Sebenarnya, para ahli berbeda persepsi mengenai bentuk-bentuk nilai sosial yang berkembang
di kehidupan masyarakat akhir-akhir ini. Terdapat beberapa macam bentuk nilai sosial yang
dikemukakan oleh satu ahli, sedangkan ahli lainnya ada yang menambahkan bentuk da nada
yang mengurangi bentuk-bentuk nilai sosial tersebut. Berikut merupakan bentuk nilai sosial
1. Prof. DR. Notonegoro membagi bentuk nilai sosial menjadi 3 macam, yaitu :
a) Nilai Material, yaitu suatu keyakinan atau anggapan yang berguna bagi unsur fisik dan
jasmani manusia atau masyarakat
b) Nilai Vital, yaitu segala keyakinan yang berkembang yang berguna di dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari
c) Nilai Kerohanian, yaitu sekelompok keyakinan dalam masyarakat yang berkembang
tentang apa yang berguna bagi batin manusia. Nilai kerohanian sendiri dibagi lagi menjadi 4
macam :
* Nilai Kebenaran, yaitu nilai rohani yang bersumber dari akal dan pikiran masyarakt yang
menjalaninya
* Nilai Keindahan, yaitu nilai yang bersumber dari perasaan masyarakat yang menjalaninya
(unsur estetika)
* Nilai Moral, yaitu nilai rohani yang bersumber pada unsur kehendak dan kemauan, atau
etika
* Nilai Religius, yaitu nilai rohani yang bersifat mutlak dan tidak pernah salah, yang
bersumber langsung dari Tuhan
2. Namun, menurut C.Kluckhon menambahkan bentuk nilai sosial yang lain berupa :
d) Nilai Kebudayaan, yang mencakup nilai mengenai hakikat hidup manusia, hakikat karya
manusia, hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hakikat hubungan antara
manusia dengan manusia, dan hakikat mengenai hubungan manusia dengan alam.
3. Sedangkan menurut Walter G.Evereet, bentuk nilai sosial itu dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :
a) Nilai ekonomi, yaitu nilai sosial yang berhubungan dengan harga pasar yang menjadikan ekonomi
masyarakat sebagai tolak ukurnya
b) Nilai Rekreasi, yaitu nilai mengenai kesejahteraan hidup masyarakat dan memberikan kesegaran
jasmani dan rohani
c) Nilai Perserikatan, yaitu nilai sosial mengenai bentuk kelompok masyarakat, mulai dari tingkat
keluarga, sampai tingkatan yang lebih tinggi
Nilai Jasmani, yaitu nilai sosial yang berhubungan dengan kondisi jasmani warga masyarakat
d) Nilai Watak, yaitu nilai yang menyangkut tentang keadilan, kesediaan menolong, menyukai
kebenaran, dan lain sebagainya
Untuk dapat dikatakan sebagai nilai sosial yang ada dan berkembang di dalam suatu
kelompok masyarakat, maka terdapat ciri-ciri dari nilai sosial itu sendiri, berikut adalah cirinya :
1. Merupakan hasil interaksi sosial yang terjadi antar masyarakat, nilai akan terbentuk ketika interaksi
tersebut dilakukan secara intensif (berkesinambungan) dan bukan merupakan bawaan lahir, seperti seorang
anak yang ditanamkan sifat disiplin semenjak kecil, maka sampai dewasa anak tersebut akan disiplin.
2. Terbentuk melalui proses sosialisasi (proses belajar dari interaksi sosial), contoh seorang anak akan
menghargai proses persahabatan yang dilihatnya dari teman-temannya
3. Antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain berbeda nilai sosialnya
5. Merupakan bagian dari usaha untuk memenuhi kepuasaan dan kebutuhan manusia
6. Dapat berupa peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan sosial
8. Antara nilai yang satu dengan yang lain saling berkaitan, sehingga terbentuk sistem sosial
Setelah masyarakat tertentu membentuk suatu nilai sosial yang dimulai dari pembiasaan
terhadap suatu hal yang dianggap baik dan buruk jika dilakukan, maka akan timbul fungsi nilai
tersebut yang berpengaruh terhadap diri pribadi, maupun kelompok masyarakat, yaitu :
1. Dapat mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah
disepakati bersama
2. Sebagai alat untuk menentukan kelas sosial seseorang dalam kelompok masyarakat
3. Dapat memotivasi seseorang untuk membentuk pribadinya agar sesuai dengan tujuan hidupnya dan
tidak melenceng dari nilai sosial yang telah ada
4. Sebagai alat solidaritas antar sesame masyarakat sehingga mereka bisa saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama
5. Berperan sebagai pengawas, pembatas, dan penekan seseorang untuk selalu berbuat baik
Tentunya terdapat beberapa factor penting yang berperan dalam menentukan arah nilai
Media massa sebagai media konsumsi public pada zaman ini menjadi suatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan. Banyak hal yang dapat ditayangkan di media massa, sehingga hal
tersebut berujung pada perbedaan persepsi pikir seseorang yang akan mempengaruhi budaya dan
kelompok berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah memiliki dampak dalam perbedaan pola
pikir dan kehidupan mereka, sehingga ekonomi dapat mempengaruhi nilai-nilai sosial.
