Anda di halaman 1dari 10

TATANAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

TUGAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah tatanan sosisl & pengendalian
sosial pada jurusan komunikasi dan penyiaran islam.

Dosen Pembina:

Rusnawati,S.Pd.,M.Si.

Oleh:

Halilul Haqqi - 200401058

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN AR RANIRY
2020
A.Tatanan Sosial
Pada saat kita berbicara tentang tatanan sosial, ada beberapa konsep penting
yang perlu didiskusikan yaitu tentang: struktur sosial, status sosial, peranan
sosial, institusi sosial, serta masyarakat. Sebagian para ahli menganggap
struktur sosial identik dengan penggambaran tentang suatu lembaga sosial,
sebagian yang lain menggambarkan struktur sosial dengan istilah pranata sosial,
bangunan sosial, dan lembaga kemasyarakatan. Selain itu, ada juga ahli yang
mengatakan bahwa struktur sosial dianggap sama dengan organisai sosial. Firth
mengatakan, bahwa organisasi sosial berkaitan dengan pilihan dan keputusan
dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial mengacu pada
hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk
dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang
mungkin dilakukan secara organisatoris (Soekanto, 1983). Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa struktur sosial mencakup
berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu
tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial. Jadi, struktur
sosial di sini selain mengandung unsur kebudayaan belaka, juga mencakup
seluruh prinsip hubungan-hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil. Dalam
sosiologi, struktur  sosial sering digunakan untuk menjelaskan tentang
keteraturan sosial, yaitu menujuk pada prinsip perilaku berulang-ulang dengan
bentuk dan cara yang sama. Secara sosiometris, kadang-kadang dapat diartikan
sebagai konsep psikologis dari hubungan-hubungan sejumlah anggota dalam
kelompok kecil (Syani, 2002)

1.  Struktur Sosial
 Definisi Struktur Sosial
Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur
tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial.
Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa
vertikal atau horizontal.
Struktur Sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang
pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok
sosial serta lapisan-lapisan sosial.
Struktur sosial adalah salah satu elemen tatanan sosial. Struktur sosial adalah
tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal. Terdapat beberapa
definisi tentang struktur sosial, yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain:
1. Soerjono Soekanto, struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik
antarposisi sosial dan antarperan. Dengan demikian, pengertian struktur sosial
dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat
yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan
peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk
pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk
sebagai suatu masyarakat.

2. Hendropuspito, dalam bukunya ”Sosiologi Sistematik” mendefinisikan


bahwa struktur sosial adalah skema penempatan nilainilai sosiobudaya dan
organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya
organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-
masing. Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah,
moral, serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Sementara
itu organ-organ masyarakat tersebut berupa kelompok-kelompok sosial, institusi
atau lembaga-lembaga sosial yang mengusahakan perwujudan nilai-nilai
tertentu menjadi nyata dan dipakai dalam memenuhi kebutuhan.

3. George Simmel,struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola


perilakunya.

4. George C. Homans, struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan


erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.

5. William Kornblum, struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena
adanya pengulangan pola perilaku undividu.

6. Kornblum, Pola perilaku individu dan kelompok, yaitu perilaku  berulang-


ulang yang menciptakan  hubungan antar individu dan antar kelompok dalam
masyarakat.

7. Coleman, Pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia

8.Erich Goode, struktur sosial sebagai jaringan yang saling berhubungan, yang
secara normative mengarahkan hubungan sosial yang ada di masyarakat.

 Ciri-ciri struktur sosial


 Muncul pada kelompok masyarakat
Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status
dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca
ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat. Pada
setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status
yang berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang
berbeda pula.
 Berkaitan erat dengan kebudayaan
Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan.
Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai
banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan
beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal-
hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:

 Keadaan geografis
Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya
kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan
kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
 Mata pencaharian
Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara
lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
 Pembangunan
Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia.
Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah dapat
menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.

 Dapat berubah dan berkembang


Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa
berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur
yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan
zaman.

 Fungsi Struktur Sosial

a. Fungsi Identitas

Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah
kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar
belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya
sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.

b.   Fungsi Kontrol


Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri
individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam
masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya
dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan
niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan
konsekuensi yang pahit.

c. Fungsi Pembelajaran

Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini
dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai
dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.

