Anda di halaman 1dari 5

TEORI ILMU ADMINISTRASI

Ada beberapa tujuan yang terkandung dalam pembuatan dan pengembangan teori,
tujuan-tujuan tersebut antara lain untuk mengemukakan tatanan dan hubungan-hubungan
baru dan untuk memberikan kejelasan logika yang baru. Namun sebenarnya, tujuan teori tidak
sesederhana itu. Bahkan, suatu teori yang mempunyai kegunaan praktis, kadang kala
mempunyai konsekuensi yang luar biasa, di samping itu, lupa bahwa pembuatan dan
pengembangan teori memakan waktu yang sangat panjang. Teori teori di bidang filsafat, fisika,
kimia mencapai tingkat kevalidannya setelah melewati masa 3 abad lebih. Apalagi dengan teori-
teori administrasi negara dengan wajah modern yang baru muncul pada abad ke 20 ini.
Administrasi negara sering kali dirumuskan sebagai usaha manusia melalui pemerintah
untuk memanfaatkan sumber-sumber alami dan manusiawi untuk menyesuaikan legitimasi
sasaran dengan konstitusi. Di Amerika Serikat, sasaran-sasaran yang mempunyai legitimasi
politik dipandang sebagai penafsiran modern dari deklarasi kemerdekaan dan pembukaan
undang-undang dasar. Hal itu hanya untuk memberikan penegasan bahwa dimana pun,
administrasi negara selalu dipengaruhi oleh kultur sosialnya. Tujuan teori administrasi negara
adalah untuk memperbaiki proses pemerintahan, dalam kaitanya dengan tujuan ini, ada
perhatian yang besar terhadap pandangan-pandangan kemanusiaan dan kevalidan dalil-dalil
yang dikembangkan oleh ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku. Teori administrasi yang akan
dibahas dalam pekuliahan ini adalah teori administrasi menurut William J. Morrow, Stephen P.
Robbins dan Stephen Bailey.

1. Teori Administasi Menurut William J. Morroow


Morroow berpendapat bahwa teori adminisasi mempunyai lima aspek, yaitu:

a. Teori Deskriptif
Teori ini menggambarkan segala hal yang nyata-nyata terjadi dalam suatu organisasi dan
memberikan yang postulat mengenai faktor-faktor atau variabel yang mendorong seseorang
untuk berprilaku dalam organisasi.
b. Teori Preskriptif
Teori preskriptif ini mendeskripsikan berbagai perubahan-perubahan dalam arah
kebijakan publik dengan mengeksploitasi keahlian birokrasi. Jika teori deskriptif
menggambarkan sebab-sebab penyakit administarsi, maka teori preskriptif ditekankan pada
teori administrasi untuk melakukan koreksi dan memperbaikinya.
c. Teori Normatif
Pada dasarnya, teori normatif membahas tentang peranan birokrasi. Apakah peranan
birokrasi dipandang dalam pengembangan kebijaksanaan dan pembangunan politik, ataukah
peranan birokrasi itu seharusnya dimantapkan, diperluas atau justeru dibatasi. Selanjutnya
teori ini juga mencoba menjawab beberapa pertanyaan elementer, seperti apakah
administrator publik seharusnya membela dan melindungi kepentingannya sendiri? Apakah
administrator publik seharusnya membuat rencana yang komprehensif untuk menghemat
penggunaan sumber-sumber yang ada? Dapatkah seorang birokrasi melakukan “lobby”?
d. Teori Asumtif
Teori asumtif memusatkan perhatiaannya pada usaha-usaha untuk memperbaiki praktik
administrasi. Untuk mencapai tujuan ini, teori ini berusaha memahami hakikat manusiawi yang
terjadi di lingkungan birokrasi. Di dalam kenyataannya, setiap administrator publik, memiliki
asumsi operasional mengenai hakikat manusia dan kesetiaan institusionalnya. Oleh karena
sedikitnya perhatian dan para ahli teori administrasi negara dalam memberikan kejelasan dan
artikulasi mengenai proposisi asumtifnya sendiri, maka perbaikan praktek administasi akan
tergantung pada kemampuan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu prilaku.
e. Teori Instrumental
Teori ini berusaha melakukan konseptualisasi mengenai beberapa cara untuk
memperbaiki teknik manajemen sehingga dapat dibuat sasaran kebijakan secara lebih realistis.
Teori instrumental ini sangat menekankan kepada alat, teknik, dan peluang untuk
melaksanakan nilai-nilai yang telah ditentukan. Hal yang hendak ditonjolkan oleh teori ini
adalah bahwa apabila tidak ada kebijaksanaan instrumental dan sistem tidak memungkinkan
pembuatan kebijaksanaan maka keempat teori yang telah diuraikan di atas akan menjadi
mandul. Karena dalam teori administrasi pertanyaan “bagaiamana”, “kapan”, sama pentingnya
dengan pertanyaan “mengapa”.

