Anda di halaman 1dari 3

Tugas 3 ilmu administrasi negara

1. Stephen P. Robbins mengemukakan adanya lima macam teori administrasi berdasarkan


kecenderungan gerakanmya :
a. teori hubungan mansia
teori ini menjelaskan bahwa norma-norma sosial, justru yang merupakan faktor kunci dalam
perilaku kerja individual. Karenanya rangsangan kenaikan upah tidak selalu memacu pekerja
untuk bekerja lebih produktif.
b. teori pengambilan keputusan
Arti penting pengambilan keputusan terlihat, apabila kita berasumsi bahwa yang menjadi inti
administrasi adalah pengambilan keputusan. Konsekuensi dari asumsi ini berupa pandangan
bahwa pengambilan keputusan merupakan titik sentral teori administrasi. Seperti kita ketahui
pembuatan keputusan adalah satu proses perumusan masalah, pengembangan alternatif,
pengujian alternatif dan pemilihan pemecahannya.
c. teori perilaku
Teori perilaku bermaksud untuk mengintegrasikan semua pengetahuan mengenai anggota-
anggota organisasi, struktur dan prosesnya. Sekalipun ia berorientasikan efisiensi dan
sasaran, tetapi ia juga memahami pentingnya faktor perilaku manusia sebagai alat utama
untuk mencapai tujuan. Sumbangan yang diberikan oleh para ahli perilaku antara lain:
pengenalan perubahan organisasi, motivasi dan kepemimpinan, manajemen konflik dan
pengintegrasian sasaran individual dengan sasaran organisasi. Kontribusi penting yang
diberikan oleh teori perilaku adalah pemahaman lebih baik mengenai proses-proses
administrasi.
d. teori sistem
Sistem sebagai satu cara pendekatan, memandang setiap fenomena mempunyai berbagai
komponen yang saling berintegrasi satu sama lain. Setiap sistem mempunyai tiga
karakteristik: masukan (input), proses atau konversi, dan hasil atau keluaran (output). Karena
itu agar setiap sistem dapat survive (bertahan hidup), ia harus menerima suatu masukan, yang
kemudian diolahnya menjadi suatu hasil atau keluaran. Pemikiran sistem yang diangkat dari
dunia biologis kemudian diterapkan oleh para ahli untuk menganalisis organisasi.
e. teori kontingensi
Perkembangan lebih lanjut dari pendekatan sistem melahirkan pendekatan kontingensi.
Dalam beberapa hal, pendekatan kontingensi dipersamakan dengan pendekatan situasional.
Baik pendekatan sistem maupun pendekatan kontingensi mengakui adanya dinamika dan
kompleksitas antarhubungan dalam organisasi serta di dalam perilaku anggota-anggota
organisasi.

Stephen K. Bailey, mengajukan empat kategori teori yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki proses pemerintahan, yakni: descriptive-explanatory theories, normatives theories,
assumptive theories dan instrumental theories
a. teori deskriptif (Descriptive-Explainatory Theory)
teori ini menjelaskan bahwa mempelajari kandungan administrasi publik, maka akan terlihat
di dalamnya begitu banyak hukum, institusi, dan perilaku. Keanekaragaman isi yang
terkandung itu akan makin bertambah jika dikaitkan dengan lingkungan nasionalnya,
sehingga orang menjadi pesimis untuk dapat mengabstraksikan dalil administrasi yang cukup
sahih dan mampu memperjelas (eksplanatori) Bejala yang diamatinya.
b. teori normatif
Tujuan teori normatif adalah untuk menetapkan keadaan di masa depan. Dalam administrasi
publik, teori normatif mencerminkan satu utopia. Misalnya dengan mengatakan bahwa
seorang birokrat mencurahkan segenap hidupnya untuk melayani masyarakat. Norma-norma
yang diperlukan nampaknya dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan seperti efisiensi,
sikap responsif, akuntabilitas, ekonomis, moral pekerja, desentralisasi, kejujuran etis,
komunikasi internal, inovasi, demokrasi partisipatif, rentang pengawasan dan sebagainya.
c. teori asumtif
teori ini dimaksudkan dengan dalil-dalil yang mengartikulasi asumsi-asumsi dasar mengenai
tabiat artikulasi manusia dan kepatuhan institusional, merupakan asumsi dasar pandangan
kaum utopis. Kenisbian utopia dicerminkan tidak hanya pada keadilan surgawi, tetap Juga
tidak realistiknya asumsi-asumsi mereka mengenai peluang untuk mengatur tabiat manusia.
d. teori instrumental
Teori Instrumental adalah perwujudan dari dalil “jika—kemudian”. Makna dari dalil imi
tersirat dalam contoh-contoh berikut. Jika sistem administrasi berjalan menurut sesuatu jalan
karena sebab ini dan itu, Jika desentralisasi akan memperbaiki penampilannya dalam
mencapai sesuatu sasaran, jika manusia dan mstitusi dianggap penurut, kemudian: apakah
teknik, alat dan waktunya yang diperlukan bagi suatu kemajuan.

