Anda di halaman 1dari 22

SISTEM KEPARTAIAN

Dosen Pengampu : Fransin Kontu S.IP., M.S.I

Oleh :

Risal.A (201663201053)
Sayidati Hasanah (201663201013)
Thomas Yamba Buer (201663201094)
Everista Samkakai (201663201168)
Fiktorius Tagi (201663201097)
Marten Jitaf (201363201084)

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI MUSAMUS
TAHUN AJARAN 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah Pengantar Ilmu Administrasi Negara yang
berjudul Sistem Kepartaian tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

AMIN

Merauke,............... 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................................... iii


B. Rumusan masalah................................................................................................. iv
C. Tujuan .................................................................................................................. iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Partai Politik ............................................................................................ 1


B. Sejarah Partai Politik Didunia ............................................................................... 1
C. Fungsi Partai Politik .............................................................................................. 2
D. Tujuan Partai Politik ............................................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN

A. Sistem kepartaian negara indonesai ...................................................................... 4


B. Kelebihan dan kelemahan sistem kepartaian ........................................................ 6
C. Efektivitas sistem kepartaian yang dianut oleh negara indonesia dikaitkan
dengan sistem pemerintahan presidensial ........................................................... 10
D. Upaya penyelesaian atas ketidakefektifan sistem kepartaian yang dianut
oleh negara indonesia .......................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya sistem kepartaian di Indonesia, yang disertai dengan


banyaknya berbagai aspirasi-aspirasi dari masyarakat yang tidak dapat dikoordinir
dengan baik, dengan sendirinya menyebabkan banyaknya usaha-usaha dari para
elite politik yang berkuasa untuk memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi atau
kelompok diatas kepentingan rakyat. Banyaknya kasus KKN yang masih tak
terselesaikan di negeri ini salah satunya adalah akibat dari sistem partai politik
yang diterapkan di negeri ini dinilai tidak sesuai.

Suatu sistem kepartaian di suatu negara disebut kokoh dan adaptabel,


apabila sistem kepartaian tersebut mampu menyatukan berbagai aspirasi menjadi
satu kesepakatan bersama yang mengutamakan kepentingan rakyat. Dari sudut
pandang ini, jumlah partai sangat menentukan keefektifan partai politik pada
suatu negara dalam mengkoordinir berbagai aspirasi yang mengutamakan
kepentingan masyarakat banyak atau rakyat. Sistem kepartaian yang kokoh,
sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan
partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk
aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mengcakup dan menyalurkan
partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk
mengurangi kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan
demikian, sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang
mengakar dan prosedur yang melembaga guna mengasimilasikan kelompok-
kelompok baru ke dalam sistem politik.

iii
B. Rumusan Masalah
1. Sistem kepartaian apa yang dianut oleh negara Indonesia?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari sistem kepartaian yang ada ?
3. Apakah sistem kepartaian yang dianut oleh negara Indonesia sudah sesuai
dengan harapan bangsa Indonesia jika dikaitkan pula dengan sistem
pemerintahan presidensial yang dianut oleh Indonesia?
4. Bagaimana upaya penyelesaian permasalahan mengenai sistem kepartaian
di Indonesia yang dinilai tidak sesuai untuk diterapkan?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sistem kepartaian yang dianut oleh negara
Indonesia .
2. Mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihan dari sistem
kepartaian.
3. Mengidentifikasi dan memahami manfaat yang telah dirasakan bangsa
Indonesia mengenai sistem kepartaian yang dianut apabila dikaitkan
dengan sistem pemerintahan presidensial.
4. Mengetahui cara penyelesaian permasalahan mengenai sistem kepartaian
di Indonesia yang dinilai tidak sesuai untuk diterapkan.