2. Teori Administrasi Menurut Stephen P. Robbins


Robbins mengawali uraian berbagai macam teori administarsi dengan bahasan
mengenai latar belakang sejarah. Ia mencatat bahwa praktek administrasi telah berlangsung
dikalangan bangsa Mesir sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Sementara itu, kelahiran
admnistrasi dan manajemen modern baru terjadi pada tahun 1911. Selanjutnya Robbins
mengemukakan ada lima macam teori administrasi, yaitu:
a. Teori Hubungan Manusia
Teori ini semula dirintis oleh Elton Mayo, yang diawali dari penemuannya selama
mepimpin Proyek Hawthorne yang berada di lingkungan Western Electric Company tahun 1927
sampai tahun 1932, yang awalnya ia bermaksud untuk menguji hubungan antara produktifitas
dengan lingkungan fisik, akan tetapi yang dihasilkan ternyata bertentangan dengan apa yang ia
bayangkan, kemudian ia menyimpulkan bahwa norma-norma sosial justeru menjadi faktor
kunci dalam perilaku kerja individu. Oleh karena itu, rangsangan kenaikan upah tidak memicu
pekerja untuk bekerja lebih serius.
Beberapa kesimpulan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada hubungan erat
antara prilaku dan sintemen, kuatnya pengaruh kelompok terhadap prilaku individu, ukuran
kelompok amat efektif untuk menetapkan hasil perseorangan dan rangsangan uang bukan
merupakan faktor yang begitu penting jika dibandingkan dengan faktor ukuran kelompok,
sentimen dan rasa aman.
b. Teori Pengambilan Keputusan
Pentingnya pengambilan keputusan terlihat apabila kita berasumsi bahwa yang jadi inti
administrasi adalah pengambilan keputusan. Konsekuensi dari asumsi ini akan berupa
pandangan bahwa pengambilan keputusan merupakan titik sentral teori administrasi. Seperti
kita ketahui, pembuatan keputusan merupakan suatu proses perumusan masalah,
penegembangan akternatif, pengujian alternatif, dan pemilihan pemecahannya. Seluruh proses
administarsi sebenarnya berkisar dalam proses pembuatan keputusan.
Pendekatan-pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan seringkali dipandang
sebagai reaksi terhadap logika metode ilmiah yang bernaung dibawah gerakan hubungan
manusia. Para pemikir yang menonjol dalam teori ini adalah Simon, March, Russel Eckoff dan
Martin Starr. Dalam proses pembuatan keputusan mereka mengusulkan dipergunakannya
statistik, model optimasi, model informasi dan simulasi.
c. Teori Prilaku
Orientasi yang dikembangkan oleh para ahli prilaku adalah efesiensi dan sasaran. Ini
agak berbeda dari pandangan hubungan manusia yang meyakini bahwa pekerja yang gembira
adalah pekerja yang produktif. Teori ini sebenarnya bertujuan untuk mengintegrasikan semua
pengetahuan mengenai anggota-anggota organisasi, struktur dan prosesnya. Meskipun ia
beorientasi pada efesiensi dan sasaran, tetapi ia juga memahami pentingnya faktor prilaku
manusia sebagai alat utama untuk mencapai tujuan. Sumbangan yang diberikan oleh para ahli
prilaku meliputi pengenalan perubahan organisasi, motivasi dan kepemimpinan, manajemen
konflik, pengintegrasian sasaran individu dengan sasaran organisasi.
d. Teori Sistem
Sistem sebagai suatu cara pendekatan memandang setiap fenomena mempunyai
berbagai komponen bahwa yang saling berinteraksi satu sama lain. Setiap sistem mempunyai
tiga karakteristik, yaitu masukan (in-put), proses dan hasil (out-put). Oleh karena itu, agar
setiap sistem dapat bertahan, maka ia harus menerima masukan, yang kemudian diolah
menjadi hasil.
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang menampilkan karakteristiknya sebagai
penerima masukan, pengolah dan penghasil. Disamping itu, organisasi sebagai suatu sistem
juga memperlihatkan adanya berbagai acara sus-sub sistem, yang saling berhubungan dan
saling berkaitan, sehingga apabila sub sistem yang satu tidak berfungsi akan berpengaruh
terhadap sub sistem yang lainnya.
e. Teori Kontingensi
Pendekatan lebih lanjut dari pendekatan sistem melahirkan pendekatan kontingensi.
Dalam beberapa hal,pendekatan kontingensi dipersamakan dengan pendekatan situasional.
Baik pendekatan sistem maupun pendekatan kontingensi yang mengakui adanya dinamika dan
kompleksitas antar hubungan dalam organisasi serta di dalam perilaku anggota-anggota
organisasi. Teori kontingensi diangkat untuk memberi beberapa karakteristik umum yang
melekat pada situasi-situasi tertentu,yang memungkinkan untuk melakukan kualifikasi pada
situasi khusus. Pada awalnya,teori kontingensi dipergunakan pada pengembangan struktur
organisasi yang dirancang agar secara optimal dapat mengadaptasi tekhnologi dan lingkungan.

