Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA

“PROSES POLITIK INDONESIA”

Disusun Oleh:
MUHAMMAD FAISAL RIZKI
27.0148
H-2

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
2017/2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem
sosial. Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang
ada dalam suatu system, yakni suatu unit yang relatif terpisah dari
lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-
elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat
dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang
ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau
institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara
sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan
peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian
lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka sistem
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan
perilaku politik.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem
politik Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik negara tetangga
maupun dalam cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas
Indonesia akan terus berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi,
sehingga melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia.
Mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah
berdiri sendiri dari sistem politik negara lain, setidaknya itulah maksud
implisit yang diutarakan David Easton melalui pendekatan analisa sistem
terhadap sistem politik. Sampai kemudian, Gabriel Almond meneruskannya
ke dalam turunan teori sistem politik yang lebih konkrit, yaitu
menggabungkan teori sistem ke dalam struktural-fungsional, barulah kita
mendapatkan pemahaman bagaimana sistem politik seperti di Indonesia
berinteraksi dengan sistem politik lainnya.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudahkan dalam penulisan Karya tulis ini, maka
penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Sistem Politik ?
2. Bagaimana proses politik di Indonesia ?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan,
dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Politik
2 Untuk mengetahui proses politik di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem Politik


1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks
dan terorganisasi. Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan
suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat.

2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya
Negara kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam
kegiatan dalam Negara/kehidupan Negara
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan
Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat,
bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,
tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan
keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang
tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
3. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme
atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang
berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang
langggeng
Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari
hubungan – hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan
tingkat tertentu, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang.

4
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan
satu sama lain yanh menunjukan suatu proses yang langsung memandang
dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).

4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia


Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau
keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan
dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-
upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan
penyusunan skala prioritasnya. Politik adalah semua lembaga-lembaga
negara yang tersebut di dalam konstitusi negara ( termasuk fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-
keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan
terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur
politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik
adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di
Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa,
Kelompok kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure
Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure),
dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui
badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan
dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan
adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat
pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.

5
B. Proses Politik Di Indonesia
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa
dilihat dari masa-masa berikut ini:
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Orde Baru
- Masa Reformasi

Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

1. Masa Demokrasi Liberal


- Penyaluran tuntutan : tinggi tapi sistem belum memadani
- Pemeliharaan nilai : penghargaan HAM tinggi
- Kapabilitas : baru sebagian yang dipergunakan,
kebanyakan masih potensial
- Integrasi vertikal : dua arah, atas bawah dan bawah atas
- Integrasi horizontal : disintegrasi, muncul solidarity makers dan
administrator
- Gaya politik : ideologis
- Kepemimpinan : angkatan sumpah pemuda tahun 1928
- Partisipasi massa : sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
- Keterlibatan militer : militer dikuasai oleh sipil
- Aparat negara : loyak kepada kepentingan kelompok atau
partai
- Stabilitas : instabilitas

Di Indonesia demokrasi liberal berlangsung sejak 3 november 1945,


yaitu sejak sistem multi-partai berlaku melalui maklumat pemerintah. Sistem
multi-partai ini lebih menampakkan sifat instabilitas politik setelah berlaku sistem
parlementer dalam naungan UUD 1945 periode pertama. Demokrasi liberal
dikenal pula sebagai demokrasi parlementer oleh karena berlangsung dalam
sistem pemerintahan parlementer ketika berlakunya UUD 1945 periode pertama,
konstitusi RIS, dan UUDS 1950. dengan demikian demokrasi –liberal secara
formal berakhir pada 5 juli 1959, sedang secara material berakhir pada saat
gagasan Demokrasi –Terpimpin dilaksanakan melalui pidato Presiden di depan

6
Konstituante tanggal 10 November 1956 atau pada saat konsepsi Presiden tanggal
21 Januari 1957 dengan dibentuknya Dewan Nasional, seperti telah di uraikan .

