Anda di halaman 1dari 18

A.

NILAI SOSIAL

1. Pengertian Nilai Sosial

Nilai sosial adalah segala sesuatu pandangan yang dianggap baik dan benar
oleh masyarakat yang kemudian dipedomani sebagai contoh perilaku yang baik dan
diharapkan oleh masyarakat. Tiap masyarakat memiliki sistem yang berbeda yang
bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi. Nilai dapat bersumber dari nilai
keagamaan, adat-istiadat maupun etika yang terus berkembang dalam masyarakat.
            Oleh karena nilai mengandung tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan,
maka dapat dikatakan bahwa nilai adalah hasil dari pertimbangan moral. Nilai bisa
berbeda dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Ada beberapa ahli
sosiologi yang mengemukakan rumusan tentang nilai sosial;

a. George Spindler

Nilai sosial adalah Core Values of a Culture yang artinya pola-pola sikap dan
tindakan yang menjadi acuan bagi individu dan masyarakat.

b. Charles F. Andrain

Nilai sosial adalah konsep-konsep yang sangat umum mengenai sesuatu yang
ingin dicapai serta memberikan arah tindakan-tindakan mana yang harus diambil.

c. AWG. Green

Nilai sosial adalah kesadaran yang relatif berlangsung disertai emosi terhadap
objek yang dituju.

d. Woods

Nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama dan
bertujuan mengarahkan tingkah laku dan kepuasan manusia dalam kehidupan
sehari-hari

e. Kimball Young
nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar
dan apa yang penting

f. D. Hendropuspito

Nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena terbukti
mampunyai daya guna fungsional bagi perkembangan hidup bersama

g. Koentjaraningrat:

Nilai sosial adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian
besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat
penting dalam hidup.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah penghargaan
yang diberikan masyarakat terhadap segala sesuatu yang dianggap baik, penting,
luhur, pantas dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan
hidup bersama.

2. Tolok Ukur Nilai Sosial

Tolok ukur nilai sosial adalah daya guna fungsional suatu nilai dan
kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh
atau sebagian besar masyarakat terhadap nilai sosial tersebut. Tolok ukur hanya
bersifat sementara, karena masyarakat terus berubah. Dari pengalaman kita ketahui
bahwa tolok ukur yang sudah lama berlaku di dalam suatu masyarakat dapat goyah
pada suatu saat.

Proses modernisasi dewasa ini ternyata membawa dampak yang besar, antara
lain masuknya semangat sekularisme. Salah satu akibatnya adalah pudarnya nilai
sosial tradisional.Tidak ada tolok ukur nilai yang bersifat kekal (absolute). Dua syarat
yang harus dipenuhi agar tolok ukur nilai menjadi bersifat tetap adalah :

a. Penghargaan itu harus diberikan dan disetujui oleh seluruh atau sebagian besar
anggota masyarakat, jadi bukan atas keinginan atau penilaian individu.
b. Tolok ukur itu harus diterima sungguh-sungguh oleh masyarakat, minimal oleh
sebagian besar.

3. Sumber-Sumber Nilai Sosial

Nilai sosial yang merupakan acuan untuk besikap dan bertindak terumuskan
dalam wujud konsep-konsep yang sangat umum yang hidup dalam alam pikiran
masyarakat, sebenarnya tidak datang dengan sendirinya. Nilai sosial hadir dipahami
dan diyakini oleh anggota-anggota masyarakat, sebenarnya merupakan hasil dari
proses produksi atau perumusan dari tiga sumber. Ketiga sumber tersebut adalah :

a. Tuhan

Banyak masyarakat yang mempunyai nilai sosial yang bersumber dari Tuhan,
yaitu melalui ajaran yang disampaikan oleh Tuhan melalui agama. Karena ajaran
agama sesungguhnya berisi nilai-nilai sosial yang memberikan pedoman
bagaimana cara bersikap dan bertindak bagi manusia. Oleh karena itu, banyak ahli
menyebutkan bahwa nilai sosial yang bersumber dari Tuhan dinamakan nilai
theonom. Contoh nilai theonom adalah negara Arab Saudi yang menggunakan
kitab suci Alquran sebagai pedoman nilai sosial bagi penyelenggaraan negara dan
bagi acuan bersikap dan bertindak warga negaranya.

