuh sampai pada perilaku masyarakat. Asumsinya sistem
budaya merupakan orientasi nilai dasar dan pola normatif yang dilembagakan dalam sistem
sosial dan diinternalisasikan dalam struktur kepribadian pada anggotannya. Norma
diwujudkan melalui peran-peran tertentu sistem sosial, yang juga disatukan dalam struktur
kepribadian dalam sistem itu. Kemudian pada tahapan terakhir oraganisme perilaku
merupakan bentuk dari penerapan atau aplikasinya dalam pelaksanaan peran dalam sistem
sosial.
Lebih lanjut Talcot Parsons (dalam Yusuf Zainal : 416) melihat hubungan antara
berbagai sistem melalui kontrol sibernatik (Cybernatic control) yang didasarkan pada arus
1Persepsi sosial dan faktor penyebabnya, http://psisosial.blogspot.com/2011/10/persepsi-sosial.html, diunduh pada 22 Mei 2015.
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

informasi dari sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian, dan organiasasi pelaku.
Kemudian sistem tindakan tersebut dihubungkan dengan dengan keempat prasayarat
fungsional atau biasa disebut fungtional requistis yang ditunjuk dalam skema A-G-I-L yang
masing-masing memiliki penjelasan sebagai berikut :
A = Adaptasi
G = Goal attainment (capaian yang ingin dituju)
I = Integration (integrasi atau penyatuan konsensus dalam sistem sosial)
L = Latency (pemeliharaan pola-pola yang laten)
Secara fungsional perubahan yang terjadi dalam sistem sosial masyarakat tidak
selalu berasal dari atas (budaya) tetapi juga bisa dari level terbawah yaitu adaptasi atau
organisme perilaku. Individu merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat. Keterkaitan
individu akan lingkungan akan berpengaruh pada nilai-nilai yang dibangun dalam sistem
sosial di masyarakat. Mengingat masing-masing pandangan masing-masing individu
memiliki perbedaan maka akan banyak persepsi mengenai seesuatu hal. Semisal dalam
konsensus akan norma-norma tertentu dalam suatu wilayah misalnya, dalam mengatur
kawasan gendeng perlu adanya aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga
didalamnya. Acuan awal untuk memulai norma sosial adalah biasanya didasarkan pada
kondisi budaya lokal. Budaya lokal yang dimaksud adalah budaya jawa jika kita
menyesuaikan dengan konteks pada kawasan gendeng. Sebagaimana yang kita ketehui
budaya jawa menekankan sopan santun dan ramah tamah dalam kesehariannya dan sangat
tidak mentolerir hal yang kontradiktif dari norma tersebut. Maka konsesnsus yang
kemungkinan terbentuk adalah :
1. Bersikap ramah pada sesama warga
2. Menjaga sopan santun khususnya perilaku dan nada bicara.
3. Menjaga ketertiban dan kenyamanan di lingkungan.
Setelah konsensus dalam lingkungan tersebut terbentuk maka untuk menjaganya
agar tetap pada posisi seimbang (equilibrium) maka diperlukan social order dalam
masyarakat. Hal ini ditujukan guna menjaga nilai-nilai dasar yang sudah terbangun dari
konsesnsus yang sudah terbentuk. Social order ini dapat berupa peraturan baik itu tertulis
maupun tidak tertulis dalam masyarakat.
Dalam perkembangannya konsensus dapat berubah dalam suatu masyarakat.
Perubahan ini akan terjadi bila mana hal-hal fundamental yang dibawa oleh nilai-nilai dasar
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