2. Masa Demokrasi terpimpin


- Penyaluran tuntutan : tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya
Front nas
- Pemeliharaan nilai : Penghormatan HAM rendah
- Kapabilitas : abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi
tidak maju
- Integrasi vertikal : atas bawah
- Integrasi horizontal : berperan solidarity makers,
- Gaya politik : ideolog, nasakom
- Kepemimpinan : tokoh kharismatik dan paternalistik
- Partisipasi massa : dibatasi
- Keterlibatan militer : militer masuk ke pemerintahan
- Aparat negara : loyal kepada negara
- Stabilitas : stabil

Dalam periode demokrasi terpimpin ini pemikiran ala demokrasi barat


banyak ditinggalkan. Tokoh politik (Soekarno) yang memegang pimpinan
nasional ketika itu menyatakan bahwa demokrasi-liberal (demokrasi-parlementer)
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia. Prosedur pemungutan suara
dalam lembaga perwakilan rakyat dinyatakannya pula sebagai tidak efektif dan ia
kemudian memperkenalkan apa yang disebut musyawarah untuk mufakat.
Sistem multi partai oleh tokoh politik tersebut dinyatakan sebagai salah satu
penyebab inefektivitas pengambilan keputusan ,karena masyarakat lebih didprong
ke arah bentuk yang fragmataris. Untuk merealisasikan Demokrasi-Terpimpin ini,
kemudian dibentuk badan yang disebut Front Nasional. Periode ini disebut pula
periode pelaksanaan UUD 1945 dalam keadaan ekstra-ordiner; disebut demikian,
karena terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945.

3. Masa Orde Baru


- Penyaluran tuntutan : awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi
karena fusi

7
- Pemeliharaan nilai : terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan
HAM
- Kapabilitas : sistem terbuka
- Integrasi vertikal : atas bawah
- Integrasi horizontal : nampak
- Gaya politik : intelek, pragmatik, konsep pembangunan
- Kepemimpinan : teknokrat dan ABRI
- Partisipasi massa : awalnya bebas terbatas, kemudian lebih
banyak dibatasi
- Keterlibatan militer : merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
- Aparat negara : loyal kepada pemerintah (Golkar)
- Stabilitas : stabil

Penelaahan terhadap Orde Baru tentu tidak dapat bersifat final disini,
karena masih terus berjalan dan berproses Herbert Feith pernah menulis
artikel yang berjudul suharto’s search for a political format pada tahun
1968, yaitu pada awal Orde Baru ini diperkenalkan dan mulai
dikembangkan. Oleh karena itu semua hal yang di kemukakan disini
semata-mata hanya dalam usaha mencari format Demokrasi-Pancasila
tersebut. Praktek-praktek mekanisme Demokrasi –Pancasila masih
mungkin berkembang dan berubah,atau mungkin belum merupakan bentuk
hasil proses yang optimal, sebagai prestasi sistem politik indonesia

4. Masa Reformasi
- Penyaluran tuntutan : tinggi dan terpenuhi
- Pemeliharaan nilai : Penghormatan HAM tinggi
- Kapabilitas : disesuaikan dengan Otonomi daerah
- Integrasi vertikal : dua arah, atas bawah dan bawah atas
- Integrasi horizontal : nampak, muncul kebebasan (euforia)
- Gaya politik : pragmatik
- Kepemimpinan : sipil, purnawiranan, politisi
- Partisipasi massa : tinggi
- Keterlibatan militer : dibatasi
- Aparat negara : harus loyal kepada negara bukan pemerintah
- Stabilitas : instabil

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai
system demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat
untuk rakyat. Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana
Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Para Bapak Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan Negara Indonesia,
setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka
sepakat menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama,
dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah menjalani
sistem pemerintahan federal di bawah Republik Indonesia Serikat (RIS)
selama tujuh bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke
bentuk pemerintahan republik. Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997),
pemerintah merespon desakan daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan
yang bersifat sangat sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah
untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003

Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra, bandung,
1999

Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008

Nazaruddin, “Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991

Nazaruddin Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, Gramedia Pustaka


Utama, 1993

Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4”, Mandar Maju, 1993

10

Anda mungkin juga menyukai