b. Masyarakat

Ada juga nilai sosial yang dirumuskan dari kesepakatan banyak orang anggota
masyarakat. Nilai sosial yang berasal dari hasil kesepakatan banyak orang ini
disebut nilai heteronom. Contohnya, Pancasila yang berisi ajaran nilai yang harus
dijadikan pedoman oleh seluruh warga negara dan para penyelenggara negara di
Indonesia merupakan rumusan hasil kesepakatan bapak-bapak pediri bangsa
(founding father).

c. Individu

Selain Tuhan dan masyarakat, nilai sosial juga diproduksi dan dirumuskan
oleh seorang individu. Biasanya orang-orang yang biasa merumuskan suatu nilai
dan nilai-nilai tersebut dipakai oleh masyarakat sebagai acuan bersikap dan
bertindak, adalah orang-orang yang memiliki kelebihan tertentu dibanding orang-
orang lain pada umumnya. Nilai sosial yang bersumber dari seorang individu ini
disebut nilai otonom. Contoh nilai otonom adalah konsep Trias Politika atau
konsep yang mengajarkan perlunya pembagian kekuasaan menjadi eksekutif,
legislatif dan yudikatif yang dikemukakan oleh John Jacques Rousseau. Sekarang
ajaran Trias Politika tersebut telah menjadi bagian penting dari ajaran demokrasi
yang telah diterapkan di sebagian besar negara-negara di dunia.

4. Ciri-Ciri Nilai Sosial


1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
2. Disebarkan diantara warga masyarakat.
3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar).
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Dapat mempengaruhi perkembangan diri seseorang.
6. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
7. Cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nila

5. Fungsi Nilai Sosial


 Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan "harga" sosial dari
suatu kelompok.
 Dapat mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.
 Sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai
sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan
peranannya.
 Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok.
 Sebagai alat pengawas perilaku manusia.
 Memberikan harapan yang baik, sikap mandiri, dan bertanggungjawab
 Mengarahkan cara berperasaan, berpikir, berkehendak, dan bertindak
6. Klasifikasi Nilai Sosial

1) Menurut Max Scheller

Max Schellermembedakan nilai-nilai sosial kedalam empat jenis tingkat yang


tersusun secara hierarkhis, yaitu :

a. Nilai-nilai Kenikmatan

Dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan


menyenangkan, yang menyebabkan orang-orang memperoleh kenikmatan dan
kesenangan.

b. Nilai-nilai Kehidupan

Dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang paling penting bagi kehidupan.
Misalnya : kesehatan, kesejahteraan umum, terjadinya saling pengertian dan
keharmonisan dalam masyarakat.

c. Nilai-nilai Kejiwaan

Dalam nilai-nilai kejiwaan ini meliputi nilai-nilai yang tidak tergantung pada
keadaan jasmaniah maupun lingkungannya. Misalnya: masalah-masalah
berkaitan dengan keindahan, kehalusan budi dan kebenaran.

d. Nilai-nilai kerohanian

Pada tingkatan nilai-nilai kerohanian ini terdapat modalitas nilai dari yang suci
dan yang paling tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-
nilai pribadi, terutama Allah sebagai Pribadi tertinggi

2) Menurut Prof. Dr. Notonagoro

Membedakan nilai sosial ke dalam tiga jenis yaitu :

a. Nilai material, yaitu nilai-nilai yang berwujud manfaat kebendaan yang sangat
berguna bagi jasmani seseorang atau masyarakat umum.
b. Nilai vital, yaitu semua hal yang sangat penting atau vital berguna bagi manusia
untuk dapat hidup dan mengadakan aktivitas.

c. Nilai spiritual, yaitu segala sesuatu semua hal yang berguna bagi kebutuhan-
kebutuhan rohaniah manusia.

