Standar Kompetensi:
1.
Menganalisis budaya politik di Indonesia.
Kompetensi Dasar:
1.1 Mendeskripsikan pengertian budaya politik.
1.2 Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia.
1.3 Mendeskripisikan pentingnya sosialisasi pengembangan budaya
politik.
1.4 Menampilkan peran serta budaya politik partisipan
A. PENDAHULUAN
------------------ Ada gambar sekolompok orang yang sedang dalam forum
rapat -----------------Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting
dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya
sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia
lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup
manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum,
biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup
kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang
lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai
anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan
sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu
bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol
maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara
langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika
secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau
berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca
langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik
tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam
interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi
di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk
variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik
1
perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali
kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan
dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya,
pemimpim politik dan lai-lain.
Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi
masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan
kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku
aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang
memerintah.
Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi
dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan
demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan
menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian
sumber-sumber masyarakat.
Fokus Kita :
Menurut Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, istilah budaya
politik terutama mengacu pada orientasi politik sikap terhadap
sistem politik dan bagian-bagiannya yang lain serta sikap terhadap
peranan kita sendiri dalam sistem tersebut. Suatu budaya politik,
yaitu terdapatnya satu perangkat yang meliputi seluruh nilai-nilai
Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya politik yang dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk lebih memahami secara teoritis
sebagai berikut :
a. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri
atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya
2
aspek
seperti
(aspek
politik,
Fokus Kita :
Komponen
Kognitif
Kita dapat menilai
tingkat pengetahuan
seseorang
mengenai
jalannya
sistem politik, tokohtokoh
pemerintahan,
kebijaksanaan yang
mereka ambil, atau
menge-nai
simbolsimbol yang di-miliki
oleh
sistem
politiknya.
Komponen
Evaluatif
Orientasi
politik
diten-tukan
oleh
evaluasi
moral
yang
memang
telah
dipunyai
seseorang
Penugasan Praktik
Kewarganegaraan
Tokoh
Uraian Singkat
2.
2. Pengertian budaya politik menurut Rusadi Sumintapura, dikatakan
bahwa budaya politik merupakan pola tingkah laku individu dan
orientasi terhadap kehidupan politik...dst. Berikan penjelasn
singkatnya !
a. Pola
tingkah
laku
individu
: ......................................................................................................
..........................................................................................................
..................................................
b. Orientasi
terhadap
kehidupan
politik
: .................................................................................
...........................................................................................................
.................................................
3. Dalam klasifikasi tipe-tipe orientasi, yaitu orientasi kognitif, efektif
dan evaluatif. Beri penjelasan singkat pada kolom di bawah ini!
Orientasi Kognitif
Orientasi Efektif
........................................................
......................
........................................................
......................
........................................................
......................
........................................................
......................
.....................................................
.........................
.....................................................
.........................
.....................................................
.........................
.....................................................
.........................
Perbedaan
.....................................................
........................
.......................................................
.........................
.....................................................
........................
.......................................................
.........................
.....................................................
........................
.......................................................
.........................
.....................................................
........................
.......................................................
.........................
Fokus Kita :
Budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh sruktur
politik, sedangkan daya opeasional struktur ditentukan oleh
konteks kultural tempat struktur itu berada. Kalau dicermati dari
segi fungsi secara keseluruhan, budaya politik bertujuan untuk
mencapai dan memelihara sistem politik yang demokratis. Budaya
politik dapat berfungsi dengan baik, pada prinsipnya ditentukan
Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada
10
Budaya
Politik
Parokial
2.
Subyek/Ka
ula
3.
Partisipan
Uraian / Keterangan
a. Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai
obyek umum, obyek-obyek input, obyek-obyek
output, dan pribadi sebagai partisipan aktif
mendekati nol.
b. Tidak terdapat peran-peran politik yang
khusus dalam masyarakat.
c. Orientasi
parokial
menyatakan
alpanya
harapan-harapan
akan
perubahan
yang
komparatif yang diinisiasikan oleh sistem
politik.
d. Kaum parokial tidak mengharapkan apapun
dari sistem politik.
e. Parokialisme murni berlangsung dalam sistem
tradisional yang lebih sederhana dimana
spesialisasi politik berada pada jenjang sangat
minim.
f. Parokialisme dalam sistem politik yang
diferensiatif lebih bersifat afektif dan normatif
dari pada kognitif.