A. Pengendalian Sosial
 Pengertian Pengendalian Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain. Dalam hidup
bersama, tentu seorang manusia tidak dapat bertindak seenaknya. Norma
meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya dan
bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya. Akan tetapi sering terjadi
norma-norma itu tidak diindahkan. Terjadi berbagai penyimpangan sosial.
Akibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat.
Menurut Peter L. Berger & Brigitte Berger (1981) mengartikan
pengendalian sosial sebagai “various means used by a society to bring
recalcitrant members back into line”,  Pengendalian Sosial adalah berbagai cara
yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang
membangkang.
Menurut Joseph S. Roucek (1965) dan Warren, Pengendalian Sosial
adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana
inividu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada
kebiasaann dan nilai hidup suatu kelompok.
Menurut Bruce J. Cohen, Pengendalian sosial adalah Cara atau metode
yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan
kehendak kelompok atau masyarakat luas.
Pengendalian Sosial adalah Suatu proses yang direncanakan atau yang
tidak direncanakan yang bertujuan untuk mengajak, membimbing, bahkan
memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
berlaku. Pengendalian Sosial (social control) adalah upaya untuk mewujudkan
kondisi seimbang di dalam masyarakat. Pengendalian sosial (social
control) merupakan proses yang bertujuan agar masyarakat mematuhi norma
dan nilai sosial yang ada dalam masyarakatnya. Pengendalian sosial berkaitan
erat dengan nilai dan norma sosial. Bagi masyarakat norma sosial dijadikan
pedoman untuk berperilaku. Pengendalian sosial merupakan mekanisme untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dan mengarahkan anggota masyarakta
untuk bertindak menurut norma dan nilai yang telah melembaga. Apabila
pengendalian sosial tidak diterapkan, maka akan mudah terjadi penyimpangan
dan tindakan amoral lainnya. Dengan pengendalian sosial, terciptalah
masyarakat yang teratur. Di dalam masyarakat yang teratur, setiap warganya
menjalankan peran sesuai dengan harapan masyarakat.

 Tujuan dan Fungsi Pengendalian Sosial


Tujuan pengendalian sosial adalah mencapai keserasian antara stabilitas
dan perubahan didalam masyarakat. Selain itu juga agar masyarakat dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik dan menikmati haknya. Lingkungan
menjadi tenang, tentram dan aman. Untuk itu individu sebagai anggota
masyarakat harus sadar bahwa aturan yang berlaku di masyarakat jika diikuti
dan dilaksanakan dengan baik akan berdamapk positif bagi masyarakat itu
sendiri. Tujuan pengendalia sosial adalah sebagai berikut:
a. Agar masyarakat mau mematuhi norma-norma sosial yang berlaku, baik dengan
kesadaran sendiri maupun karena paksaan.
b. Agar dapat mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat
c. Bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar dapat kembali
mematuhi norma yang berlaku Pengendalian Sosial merupakn alat kontrol agar
masyarakat tertib dan teratur. Namun demikian pengendalian sosial memiliki
fungsi sebagai berikut:
 Mencegah timbulnya perilaku menyimpang sehingga mencegah
meluasnya kasus penyimpangan perilaku yang terjadi
 Memberi peringatan kepada pelaku penyimpangan atas perilaku
menyimpangnya dan berusaha mengembalikan ke jalan yang benar.
 Menjaga kelestarian nilai dan norma yang berlaku termasuk menegakkan
norma hukum yang kadang diabaikan.
 Membantu terciptanya ketertiban, keteraturan, keharmonisan sosial,
keamanan dan ketentraman seluruh warga masyarakat.
Koentjaraningrat juga menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi
pengendalian sosial, yaitu :
a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma.
b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.
c. Mengembangkan rasa malu
d. Mengembangkan rasa takut
e. Menciptakan sistem hukum

 Cara Pengendalian Sosial


1. Cara Persuasif
Cara pengendalian sosial persuasif menekankan pada usaha untuk
mengajak dan membimbing masyarakat agar dapat bertindak sesuai aturan dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Cara ini lebih menekankan pada segi
nilai kognitif (pengetahuan) dan nilai afektif (sikap).
2. Cara Koersif
Cara Koersif adalah pengendalia sosial yang lebih menekankan pada
tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik. Tujuan tindakan ini
agar si pelaku jera dan tidak melakukan perbuatannya itu lagi. Cara ini
sebaiknya dilakukan terakhir sesudah cara pengendalian persuasif dilakukan.
Pengendalian sosial Koersif dapat dibedakan menjadi berikut:
 Kompulsi
Kompulsi atau paksaan merupakan keadaan yang sengaja diciptakan sehingga
seorang individu terpaksa menaati aturan dan menghasilkan kepatuhan yang
sifatnya tidak langsung. Contoh hukuman penjara, hukuman mati agar orang
tidak melakukan tindakan menyimpang.
 Pervasi
Pervasi atau pengisian merupakan suatu cara pengenalan yang dilakukan secara
terus menerus dan berulang dalam jangka waktu tertentu, sehingga mampu
mengubah kesadaran manusia untuk memperbaiki sikap dan perbuatannya
menjadi lebih baik.