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Partai Politik

UU No 2 Tahun 2008 - Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara
keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pengertian Sistem Kepartaian menurut beberapa ahli

Menurut Ramlan Subekti(1992) - Sistem Kepartaian adalah opola


perilaku dan interaksi diantara partai politik dalam suatu sistem politik.
Austin Ranney(1990)- Sistem Kepartaian adalah pemahaman terhadap
karakteristik umum konflik partai dalam lingkungan dimana mereka
berkiprah yang dapat digolongkan menurut beberapa kriteria.
Riswanda Imawan (2004)- Sistem Kepartaian adalah pola interaksi
partai politik dalam satu sistem politik yang menentukan format dan
mekanisme kerja satu sistem pemerintahan.
Hague and Harrop(2004) Sistem Kepartaian merupakan interkasi
antara partai politik yang memperoleh suaranya signifikan

B. Sejarah Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di negara - negara Eropa Barat bersamaan


dengan gagasan bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses
politik. Dalam hal ini partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di
satu pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka dalam perkembangannya kemudian

1
partai politik dianggap sebagai menifestasi dari suatu sistem politik yang
demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat Pada permulaannya peranan partai
politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan aristokratis, dalam arti terutama
mempertahankan kepentingan golongan bangsawan terhadap tuntutan raja, namun
dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut meluas dan berkembang ke
segenap lapisan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya
dukungan yang menyebar dan merata dari semua golongan masyarakat. Dengan
demikian terjadi pergeseran dari peranan yang bersifat elitis ke peranan yang
meluas dan populis.

Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi


dan berkembang di negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di
negara-negara jajahan sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan
penggerak ke arah persatuan nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal
ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India. Dan dalam
perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu
lembaga penting terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi
konstitusional, yaitu sebagai kelengkapan sistem demokrasi suatu negara.

C. Fungsi Partai Politik


Mobilisasi dan Integrasi
Alat pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih
Alat elaborasi pilihan-pilihan kebijakan
Alat perekrutan pemilih

2
D. Tujuan Partai Politik

Tujuan partai politik adalah untuk meraih dan mempertahankan tahta


kekuasaan untuk mewujudkan rencana program yang telah disusun oleh mereka
sesuai ideologi yang dianut.

3
BAB III

PEMBAHASAN

SISTEM KEPARTAIAN

A. Sistem Kepartaian Negara Indonesia

Konsititusi kita (UUD 1945) tidak mengamanatkan secara jelas sistem


kepartaian apa yang harus diimplementasikan. Meskipun demikian konstitusi
mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia menerapkan sistem multi partai. Pasal
tersebut adalah pasal 6A (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Pasangan
Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik. Dari pasal tersebut tersirat bahwa Indonesia menganut sistem multi partai
karena yang berhak mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil presiden
adalah partai politik atau gabungan partai politik. Kata gabungan partai poltitik
artinya paling sedikit dua partai politik yang menggabungkan diri untuk
mencalonkan presiden untuk bersaing dengan calon lainnya yang diusung oleh
partai politik lain. Dengan demikian dari pasal tersebut di dalam pemilu presiden
dan wakil presiden paling sedikit terdapat tiga partai politik.

Kenyataanya, Indonesia telah menjalankan sistem multi partai sejak


Indonesia mencapai kemerdekaan. Surat Keputusan Wakil Presiden M. Hatta No
X/1949 merupakan tonggak dilaksanakannya sistem multi partai di Indonesia.
Keputusan Wapres ini juga ditujukan untuk mempersiapkan penyelenggaraan
pemilu yang pertama pada tahun 1955. Pada pemilu tersebut diikuti oleh 29 partai
politik dan juga peserta independen (perseorangan). Beberapa partai politik yang
mendapatkan suara signifikan pada pemilu pertama antara lain PNI (22,32%),
Masyumi (20,92%), NU (18,41%), PKI (16,36%), PSII (2,89%), Parkindo
(2,66%), PSI (1,99%), Partai Katolik (2,04%), dan IPKI (1,43%).

4
Sejak Suharto menjadi presiden pada tahun 1967 partai politik dianggap
sebagai penyebab dari ketidakstabilan politik yang terjadi pada tahun 1950an -
1960an. Oleh karena itu agenda yang penting untuk menciptakan pemerintahan
yang stabil adalah melakukan penyederhanaan partai politik. Pada pemilu pertama
di masa Orde Baru, tahun 1971, terdapat 10 partai politik, termasuk partai
pemerintah (Golkar) ikut berkompetisi memperebutkan kekuasaan. Pada tahun
1974 Presiden Suharto melakukan restrukturisasi partai politik, yaitu melakukan
penyederhanaan partai melalui penggabungan partai-partai politik. Hasil dari
restrukturisasi partai politik tersebut adalah munculnya tiga partai politik (Golkar,
PPP, dan PDI). PPP merupakan hasil fusi dari beberapa partai politik yang
berasaskan Islam (NU, Parmusi, PSII dan Perti). PDI merupakan hasil
penggabungan dari partai-partai nasionalis dan agama non-Islam (PNI, IPKI,
Parkindo, Katolik). Sedangkan Golkar adalah partai politik bentukan pemerintah
Orde Baru.