Nilai spiritual ini dibedakan menjadi empat macam yaitu :

 Nilai kebenaran (logis), yaitu nilai yang bersumber dari akal dan dibenarkan oleh
akal.
 Nilai keindahan (estetis), yaitu nilai yang berasal dari unsur rasa manusia.
 Nilai moral (etis), yaitu nilai yang berasal dari unsur kehendak atau karsa manusia.
 Nilai agama (religius), yaitu nilai yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang
tertinggi dan mutlak.
B. NORMA SOSIAL

1. Pengertian Norma Sosial

Norma sosial adalah bentuk nyata (konkret) nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat yang merupakan pedoman berperilaku dalam masyarakat. Norma
adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku
manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.

2. Ciri-ciri norma sosial:

o Umumnya tidak tertulis.


o Hasil dari kesepakatan bersama.
o Ditaati bersama.
o Bagi pelanggar diberikan sanksi.
o Mengalami perubahan .

3. Klasifikasi Norma Sosial

 Berdasarkan tingkatannya, norma di dalam masyarakat dibedakan menjadi empat.

a. Cara (usage)

Merupakan suatu kebiasaan dalam berperilaku namun lebih bersifat


pada hubungan antar individu yang sangat terbatas. Sehingga norma jenis ini
hanya memiliki daya ikat yang sangat lemah, dan penyimpangan terhadap cara
tidak mengakibatkan hukuman berat tetapi sekedar celaan. Misalnya, orang
memiliki cara masing-masing untuk minum pada waktu bertemu. Ada yang
minum dengan mengeluarkan bunyi sebagai tanda kepuasan, tetapi ada yang
minum dengan tanpa mengeluarkan bunyi.

Soetandyo Wignyosubroto memperkenalkan dua istilah yaitu :

- Pattern of Behaviour, yaitu tingkah laku berpola, karena dilakukan secara


berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
- Pattern for Behaviour, yaitu aturan-aturan yang mempola tingkah laku,
misalnya norma hukum dan norma agama.

b. Kebiasaan (Folkways)

Merupakan tingkah laku yang berulang-ulang yang ada di dalam


masyarakat yang dianggap sebagai pedoman bersama. Contoh : kalau makan
dengan menggunakan tangan kanan, berjabat tangan dengan tangan kanan,
wanita berjalan di sebelah kiri sedangkan laki-laki di sebelah kanannya, yang
muda menghormat yang tua dan yang tua menyayang yang muda, dlsb.

c. Tata kelakuan (Mores)

Merupakan kebiasaan-kebiasaan yang hidup di dalam masyarakat


sebagai norma pengatur dan dilaksanakan sebagai alat pengawas oleh
masyarakat terhadap anggotanya. Di satu pihak, tata kelakuan ini bersifat
memaksa http://detakzaman.blogspot.com/2011/08/bab-ii-nilai-dan-norma-
yang-berlaku.htmlterhadap suatu perbuatan; dan di pihak lain, tata kelakuan
merupakan larangan sehingga secara langsung tata kelakuan ini menjadi alat
agar anggota masyarakat mau menyesuaikan tindakan-tindakannya. Dalam
pandangan beberapa sosiolog ada yang menyamakan adat-istiadat (customs)
dengan tata kelakuan (mores).

d. Adat istiadat (Custom)

Merupakan tata kelakuan yang ada di dalam masyarakat yang telah


terintegrasi secara kuat yang sudah berlangsung lama secara turun-temurun.
Misalnya, salah satu hukum adat di Jawa yang membagi berbeda antara
warisan untuk anak laki-laki dengan anak perempuan yang dikenal dengan sak
pikul sak gendongan dimana anak laki-laki mendapat sak pikul atau dua
bagian dan anak perempuan mendapatkan sak gendongan atau setengah dari
bagian laki-laki. Ada juga adat yang mengatur tentang garis keturunan
matrilineal atau menurut garis ibu misalnya di Sumatera Barat dan ada pula
keturunan patrilineal atau menurut garis ayah misalnya di Sumatera Utara.