a. Terdapat frekuensi orientasi politik yang
tinggi
terhadap
sistem
politik
yang
diferensiatif dan aspek output dari sistem itu,
tetapi frekuensi orientasi terhadap obyekobyek input secara khusus, dan terhadap
pribadi
sebagai
partisipan
yang
aktif
mendekati nol.
b. Para
subyek
menyadari
akan
otoritas
pemerintah
c. Hubungannya terhadap sistem plitik secara
umum, dan terhadap output, administratif
secara esensial merupakan hubungan yang
pasif.
d. Sering wujud di dalam masyarakat di mana
tidak
terdapat
struktur
input
yang
terdiferensiansikan.
e. Orientasi subyek lebih bersifat afektif dan
normatif daripada kognitif.
a. Frekuensi orientasi politik sistem sebagai
12
Di
sini
jumlah
industrial
dan
modernis
sebagian
kecil,
meskipun
terdapat
organisasi
politik dan partisipan
politik
seperti
mahasiswa, kaum intelektual
dengan
tindakan
persuasif
menentang
sis-tem
yang
ada,
tetapi
seba-gian
besar
jumlah rakyat hanya
menjadi subyek yang
Dalam
sistem
ini
hanya
terdapat
sedikit sekali partisipan dan sedikit
pula keter-libatannya
dalam peme-rintahan
14
pasif.
Pola kepemimpinan sebagai bagian dari budaya politik, menuntut
konformitas atau mendorong aktivitas. Di negara berkembang
seperti Indonesia, pemerintah diharapkan makin besar peranannya
dalam pembangunan di segala bidang. Dari sudut penguasa,
konformitas menyangkut tuntutan atau harapan akan dukungan dari
rakyat. Modifikasi atau kompromi tidak diharapkan, apalagi kritik.
Jika pemimpin itu merasa dirinya penting, maka dia menuntut rakyat
menunjukkan kesetiaannya yang tinggi. Akan tetapi, ada pula elite
yang menyadari inisiatif rakyat yang menentukan tingkat
pembangunan, maka elite itu sedang mengembangkan pola
kepemimpinan inisiatif rakyat dengan tidak mengekang kebebasan.
Suatu pemerintahan yang kuat dengan disertai kepasifan yang
kuat dari rakyat, biasanya mempunyai budaya politik bersifat agama
politik, yaitu politik dikembangkan berdasarkan ciri-ciri agama yang
cenderung mengatur secara ketat setiap anggota masyarakat. Budaya
tersebut merupakan usaha percampuran politik dengan ciri-ciri
keagamaan yang dominan dalam masyarakat tradisional di
negara yang baru berkembang.
David Apter memberi gambaran tentang kondisi politik yang
menimbulkan suatu agama politik di suatu masyarakat, yaitu kondisi
politik yang terlalu sentralistis dengan peranan birokrasi atau militer
yang terlalu kuat. Budaya politik para elite berdasarkan budaya
politik agama tersebut dapat mendorong atau menghambat
pembangunan karena massa rakyat harus menyesuaikan diri pada
kebijaksanaan para elite politik.
15
KEKERASAN POLITIK
Sebuah Implikasi Aliansi Politik dan Cerminan
Ketidaksamaan Struktur dan Kultur dalam Budaya
Politik
Bahwa kegagalan internalisasi dalam pembentukan budaya
politik yang diakibatkan oleh ketidaksamaan antara kultur politik
dan struktur politik, akan menyebabkan kondisi aliansi dalam
masyarakat. Kondisi ini akan menjadi tuntutuan (demand) yang
konstruktif dalam proses politik, bila pemerintah mampu
mengakomodasi dan mencarikannya jalan keluar melalui formasi
dan implementasi kebijakan. Namun kemungkinan lain yang lebih
buruk akan memunculkan respons politik masyarakat, berupa
terjadinya kekerasan secara masal, bila pemerintah tidak mampu
mengelolanya dengan baik.
Perasaan keterasingan secara politik dalam diri masyarakat,
salah satu akibat yang akan muncul adalah melalui munculnya
tindakan kekerasan masa. Dengan melakukan tindakan kekerasan,
masyarakat berupaya mengemukakan ketidakpuasan terhadap
pemerintah, karena kegagalannya mengelola berjalannya sistem
politik dengan baik.
Sementara itu dalam konteks partisipasi poitik, tindakan
kekerasan diakui sebagai salah satu bentuk praktik partisipasi
politik, yang ditujukan bagi perubahan politik oleh pemerintah,
melalui keluarnya keputusan-keputusan atau kebijakan publik
seperti yang diharapkan. Tindakan kekerasan merupakan salah
satu manifestasi partisipasi politik inkonvensional yang bisa
berupa huru-hara, revolusi, kudeta dan bentuk-bentuk lainnya.