Dari pendapat 2 ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa  Arti penting pengambilan keputusan
terlihat, apabila kita berasumsi bahwa yang menjadi inti administrasi adalah pengambilan
keputusan. Konsekuensi dari asumsi ini berupa pandangan bahwa pengambilan keputusan
merupakan titik sentral teori administrasi. Teori perilaku bermaksud untuk mengintegrasikan
semua pengetahuan mengenai anggota-anggota organisasi, struktur dan prosesnya.
Sekalipun ia berorientasikan efisiensi dan sasaran, tetapi ia juga memahami pentingnya faktor
perilaku manusia sebagai alat utama untuk mencapai tujuan. Kontribusi penting yang diberikan
oleh teori perilaku adalah pemahaman lebih baik mengenai proses-proses administrasi. Sistem
sebagai satu cara pendekatan, memandang setiap fenomena mempunyai berbagai komponen yang
saling berintegrasi satu sama lain. Karena itu agar setiap sistem dapat survive , ia harus menerima
suatu masukan, yang kemudian diolahnya menjadi suatu hasil atau keluaran.
Pemikiran sistem yang diangkat dari dunia biologis kemudian diterapkan oleh para ahli untuk
menganalisis organisasi. Keanekaragaman isi yang terkandung itu akan makin bertambah jika
dikaitkan dengan lingkungan nasionalnya, sehingga orang menjadi pesimis untuk dapat
mengabstraksikan dalil administrasi yang cukup sahih dan mampu memperjelas Bejala yang
diamatinya. Tujuan teori normatif adalah untuk menetapkan keadaan di masa depan. Dalam
administrasi publik, teori normatif mencerminkan satu utopia.
Misalnya dengan mengatakan bahwa seorang birokrat mencurahkan segenap hidupnya untuk
melayani masyarakat. Norma-norma yang diperlukan nampaknya dimaksudkan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan seperti efisiensi, sikap responsif, akuntabilitas, ekonomis, moral
pekerja, desentralisasi, kejujuran etis, komunikasi internal, inovasi, demokrasi
partisipatif, rentang pengawasan dan sebagainya. C.teori asumtif teori ini dimaksudkan dengan
dalil-dalil yang mengartikulasi asumsi-asumsi dasar mengenai tabiat artikulasi manusia dan
kepatuhan institusional, merupakan asumsi dasar pandangan kaum utopis. Kenisbian utopia
dicerminkan tidak hanya pada keadilan surgawi, tetap Juga tidak realistiknya asumsi-asumsi
mereka mengenai peluang untuk mengatur tabiat manusia.

2. yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan publik?