e. Hukum (Laws).
Hukum merupakan salah satu norma yang merupakan konkretisasi dari
sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hukum dibedakan menjadi dua,
yaitu :

1) Hukum tertulis (seperti UUD ’45, Tap MPR, UU dan lain-lain)

2) Hukum tidak tertulis atau yang dikenal dengan istilah konvensi (kebiasaan
yang dilakukan berulang sehingga menjadi patokan hukum meskipun
tidak tertulis). Contoh hukum tidak tertulis dalam proses hukum yang
dikenal dengan yurisprudensi, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh pengadilan/hukum dalam menetapkan suatu perkara hukum.

 Berdasarkan aspek-aspeknya, norma sosial dibedakan menjadi:

a. Norma agama

Adalah aturan-aturan yang merupakan petunjuk hidup bagi manusia yang


berasal dari Tuhan. Pada umumnya aturan-aturan bertindak dan berperilaku
dalam norma agama sudah tertulis di dalam kitab suci masing-masing agama :
Al Quran (Islam), Injil (Kristen), Weda (Budha), Tripitaka (Hindu), dan lain-
lain.

b. Norma kesusilaan

Berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak. Pelanggaran terhadap


norma ini akan berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir)
ataupun batin (dijauhi). Misalnya, pelacuran, berzina, korupsi dan lain-lain.

c. Norma kesopanan

Adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan
bagaimana seseorang harus bertingkah laku wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat celaan, kritik
hingga pengucilan, tergantung pada tingkat pelanggarannya. Contoh: tidak
meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan
kanan.
d. Norma kebiasaan

Adalah sekumpulan peraturan sosial yang dibuat secara sadar atau tidak, berisi
petunjuk tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan
individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, hingga
pengucilan secara batin. Contoh: membawa oleh-oleh apabila pulang dari
suatu tempat, bersalaman ketika bertemu dengan orang lain.

e. Norma hukum

Adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga- lembaga tertentu, misalnya
pemerintah sehingga dapat dengan tegas melarang serta memaksa orang untuk
dapat berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat peraturan itu. Pelanggaran
terhadap norma ini akan mendapatkan sanksi berupa denda atau hukuman fisik
(dipenjara atau bahkan dihukum mati). Contoh: wajib membayar pajak,
dilarang menerobos lampu merah.

4. Peran norma sosial

a. Memberi batasan yang berupa perintah atau larangan dalam berperilaku.


b. Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesui dengan nilai yang berlaku.
c. Menjaga solidaritas antaranggota masyarakat.
d. Mencegah terjadinya benturan kepentingan masyarakat.
e. Dasar pemberian sanksi kepada masyarakat yang melanggar norma.
Perbedaan Nilai Dan Norma Sosial
Nilai Sosial Norma Sosial
Ø  Berada lebih dulu dibandingkan  norma. Ø  Norma dibuat untuk melaksanakan nilai.
Ø  Bersifat implisit. Ø  Bersifat ekplisit (nyata, jelas & tegas).
Ø  Belum memiliki sanksi. Ø  Telah memiliki sanksi.
Ø  Tidak tertulis. Ø  Tertulis.
Ø  Berfungsi sebangai pedoman perilaku. Ø  Berfungsi mengatur dan membatasi perilaku.