Sumber : Deden Faturrohman dan Wawan Sobari, dalam
Pengantar Ilmu Politik 2002.
Penugasan Praktik
Kewarganegaraan
Fokus Kita :
Melalui proses sosialisasi politik , para anggota masyarakat
memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup
melalui pendidikan formal, non formal, dan informal atau tidak sengaja
melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan
Keterlaksanaan sosialisasi politik, sangat ditentukan oleh lingkungan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan di mana seseorang/individu berada.
Selain itu, juga ditentukan oleh interaksi pengalaman -pengalaman
serta kepribadian seseorang. Sosialsiasi politik, merupakan proses
yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling
mempengaruhi di antara kepribadian individu dengan pengalamanpengalaman politik yang relevan yang memberi bentuk terhadap
tingkah laku politiknya. Pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap yang
diperoleh seseorang itu membentuk satu layar persepsi, melalui mana
individu menerima rangsangan-rangsangan politik. Tingkah laku politik
seseorang berkembang secara berangsur-angsur.
Jadi, sosialisasi politik adalah proses dengan mana individuindividu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap
terhadap sistem politik masyarakatnya. Peristiwa ini tidak menjamin
bahwa masyarakat mengesahkan sistem politiknya, sekalipun hal ini
mungkin bisa terjadi. Sebab hal ini bisa saja menyebabkan pengingkaran
terhadap legitimasi. Akan tetapi, apakah akan menuju kepada stagnasi
atau perubahan, tergantung pada keadaan yang menyebabkan
pengingkaran tersebut. Apabila tidak ada legitimasi itu disertai dengan
sikap bermusuhan yang aktif terhadap sistem politiknya, maka perubahan
mungkin terjadi. Akan tetapi, apabila legitimasi itu dibarengi dengan
sikap apatis terhadap sistem politiknya, bukan tak mungkin yang dihasilkan
stagnasi
17
pengalaman tersebut.
Kiranya kita dapat memahami bahwa sosialisasi politik adalah proses,
dengan mana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilainilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. Peristiwa
ini tidak menjamin bahwa masyarakat mengesahkan sistem politiknya,
sekalipun hal ini mungkin terjadi. Sebab hal ini bisa saja menyebabkan
pengingkaran terhadap legitimasi; akan tetapi apakah hal ini menuju
pada stagnasi atau pada perubahan, tergantung pada keadaan yang
menyebabkan pengingkaran tersebut. Apabila tidak adanya legitimasi itu
disertai dengan sikap bermusuhan yang aktif terhadap sistem politiknya,
maka perubahan mungkin saja terjadi, akan tetapi apabila legitimasi itu
dibarengi dengan sikap apatis terhadap sistem politiknya, bukan
tidakmungkin terjadi stagnasi.
Fokus Kita :
Dalam Proses Sosialisasi Politik, metode yang kerap digunakan dapat
berupa Pendidikan Politik dan Indoktrinasi Politik. Pendidikan politik
melalui suatu proses dialog sehingga masyarakat mengenal nilai,
norma, dan simbol politik. Sedangkan proses Indoktrinasi Politik ialah
proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga
masyarakat untuk menerima nilai-nilai, norma, dan simbol yang dianggap
Peranan keluarga dalam sosialisasi politik sangat penting. Menurut
Easton dan Hess, anak-anak mempunyai gambaran yang sama mengenai
ayahnya dan presiden selama bertahun-tahun di sekolah awal. Keduanya
dianggap sebagai tokoh kekuasaan. Easton dan Dennis mengutarakan
ada 4 (empat) tahap dalam proses sosialisasi politik dari anak, yaitu
sebagai berikut.
a. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak,
presiden dan polisi.
b. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang
ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
21
Keluarga (family)
Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien
dan efektif adalah di dalam keluarga. Di mulai dari keluarga inilah
antara orang tua dengan anak, sering terjadi obrolan politik ringan
tentang segala hal, sehingga tanpa disadari terjadi tranfer
pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak.
2) Sekolah
Di sekolah melalui pelajaran civics education (pendidikan
kewarganegaraan), siswa dan gurunya saling bertukar informasi dan
berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu yang mengandung
nilai-nilai politik teoritis maupun praktis. Dengan demikian, siswa
telah memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan berpolitik
secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari sudut pandang
akademis.