suatu konsensus (dalam hal ini budaya jawa) mulai terusik. Perubahan ini tidak lain didasari
atas pengalaman dan pengamatan yang berlangsung baik dari interaksi sosial maupun
persepsi yang tumbuh dimasing-masing individu dan kelompok masyarkat.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, stimulus ini timbul dan dibutuhkan tindakan
untuk menyikapinya dengan membuat sebuah konsensus baru yang lebih memproteksi
misalnya pembuatan aturan RT untuk tidak melakukan judi dan minuman keras 2. Narasumber
kami membenarkan hal tersebut seperti pada kutipan wawancara yang kami lakukan. Bapak
Waluyo mengatakan bahwa :
iya mas peraturan RT itu dibuat dulu gara-gara ada yang sering mabuk
disini, masalahe nek mabuk sendiri yo rapopo mas, lha iki nganti ganggu
warga e sampe teriak-teriak ngono lho mas
Secara teoritis ini membenarkan pendekatan struktural fungsional ataupun integrasi
atau pendekatan yang diuatarakan oleh Parson bahwa perubahan dapat terjadi dari level
bawah yaitu dalam hal ini adaptasi warga tentang kebiasaan yang dilakukan warga papua
misalnya, sehingga pada prosesnya membentuk suatu konsensus baru.
Dari cuplikan temuan kami diatas didapat bahwa pandangan bahwa betapa kuatnya
pengaruh persepsi yang dimiliki warga atau kelompok sosial tertentu sehingga dapat
menciptakan suatu konsensus baru. Adapatasi dalam konsep AGIL dipakai sebagai dasar
energi untuk melakukan perubahan, yang mana adaptasi tersebut didasarkan dari pengalaman
dan pandangan-pandangan umum atau persepsi warga tentang masalah yang dihadapinya.

BAB III
2 Peraturan ini tertuang pada perjanjian point 3 tentang pemondokan atau data
diri yang harus diserahkan kepada RT setempat. Setiap penghuni kos baru wajib
mengisi blangko file ini dan ditanda-tangani dengan materai 6000. Peneliti
melihat ini sebagai bentuk konsensus yang harus di ikuti oleh seluruh RT
gendeng dan merupakan bagian dari sosial order demi menjaga keseimbangan
dalam masyarkat.
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

Analisis Temuan
Pandangan konsensus integrasi menggambarkan masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional dan relatif memiliki sistem yang stabil. Sistem tersebut diadakan dan dibuat secara
bersama dan didasarkan pada suatu kesepakatan atau konsensus dasar atas nilai-nilai.
Ketertiban sosial (social order) merupakan hal yang relatif permanen dan para individu dapat
meraih kepentingan-kepentingan mereka melalui kerjasama. Pandangan ini justeru
menekankan pada rasa kepaduan (cohesion), rasa solidaritas, rasa kesatuan (integration),
sikap kerjasama (cooperation) dan stabilitas masyarakat, yang dilihat sebagai budaya berbagi
dan kesepakatan pada nilai-nilai dan norma-norma yang fundamental. Pandangan konsensus
integrasi ini melihat hukum sebagai suatu kerangka kerja yang netral untuk mempertahankan
dan memelihara integrasi masyarakat3.
Integrasi sendiri jika dilihat dalam konteks sistem sosial merupakan salah satu
penunjang atau prasyarat berjalannya sistem sosial. Sistem sosial pada dasarnya memiliki
kecenderungan untuk mencapai stabilitas. Karena sistem sosial memang sering kali mampu
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar,
baik dengan cara tetap memelihara status quo maupun dengan cara melakukan bersifat
reaksioner.
Untuk melihat bagaimana dinamika pandangan masing-masing warga kami
melakukan wawancara dengan beberapa warga gendeng. Kami mengambil sample secara
acak agar dapat gambaran umum tentang masing-masing warga (baik warga gendeng maupun
papua). Responden terdiri dari ketua rt, pegawai kelurahan, masyarakat umum gendeng, dan
mahasiswa papua yang tinggal disekitar kawasan gendeng. Pencarian gambaran umum ini
ditujukan untuk melihat persepsi masing-masing warga dan ingin mengelaborasi dampak
yang ditimbulkan dari masing-masing persepsi tersebut terhadap integrasi sosial yang ada di
lingkungan gendeng timoho.
A. Persepsi Warga Gendeng Terhadap Warga Papua
Dari beberapa penilaian Responden (warga Gendeng) secara umum mereka
berpendapat bahwa warga Papua pada umumya baik. Walaupun ada beberapa dari mereka
3 Pertentangan sosial dan integrasi,
http://diannasari.blogspot.com/2012/12/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html ,
diunduh pada 22 Mei 2015.
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