3. Teori Administrasi Menurut Stephen Bailey


a. Teori Deskriftip Eksplenator
Kalau kita menguak kandungan administasi negara, maka akan terlihat begitu banyak
hukum, institusi dan prilaku. Keanekaragaman isi yang terkandung ini akan semakin bertambah
jika dikaitkan dengan lingkungan nasionalnya sehingga orang menjadi pesimis untuk dapat
mengabstraksikan dalil administrasi yang cukup valid yang mampu memperjelas dari gejala
yang diamatinya. Kita dapat mengambil salah satu konsep yang dominan di kalangan
administrasi negara sebagai dalil teoritis, misalnya konsep hirarki. Berangkat dari bukti-bukti
sejarah dan kenyataan masa kini, orang mengembangkan hubungan-hubungan di dalam
organisasi dan prilaku dengan asumsi yang diambil dari analogi geometrik, akhir-akhir ini
analogi geometrik telah dijabarkan, sedangkan bentuk-bentuk firamidal semakin
disederhanakan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, orang menyadari bahwa
dinamika organik terutama yang menyangkut otorita dan hirarki akan sulit diapahami jika
dijelaskan dengan analisis geometrik saja. Dalam keadaan yang canggih, teori deskriptif
eksplanatori harus memperhatikan tipologi organisasi.
b. Teori Normatif
Tujuan teori normatif adalah untuk menetapkan keadaan dimasa depan. Dalam
administrasi negara, teori normatif mencerminkan satu utofia, misalnya dengan mengatakan
bahwa seorang birokrat mencurahkan segenap tenaganya untuk melayani masyarakat. Norma-
norma yang diperlukan tampaknya dimaksudkan untuk mewujudkan beberapa tujuan, seperti
efesiensi, sikap resfonsip, akuntabilitas, ekonomis, moral pekerja, desentralisasi, kejujuran etis,
komunikasi internal, inovasi, demokrasi partisipatif, pengawasan dan lain-lain. Persoalan
normanorma administrasi negara juga tidak terlepas dari persoalan etika administrasi. Etika
administrasi seringkali berlaku secara kondisional dan bersifat statis.
c. Teori Asumtif
d. Teori Instrumental

Anda mungkin juga menyukai