3) Partai Politik
Salah satu fungsi dari partai politik adalah dapat memainkan peran
sebagai sosialisasi politik. Ini berarti partai politik tersebut setelah
merekrut anggota kader maupun simpati-sannya secara periodik
maupun pada saat kampanye, mampu menanamkan nilai-nilai dan
norma-norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Partai politik
harus mampu men-ciptakan image memperjuangkan kepentingan
umum, agar mendapat dukungan luas dari masyarakat dan senantiasa
dapat memenangkan pemilu.
22
Fokus Kita :
Robert Le Vine berpendapat bahwa sosialisasi politik di negaranegara berkembang cenderung mempunyai relasi lebih dekat pada
sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan
sistem-sistem politik nasional. Namun, masalah terberat yang
dihadapi oleh negara berkembang adalah adanya berbagai macam
24
Fokus Kita :
Proses sosialisasi politik sesungguhnya berlanjut terus sepanjang
hidup setiap orang. Sebagai contoh seperti yang dikemukakan
Almond, bahwa suatu perang yang besar, ataupun depresi ekonomi,
pengalaman fascisme di Itali, atau Nazi di Jerman, merupakan
pengalaman
belajar
yang
dahsyat
yang
tidak
dimediakan
Di dalam realitas kehidupan masyarakat, pola-pola sosialisasi politik
juga mengalami perubahan seperti juga berubahnya struktur dan kultur
politik. Perubahan-perubahan tersebut menyangkut pula soal perbedaan
tingkat keterlibatan dan derajat perubahan dalam sub sistem
masyarakat yang beraneka ragam.
Pada sisi lain, sosialisasi politik merupakan proses induksi ke dalam
suatu kultur politik yang dimiliki oleh sistem politik yang dimaksud.
Hasil akhir proses ini adalah seperangkat sikap mental, kognisi
(pengetahuan), standar nilai-nilai dan perasaan-perasaan terhadap
sistem politik dan aneka perannya serta peran yang berlaku. Hasil
proses tersebut juga mencakup pengetahuan tentang nilai-nilai yang
mempengaruhi, serta perasaan mengenai masukan tentang tuntutan dan
claim terhadap sistem, dan output otorotatif-nya.
Berikut adalah bagan terbentuknya sikap politik (political attitude)
melalui proses sosialisasi politik.
Early Childhood
(Masa kanakkanak)
Afective
Allegiance
(Sikap
kesetiaan)
Cognitive
partisanship
(Pemahaman yang
berpihak)
Afective partisanship
(Sikap yang
berpihak)
Awareness of policy outputs
(Kesadaran terhadap
kebijakan output)
Adolescenc
e
(Masa
remaja)
Cognitive and critical
orientations
(Pemahaman dan tujuan
untuk mengkritisi)
Adulthood
(Masa
dewasa)
Cognitive
partisanship
(Pemahaman yang
berpihak)
Awareness of ability to influence
policy
(Kesadaran untuk mempengaruhi
kebijakan)
25
Dalam bentuk transmisi informasi, nilainilai atau perasaan terhadap peran, input
dan output mengenai sistem sosial yang
lain seperti keluarga yang mempengaruhi
sikap terhadap peran, input dan output
sistem politik yang analog (adanya
persamaan).
Penugasan Praktik
Kewarganegaraan
Fokus Kita :
Kecenderungan masyarakat untuk berpartisipasi yang lebih luas dalam
bidang politik, bermula pada masa renaissance dan reformasi abad ke
15 17 , abad ke 18, dan 19. Namun, tata cara masyarakat menuntut
hak mereka untuk berpartisipasi berbeda-beda di setiap negara.
Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti
memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan
pemerintah. Menurut Myron Weiner, terdapat lima penyebab timbulnya
27
gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu sebagai
berikut :
a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan
masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan
politik.
b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Masalah siapa yang
berhak berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi
penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik.
c. Pengaruh kaum intelektual dan kemunikasi masa modern. Ide
demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru
sebelum mereka mengembangkan modernisasi dan industrialisasi
yang cukup matang.
d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antar
elite, maka yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan
kelas menentang melawan kaum aristokrat yang menarik kaum buruh
dan membantu memperluas hak pilih rakyat.
e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi,
dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah
sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi
akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan
politik.
Konsep
Indikator
Partisipasi
politik
memberi Terdapat interaksi
perhatian pada cara-cara warga
antara warga negara
negara
berinteraksi
dengan
dengan pemerintah
pemerintah,
warga
negara
28
berupaya
menyampaikan Terdapat usaha warga
kepentingan-kepentingan mereka
negara untuk
terhadap pejabat-pejabat publik
mempengaruhi pejabat
agar
mampu
mewujudkan
publik.
kepentingan-kepentingan
tersebut.