3. Perubahan dalam Nilai Moral
Perubahan moral merupakan hal yang sangat penting yang berperan di dalam perbedaan nilai
sosial masyarakat. Antara komunitas satu dengan yang lainnya berbeda nilai moral yang dianut,
4. Kepercayaan beragama
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kepercayaan terhadap tuhan merupakan salah satu factor
5. Inovasi Teknologi
Teknologi juga memiliki pengaruh yang besar terhadap terbentuknya nilai sosial dalam kehidupan
bermasyarakat. Semkain canggih teknologi dalam komunitas, maka akan semakin rendah pula nilai
Jika dalam kehidupan masyarakat telah terbentuk suatu nilai-nilai sosial yang telah dianut oleh
individu komunitas masyarakatnya, maka harus ada suatu tolak ukur dan aturan sehingga nilai
sosial tersebut sesuai dengan yang telah dicita-citakan sebelumnya. Hal itulah yang disebut dengan
norma sosial.
Norma sosial adalah patokan perilaku yang memuat nilai-nilai sosial dalam kelompok masyarakat
tertentu. norma sosial bisa disebut dengan peraturan sosial yang bersifat memaksa individu untuk
menjalaninya, sehingga dalam menjalankan interaksi sosial, mereka tetap di dalam ruang lingkup
Berdasarkan tingkatan daya ikat yang memaksa individu untuk berbuat sesuai dengan nilai yeng
berlaku, maka norma dapat dibedakan menjadi :
1. Cara (Usage)
Bentuk norma ini merupakan cara mengikat yang paling lemah di dalam norma sosial. Bentuk ini
adalah suatu perbuatan tertentu yang dilakukan oleh individu dalam kehidupan masyarakat.
Maka karena bentuk ini merupakan cara mengikat yang paling lemah, sehingga jika seseorang
yang melanggar norma ini tidak akan dikenakan sanksi sosial. Contoh : bersendawa setelah
makan dalam satu kelompok masyarakat dianggap tidak sopan, namun tidak diberikan sanksi
tegas
2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupkaan bentuk kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dan dilakukan
secar asadar untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dianggap baik oleh masyarakat. Contoh :
sifat disiplin yang ditanamkan dalam pribadi anak-anak sejak kecil
begitu juga halnya dengan norma sosial. Berikut adalah ciri norma sosial, yaitu :
1. Hasil dari kesepakatan masyarakat
Norma sosial dapat dikelompokkan ke dalam berbagai bentuk menurut resmi atau tidaknya
Aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang dirumuskan dan tertulis serta
diwajibkan bagi seluruh elemen masyarakat, sehingga bersifat memaksa. Contoh : hukum
Norma ini tumbuh dari kebiasaan masyarakat, tidak bersifat memaksa, dan dirumuskan
secara tidak jelas dan tidak memiliki konsekuensi yang tegas bagi pelanggarnya. Contoh :
yang resmi dan memiliki sanksi yang tegas. Contoh : membayar pajak, hukum pidana,
b) Norma Agama
Merupakan norma sosial yang bersifat mutlak dan tidak bisa diubah-ubah Karen aberasal
langsung dari wahyu tuhan. Contoh : kewajiban beribadah, kewajiban menjauhi hal-hal yang
c) Norma Kesopanan
Merupakan norma yang bersifat kebiasaan suatu kelompok masyarakat, dan terkait dengan
bagaimana seseorang itu harus berbuat atau bertingkah laku. Contoh : tidak membuang liur
d) Norma Kelaziman
Tindakan seseorang dalam masyarakat yang dilakukan tanpa harus berpikir panjang, karena
hal tersebut dianggap baik dan benar dalam masyarakat. Contoh : cara berpakaian
e) Norma Kesusilaan
Norma ini berasal dari hati nurani seseorang, sehingga ia dapat membedakan mana yang
patut untuk dilakukan dan mana yang itdak. Sanksi untuk orang yang melanggar norma ini
dapat berupa pengucilan taau diusir dari kelomponya. Contoh : bermesraan di tempat
Merupakan cara dan gaya dalam melakukan sesuatu yang bersifat dinamis (berubah-ubah)
seusai dengan perkembangan zaman. Contoh : berpakaian, model rambut
1. Berlaku sebagai aturan dalam bertindak dan berbuat dalam kehidupan bermasyarakat
a. Pengertian Sosialisasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu proses belajar seorang
anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat
dilingkungannya.
Mengenai definisi sosialisasi ini dapat pula dikutip pendapat beberapa ahli:
1. Menurut Bruce J Cohen: Sosialisasi yaitu proses dimana manusia mempelajari tata
cara kehidupan dalam masyarakatnya, untuk memperoleh kepribadian dan
membangun kapasitas untuk berfungsi, baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat,
2. Menurut David Gaslin: Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang
untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma, agar dapat berpartisipasi
sebagai anggota masyarakat.