Meskipun dari sisi jumlah partai politik yang berkembang di Indonesia pada
saat itu, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang menganut sistem multi
partai, banyak pengamat politik berpendapat bahwa sistem kepartaian yang dianut
pada era Orde Baru adalah sistem partai tunggal. Ada juga yang menyebut sistem
kepartaian era Orde Baru adalah sistem partai dominan. Hal ini dikarenakan
kondisi kompetisi antar partai politik yang ada pada saat itu. Benar, jika jumlah
partai politik yang ada adalah lebih dari dua parpol sehingga dapat dikategorikan
sebagai sistem multi partai. Namun jika dianalisis lebih mendalam ternyata
kompetisi diantara ketiga partai politik di dalam pemilu tidak seimbang. Golkar
mendapatkan privelege dari pemerintah untuk selalu memenangkan persaingan
perebutan kekuasaan.

Gerakan reformasi 1998 membuahkan hasil liberalisasi disemua sektor


kehidupan berbangasa dan bernegara, termasuk di bidang politik. Salah satu
reformasi dibidang politik adalah memberikan ruang bagi masyarakat untuk
mendirikan partai politik yang dianggap mampu merepresentasikan politik

5
mereka. Liberalisasi politik dilakukan karena partai politik warisan Orde Baru
dinilai tidak merepresentasikan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya.
Hasilnya tidak kurang dari 200 partai politik tumbuh di dalam masyarakat. Dari
ratusan parpol tersebut hanya 48 partai yang berhak mengikuti pemilu 1999.
Pemilu 1999 menghasilkan beberapa partai politik yang mendapatkan suara yang
signifikan dari rakyat Indonesia adalah PDI.Perjuangan, P.Golkar, PKB, PPP, dan
PAN.

Peserta pemilu tahun 2004 berkurang setengah dari jumlah parpol pemilu
1999, yaitu 24 parpol. Berkurangnya jumlah parpol yang ikut serta di dalam
pemilu 2004 karena pada pemilu tersebut telah diberlakukan ambang batas
(threshold). Ambang batas tersebut di Indonesia dikenal dengan Electoral
Threshold. Di dalam UU No 3/1999 tentang Pemilu diatur bahwa partai politik
yang berhak untuk mengikuti pemilu berikutnya adalah partai politik yang
mendapatkan sekurang-kurangnya 2% jumlah kursi DPR. Partai politik yang tidak
mencapai ambang batas tersebut dapat mengikuti pemilu berikutnya harus
bergabung dengan partai lain atau membentuk partai politik baru.

Kalau pemilu 1999 hanya menghasilkan lima parpol yang mendapatkan


suara signifikan dan mencapai Electoral Threshold (ET). Meskipun persentasi ET
dinaikan dari 2% menjadi 3% jumlah kursi DPR, Pemilu 2004 menghasilkan lebih
banyak partai politik yang mendapatkan suara signifikan dan lolos ET untuk
pemilu 2009. Pemilu 2004 menghasilkan tujuh partai yang mencapai ambang
batas tersebut. Ketujuh partai tersebut adalah P.Golkar, PDI. Perjuangan, PKB,
PPP, P.Demokrat, PKS, dan PAN.

B. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Kepartaian

Klasifikasi sistem kepartaian jika dilihat dari segi komposisi dan fungsi
keanggotaannya maka partai politik dapat dibagi menjadi dua jenis; partai massa

6
dan partai kader. Jika dilihat dari segi sifat dan orientasinya partai politik dibagi
dua jenis; partai lindungan dan partai ideologi atau azas. Di dalam buku Dasar-
dasar Ilmu Politik yang ditulis Prof. Miriam Budiardjo sistem klasifikasi
kepartaian yang lebih banyak digunakan dalam ranah demokrasi yakni :

a) Sistem Partai Tunggal


b) Sistem Dwi Partai
c) Sistem Multi Partai

1. Sistem Partai Tunggal

Sitem partai tunggal ini merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara,
maupun partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai
lainnya. Pola partai tunggal terdapat dibeberapa negara Afrika (Ghana dimasa
Nkrumah, Guinea, Mali, Pantai Gading), Eropa Timur dan RRC. Susunan
kepartaian dinamakan non-kompetitif oleh karena itu partai-partai yang ada harus
menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing
secara merdeka melawan partai itu.

Negara yang paling berhasil untuk meniadakan partai-partai lain ialah Uni Soviet.
Partai komunis Uni Soviet bekerja dalam suasana yang non-kompetitif, tidak ada
partai lain yang boleh bersaing, ataupun yang ditolerir. Oposisi dianggap sebagai
pengkhianatan. Partai tunggal serta organisasi yang bernaung dibawahnya
berfungsi sebagai pembimbing dan penggerak masyarakat dan menekankan
perpaduan dari kepentingan rakyat secara menyeluruh.

Sistem partai tunggal mengandung kelemahan-kelemahan dalam parkteknya


antara lain:

a. Sistem partai tunggal tidak pernah akan menjamin adanya perlindungan


terhadap HAM, mengingat didalam sistem ini selalu berbarengan dengan
sistem kediktatoran dimana kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif

7
berada pada satu tangan sehingga pelaksanaan kekuasaannya itu berlaku
sewenang-wenang. Kecenderungan lain adalah sistem partai tunggal ini
terkadang membawa bencana bagi kelangsungan demokrasi baik bagi
rakyat, bangsa, maupun negara. Hal ini bisa dilihat dinegara-negara
komunis. Demikian pula halnya sistem partai tunggal yang berdasarkan
pada azas fasisme seperti Italia Musolini dan faham Naziisme seperti
Jerman Hitler.
b. Tidak tercapainya perwujudan masyarakat yang sejahtera. Hal ini bisa
dilihat pada pemerintahan Khmer Merah Kheu Sampan di Kamboja atau
Pemerintahan Mao Tse Tung di Cina dimana rakyat banyak yang sengsara.
c. Tidak adanya sistem kontrol sosial.
d. Sistem partai tunggal tidak mengakui doktrin-doktrin politik demokrasi
yang berlaku dinegara-negara liberal ataupun negara demokrasi lainnya.
e. Sistem partai tunggal tidak mengakui adanya konstitusi yang bersifat
filsafat negara demokratik, struktur organisasi negara, perubahan terhadap
konstitusi negara dan hak azasi manusia.
f. Sistem partai tunggal tidak mengakui adanya kebebasan pers.
g. Rakyat tidak mempunyai pilihan lain dalam mengemukakan pendapat dan
hak-haknya

2. Sistem Dwi Partai

Sistem dwi partai atau dua partai merupakan adanya dua partai dalam
sebuah negara atau pemerintahan atau adanya beberapa partai tetapi dengan
peranan dominan dari dua partai. Partai-partai ini terbagi kedalam partai yang
berkuasa (karena menang dalam pemilu) dan partai oposisi (karena kalah dalam
pemilu).

Sistem dwi partai biasa disebut dengan istilah a convenient system for
contented people dan memang kenyataannya sistem dwi partai dapat berjalan

8
dengan baik apabila terpenuhi tiga syarat; komposisi masyarakat adalah homogen,
konsesus dalam masyarakat mengenai azas dan tujuan sosial yang pokok adalah
kuat, dan adanya kontinuitas sejarah.

Negara-negara yang menganut sistem dwi partai ini adalah Inggris dengan
partai Buruh dan partai konservatifnya, Amerika dengan partai Republik dan
partai Demokrat, Jepang, dan Kanada. Sistem dwi partai umumnya diperkuat
dengan digunakannya sistem pemilihan distrik (single-member constituency)
dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistem
dwi partai ini mempunyai kecenderungan untuk menghambat pertumbuhan dan
perkembangan partai-partai kecil.