Miriam
Budiardj
o
Partisipasi
politik
adalah Berupa kegiatan
kegiatan
seseorang
atau
individu atau
sekelompok orang untuk ikut
kelompok
serta
secara
aktif
dalam Bertujuan ikut aktif
kehidupan politik, dengan jalan
dalam ke-hidupan
memilih pimpinan negara, dan
politik, memilih pimsecara langsung atau tidak
pinan publik atau
langsung
mempengaruhi
mempenga-ruhi
kebijakan pemerintah (public
kebijakan publik.
policy).
Ramlan
Surbakti
Partisipasi
politik
ialah Keikutsertaan warga
keikutsertaan
warga
negara
negara dalam
biasa dalam menentukan segala
pembuatan dan
keputusan
menyangkut
atau
pelaksanaan kebijakan
mempengaruhi hidupnya.
publik
Partisipasi
politik
berarti Dilakukan oleh warga
negara biasa
keikutsertaan
warga
negara
biasa (yang tidak mempunyai
kewenangan)
dalam
mempengaruhi
proses
pembuatan
dan
pelaksanaan
keputusan politik.
Michael
Rush
dan
Philip
Althoft
Partisipasi
politik
adalah Berwujud keterlibatan
keterlibatan
individu
sampai
individu dalam sistem
pada
bermacam-macam
politik
tingkatan di dalam sistem politik. Memiliki tingkatantingkatan partisipasi
Partisipasi politik ... kegiatan Berupa kegiatan bukan
warga negara preman (private
sikap-sikap dan
citizen)
yang
bertujuan
kepercayaan
mempengaruhi
pengambilan Memiliki tujuan
kebijakan oleh pemerintah.
mempengaruh
kebijakan publik
Dilakukan oleh warga
negara preman (biasa)
Partisipasi
politik
adalah Berupa kegiatankegiatan-kegiatan sukarela dari
kegiatan sukarela
warga masyarakat melalui mana Dilakukan oleh warga
mereka
mengambil bagian
negara
dalam
proses
pemilihan Warga negara terlibat
penguasa, dan secara langsung
dalam proses-proses
atau tidak langsung, dalam
Hunting
ton dan
Nelson
Herbert
McClosk
y
29
politik
Fokus Kita :
Institusi yang menjadi sasaran atau objek politik dalam partisipasi
politik, yaitu pemerintah sebagai pemegang otoritas. Hal yang paling
prinsipil, berkenan dengan keterlibatan warga negara secara langsung
atau tidak langsung dalam proses politik yang terjadi dalam lembagalembaga pemerintahan (suprastruktur politik). Selain itu partisipasi
politik juga memiliki tujuan-tujuan, yang berkenan dengan kegiatan
Untuk menggolongkan sebuah aktivis politik tertentu dikatakan
sebagai partisipasi politik atau bukan, Huntington dan Nelson, serta
Ramlan Surbakti memberikan beberapa batasan atau rambu-rambu
dalam penggunaan konsep partisipasi politik dalam beberapa aspek
defenisi inti sebagai berikut :
Pertama : ia mencakup kegiatan-kegiatan (perilaku politik yang nyata)
akan tetapi tidak sikap sikap.
Kedua : yang menjadi perhatian adalah kegiatan politik warga negara
preman, atau lebih tepat lagi, perorangan-perorangan dalam
peranan mereka sebagai warga negara preman. Dengan
demikian terdapat garis antara partisipasi-partisipasi politik
dan orang-orang profesional dibidang politik (pejabat-pejabat
pemerintahan, pejabat-pejabat partai politik, calon-calon politik,
dan lobbyist profesional yang bertindak dalam peranan-peranan
tersebut).
Ketiga : yang menjadi pokok perhatian hanyalah kegiatan-kegiatan yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
pemerintah. Kegiatan yang demikian difokuskan terhadap
pejabat-pejabat umum, mereka yang pada umumnya diakui
mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan yang
final mengenai pengalokasian nilai-nilai secara otoritatif
didalam masyarakat.
Keempat: defenisi kami mencakup semua kegiatan yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi pemerintah, tak peduli apakah kegiatan
itu benar-benar mempunyai efek itu. (tidak tergantung dari
berhasil atau tidaknya kegiatan partisipasi politik).