Secara umum untuk melakukan pengendalian sosial melalui 3 cara yaitu:

a. Pengendalian sosial melalui Sosialisasi


Menurut Froman (1944) pernah menyatakan “jika suatu masyarakat ingin
berfungsi secara efisien, maka mereka harus melakukan peran mereka sebagai
anggota masyarakat”. Melalui sosialisasi seperti penciptaan kebiasaan dan rasa
senang, mereka dapat menjalankan peran sesuai dengan yang di harapkan.
Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat menghayati
(menginternalisasikan) norma-norma, nilai-nilai, dan hal-hal yang tabu atau
dilarang di masyarakat dan menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
b.  Pengendalian sosial melalui Tekanan Sosial
Menurut Lapiere (1954), Pengendalian Sosial merupakan suatu proses yang
lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Ia menyatakan bahwa
kelompok akan sangat berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab.
Keinginan kelompok dapat digunakan untuk menerapkan norma-norma yang
ada agar para anggotanya dapat merealisasikannya.
c. Pengendalian sosial melalui Kekuatan dan Kekuasaan
Hal ini di lakukan jika bentuk pengendalian sosial lainnya gagal
mengarahkan tingkah laku individu.
Menurut Koentjaraningrat pengendalian sosial dapat dilakukan melalui cara
berikut:
a.       Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial
Hal ini dilakukan dengan penanaman keyakinan terhadap norna sosial yang
sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan tatanan bermasyarakat
melalui lembaga sosial yang ada dalam masyarakat
b.      Menberikan imbalan kepada warga yang menaati norma
Pemberian imbalan kepada yang patuh akan mendorong individu untuk
melakukan tindakan yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku. Imbalan
dapat berupa materi atau pujian.
c.       Mengembangkan rasa malu dalam jiwa warga masyarakat yang
menyeleweng dari aturan atau nilai yang berlaku
Perasaan malu akan dimiliki seorang individu jika melakukan pelanggaran dan
mendapatkan celaan dari masyarakat.
d.      Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga yang hendak melanggar
dengan ancaman dan kekuasaan
Perasaan takut seseorang individu akan mengarahkan individu tersebut untuk
tidak melakukan pelanggaran terhadap norma. Hal ini akan mendorong
kesadaran individu bahwa perilakunya akan menghasilkan keadaan yang tidak
baik. 

 Sifat Pengendalian Sosial


 Preventif
Preventif  adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya
pelaggaran. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
Misal pemberian nasehat kepada anak untuk tidak melanggar norma sosial.
 Represif
Represif adalah pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan
seperti sebelum pelanggaran itu terjadi. Contoh orang yang lalai membayar
hutang, kemudian diadukan ke pengadilan.
 Gabungan
Gabungan adalah merupakan gabungan antara pengendalian preventif dan
represif. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (preventif)
sekaligus memulihkan kembali keadaan semula jika sudah terjadi
penyimpangan (represif) oleh karena itu suatu perilaku yang menyimpang tidak
sempat merugikan pelaku yang bersangkutan atau orang lain.