Kelebihan sistem dwi partai ini antara lain:

a. Dalam sistem distrik suara pemilu yang dihasilkan selalu suara mayoritas,
b. Terwujudnya stabilitas pemerintahan yang dapat berjalan sesuai dengan
kurun waktu yang telah ditetapkan,
c. Pergantian pemerintahan dalam sistem ini dengan pemilu sistem distrik
cenderung berjalan normal,
d. Program-program pemerintah dapat berjalan dengan baik,
e. Adanya keterikatan pada konstitusi negara.

3. Sistem Multi Partai

Sistem multi partai adalah adanya partai-partai politik yang lebih dari dua
partai dalam sebuah negara atau pemerintahan. Sistem ini banyak dianut oleh
negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Perancis, Swedia, dsb.
Sistem ini lebih menitikberatkan peranan partai pada lembaga legislatif sehingga
peranan badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh
karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu

9
pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai
lain.

Beberapa kelemahan sistem multi partai ini antara lain:

a. Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil,


b. Program-program pemerintah kurang berjalan dengan efektif,
c. Ideologi partai politik tidak lagi melandasi konstitusi negara atau falsafat
hidup suatu bangsa, Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan
pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro,
d. Sistem ini mengurangi fungsi nasionalisme dalam suatu negara,
e. Sistem ini belum pernah melahirkan negara yang super power.

Sedangkan kelebihan dari sistem multi partai adalah:

a. Setiap individu diberikan kesempatan menjadi pimpinan sebuah partai


politik,
b. Kontrol sosial lebih banyak terjadi dilakukan oleh partai-partai politik,
c. Sistem ini memberikan alternatif banyak pilihan pada warga negara,
pilihan pada warga negara.

C. Efektitivitas Sistem Kepartaian yang Dianut oleh Negara Indonesia


dikaitkan dengan Sistem Pemerintahan Presidensial.

Permasalahan efektifitas dan stabilitas pemerintah di Indonesia tidak saja


dipengaruhi oleh personalitas pejabat presiden dan wakil presiden saja. Efektivitas
dan stabilitas pemerintah juga dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan sistem
kepartaian yang dilaksanakan. Sistem presidensial dan sistem multi partai dengan
jumlah partai yang terlalu banyak ternyata merupakan faktor lain yang krusial.
Observasi dan kajian yang dilakukan oleh Mainwaring (2008) menunujukkan

10
bahwa sistem presidensial yang dikombinasikan dengan sistem multi partai yang
dilaksanakan di beberapa negara gagal untuk menciptakan pemerintahan yang
ideal. Amerika Serikat berhasil menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil
karena menggunakan kombinasi sistem presidensial dan dwi partai.

Di Indonesia dengan masyarakat yang sangat heterogen tidak mungkin akan


dibawa menuju sistem dwi partai. Maka solusi yang ditawarkan adalah jalan
tengah antara kombinasi sistem presidensial dengan multi partai yang sederhana.
Multi sistem partai yang sederhana harus didukung oleh koalisi partai yang
ramping, disiplin dan mengikat.

Untuk menyederhanakan partai politik yang ada di Indonesia terdapat dua


mekanisme yang dapat diimplementasikan secara bersamaan yaitu meningkatkan
ambang batas (PT) dan memperkecil district magnitude.

Dikutip dari artikel yang bersumber dari metrotvnews.com Pengamat


hukum dan politik dari Universitas Nusa Cendana Kupang Nicolaus Pira Bunga
mengatakan Indonesia tak cocok dengan sistem multipartai. Hal itu dikarenakan
sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensil. Pemerintahan yang dipilih
langsung oleh rakyat, seharusnya lebih kuat kedudukan politiknya. Tetapi yang
terjadi di Indonesia justru sebaliknya, sehingga membuat Presiden menjadi kurang
berdaya dalam menata kehidupan berdemokrasi ke arah yang lebih baik. Mantan
pembantu dekan I Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang
itu mengemukakan pandangannya tersebut terkait dengan penerapan sistem
multipartai di Indonesia yang bertentangan dengan sistem negara yang menganut
paham presidensil.