Penyebab Terjadinya Nilai dan Norma


Norma dan nilai pada dasarnya akan mengalami perubahan atau pergeseran sesuai dengan
kebutuhan masyarakat berkaitan dengan pengaturan prilaku warga masyarakat untuk
menciptakan tertib sosial. Faktor-faktor penyebab perubahan nilai dan norma diantaranya:
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu dan teknologi berkembang dengan seiringnya manusia yang terus berinovasi baru untuk
membantu dan mempermudah kehidupan manusia, pengaruh perkembangan iptek juga
mempengaruhi nilai dan norma masyarakat.
2.      Pengaruh kebudayaan asing;
Dengan meluasnya pergaulan manusia, terutama di era globalisasi dan dan informasi saat ini
yang melintas batas-batas negara telah mengakibatkan keinginan-keinginan untuk meniru
atau mengadopsi budaya asing tertentu kedalam kebudayaan setempat, seperti cara
berpakaian (fashion), sistem pendidikan, sistem pertanian, sistem perdagangan dan
sebagainya.
3.      Lingkungan baru
Nilai dan norma ccenderung berubah jika seseorang menempati daerah atau lingkungan baru.
Dengan perpindahan tersebut terjadi asimilasi yang lambat laun akan mengikuti nilai dan
norma sosial yang dianut oleh masyarakat setempat sehingga nilai dan norma yang dibawa
dari daerah asal akan memudar.
Pelanggaran Nilai dan Norma yang Berlaku dalam Masyarakat

Tingkah laku yang menyimpang adalah semua tingkah laku yang melanggar norma-norma
penting dalam kelompok atau masyarakat, contoh: bunuh diri (suicide), hubungan seks pra
nikah (extramarital sex), mengkonsumsi narkoba, pencurian, pemerkosaan, menyontek, dll.
Robert M.Z. Lawang membedakan bentuk penyimpangan menjadi empat macam, yaitu :

a. Perilaku menyimpang yang dikategorikan tindak kejahatan

Merupakan perilaku yang melanggar norma hukum khususnya yang mengatur


larangan melakukan kejahatan (crime behaviour), seperti pembunuhan,
pemerasan, pemerkosaan, perampokan dan pemukulan adalah contoh perilaku
kejahatan terhadap perseorangan. Korupsi, penyalahgunaan wewenang dan
pelanggaran terhadap UUD’45 adalah contoh kejahatan terhadap negara.

b. Penyimpangan seksual

Merupakan bentuk-bentuk perilaku seksual yang dilakukan di luar aturan umum


masyarakat. Seperti homoseksual, ekshibisionisme, transseksual, pedophilia,
perzinahan, pelacuran, lesbian dan bentuk-bentuk pelecehan terhadap perempuan.

c. Sikap dan tingkah laku yang selalu bertentangan dengan warga masyarakat

Misalnya penjudi, pemabuk, pemimpin geng, dan sebagainya.

d. Bentuk kehidupan yang berlebihan

Seperti pola hidup yang glamour atau serba wah, konsumerisme, dan ingin tampil
mewah.

http://detakzaman.blogspot.com/2011/08/bab-ii-nilai-dan-norma-yang-berlaku.html
Pengendalian sosial

Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta
mengajak dan mengarahkan warga untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai
yang berlanjut. Dengan beradanya pengendalian sosial yang berpihak kepada yang benar
diharapkan dapat meluruskan anggota warga yang berperilaku menyimpang/membangkang.

Daftar isi
1 Pengertian Pengendalian Sosial Menurut Para Pakar
2 Macam-Jenis Pengendalian Sosial
2.1 Sesuai Sifat
2.2 Sesuai Cara atau Perlakuan Pengendalian Sosial
2.3 Sesuai Pelaku Pengendalian Sosial
3 Bentuk-Bangun Pengendalian Sosial
4 Referensi
Pengertian Pengendalian Sosial Menurut Para Pakar
Pengertian pengendalian sosial menurut para sosiolog, selang lain untuk berikut.

Bruce J. Cohen

Pengendalian sosial adalah cara-cara atau cara yang dipakai untuk mendorong seseorang supaya
berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau warga luas tertentu.

Horton

Pengendalian sosial adalah segenap cara dan babak yang ditempuh oleh sekelompok orang atau
warga, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau warga.

Joseph S. Roucek

Pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada babak terencana ataupun
tidak terencana yang mengajarkan, membujuk atau memaksa individu untuk menyesuaikan
diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai kelompok.
Peter L. Berger

Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang dipakai oleh warga untuk menertibkan anggota-
anggotanya membangkang.