yang berprilaku kurang sesuai dengan norma atau aturan masyrakat lokal. Hal itu di sebabkan
adanya perbedaan budaya antara warga Gendeng dan warga Papua. Gunadi salah satu
masyrakat yang tinggal di lingkungan gendeng berpendapat :
Orang Papua itu mereka baik-baik Mas, setau saya yang pernah saya
amati selama ini tidak pernah ada masalah di sini. Merekanya gini Mas
kalau seandainya mereka nggak di ganggu, mereka nggak ganggu kita,
jadi kalau kita baik sama mereka, mereka baik sama kita.
Responden juga memiliki pandangan bahwa, warga Papua baik jika tidak ada
gangguan dari luar kelompok mereka. Dalam arti, mereka berusaha menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar kelompok.
Kalau berbaur, ngomong sama masyarakat sekitar mereka bisa Mas,
tapi kalau ikut kegiatan ini itu kegiatan bersih lingkungan mereka belum
terlibat.
Senada seperti yang diungkapkan gunadi ibu deva dan ketua rt gendeng pak waluyo
juga membenarkan hal tersebut bahwa sebenarnya warga papua itu biasa saja seperti warga
umumnya, tapi tetap mereka tidak lepas dari kebiasaan-kebiasannya. Sayang ketika
dikonfrontir lebih lanjut narasumber enggan berbicara banyak dan hanya mengucap itu
sudah menjadi rahasia umum mas sehingga kami tidak menggali lebih dalam kenapa
pandangan seperti itu (tidak bisa lepas dari kebiasaannya) bisa muncul.
Tidak didapat adanya data yang signifikan mengenai pola relasi antara warga
Gendeng dan warga Papua. Masyarakat juga menilai bahwa sebagian warga Papua bisa
berinteraksi, dan sebagian masih tertutup. Di lihat dari berbagai kegiatan yang diadakan
dalam lingkungan, warga Papua belum terlibat.
Warga Papua pada umumnya kurang di libatkan dalam kegiatan lingkungan. Hal ini
dikarenakan, sebagian masyarakat lokal memiliki persepsi negatif terhadap warga Papua
(kebiasaan ngumpul-ngumpul, dan minum minuman keras). Padahal tidak semua warga
Papua memiliki kebiasaan negatif. Hal ini juga dibenarkan oleh mariadi selaku pemilik kos di
kawasan gendeng :
warga papua yang selama ini saya ketemu mereka baik baik saja
terhadap saya. Secara komunikasi juga kita baik saling menyapa. Cuma
mungkin ada beberapa yang masih muda-muda terutama mereka yang
baru datang kesini mungkin agak sedikit kaget dengan kota jogjakarta.
Biasanya juga mereka sering kumpul-kumpul terutama ini yang belum
kerja yang saya tau yang masih muda. Tetapi kalau yang sudah bekerja
mereka biasanya lebih mapan lebih dewasa. Nah kalo yang muda-muda
ini yang harus diawasi karena mereka takutnya kebablasan dalam
pergaulan, umumnya mereka suka minum-minuman keras

Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi


Sosial diMasyarakat

Kebanyakan dari hasil wawancara, pada umumnya kami menangkap ada kesan atau
anggapan di masyarakat lokal menilai bahwa, warga Papua memiliki kebiasaan yang kurang
baik. Hal itu yang menyebabkan masyarakat lokal membuat aturan-aturan yang ketat dalam
lingkungan seperti pembuatan perjanjian pondokan guna untuk memproteksi diri dari
gangguan luar.
B. Persepsi Warga Papua Terhadap Warga Gendeng
Berdasarkan penilaian dari narasumber pertama kami Thoby (warga papua) dia
menganggap bahwa orang jawa umumnya itu baik dan sangat ramah. Masyarakat bisa
menerima orang Papua dengan baik dan tidak mendiskriminasikan mereka. Namun ada
sebagian masyarakat yang menganggap sebelah mata dengan orang Papua karena mereka
suka membuat keributan dan suka mabuk-mabukan. Jadi mereka cenderung menjauhi orang
Papua.
Ya intinya untuk keseluruhan warga di Jogja itu sangat ramah bagi kita,
begitu juga dengan warga di Gendeng. Memang ada beberapa yang
keras kehidupannya tapi tidak semnuanya, namun secara umum warga
Jogja itu ramah dan itu nyaman bagi kita.
Hubungan narasumber dengan masyarakat terjalin dengan baik, akrab dan membaur
dengan masyarakat di lingkungannya. Hal ini juga serupa dengan yang diuatarakan Marlin
Nawarisa kaitannya dengan pendapatnya tentang warga gendeng :
...lingkungan yang saya tinggal baik, warganya baik sama ibu kos
bapak kosnya baik, Cuma ada satu kendala. Ada kk tingkat yang mabuk
disitu kos kan kos putri jadi tidak diterima cowo
Frano tanggahama menyatakan hal serupa bahwa ada ketidak nyamanan yang dia
rasakan selama tinggal di lingkungan gendeng :
saya tidak nyaman itu karena ada teman teman yang sering mabuk
bikin onar bikin suruh segala macem makanya ya kami selaku orang
papua itu, aku merasakan ketidak nyamanan itu
Frano sadar bahwa hal tersebut akan berdampak terhadap penilaian warga secara
keseluruhan terhadap warga papua tetapi beliau memaklumi hal tersebut.
Tetapi narasumber lainnya berbeda pendapat dengan narasumber sebelumnya (Thoby)
mengenai pandangan terhadap orang jawa. Siti warga papua memiliki pandangan yang lugas
tentang orang jawa pada umumnya. Memiliki pendapat sebagai berikut :
....orang jawa tu mikirnya tu ah orang papua tu sama padahal aslinya
tidak, kita memang orang papua tu suaranya besar kasar tapi tidak
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