Pira Bunga mengatakan penerapan ambang batas perolehan suara di


parlemen (parliamentary threshold), bukan menjadi jaminan untuk mengurangi
jumlah partai politik di Indonesia, karena aturan untuk mendirikan partai politik di
negeri ini terlalu mudah dan murah. Penerapan parliamentary threshold sampai 10
persen pun tetap tidak akan mengurangi jumlah parpol di Indonesia, karena parpol

11
yang tereleminasi dari ketentuan tersebut pasti akan mendirikan parpol baru. Perlu
ada ketegasan dari elemen bangsa untuk menetapkan jumlah parpol sebagai
penyeimbang sistem pemerintahan yang menganut paham presidensil, agar
demokrasi di negeri ini dapat bertumbuh dengan baik. Jika semua parpol telah
mengakui Pancasila sebagai asas tunggal, maka sangat elegan jika Indonesia
hanya memiliki lima partai politik dengan menggunakan simbol-simbol dari lima
sila Pancasila itu sebagai lambang partainya.

D. Upaya Penyelesaian atas Ketidakefektifan Sistem Kepartaian yang Dianut


oleh Negara Indonesia

Tujuan utama penataan sistem politik Indonesia ditujukan untuk


menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil maka ada beberapa alternatif
jawaban yang patut dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan. Beberapa
alternatif tersebut adalah sebagai berikut;

a. Mengubah Sistem Presidensial menjadi Sistem Parlemen

Sepertinya pilihan pertama ini sangat sulit, kalau tidak dibilang mustahil,
untuk dilakukan. Selain pengalaman traumatis yang pernah dialami Indonesia
pada masa demokrasi parlementer, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan
bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensial. Tidak mudah untuk
melakukan amandemen terhadap UUD, akan memerlukan perdebatan yang
panjang dan pasti akan mendapatkan resistensi yang sangat besar. Pilihan ini
adalah tidak realistik untuk dipilih.

b. Mengubah Sistem Kepartaian

Contoh negara yang mengimplementasikan sistem presidensial yang sukses


adalah Amerika dimana sistem presidensial di dukung oleh sistem dwi partai.
Kalau bangsa Indonesia ingin berkiblat kepada Amerika di dalam menata sistem

12
politiknya maka sistem multi partai haruslah diubah menjadi sistem dwi partai.
Tawaran solusi ini sepertinya juga sulit untuk direalisasikan karena akan melawan
arus demokrasi. Masyarakat Indonesia yang sifatnya plural tidak akan bisa
direpresentasikan oleh dua partai politik saja.

c. Mengurangi Jumlah Partai Politik

Jumlah partai politik yang terlalu banyak juga merupakan salah satu faktor
penyumbang tidak efektifnya sistem pemerintah di Indonesia. Banyaknya partai
politik yang ikut dalam pemilu menyebabkan koalisi yang dibangun untuk
mencalonkan presiden dan wakil presiden terlalu gemuk karena melibatkan
banyak parpol. Gemuknya koalisi ini mengakibatkan pemerintahan hasil koalisi
tidak dapat berjalan efektif karena harus mempertimbangkan banyak kepentingan.
Jika saja partai politik yang ikut serta pemilu tidak banyak, maka koalisi parpol
yang dibangun juga tidak akan menjadi gemuk. Presiden terpilih idealnya
berasal dari koalisi yang sekurang-kurangnya mendapatkan dukungan parlemen
50% dari jumlah kursi DPR dan jumlah partai yang ikut berkoalisi tidak banyak,
cukup dua atau tiga partai saja.

Usulan solusi ini lebih moderat jika dibandingkan dengan pilihan 1 dan 2
karena masih mempertahankan sistem presidensial dan sistem multi partai. Hanya
saja jumlah partai di Indonesia yang terlalu banyak ini perlu disederhanakan.
Penyederhanaan partai politik sebenarnya sudah dilakukan sejak pemilu 1999
dengan mengimplementasikan ambang batas bagi partai politik untuk ikut serta
dalam pemilu berikutnya (Electoral Threshold) dan ambang batas bagi partai
politik untuk mengirimkan wakilnya di parlemen (Parliamentary Threshold)
akan diberlakukan pada pemilu 2009.

d. Menyelenggarakan Pemilu Presiden dan Legislatif secara Bersama-


sama (ConcurrentElections)

13
Beberapa pengamat politik berpendapat penyelenggaraan pemilu legislatif
dan presiden secara bersama-sama, concurrent elections, akan menciptakan
pemerintahan yang efektif. Denganconcurrent elections presiden terpilih akan
mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat dan mendapatkan dukungan yang
kuat dari parlemen. Di dalam masyarakat/negara yang menganggap pemilihan
presiden lebih penting dibandingkan pemilihan legislatif, pemilih akan cenderung
memilih partai poltitik yang mencalonkan presiden yang didukungnya. Akibatnya
partai politik yang mendukung calon presiden terpilih akan memiliki peluang
besar untuk memenangkan pemilu legislatif. Dengan demikan mayoritas anggota
parlemen berasal dari partai tersebut.