Soetandyo Wignyo Subroto

Pengendalian sosial adalah sanksi, adalah suatu bangun penderitaan yang secara sengaja
diberikan oleh warga.
Dari sebagian definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah babak yang
dipakai oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan memaksa
individu atau warga supaya berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlanjut di
warga, sehingga tercipta ketertiban di warga. Pengertian Pengendalian

Macam-Jenis Pengendalian Sosial


Sesuai Sifat
Sesuai sifat, pengendalian sosial dapat dibedakan dijadikan tiga, berikut ini.

1. Tindakan Preventif

Pengendalian sosial yang mempunyai tujuan untuk melaksanakan tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Contohnya,
guru menasihati murid supaya tidak terlambat datang ke sekolah.

2. Tindakan Represif

Pengendalian sosial yang mempunyai tujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah
terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai
dengan pelanggaran yang dilaksanakan. Contohnya, sanksi skors diberikan kepada siswa
yang sering melanggar peraturan.

3. Tindakan Kuratif
Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang dilaksanakan pada ketika
terjadi penyimpangan sosial. Contohnya, seorang guru menegur dan menasihati siswanya
karena ketahuan menyontek pada ketika ulangan.

Sesuai Cara atau Perlakuan Pengendalian Sosial

1. Tindakan Persuasif
Pengendalian sosial yang dilaksanakan tanpa kekerasan contohnya menempuh cara mengajak,
menasihati atau membimbing anggota warga supaya bertindak sesuai dengan nilai dan norma
warga. Cara ini dilaksanakan menempuh lisan atau simbolik. Contoh pengendalian sosial
menempuh lisan adalah dengan mengajak orang menaati nilai dan norma dengan cakap
langsung memanfaatkan bahasa lisan, masih pengendalian secara simbolik dapat
memanfaatkan tulisan, spanduk dan iklan layanan warga. Contoh pengendalian sosial
persuasif secara lisan adalah seorang ibu menasehati anaknya yang akan pergi ke sekolah
supaya tidak terlibat tawuran atau melaksanakan kelakuan yang tidak sesuai nilai dan norma.
Masih contoh cara pengendalian sosial simbolik contohnya pemerintah kawasan menghimbau
warga supaya menjaga kebersihan lingkungan, cara yang dilaksanakan pemerintah kawasan
dengan memasang spanduk di tempat tertentu yang dapat dibaca oleh warga.

2. Tindakan Koersif

Pengendalian sosial yang dilaksanakan dengan memanfaatkan paksaan atau kekerasan, berpihak
kepada yang benar secara kekerasan fisik atau pun psikis. Contoh pengendalian sosial koersif
adalah penertiban pedagang kaki lima di trotoar perlintasan yang dilaksanakan oleh satuan
polisi pamong praja atau Satpol PP dengan cara membongkar dan merusak tempat berniaga
dan mengangkut barang-barang milik pedagang. Sehingga timbul kerusuhan bahkan berada
yang menimbulkan korban jiwa. Contoh lain pengendalian sosial dengan cara koersif adalah
hukuman penjara, denda, pengusiran atau pengucilan. Pengendalian sosial koersif sebaiknya
merupakan langkah terakhir yang dipakai untuk mengendalikan perilaku menyimpang karena
seringkali menimbulkan reaksi negatif.[4]