Kelima :
Bentuk
Partisipasi
Aphatetic
Inactuves
Passive
Supporters
Contact
Specialist
Communicator
s
5.
Party and
campign
workers
6.
Community
activitis
7.
Protesters
Keterangan
Tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah
memilih.
Memilih secara reguler/teratur, menghadiri
parade patriatik, membayar seluruh pajak,
mencintai negara.
Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan
nasional dalam masalah-masalah tertentu.
Mengikuti informasi-informasi politik, terlibat
dalam diskusi-diskusi, menulis surat pada editor
surat kabar, mengirim pesan-pesan dukungan dan
protes terhadap pemimpin-pemimpin politik.
Bekerja untuk partai politik atau kandidat,
meyakinkan orang lain tentang bagaimana
memilih,
menghadiri
pertemuan-pertemuan,
menyumbang uang pada partai politik atau
kandidat, bergabung dan mendukung partai
politik, dipilih jadi kandidat partai politik.
bekerja dengan orang lain berkaitan dengan
masalah-masalah lokal, membentuk kelompok
untuk
menangani
problem-problem
lokal,
keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi
kemasyara-katan, melakukan kontak terhadap
pejabat-pejabat berkenan dengan isu-isu sosial.
Bergabung
dengan
demonstrasi-demonstrasi
publik di jalanan, melakukan kerusuhan bila
perlu, melakukan protes keras bila pemerintah
melakukan sesuatu yang salah, menghadapi
pertemuan-pertemuan protes, menolak mematuhi
aturan-aturan.
Fokus Kita :
Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik
mempunyai bermacam-macam bentuk dan intensitas. Biasanya
diadakan perbedaan jenis partisipasi menurut frekuensi dan
intensitasnya. Menurut pengamatan, jumlah orang yang mengikuti
kegiatan yang tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita
waktu dan yang biasanya tidak berdasarkakn prakarsa sendiri, seperti
memberikan suara dalam pemilu, besar sekali. Sebaliknya, kecil sekali
jumlah orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri
34
Pejabat
Partai
sepenuh
Aktivis
Waktu.
Pemimpin
partai/kelomp
ok
Petugas
kampanye.
kepentingan
Anggota aktif dari
Partisipa
partai/kelompok
n
kepentingan dalam proyekproyek sosial
Menghadiri rapat umum anggota
partai/
kelompok kepentingan, membicarakan
masalah politik, mengikuti
perkembangan politik melalui media
massa,
memberikan
suara
dalam
Orang-orang
yang
apolitis
pemilu
Tingkatan
Partisipasi
Kategori
Pengamat
Keterangan
Praktik Partisipasi
Seperti menghadiri rapat umum, memberikan
suara dalam pemilu, menjadi anggota kelompok
kepentingan, mendiskusikan masalah politik,
perhatian pada perkembangan politik, dan usaha
meyakinkan orang lain, merupakan contoh-contoh
kegiatan yang banyak dilakukan oleh warga
negara, artinya proporsi atau lingkup jumlah
orang yang terlibat di dalamnya tinggi.
Intensitas Partisipasi
Terutama kalau dikaitkan dengan arti pentingnya
bagi sistem politik, praktik-praktik tersebut
tingkat hubungannya rendah, atau tingkat
35
2.
Kategori
Aktivis
pada suatu sistem politik, dan akibat kecil atau tanpa mempunyai akibat
apapun pada sistem lainnya. Tingkatan partisipasi politik ini
disampaikan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pendapat
anda
tentang
politik
partisipan ? ............................................................................................
..................................................................................................................
.....................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................................................
2. Pengertian partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson,
dikatakan merupakan kegaitan warga negara preman (privat citizen)
yang bertujuan mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh
pemerintah. Berikan penjelasn singkatnya !
a. Warga
negara
preman : .............................................................................................
....................
..............................................................................................................
.................................................
b. Pengambilan
kebijakan
: ............................................................................................................
..
..............................................................................................................
.................................................
3. Milbarth M.L. Goel mengidentifikasi ada sebanyak 7 (tujuh) bentuk
partisipasi politik individual, diantaranya adalah aphatetic inactuves,
passive supporters, community activitis, dan lain-lain. Beri penjelasan
singkat pada kolom di bawah ini!
Passive Supporters
Community Activitis
........................................................
......................
........................................................
......................
........................................................
......................
........................................................
......................
.....................................................
.........................
.....................................................
.........................
.....................................................
.........................
.....................................................
.........................
39
Perbedaan
KESIMPULAN
........................................................
.......................................................
