Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

NAMA :
NIM :
___________________________________________________________________
Contoh Kasus
Kepala daerah X membuat suatu kebijakan Jumat Bersih yang dilakukan oleh segenap warga
masyarakat, pemerintah langsung aktif terjun ke lapangan setiap hari Jumat untuk melihat dan
membantu aktifitas warga guna mematuhi kebijakan yang dibuatnya. kebijakan ini dibuat
dengan tujuan menjadikan wilayah X kawasan sehat, bersih dan bebas banjir mengingat
wilayah X sering terjadi banjir

Dalam penyelenggaraan fungsi dan tugas negara kesejahteraan melalui pemerintrah, dilakukan
dengan menggunakan beberapa model atau pola operasi yang mencapai tujuan akhir yang
diharapkan. Menurut Muchsan ada 5 jenis pola operasi pemerintahan yaitu operasi langsung,
pengendalian langsung, pengendalian tak langsung, pemengaruhan langsung, dan
pemengaruhan tak langsung.

Pertanyaan

1. Pada kasus diatas tentukan pola apa  yang digunakan oleh kepala daerah X dan berikan
kesimpulan saudara tentang pola operasi yang dilakukan kepala dalam menangani banjir.
2. Berdasarkan atas asas perundangan, berikan analasis anda mengapa kebijakan kenapa
harus memiliki tujuan.

Jawaban
1. Pola operasi pemerintahan merupakan beberapa cara yang dilakukan oleh pemerintah
dalam penyelenggaraan fungsi dan tugas negara untuk mencapai kesejahteraan bersama
dan tujuan yang sesuai dengan harapan lainnya. Menurut Muchsan, terdapat lima pola
operasi pemerintahan yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Operasi Langsung (direct operation)
Pola ini memiliki konsep dimana pemerintah langsung aktif melakukan kegiatan yang
dimaksudkan.
b. Pengendalian Langsung (direct control)
Dalam pola ini, langkah pemerintah diwujudkan dalam bentuk penggunaan perizinan,
lisensi, penjatahan, dan sebagainya, dimana lembaga pemberi izin harus mendapatkan
kewenangan. Maka dilakukanlah pembagian kewenangan (distribution of authority)
yang jelas dan tegas demi adanya kepastian hukum yang tinggi.
c. Pengendalian Tak Langsung (indirect control)
Pola ini berdasar pada undang-undang yang ada, sehingga pemerintah dapat
menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk terlaksananya suatu
kegiatan tertentu. Dengan persyaratan ini, pemerintah telah mengarahkan hal tersebut
agar terlaksana dengan tujuan negara.
d. Pemengaruhan Langsung (direct influence)
Intervensi versi ini dilakukan dengan cara persuasif, pendekatan, ataupun nasihat agar
anggota masyarakat tertentu mau bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh
pemerintah.
e. Pemengaruhan Tak Langsung (indirect influence)
Pola ini merupakan bentuk involvement yang ringan namun dengan tujuan tetap
menggiring masyarakat agar berbuat seperti yang dikehendaki pemerintah.
Berdasarkan penjelasan pada kelima pola tersebut diatas, yang dilakukan oleh kepala
daerah X merupakan pelaksanaan dalam pola operasi langsung (direct operation). Pola
operasi langsung merupakan pola dimana pemerintah turut melaksanakan kebijakan atau
peraturan yang telah dibuatnya untuk masyarakat dengan tujuan untuk memperbaiki
kehidupan atau lingkungan bersama. Apa yang dilakukan oleh kepala daerah serta
pemerintah daerah X tersebut, yang mana telah membuat kebijakan Jumat Bersih dengan
tujuan menjadikan wilayah X kawasan sehat, bersih, dan bebas banjir, tidak hanya
mengandalkan masyarakat saja tetapi juga turut andil untuk melaksanakan secara aktif
kebijakan tersebut bersama dengan masyarakat. Selain itu, keaktifan pemerintah daerah X
ini dapat mendorong masyarakat untuk semangat dan konsisten melakukan kebijakan ini
sehingga dapat tercapai apa yang menjadi tujuan pemerintah daerah X tersebut. Tindakan
ini persis seperti aoa yang dijelaskan dalam pola operasi langsung.

2. Dalam proses pembuatannya, peraturan peraturan perundang-undangan harus memenuhi


kaidah-kaidah umum atau asas-asas suatu perundangan, sebagaimana yang telah
tercantum dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 :
a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan; dan
g. Keterbukaan.
Asas kejelasan yang dimaksudkan diatas adalah setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas dan hendak dicapai. Hal ini
dikarenakan agar peraturan perundang-undangan tidak multitafsir atau multi pengertian.
Peraturan yang memiliki banyak makna akan rawan disalahgunakan karena mengandung
pemikiran subjektif dari setiap orang. Seperti contohnya UU ITE Pasal 27 ayat (1) tentang
Konten Yang Melanggar Kesusilaan, Pasal (3) tentang Pencemaran Nama Baik, Pasal 28
ayat (2) tentang Ujaran Kebencian, dan Pasal 29 tentang Ancaman kekerasan. Pasal-pasal
multitafsir tersebut kebanyakan digunakan untuk menjerat kebebasan berekspresi dan
menjerat hak orang untuk bicara.
Maka dari itu, suatu peraturan perundang-undangan harus memiliki tujuan yang jelas agar
tidak memiliki banyak pemaknaan yang akhirnya disalahpahami atau disalahgunakan
hingga tujuan utama dari pembentukan peraturan tersebut tidak tercapai dengan baik.

Sumber Referensi :
- Utama, Yos Johan. 2022. Hukum Administrasi Negara Edisi 3 ADPU4332. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.
- Mainake, Yosephus, Luthvi Febryka Nola. 2020. Dampak Pasal-Pasal Multitafsir Dalam
Undang-Undang Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
https://berkas.dpr.go.id/sipinter/files/sipinter-2476-307-20210722101750.pdf

Anda mungkin juga menyukai