Sesuai Pelaku Pengendalian Sosial


Pengendalian pribadi adalah pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan).
Pengaruh ini dapat bersifat berpihak kepada yang benar atau pun buruk.
Pengendalian institusional; adalah pengaruh yang ditimbulkan dari beradanya suatu institusi atau
lembaga. Pola perilaku lembaga tsb tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja,
akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan warga di lebih kurang
lembaga tsb berada. Contohnya kehidupan para santri di pondok pesantren akan mengikuti
aturan, berpihak kepada yang benar dalam hal pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola
tidur, dan untuknya. Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tsb tidak
hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada warga di lebih kurang pondok
pesantren.
Pengendalian formal; adalah pengendalian atau pengawasan sosial yang dilaksanakan oleh
lembaga formal negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlanjut dengan sanksi
yang jelas dan mengikat. Pengendalian formal dilaksanakan oleh aparat negara, seperti
kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan warga warga
terhadap hukum yang telah dipilihkan.
Pengendalian tidak formal; adalah pengendalian atau pengawasan sosial yang dilaksanakan tanpa
rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun demikian,
pengendalian tidak formal juga memiliki efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan
perilaku warga. Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku penyimpangan
berupa sanksi moral dari warga lain, contohnya dikucilkan atau bahkan diusir dari
lingkungannya. Pengendalian tidak formal dilaksanakan oleh tokoh warga, tokoh hukum
budaya, ataupun tokoh agama yang memiliki kharisma dan dipandang untuk panutan warga.
[5]
Bentuk-Bangun Pengendalian Sosial
Banyak sekali bentuk-bentuk pengendalian sosial yang dilaksanakan oleh warga untuk mencegah
terjadinya perilaku menyimpang.

Gosip

Gosip sering juga disebutkan dengan desas-desus. Gosip merupakan memperbincangkan perilaku
negatif yang dilaksanakan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip tidak
dapat diketahui secara buka, terlebih-lebih oleh orang yang merupakan objek gosip. Namun
demikian gosip dapat menyebar dari mulut ke mulut sehingga nyaris semua anggota warga
kenal dan terlibat dalam gosip. Contohnya gosip tentang perselingkuhan yang dilaksanakan
oleh Si A dengan Si B. gosip seperti ini dalam masa singkat akan segera menyebar. Warga
warga yang telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis kepada orang
yang digosipkan. Karena sifatnya yang laten, biasanya orang sangat menjaga supaya tidak
dijadikan objek gosip.

Teguran

Teguran biasanya dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga
warga. Teguran merupakan kritik sosial yang dilaksanakan secara langsung dan buka
sehingga yang bersangkutan segera menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Di dalam
tradisi warga kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi. Contohnya teguran
terhadap sekelompok pemuda yang begadang hingga larut malam sambil menciptakan
kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang masih tidur, teguran yang
dilaksanakan oleh guru kepada pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain
untuknya.

Sanksi/Hukuman

Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan
kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melaksanakan perilaku
menyimpang. Contohnya pemecatan yang dilaksanakan terhadap polisi yang terbukti telah
mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain untuknya. Adapun definisi dari sanksi
atau hukuman selang lain adalah: 1.untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok orang
terhadap penyimpangan yang telah dilaksanakan sehingga tidak akan mengulanginya lagi.
2.untuk peringatan kepada warga warga lain supaya tidak melaksanakan penyimpangan.

Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang supaya mencapai taraf kekeadaan
telah dewasa. Menempuh pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus
mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlanjut di tengah-tengah warga.
Agama

Agama mengajarkan kepada semua umat manusia untuk menjaga hubungan berpihak kepada
yang benar selang manusia dengan sesama manusia, selang manusia dengan makhluk lain,
dan selang manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang berpihak kepada yang
benar dapat dibina dengan cara menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi
segala larangan-Nya. Menempuh agama ditanamkan kepercayaan bahwa melaksanakan
perintah Tuhan merupakan kelakuan berpihak kepada yang benar yang akan mendatangkan
pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan kelakuan dosa yang akan
mendatangkan siksa. Dengan kepercayaan seperti ini, maka agama memegang peranan yang
sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.[6]

Referensi
1.^ Pengertian Pengendalian Sosial
1.^ Pengendalian Sosial Sesuai Sifat
2.^http://start-to-logic.blogspot.com/2011/04/sifat-sifat-pengendalian-sosial.html Pengendalian
Sosial Tindakan Kuratif]
3.^http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan
%20Belajar/Materi%20Pokok/SMA/view&id=284&uniq=2740 Pengendalian Sosial Sesuai
Cara Perlakuan]
4.^Pengendalian Sosial Sesuai Pelaku Pengendalian Sosial
5.^Bangun Pengendalian Sosial
6. ^Bidang pengendalian sosial^

Anda mungkin juga menyukai