.....................
.........................
........................................................ .......................................................
Kehidupan politik, merupakan bagian
dari keseharian dalam
.....................
.........................
interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi........................................................
.......................................................
institusi di luar pemerintah (non-formal),
telah menghasilkan dan
.....................
.........................
membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang
praktik-praktik perilaku politik dalam
semua sistem politik.
........................................................
.......................................................
.....................
Pengertian budaya politik dalam .........................
pengertian umum, merupakan
aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat
istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh
sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan
rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.
Ada dua manfaat dengan kita memahami pengertian budaya politik,
yakni a) Sikap-sikap warga negara terhadap sistem politik yang
berpengaruh
terhadap
tuntutan-tuntutan,
dan
orientasinya
terhadap sistem politik itu; dan b) memahami hubungan antara
budaya politik dengan sistem politik atau faktor-faktor penyebab
terjadinya pergeseran politik.
Bahwa budaya politik pada umumnya mengandung tiga komponen
obyek politik yaitu mencakup Orientasi kognitif
(yaitu berupa
pengetahuan dan kepercayaan pada politik), Orientasi afektif ( yaitu
perasaan terhadap sistem politik), dan Orientasi evaluatif (yaitu
keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik).
Menurut Gabriel Almond, budaya politik dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : a) Budaya politik parokial dengan tingkat
partisipasi politik sangat rendah, b) Budaya politik kaula yaitu
masyarakat bersangkutan sudah relatif maju tetapi masih bersifat
pasif, dan c) Budaya politik partisipan, yaitu budaya politik yang
ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.
Sosialsiasi politik, merupakan proses yang berlangsung lama dan
rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara
kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman politik
yang relevan yang memberi bentuk terhadap tingkah laku
politiknya.
Dalam Proses Sosialisasi Politik, metode yang kerap digunakan dapat
berupa pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik
melalui suatu proses dialog sehingga masyarakat mengenal nilai,
norma, dan simbol politik. Sedangkan proses Indoktrinasi Politik ialah
proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi
warga masyarakat untuk menerima nilai-nilai, norma, dan simbol yang
dianggap oleh pihak yang berkuasa ideal dan baik.
Robert Le Vine berpendapat bahwa sosialisasi politik di negara40
negara berkembang cenderung mempunyai relasi lebih dekat pada
sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada
dengan sistem-sistem politik nasional. Namun, masalah terberat
2.
3.
4.
praktis
mungkin
sekali memiliki
perbedaan
demokratis
Pilihlah
salah
satu jawaban
yang dianggap
palingantara
benaryang
!
dengan non-demokratis, karena akan memiliki implikasi yang besar
pada politik
pembatasan-pembatasan
partisipasi
Budaya
merupakan
5. Komponenpolitik
obyekrakyat,
politik atau
yang
perluasan-perluasan
partisipasi politik.
Selain
itu
meskipun
suatu
sistem
kepercayaan empirik,
berupa pengetahuan tentang
politik sama-sama
atau sama-sama
nondan sistem nilai-nilai
yang demokratis
kepercayaan
pada
politik,
demokratis, situasi
bentuk-bentuk
politik
dan
tingkatanmenegaskan
dari partisipasi
peranan
dan
segala
tingkatannya
sangat mungkin
perbedaan.
tindakan
politik
yang terdapat
kewajibannya,
disebut
dilakukan, Pernyataan tersebut
komponen yang berorientasi ....
dikemukakan oleh ...
a. kognitif
a. Almond dan Powell
b. afektif
b. Alan R. Ball
c. kinestika
c. Austin Ranney
d. evaluatif
d. Rusandi Sumintapura
e. psikomotorik
e. Sidney Verba
6. Fungsi
integrasi
yang
Tokoh yang berpendapat bahwa
dijalankan oleh sistem politik
kebuda-yaan
Indonesia
menurut
Almond,
adalah
cenderung
membagi
secara
dalam rangka .
tajam antara kelompok elite
a. penyesuaian
terhadap
dengan
kelompok
masa,
lingkungan
adalah ....
b. mencapai kesatuan dalam
a. R. OG Anderson
masyarakat
b. Almond dan Verba
c. mencapai
kemasyuran
c. Austin Ranney
masyarakat
d. Miriam Budiardjo
d. mencapai masyarakat adil
e. G. Bingham Powell, Jr.
makmur
e. menciptakan pemerintahan
Budaya Politik, dimana orangyang kuat
orang yang sama sekali tidak
menyadari
adanya
7. Suatu aktivitas seseorang atau
pemerintahan
dan
politik
sekelompok orang untuk secara
dinamakan .....