seperti orang jawa kita sesuaikan dengan adat kita. Dan kita kita itu
megang panah, panahnya tu didepan tapi kita kita tunjukan kalau kita tu
memang seperti itu jadi apa yang kita lakukan paling kita marah
sebentar, sebentar juga habis
...tapi orang jawa tidak, kan mereka punya pisau itu simpannya
dibelakang jadi ketika mereka punya konflik sama orang luar, macam
mereka macam aku dendam sama kamu, kamu dendam sama aku itu
kamu kasih simpan. Kamu pura-pura baik didepan aku tapi dalam hati
kamu sebentar kamu pas pulang aku tonjok kamu
Siti sangat menyayangkan perlakuan dan persepsi yang mereka pikir kan tentang
orang papua, padahal banyak juga dari mereka sangat nyaman dengan warga gendeng dan
jawa pada umumnya.
Mereka merasa terdiskriminasi dari segi perlakuan orang jawa terhadap mereka. Hal
ini dianggap tidak adil bagi mereka. Kebanyakan orang jawa menganggap bahwa semua
orang papua itu suka membuat keributan dan mabuk-mabukan. Padahal tidak semua orang
papua seperti itu, kembali lagi dari bagaimana individu tersebut. Namun masyarakat sudah
terlanjur beranggapan bahwa setiap warga papua itu sama, sehingga beberapa warga papua
pada akhirnya cenderung menjaga jarak dengan warga gendeng.
Dan pada umumnya hubungan orang papua dengan orang jawa kurang terjalin
dengan baik. Karena perbedaan pandangan mereka terhadap masing-masing kelompok
menjadikan hubungan mereka tidak baik. Jadi orang papua tidak bisa membaur dengan orang
jawa dan cenderung mencari tempat tinggal yang jauh dari kampus. Sehingga mereka hanya
berhubungan dengan sesama orang papua dan yang mengerti adat dan kebiasaan mereka saja.
C. Integrasi Sulit Dicapai
Sulit melihat integrasi jika sebuah sistem sudah terpengaruh oleh persepsi. Padahal
keberagaman multikultur yang ada di negara kita sudah dipahami dan ditanamkan sejak kita
kecil. Hanya karena kejadian tertentu membuat semuanya berubah sekejap. Dalam dinamika
sosial hal ini dianggap wajar karena pada dasarnya heterogentitas dan ketimpangan
mencipatakan hambatan bagi hubungan-hubungan sosial diantara anggota masyarkat. Makin
tinggi tingkat diferensiasi, maka makin besar pula hambatan terjadinya hubungan-hubungan
sosial atau integrasi sosial4.
Integrasi ditujukan untuk menyatukan namun ketika persepsi mendominasi dan
berbalik menyerang serta menyudutkan keberagaman menjadi suatu hal yang aneh karena
4 Disarikan dari Bahan kuliah Sistem Sosial Budaya.
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