3 Menurut Soerjono Soekanto: Sosialisasi merupakan proses mengkomunikasikan
kebudayaan kepada warga yang baru.
Berdasarkan pengertian sosialisasi di atas, dapat kesimpulan:
1. Sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami,
menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan social yang sesuai
dengan pola prilaku masyarakatnya.
2. Sosialisasi ditempuh seorang individu secara bertahap dan berkesinambungan, sejak
ia lahir sampai wafat.
3. Sosialisasi erat kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu suatu
proses belajar seorang individu untuk belajar mengenal, menghayati dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap sistem adat dan norma, serta
semua peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan kebudayaan
masyarakatnya.
b. Media/Agen Sosialisasi
1. Keluarga
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Begitu anggota keluarga
baru lahir, ia sangat bergantung pada perlindungan dan bantuan anggota keluarganya. Proses
sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa
yang di ajarkan oleh orang-orang dilingkungan keluarganya. Oleh karena itu, orang tua sangat
berperan untuk:
Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa
tertekan jiwanya;
Mendorong agar anak dapat membedakan antara prilaku benar dan salah, baik dan buruk,
dan sebagainya;
Memberi contoh prilaku yang baik dan pantas bagi anaknya.
Dalam lingkungan keluarga, kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu;
dengan cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan
anak kepada orang tua, dan cara partisipasi (participatory socialization) yang
mengutamakan adanya partisipasi dari anak.
3. Lingkungan Sekolah
Disini seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga
maupun kelompok sepermainan. Sekolah mempersiapkannya untuk peran-peran baru di masa
mendatang saat ia tidak tergantung lagi pada orang tua. Sekolah tidak hanya mengajarkan
pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan memengaruhi perkembangan intelektual anak,
tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti kemandirian, tanggungjawab, dan tata tertib.
Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan antara lain:
Sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian.
Dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan
masyarakat.
Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Membentuk kepribadian.
4. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga berpengaruh besar pada pembentukan kepribadian. Pengaruh dari
lingkungan kerja tersebut pada umumnya mengendap dalam diri seseorang dan sulit untuk di
ubah, apalagi jika yang bersangkutan telah lama bekerja dilingkungan tersebut.
Sebagai contoh, seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan
militer dengan garis komando yang tegas, sedangkan dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi
dengan iklim kerja yang lebih demokratis.
5. Media Massa
Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang
disampaikanmelalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku,
dst.)memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak.
Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja
dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melaluiinternet,
seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.
Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi,
bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecenderungan
cara hidup yang sama.
c. Bentuk-Bentuk Sosialisasi
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi Primer adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang
sebagai manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota
masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi Sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke
dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain dan lingkungan
kerja.
d. Tahap-Tahap Sosialisasi
1. Masa Anak-Anak
Ketika seorang anak baru dilahirkan, hidupnya sangat bergantung kepada
perlindungan dan bantuan dari orang tua dan saudara-saudara dekat dilingkungan
keluarganya. Ia belajar menirukan apa yang di ajarkan keluarganya. George Herbert
Mead menyebutkan proses meniru pada usia awal ini dikenal dengan
istilah preparatory stage.
Setelah anak-anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yakni lingkungan
teman sepermainannya, tahapan ini oleh George Herbert Mead disebut play stage.
2. Masa Remaja
Tahapan ini merupakan lanjutan dari tehnik bermain peran pada masa anak-anak.
Seorang remaja tidak hanya meniru peran seseorang yang di idolakannya, tetapi sudah
mengidentikkan dirinya, seolah-olah ia sudah menyamakan (identik) dirinya dengan
tokoh idolanya. Ia akan mengikuti model rambut, mode pakaian, bahkan akan
berprilaku sama seperti idolanya tersebut. Tahapan ini oleh George Herbert
Mead disebut game stage.
Para ahli psikologi menyebutkan usia remaja sebagai masa puber, yakni suatu
periode awal tumbuh dan berkembangnya ciri-ciri fisik dan seksualitas seorang individu.
Dalam masa puber ini, seorang remaja seringkali mengalami krisis dengan gejala-gejala
antara lain sebagai berikut:
Bertemperamen keras dan agresif, atau sebaliknya murung dan suka menyendiri.
Berkepribadian labil karena masih mencari identitsa diri.
Mudah tersinggung dan sukar mengendalikan emosi.
Mudah terpengaruh oleh hal-hal tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Memiliki rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru, yang sebeblumnya belum pernah
ia alami.
Dampak yang sangat tidak di inginkan dari situasi krisis tersebut adalah munculnya
prilaku menyimpang dikalangan remaja. Gejalanya muncul dalam berbagai bentuk
masalah sosial, seperti dekadensi (kemerosotan) moral, pergaulan seks bebas,
kriminalitas, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkoba dan tawuran antar pelajar.
3. Masa Dewasa
Proses sosialisasi pada tahap ini merupakan titik kulminasi yang paling optimal
bagi seorang individu. Proses belajar tidak semata-mata melalui pola meniru, tetapi lebih
kepada pola menyesuaikan diri. George Herbert Mead menyebutkan sebagai
tahap generalized other.