aktif dalam kehidupan politik
a. budaya politik subjek
dinamakan .
b. budaya politik partisipan
a. sistem politik
c. budaya politik parokial
b. partisipasi politik
d. budaya poltik demokratis
c. dinamika politik
e. budaya poltik otoriter
d. sosialisasi politik
e. komunikasi politik
Berikut ini adalah unsur-unsur
umum yang termasuk dalam
8. Di bawah
ini
merupakan
kriteria budaya politik, kecuali .
penyebab timbulnya
gerakan
ke arah
partisipasi
dalam
a. pengetahuan
proses politik, kecuali .
b. mitos
a. modernisasi dalam bidang
c. adat istiadat
kehidupan
d. tahayul
b. perubahan struktur kelas
e. mata pencaharian
sosial
c. pengaruh kaum intektual
dan modern
41
d. konflik
antar
politik
e. dinamika
pluralisme
pemimpin
masyarakat
d. sistem diktator
e. demokratik industrial
10.
Di negara demokratik
pada
umumnya
proses
pengambilan
keputusan
di
dominasi oleh orang-orang
a. opportunity
b. pejabat publik
c. establishment
d. infra struktur
e. supra stuktur
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan
jelas !
1. Berikan tanggapan penjelasan yang dimaksud budaya politik dan
mengapa budaya politik antara suatu negara dengan negara lain
memiliki perbedaan !
2. Tuliskan, apa sajakah unsur-unsur budaya politik yang menonjol dalam
sistem politik di Indonesia !
3. Jelaskan, bagaimana pengaruh birokrasi terhadap suatu budaya politik
di Indonesia !
4. Jelaskan 4 (empat) tahapan dalam sosialisai politik yang dilakukan
seorang anak menurut Easton dan Dennis !
5. Jelaskan perbedaan budaya politik partisipan dengan budaya politik
toleransi, berikan contoh dari perbedaan tersebut !
6. Jelaskan dengan memberi alasan bagaimana metode yang kerap
diterapkan dalam sosialisasi politik di negara-negara berkembang
pada umumnya !
7. Jelaskan bagaimanakah penggolongan budaya politik ditinjau dari
sikap, nilai-nilai, informasi, dan orientasi-orientasi warga negara
terhadap kehidupan politik dan pemerintahannya !
8. Menurut Anda bagaimanakah
hubungan sistem politik dengan
Budaya Politik di suatu negara, khususnya di Indonesia ?
9. Jelaskan bagaimana pandangan Hyman tentang hubungan antara
sosialisasi politik dengan komunikasi politik !
10.
Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa jika pernyataan
umum dari salah satu pimpinan partai politik/tokoh masyarakat yang
bernada militan, dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan
konflik dalam suatu masyarakat luas !
42
C. Studi Kasus
Sentimen Primordial
Salah satu masalah yang seringkali muncul dalam proses pemilihan
kepala daerah adalah menguatnya sentimen primordial yang lebih
terikat pada persamaan etnis, aliran, ikatan darah dan berbagai bentuk
sifat kedaerahan lainnya. Munculnya masalah ini lebih disebabkan
karena karakter masyarakat yang ada di daerah juga berbeda-beda,
yang ternyata dapat mempengaruhi preferensi (pilihan) politik
masyarakat untuk menentukan kepemimpinan daerah. Beberapa
variabel seperti latar belakang etnis, status sosial ekonomi, dan agama,
dapat menciptakan suatu polarisasi pilihan politik rakyat menjadi
apakah itu sifatnya rasional ataukah emosional.
Sumber : Andi Haris ; Dosen Sosiologi Politik
Unhas
http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=2103
Tagihan Tugas :
1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa telah ditulis
sesuai dengan persepsi yang ada dibenak anda !
2. Berikan beberapa penjelasan indikasi tentang munculnya sentimen
primordial dalam banyak pemilihan kepala daerah !
3. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa sentimen primordial
dapat berpengaruh kuat terhadap preferensi (pilihan) politik rakyat !
4. Tentukan langkah-langkah nyata dalam upaya mengurangi sentimen
primordial guna membangun sistem politik yang sehat di Indonesia !
5. Berikan usulan konkrit, apa yang harus anda lakukan
meningkatkan partisipasi politik warga masyarakat :
a. Sebagai ketua organisasi pemuda !
b. Sebagai ketua suatu partai politik !
c. Sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah !
guna
1.
2.
3.
44