10

teridentifikasi berbeda dengan nilai-nilai tatanan yang ada akan menimbulkan dis-fungsi
dalam proses penerimaan warga papua sebagai pendatang. Masalah yang ada hanya akan
dicari penyelesaiannya tanpa mengamati lebih dalam permasalahan dan perubahan yang
terjadi dimasyarkat.
Similaritas konsep ini dapat kita lihat pada teori fungsionalisme struktural dimana
konsep ini lebih memusatkan perhatiannya pada keseimbangan masyarakat dengan
menciptakan keteraturan sosial sebagai penerapannya. Menurut paham ini semua pola
normatif seperti yang ada pada kebiasaan sopan santun perlu dijaga dan diaatur karena hal
tersebut turut membantu integrasi meski dalam bentuk paksaan. Sehingga kemudian pada
prosesnya integrasi yang terjadi harus di patuhi oleh semua lapisan masyarakat yang termasuk
kedalam sistem sosial tertentu.
Selain itu salah satu yang menjadi hal penting dalam integrasi adalah komunikasi.
Dari temuan pandangan masing-masing warga baik papua maupun warga gendeng cenderung
untuk tidak bersinggungan dengan yang lain atau lebih mengarah pada untuk menghindari
konflik. Ini dapat dipahami karena tidak adanya jembatan yang menghubungkan kedua
persepsi tersebut dalam suatu pola interaksi yang baik. Akan lebih ideal jika permasalahan
yang terjadi khususnya yang melibatkan dua warga ini selalu komunikasikan secara dua arah.
Jadi lingkungan tinggal tidak hanya sekedar mengatur perilaku individu yang ada didalamnya
tetapi juga menerima pandangan ataupun perspektif lain diluar sistemnya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi


Sosial diMasyarakat

11

Dari keseluruhan pembahasan diatas kami menyimpulkan bahwa persepsi sangat


berpengaruh terhadap integrasi sosial yang ada di masyarakat, terutama pada lingkungan
yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. pada kasus gendeng yang memiliki tingkat
multikultur yang beragam sehingga sistem sosial yang ada dimasyarkat harus bisa
menyesuaikan atau mengadaptasikan diri dengan lingkungan yang baru.
Secara spesifik persepsi atau pandangan umum dapat memberikan stigma atau
memberikan kesan khusus atas suatu obyek tertentu dimana dari penilaian tersebut akan
diambil tindakan-tindakan sebagai aksi lanjutan dari penilaian yang dibuat. Jika masingmasing persepsi tersebut berdiri senidri di masing-masing warga sulit rasanya untuk
mencapai integrasi sosial karena masing-masing punya penilaiannya sendiri. integrasi
membutuhkan konsesnsus, keseimbangan sosial, dan social order, hal tersebut tidak akan
terjadi jika tidak ada kesepahaman bersama untuk segala sesuatunya.
B. Saran
Perlu adanya komunikasi yang intens diantaradua warga ini agar tiap permasalahan
yang terjadi dapat dibicarakan secara bersama-sama sehingga tidak menimbulkan pandangan
egois atau inward looking dimasyarakat. Wadah komunikasi bisa berbentuk variatif bisa
melalui perwakilan warga papua di daerah gendeng ataupun menjalin komunikasi lain
melalui pelibatan persoal dalam kegiatan warga sehingga dapat terjadi proses transfer
informasi yang lebih intens dan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

12

Bahan Kuliah Sistem Sosial Budaya.


Zainal Abidin, Yusuf. 2014. Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Bandung : CV.
Pustaka Setia.

Sumber Internet :
Persepsi sosial dan faktor penyebabnya, http://psi-sosial.blogspot.com/2011/10/persepsisosial.html, diunduh pada 22 Mei 2015
Pertentangan sosial dan integrasi, http://diannasari.blogspot.com/2012/12/pertentangansosial-dan-integrasi.html , diunduh pada 22 Mei 2015

Peraturan :
Peraturan Pemondokan RW XX Gendeng Kelurahan Baciro

Lampiran I
Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi
Sosial diMasyarakat

13

Daftar narasumber wawancara


Tempat : sekitar wilayah Gendeng dan Kampus STPMD
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama
Waluyo
Deva
Mariadi
Gunadi
Thoby
Frano
Siti
Marlin

Pekerjaan
Ketua RT
Staf pelayanan umum kelurahan
Pemilik kos
Masyarakat Umum
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa

Lampiran II

Makalah Sistem Sosial Budaya | Pengaruh Persepsi Terhadap Integrasi


Sosial diMasyarakat

14

Anda mungkin juga menyukai