 Jenis Pengendalian Sosial


Adapun jenis pengendalian sosial dapat dilakukan dalam bentuk:
a.       Cemoohan
Jika seorang individu/kelompok berbuat sesuatu yang dianggap menyimpang
dari nilai dan norma yang berlaku, maka individu/kelompok tersebut akan
dicemooh atau diejek oleh anggota masyarakat. Hal ini ditujukan agar tidak
melakukan hal yang melanggar norma itu lagi dan diharapkan anggota
masyarakat yang lain mengetahui jika perbuatan tersebut dianggap melanggar
norma.
b.      Teguran
Teguran merupakan salah satu bentuk pengendalian sosial yang berupa
peringatan baik langsung maupun tidak langsung.
c.       Pendiidikan
Jika pengendalian sosial melalui pendidikan dapat dilakukan secara efektif,
maka bentuk pengendalian sosial menjadi pendukung. Pendidikan yang dimulai
sejak lahir dan berlangsung sepanjang hidup merupakan pengendalian sosial
yang efektif.
d.      Agama
Pemeluk agama yang taat akan mengakui kebenaran ajaran agamanya dan
menjadikan ajaran agamanya sebagai pedoman dan berperilaku. Jika melanggar
ajaran, ia akan merasa berdosa dan berusaha melakukan taubat.
e.       Gosip atau desas desus
Gosip atau desas desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak
berdasarkan pada kenyataan. Hal ini terjadi ketika kritik sosial berkembang
secara terbuka tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip, individu akan
merasa malu dan bersalah sehingga akan lebih berhati-hati dalam bertindak.
f.       Ostrasisme
Ostrasisme merupakan pengucilan yang dimaksudkan agar anggota masyarakat
yang bersangkutan tidak melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang
berlaku.
g.      Fraunudulens
Fraundulens merupakan pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan
kepada pihak lain yang dianggap dapat mengatasi masalah.
h.      Intimidasi
Bentuk pengendalian sosial berupa intimidasi dilakukan dengan cara menekan,
memaksa, mengancam, atau menakut-nakuti pihak lain.
i.        Hukuman (punishment)
Masyarakat telah mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman agar
mendorong anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial yang
berlaku. Sanksi positif dikaitkan dengan penghargaan bagi orang yang mampu
menyesuaikan diri. Sedangkan sanksi negatif berupa hukuman yang diterapkan
jika seorang individu tidak mampu menyesuaikan diri.
j.        Kekerasan fisik
Tindakan ini merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian sosial apabila
alternatif lain sudah tidak mempan diterapkan. Namun, banyak anggota
masyarakat melakukan kekerasan fisik tanpa melakukan pengendalian sosial
yang lain, sehingga mereka cenderung melakukan tindakan anarkis dan
melanggar hukum

 Peran Pranata Sosial dalam Mengendalikan Perilaku


Menyimpang
a.     Pranata Keluarga
Pranata keluarga merupakan bentuk basic institutions. Sebagai tempat
pendidikan anak yang pertama dan utama, aturan dan kedisiplinan yang
diterapkan dalam keluarga akan sangat memengaruhi sikap dan dan perilaku
seseorang.
b.     Pranata Agama
Pranata agama merupakan bentuk general institutions yang mengatur hubungan
antarmanusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan
Tuhannya. Dalam kehidupan bermasyarakat, agama merupakan benteng
individu dalam menghadapi tantangan dunia yang kian kompleks dari waktu ke
waktu. Pranata agama memberi batasan tentang segala sesuatu itu boleh atau
tidak boleh, halal atau tidak halal, berdosa atau tidak berdosa, sehingga dengan
memahami dan menerapkan konsep tersebut diharapkan ketenteraman dan
kedamaian batin dapat dikembangkan, yang pada akhirnya dapat berimbas pada
kerukunan hidup antarmanusia sebagai anggota masyarakat.
c.      Pranata Ekonomi
Sebagai suatu tata tindakan dalam memanfaatkan uang, tenaga, waktu, atau
barang-barang berharga lainnya, pranata ekonomi memberikan aturan-aturan
khusus dalam upaya pengendalian sosial agar tercapai suatu keseimbangan dan
terwujudnya suatu keadilan sosial. Tanpa pranata ekonomi, bisa kalian
bayangkan sendiri, bagaimana suatu industri mengeksploitasi sumberdaya
secara besar-besaran, bagaimana seorang majikan memperlakukan buruhnya
secara semena-mena, atau bagaimana jika seseorang menentukan nilai suatu
barang sekehendak hatinya. Pranata ekonomi memberikan aturan dan batasan-
batasan yang telah disepakati bersama sebagai suatu hukum atau aturan
ekonomi yang harus dipatuhi. Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah
disimpulkan bahwa pranata ekonomi sangat berperan dalam mengatur kegiatan
ekonomi, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi agar dapat berjalan dengan
lancar, tertib dan dapat memberi hasil yang maksimal dengan meminimalisasi
dampak negatif yang ditimbulkan.
d.     Pranata Pendidikan
Pranata pendidikan memiliki aturan dan disiplin baku yang bertujuan untuk
mempersiapkan anak didiknya melalui pengajaran dan pendidikan ilmu
pengetahuan.
e.      Pranata Politik
Pranata politik mengatur kehidupan berpolitik, dalam arti kehidupan berbangsa
dan bernegara. Peran utama pranata politik adalah mengupayakan kehidupan
masyarakat yang merdeka, adil, dan makmur, menjaga kehormatan hak-hak dan
kewajiban warga negara, serta mengatur hubungan negara dengan negara lain
dalam pergaulan internasional

Anda mungkin juga menyukai