14
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Negara Indonesia menganut Sistem Kepartaian Multi Partai. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah partai yang berpartisipasi dalam pemilu berjumlah lebih
dari dua partai. Di samping itu diisyaratkan pula pada pasal 6A (2) UUD 1945
yang menyatakan bahwa pasangan Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dengan demikian dari pasal
tersebut di dalam pemilu presiden dan wakil presiden paling sedikit terdapat
tiga partai politik.

2. Dalam sistem kepartaian terdapat 3 jenis :


a. Sistem Partai Tunggal, yang mana pada sistem ini hanya ada satu partai
yang berkuasa pada suatu negara, sehingga tidak ada kompetisi partai
dalam negara tersebut. Namun dalam sistem ini partai-partai kecil tidak
diberi keleluasaan.
b. Sistem Dwi Partai, yang mana dalam partai ini hanya terdapat dua partai
yang bersaing, sehingga dengan adanya sistem ini cenderung akan
menghambat perkembangan partai-partai kecil. Namun di sisi lain
program-program pemerintah akan berjalan dengan baik.
c. Sistem Multi Partai, yang mana pada sistem kepartaian ini terdapat lebih
dari tiga partai, sehingga program-program pemerintah cenderung tidak
berjalan dengan baik. Namun sistem ini lebihmemberi kesempatan
kepada setiap individu untuk menjadi pemimpin.

3. Indonesia tidak cocok dengan sistem multipartai. Hal itu dikarenakan sistem
pemerintahan di Indonesia adalah presidensial. Pemerintahan yang dipilih
langsung oleh rakyat, seharusnya lebih kuat kedudukan politiknya. Tetapi

15
yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya, sehingga membuat Presiden
menjadi kurang berdaya dalam menata kehidupan berdemokrasi ke arah yang
lebih baik.

4. Ada beberapa alternatif sebagai bentuk upaya penyelesaian masalah yang


terjadi di dalam sistem multi partai diantaranya :
a. Mengubah sistem presidensial menjadi sistem parlemen
b. Mengubah sistem kepartaian
c. Mengurangi jumlah partai politik
d. Melaksanakan pemilu presiden dan legislatif secara bersama-sama

SARAN

a. Bagi Pemerintah

Pemerintah yang berperan sebagai penampung dan pelaksana aspirasi rakyat


sebaiknya lebih peka terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga
ketidakstabilan perpolitikan dan kepentingan-kepentingan golongan di
pemerintahan akan terminimalisir.

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai agent of change setiap mahasiswa, khususnya mahasiswa PKn


harus lebih peka terhadap perkembangan perpolitikan di negara Indonesia,
sehingga mahasiswa dapat memahami dan menelaah permasalahan tersebut
sehingga akan memunculkan solusi cerdas untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di negara Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Partono. 2010. Sistem Mulati Partai, Presidensial,dan Persoalan Efektivitas


Pemerintah . Jakarta.[online] tersedia di :http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-
dan-puu/438-sistem-multi-partai-presidensial-dan-persoalan-efektivitas-
pemerintah.html

Metrotvnews. 2011. Indonesia Dinilai Tak Cocok dengan Multipartai. Jakarta.


[Online]tersediadi:http://metrotvnews.com/metromain/newscat/polkam/2011/05/2
9/53063/Indonesia-Dinilai-Tak-Cocok-dengan-Multipartai.html

TrionoMuhammad. Sistem Kepartaian. Jakarta. [online] tersedia di :


http://pojokmastri.blogspot.com/2009/04/bahan-ajar-kuliah-pertemuan-ke-7.html

17

Anda mungkin juga menyukai