Anderson berpendapat bahwa tahap terakhir dalam proses kebijakan adalah evaluasi kebijakan.
Secara singkat evaluasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai penilaian terhadap kebijakan yang
telah dijalankan. Yang dinilai mencakup isi,
Implementasi (pelaksanaan), dan dampak. Sebagai suatu aktivitas fungsional, evaluasi kebijakan
tidak hanya dijalankan setelah penetapan dan implementasi kebijakan. Tetapi, seharusnya
evaluasi dilakukan selama proses kebijakan. Evaluasi kebijakan juga diperlukan pada waktu
merumuskan alternatif-alternatif kebijakan, misalnya meramalkan dampak yang timbul dari
masalah yang akan ditangani. Dan jangan dilupakan, kata Anderson, bahwa kita harus tetap
memandang bahwa evaluasi dapat merupakan awalan (restart) dalam proses kebijakan yang baru.
Karena itu, evaluasi dapat memberikan pedoman untuk mengubah atau menghapuskan sesuatu
kebijakan. Misalnya, dalam upaya pemerintah untuk menggalakkan ekspor nonmigas. Setelah
beberapa tahun berlangsung ternyata hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Setelah diamati,
salah satu faktor penghambatnya adalah banyaknya surat izin (misalnya 27 buah) untuk satu kali
ekspor. Kemudian tindakan yang diambil adalah dengan mengurangi jumlah surat izin menjadi 11
buah misalnya, yang berarti menghilangkan 16 bentuk perizinan lainnya.
Paparan di atas menunjukkan bahwa analisis kebijakan seharusnya dilakukan pada seluruh tahap
atau proses kebijakan. Para administrator, anggota parlemen, dan lain-lainnya senantiasa
membuat keputusan mengenai hal-hal yang baik ataupun buruk dari sesuatu kebijakan, program
dan proyek. Dari kaca mata politik, seperti dibuktikan Ralp Huitt dalam “Political Feasiblity”,
kaitan evaluasi kebijakan dengan formulasi dan adopsi kebijakan tidak hanya mengenai soal
bekerjanya, tetapi juga berkenaan dengan persoalan apakah kebijakan tersebut dapat
memanfaatkan kesempatan untuk melakukan evaluasi. Dengan demikian, salah satu kriteria
evaluasi adalah apakah kebijakan itu secara politik layak.
Contoh kasus evaluasi kebijakan publik yang terbaru adalah tentang Kementerian Pertanian
(Kementan) diminta mengevaluasi sejumlah kebijakan pada sektor pertanian di Indonesia. Mulai
dari kebijakan cetak sawah hingga program intensifikasi seperti pupuk, benih serta peningkatan
kesejahteraan petani yang dinilai belum berjalan dengan optimal. Mulai dari kebijakan cetak
sawah hingga program intensifikasi seperti pupuk, benih serta peningkatan kesejahteraan petani
yang dinilai belum berjalan dengan optimal. Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Golkar Ichsan
Firdaus mengaku pihaknya sengaja memotong anggaran yang cukup besar pada program cetak
sawah. Dia menilai, kebijakan impor juga akibat data produksi dan luas tanam beras nasional
yang tidak akurat. Senada, Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Yeni Sucipto
menuturkan, evaluasi komprehensif terhadap anggaran dan hasil kinerja Kementerian Pertanian
perlu dilakukan guna menghindari terjadinya pemborosan anggaran.
Anggaran untuk berbagai programhttps://distan.gorontaloprov.go.id/post/kementan-diminta-
evaluasi-kebijakan-pertanian-di-indonesia kedaulatan pangan selama tiga tahun ini terlihat sangat
besar,kata dia. Adapun periode 2015 sampai 2017, pemerintah menggelontorkan anggaran total
mencapai Rp 84,58 triliun ke Kementan sebagai biaya operasional dan berbagai program.
Sumber referensi

3. ekologi dalam administrasi negara


Fred W. Riggs berpendapat dalam studi ekologi dalam administrasi publik adalah Sistem-sistem
di luar sistem administrasi publik merupakan lingkungan atau batas sistem administrasi. Karena
luas dan kuatnya pengaruh lingkungan, maka dilakukan kajian atas hubungan timbal balik antara
sistem administrasi dengan lingkungannya.misalnya menggunakan pendekatan ekologi dalam
membahas “Agraria and Industria”. Perhatian terhadap faktor dukungan sebenarnya merupakan
koreksi terhadap pandangan yang menyatakan bahwa konsep, pranata dan praktek administrasi
publik dianggap sebagai entitas yang dapat dipindahkan ke negara mana pun, sekalipun
lingkungan mereka berbeda.

Apakah ekologi tersebut mempengaruhi sistem administrasi negara yang ada di suatu negara?
William J. Shiffin dalam bukunya yang berjudul Toward the Comparative Study of Public
Administration, dengan terang-terangan menyatakan ketidakmungkinannya untuk mengabaikan
hubungan antara administrasi publik dengan lingkungan sosialnya. Studi ekologi dalam
administrasi publik merupakan usaha untuk menjelaskan hubungan timbal balik antara
administrasi publik dengan lingkungannya. Secara praktis, kata Ferrel Heady, studi ekologi
meletakkan birokrasi sebagai inti dari sistem sosial. Lingkungan birokrasi terdiri dari beberapa
lapisan yang melingkarinya. Lapisan paling luar adalah sistem sosial. Lapisan yang di tengah
adalah sistem ekonomi atau aspek ekonomi dari sistem sosial. Sedang lapisan yang paling dalam
adalah sistem politik ynag meliputi subsistem administrasi, dengan birokrasi sebagai inti atau
pusatnya
Dari pendapat diaatas dapat disimpulkan bahwa ekologi dapat mempengaruhi sistem administrasi
negara yang ada pada suatu negara.

Sumber referensi :
- ADPU4130/Modul 7-9
- https://distan.gorontaloprov.go.id/post/kementan-diminta-evaluasi-kebijakan-pertanian-di-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai