Anda di halaman 1dari 31

2.

1 Pengertian Aritmatika Pecahan

Dalam aritmatika, pecahan merupakan angka yang dinyatakan sebagai hasil bagi,
dimana pembilang dibagi dengan penyebut. Secara singkat, bilangan pecahan bisa
diartikan sebagai sebuah bilangan yang memiliki pembilang dan juga penyebut.

2.2 Jenis-Jenis Bilangan Pecahan

1. Pecahan Biasa

Pecahan biasa dapat berupa pecahan murni atau pecahan tidak murni.

• Disebut pecahan murni jika nilai pembilang lebih kecil dari nilai


penyebut (a > b) (a > b) (a < b)

1 3 5 3 7
Contohnya : , , , ,
2 4 6 20 15

• Sementara itu, disebut pecahan tidak murni jika nilai pembilang lebih besar
dari nilai penyebut (a > b)

3 5 8 9 10
Contohnya : , , , ,
2 3 7 5 3

2. Pecahan Campuran

Pecahan campuran adalah pecahan yang memuat campuran bilangan bulat dan
pecahan murni.

1 1 5 3 2
Contohnya : 1 , 3 , 7 , 2 , 5
2 4 6 4 3

3. Bentuk Desimal

Bilangan desimal adalah bilangan yang mempunyai penyebut khusus, yaitu


sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya. Dalam penulisan bilangan desimal
yaitu menggunakan tanda koma sebagai pemisah antara bilangan bulat dan
bilangan pecahannya.

Contohnya : 0,3; 1,23; 1,234

4. Persen dan Permil


Pecahan dengan penyebut 100 disebut dengan persen (disimbolkan dalam
“%”), sedangkan jika penyebutnya 1000 disebut permil (disimbolkan dalam
“‰”)

Contohnya :

• Persen

% = penyebut 100

9
= 9%
100

25
= 25%
100

• Permil

‰ = penyebut 1000

120
= 120‰
1000

36
= 36‰
1000

2.3 Operasi Aritmatika pada Pecahan

2.3.1 Penjumlahan Pecahan

Prinsip penjumlahan pada bilangan pecahan tidak berbeda dengan prinsip


penjumlahan pada bilangan cacah, yaitu menggunakan prinsip penggabungan.

1. Penjumlahan 2 Bilangan Pecahan Biasa yang Mempunyai Penyebut


Sama
1 1
1. Contoh 1 => + = ….
3 3
1
Kita dapat menggambarkan sebagai satu bagian dari persegi panjang
3
yang dibagi tiga.

1 1 1
3 3 3
Kemudian diambil dua bagian, lalu digabungkan.

1 1 1 1
3 U 3 => 3 3

1 1
Gabungannya menunjukkan hasil dari + yaitu 2 bagian dari 3 bagian
3 3
2
atau .
3

1 1 2
Sehingga => + =
3 3 3

Kita juga akan mendapatkan hasil yang sama dengan cara berikut :

1 1 1+ 1 2
+ = =
3 3 3 3

Penjumlahan pun dapat diselesaikan dengan menggunakan garis bilangan.

2 3
Seperti soal berikut => + =
6 6

I I I I I I I I I I
0 1 2 3 4 5 1 7 8 9
6 6 6 6 6 6 6 6

2 3 5
Tampak pada gambar di atas + =
6 6 6

2 1
2. Contoh 2 => + = ….
4 4
1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 + 4 4 4 4

U
Kemudian diambil dua bagian, lalu digabungkan.

1 1 1 1 1 1
4 4 U 4 =>
4 4 4

2 1
Gabungannya menunjukkan hasil dari + yaitu 3 bagian dari 4 bagian
4 4
3
atau .
4

2 1 3
Sehingga => + =
4 4 4

Kita juga akan mendapatkan hasil yang sama dengan cara berikut :

2 1 2+ 1 2
+ = =
4 4 4 4

2. Penjumlahan 2 Bilangan Pecahan Biasa yang Mempunyai Penyebut


Tidak Sama
Dua buah pecahan yang mempunyai penyebut berbeda dapat dijumlahkan
jika kedua penyebutnya disamakan.

1 1
1. Contoh 1 => Hitunglah + = ....
2 3

• Cara 1
Penjumlahan kedua bilangan itu dapat digambarkan dengan cara berikut:
1
Gambar dua persegi dan persegi pertama dibagi 2 secara tegak untuk
2
1
dan persegi kedua dibagi 3 secara mendatar untuk menunjukkan
3

U
1 1
2 3

Kemudian persegi pertama dibagi 3 secara mendatar dan persegi kedua


dibagi 2 secara tegak.

1 3 1 2
= =
2 6 3 6

Sekarang kita gabungkan bagian yang diwarnai pada persegi kedua ke


persegi pertama.

Sehingga gambarnya menjadi :


5
Dan hasil penjumlahannya adalah 5 bagian dari 6, yaitu
6

• Cara 2
Menggunakan KPK
1 1
+ = ...
2 3
Kelipatan 2 = 2, 4, 6, 8
Kelipatan 3 = 3, 6, 9, 12
1 1 3 2 5
+ = + =
2 3 6 6 6

2 1
2. Contoh 2 => Hitunglah + = ….
3 4
• Cara 1

2 1
3 4

Kemudian persegi pertama dibagi 4 secara mendatar dan persegi kedua


dibagi 3 secara tegak

2 8 1 3
= =
3 12 4 12
Sekarang kita gabungkan bagian yang diwarnai pada persegi kedua ke
persegi pertama
Sehingga, gambarnya menjadi:

11
Dan hasil penjumlahannya adalah 11 bagian dari 12, yaitu
12

• Cara 2

Menggunakan KPK

2 1
+ =
3 4

Kelipatan 3 = 3, 6, 9, 12, 15

Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16

2 1 8 3 11
+ = + =
3 4 12 12 12

2.3.2 Pengurangan Pecahan

Pengurangan pada bilangan pecahan pada dasarnya tidak berbeda dengan


pengurangan pada bilangan cacah, yaitu dijelaskan dengan menggunakan pendekatan
pengembalian dan pemisahan.

1. Pengurangan 2 Bilangan Pecahan yang Mempunyai Penyebut Sama


3 1
Contoh => - = …..
4 4

3
Kita dapat menggambarkan sebagai tiga bagian dari persegi panjang
4
yang dibagi empat

3
Tiga bagian menunjukkan
4

3 1
- berarti satu bagian diambil dari tiga bagian
4 4

Diambil

Sehingga sisanya adalah:

3 1 2
Jadi - =
4 4 4

2. Pengurangan 2 Bilangan Pecahan yang Mempunyai Penyebut Tidak


Sama

Dua buah pecahan yang mempunyai penyebut berbeda dapat


dikurangkan jika kedua penyebutnya sama.
1 1
Contoh : Hitunglah - = ….
2 3

Pengurangan kedua bilangan itu dapat digambarkan dengan cara


berikut:

1
Gambar dua persegi dan persegi pertama dibagi 2 secara tegak untuk
2
1
dan persegi kedua dibagi 3 secara mendatar untuk menunjukkan
3

1 1
2 3
Kemudian persegi pertama dibagi 3 secara mendatar dan persegi kedua
dibagi 2 secara vertikal.

3
6

1 3 1
= =
2 6 3
2
6

Sekarang kita ambil bagian dari persegi pertama yang diwarnai


sebanyak kotak yang berwarna pada persegi kedua,

Diambil
Sehingga, gambarnya menjadi seperti berikut :

1
Dan hasil pengurangannya adalah 1 bagian dari 6, yaitu
6

2.3.1 Perkalian Pecahan

Perkalian pada pecahan dapat dikerjakan dengan cara penjumlahan


berulang.

1
1. Contoh 1 => 3 x = ....
4

Kita dapat gambarkan dengan persegi berikut, ¼ dinyatakan


dengan daerah yang berwarna.

1 1 1 1
3x = + +
4 4 4 4

U U
1 1 1 3
Dari gambar diperoleh bahwa + + =
4 4 4 4

1 3
Jadi : 3 x =
4 4

2 1
2. Contoh 2 => x = ....
3 4
Untuk menyelesaikan perkalian ini, kita memerlukan persegi
yang kita gambar seperti berikut:

2 1
3 4
Kedua persegi itu kita letakkan berimpit, sehingga kita
dapatkan gambar seperti berikut:

Karena berimpit, akan terlihat daerah yang diarsir dua kali.


Daerah itu merupakan hasil perkalian dan besarnya adalah 2
2
bagian dari 12 yaitu
12
2 1 2
Jadi, x =
3 4 12

2.3.4 PembagianPecahan

1
Misalnya => 2 : = ....
4

Soal di atas dapat diubah menjadi kalimat seperti berikut:


Berapa buah seperempat kah dalam 2?
Dengan demikian dapat diilustrasikan seperti berikut:

1 1 1 1
4 4 4 4

1 1 1 1
4 4 4 4

1
Dalam gambar di atas tampak bahwa terdapat 8 buah dalam 2,
4
sehingga
1
2: =8
4

Sekarang, kalau kita ingat kembali pada pembagian bilangan cacah


yang dapat diselesaikan dengan pendekatan pengurangan berulang.
Dalam pecahan pun dapat dilakukan hal yang sama. Sehingga soal
tersebut dapat diselesaikan dengan cara berikut:
1 1 1 1 1 1 1 1 1
2- - - - - - - - = 0, maka 2 : = 8
4 4 4 4 4 4 4 4 4

2.4 Cara Menyederhanakan Bilangan Pecahan

 Cara 1

Menyederhanakan pecahan artinya mengubah pecahan menjadi pecahan senilai yang


paling sederhana. Cara menyederhanakan pecahan yaitu dengan membagi pembilang
dan penyebutnya dengan bilangan yang sama, hingga tidak dapat dibagi lagi. Dibagi
dengan bilangan prima 2, 3, 5, 7, 11, ...

Contoh :

6 6 2 3
1. => : =
8 8 2 4
5 5 5 1
2. => : =
10 10 5 2
6 6 2 3 3 1
3. => : = : =
24 24 2 12 3 4
 Cara 2
Menyederhanakan pecahan menggunakan FPB.
Contoh :
6
1.
24
Faktor 6 = 1, 2, 3, 6
Faktor 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
6 6 6 1
=> : =
24 24 6 4
8
2.
12
Faktor 8 = 1, 2, 4, 8
Faktor 12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12
8 8 4 2
=> : =
12 12 4 3
21
3.
27
Faktor 21 = 1, 3, 7, 21
Faktor 27 = 1, 3, 9, 27
21 21 3 7
=> : =
27 27 3 9

2.5 Pengertian Desimal


Bilangan desimal merupakan bilangan pecahan yang dituliskan menggunakan tanda koma (,)
yang digunakan sebagai pemisah antara bilangan bulat dengan bilangan pecahannya.
Bilangan desimal memiliki penyebut bilangan seperti persepuluh, perseratus, perseribu,
satuan, puluhan, dan ratusan. Dalam pecahan desimal menyebutkan kelipatan 10, 100, 1000
dan seterusnya.

2.6 Nilai Tempat Desimal


Dengan memperhatikan sistem nilai tempat, kita dapat menyatakan bentuk panjang dari
bilangan desimal. Seperti gambar di atas yaitu 456,789.
456,789 = 400 + 50 + 6 + 0,7 + 0,8 + 0,009
456,789 = 400 + 50 + 6 + 7/10 + 8/100 + 9/1000

2.7 Konsep Pecahan Desimal


Salah satu cara terbaik untuk mendeskripsikan desimal, adalah dengan menunjukkan seratus
kotak kosong kuadrat (seperti tabel 100 angka)  dan menjelaskan bahwa kotak tersebut
mewakili bilangan 'satu’.

Kita perlu tahu bahwa ketika kita berbicara tentang desimal, seolah-olah kita membagi bagi

atau mempartisi sesuatu yang utuh menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Jika mewarnai salah satu dari seratus kotak pada diagram di atas, ini akan dinyatakan sebagai
bentuk desimal 0,01  (yang merupakan seperseratus atau bentuk desimal dari  1/100).

Jika anak-anak mewarnai sepuluh dari 100 kotak  pada diagram di atas (oleh karena itu
mewarnai 10/100 atau 1/10), ini akan diwakili oleh desimal 0,1 (dapat ditulis 0,10 karena
mereka memiliki 10 kotak nol terakhir setelah titik desimal selalu tidak memiliki nilai apa
apa).
Sebagai contoh 3,95 dapat direpresentasikan dengan diagram kotak sebagai berikut:

Ini merupakan bentuk desimal dari 1/4, 1/2 dan 3/4. Diagram ini adalah cara yang baik untuk
membuat konsep ini jelas .

A. Konsep Persepuluhan
Untuk penyebut persepuluhan maka di belakang koma ada 1 angka yang merupakan angka
pembilang.
 1/10 = 0,1
 1/2 = 1/2 × 5/5 = 5/10 = 0,5
~ Ubah penyebut menjadi 10 dengan cara 10 dibagi 2 (penyebut) dan hasilnya 5, maka
1/2 masing-masing dikalikan dengan 5.
 2/5 = 2/5 × 2/2 = 4/10 = 0,4
~ Ubah penyebut menjadi 10 dengan cara 10 dibagi 5 (penyebut) dan hasilnya 2, maka
2/5 masing-masing dikalikan dengan 2.

B. Konsep Per seratus


Untuk penyebut per seratus maka di belakang koma ada 2 angka, yang merupakan angka
pembilang.
 1/100 = 0,01
 2/100 = 0,02
 3/4 = 3/4 × 25/25 = 75/100 = 0,75
~ Ubah penyebut menjadi 100 dengan cara 100 dibagi 4 (penyebut) dan hasilnya 25,
maka 3/4 masing-masing dikalikan dengan 25.
C. Konsep Per Seribu
Untuk penyebut per seribu maka di belakang koma ada 3 angka, yang merupakan angka
pembilang.
 1/1000 = 0,001
 1/8 = 1/8 × 125/125 = 125/1000 = 0,125
~ Ubah penyebut menjadi 1000 dengan cara 1000 dibagi 8 dan hasilnya 125, maka 1/8
masing-masing dikalikan dengan 125.
 2/8 = 2/8 × 125/125 = 250/1000 = 0,250
~ Ubah penyebut menjadi 1000 dengan cara 1000 dibagi 8 dan hasilnya 125, maka 2/8
masing-masing dikalikan dengan 125.

2.8 Pembulatan Desimal


Tidak ada ahli matematika yang suka menghitung bilangan desimal yang panjang dan
membingungkan, sehingga mereka sering menggunakan teknik yang disebut “pembulatan”
(atau terkadang disebut juga “taksiran”) untuk mempermudah penghitungan bilangan
tersebut.
Bilangan desimal bisa dibulatkan ke satuan, puluhan atau ratusan.
~ Angka desimal terakhir lebih dari atau sama dengan 5 (5, 6, 7, 8, 9) dibulatkan ke atasnya.
~ Angka desimal terakhir kurang dari 5 (0, 1, 2, 3, 4) dibulatkan ke bawahnya.
Contoh :
A. Pembulatan angka di belakang koma
 1,77 dibulatkan menjadi 1,8
 2,57 dibulatkan menjadi 2,6
 3,32 dibulatkan menjadi 3,3

B. Pembulatan angka ke satuan terdekatnya


 3,7 dibulatkan menjadi 4
 4,2 dibulatkan menjadi 4
 5,8 dibulatkan menjadi 6

C. Pembulatan angka ke puluhan terdekatnya


 66 dibulatkan menjadi 70
 347 dibulatkan menjadi 350
 287 dibulatkan menjadi 290

D. Pembulatan angka ke ratusan terdekatnya


 239 dibulatkan menjadi 200
 255 dibulatkan menjadi 300
 342 dibulatkan menjadi 300
2.9 Mengubah Pecahan Desimal
Pecahan desimal dapat diubah menjadi pecahan biasa, pecahan campuran maupun persen.
Pecahan biasa adalah pecahan yang memiliki pembilang dan penyebut berupa bilangan bulat.
Pecahan campuran adalah pecahan yang memiliki pembilang dan penyebut berupa bilangan
bulat dan pecahan. Persen adalah suatu angka atau perbandingan (rasio) guna menyatakan
pecahan dari seratus yang ditunjukkan menggunakan simbol (%).
A. Mengubah Pecahan Desimal ke Pecahan Biasa
 0,4 = 4/10 = 4/10 : 2/2 = 2/5
~ Ubah 0,4 menjadi 4/10.
~ 4/10 disederhanakan menjadi 2/5 (dibagi 2).
 0,50 = 50/100 = 50/100 : 50/50 = 1/2
~ Ubah 0,50 menjadi 05/100.
~ 50/100 disederhanakan menjadi 1/2 (dibagi 50).
 0,200 = 200/1000 = 200/1000 : 200/200 = 1/5
~ Ubah 0,200 menjadi 200/1000.
~ 200/1000 disederhanakan menjadi 1/5 (dibagi 200).

B. Mengubah Pecahan Biasa ke Pecahan Desimal


Bilangan pecahan a/b dapat diubah ke bentuk pecahan desimal. Cara mengubah pecahan
biasa ke desimal yaitu :
Cara pertama
 Membagi pembilang dengan penyebut
Dengan cara menulis angka penyebut di dalam lambang pembagi serta pembilang
ditulis disisi luar lambang pembilang.
Sebagai contoh, mengubah 4/5 menjadi desimal. Artinya “5” ditulis di dalam lambang
pembagi serta angka 4 berada di luar lambang pembagi.
0,8
5√4
0
----- -
40
40
----- -
0
Cara kedua
 Mengubah penyebut menjadi kelipatan 10, 100, 1000. 

Contoh Soal
Cara pertama
 5/2 = 5/2 × 5/5 = 25/10 = 2,5
~ Ubah penyebut menjadi 10 dengan cara 10 dibagi 2 (penyebut) dan hasilnya 5, maka
5/2 masing-masing dikalikan dengan 5.
Cara kedua
 5/2 =
2,5
2✓5
4
----- -
10
10
------ -
0
Cara pertama
 2/4 = 2/4 × 25/25 = 50/100 = 0,50
~ Ubah penyebut menjadi 100 dengan cara 100 dibagi 4 (penyebut) dan hasilnya 25,
maka 2/4 masing-masing dikalikan dengan 25.
Cara kedua
 2/4 =
0,5
4√2
0
----- -
20
20
----- -
0
Cara pertama
 3/8 = 3/8 × 125/125 = 375/1000 = 0,375
~ Ubah penyebut menjadi 1000 dengan cara 1000 dibagi 8 (penyebut) dan hasilnya 125,
maka 3/8 masing-masing dikalikan dengan 125.
Cara kedua
 3/8 =
0,37
8√3
0
----- -
30
24
----- -
60
56
----- -
40
40
------ -
0

C. Mengubah Pecahan Desimal ke Pecahan Campuran


 Memisahkan bilangan bulat dan bilangan desimal.
 Mengubah bilangan desimal menjadi pecahan biasa.
 Jika hasil pecahan biasa dapat disederhanakan maka sederhanakan.
 Menggabungkan bilangan bulat dan bilangan pecahan biasa.

Contoh Soal
 2,2 = 2 + 0,2 = 2 + 2/10 = 2 2/10 = 2 1/5
~ Memisahkan bilangan bulat dan bilangan desimal.
~ Mengubah 0,2 menjadi pecahan 2/10.
~ 2/10 disederhanakan menjadi 1/5 (sama-sama dibagi 2).
~ Gabungkan 2 dengan 1/5.
 11,6 = 11 + 0,6 = 11 + 6/10 = 11 6/10 = 11 3/5
~ Memisahkan bilangan bulat dan bilangan desimal.
~ Ubah 0,6 menjadi 6/10.
~ 6/10 disederhanakan menjadi 3/5 (sama-sama dibagi 2).
~ Gabungkan 11 dengan 3/5.
 142,42 = 142 + 0,42 = 142 + 42/100 = 142 21/50 = 142 21/50
~ Memisahkan bilangan bulat dan bilangan desimal.
~ Ubah 0,42 menjadi 42/100.
~ 42/100 disederhanakan menjadi 21/50 (sama-sama dibagi 2).
~ Gabungkan 142 dengan 21/50.

D. Mengubah Pecahan Campuran ke Pecahan Desimal


Cara pertama
 Mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa.
 Mengubah pecahan biasa menjadi desimal.
Cara kedua
 Memisahkan pecahan campuran menjadi bilangan bulat dan bilangan pecahan.
 Menjadi bilangan pecahan menjadi bilangan desimal.
 Menjumlahkan bilangan bulat dan hasil bilangan desimal.

Contoh Soal
 92 3/5 = 13/5 = 13/5 × 20/20 = 260/100 = 2,6
~ (2×5) + 3 = 13/5
~ Ubah penyebut menjadi 100 dengan cara 100 dibagi 5 (penyebut) dan hasilnya 20,
maka 13/5 masing-masing di kalikan dengan 20.
2 3/5 = 2 + (3/5) = 2 + (3/5 × 2/2) = 2 + 6/10 = 2 + 0,6 = 2,6
 1 6/4 = 10/4 = 10/4 × 25/25 = 250/100 = 2,5
~ (1×4) + 6 = 10/4
~ Ubah penyebut menjadi 100 dengan cara dibagi 4 (penyebut) dan hasilnya 25, maka
10/4 masing-masing di kalikan dengan 25.
 1 6/4 = 1 + (6/4) = 1 + (6/4 × 25/25) = 1 + (150/100) = 1 + 1,5 = 2,5

E. Pecahan Desimal ke Persen


Kalikan desimal dengan 100 untuk mengubahnya menjadi persen. Dengan kata lain adalah
memindahkan tanda desimal dua tempat ke sebelah kanan. Persen berarti "perseratus", jadi
desimal akan menjadi "perseratus" setelah dikalikan. Jangan lupa untuk menambahkan
tanda/simbol persen (%) setelah melakukan perkalian. 
 0,37 = 0,37 × 100% = 37/100 × 100 = 37%
 1,7 = 1,7 × 100% = 170/100 × 100 = 170%
 0,07 = 0,07 × 100% = 7/100 × 100 = 7%

F. Mengubah Persen ke Pecahan Desimal


Menuliskan sebuah bilangan sebagai pecahan 100 adalah cara sederhana lain untuk
menulis persen. Angka dari persen menjadi pembilang dari pecahan tersebut, sedangkan 100
menjadi penyebutnya. Sederhanakan pecahan ke bentuknya yang terkecil.
 5% = 5/100 = 0,05
 15% = 15/100 = 0,15
 250% = 250/100 = 2,5

2.10 Operasi Perhitungan Pecahan Desimal

A. Penjumlahan Pecahan Desimal


~ Cara pertama, bersusun lurus dengan koma.
~ Cara kedua, mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa dan mengubahnya lagi
menjadi pecahan desimal.
~ Cara Ketiga, mengubah pecahan desimal menjadi persen dan mengubahnya lagi menjadi
pecahan desimal.

Contoh soal :
 3,7 + 1,4 = .....

1. Cara Pertama
3,7 + 1,4

3,7
1,4
-------- +
5,1
~ Satuan lurus dijumlahkan dengan satuan (3+1).
~ Persepuluh lurus dijumlahkan dengan persepuluh (7+4).
~ Untuk koma harus lurus sesuai dengan penjumlahan.

2. Cara Kedua
3,7 + 1,4

37/10 + 14/10 = 51/10 = 5,1


~ 3,7 dijadikan pecahan biasa (37/10).
~ 1,4 dijadikan pecahan biasa (14/10).

3. Cara Ketiga
3,7 + 1,4

(3,7 × 100%) + (1,4 × 100%) = 370% + 140% = 510% = 510/100 = 5,1


~ 3,7 dijadikan persen (370%).
~ 1,4 dijadikan persen (140%).

 12,4 + 11,3 + 13,1 = .....

1. Cara Pertama
12,4 + 11,3 + 13,1

12,4
11,3
13,1
--------- +
36,8

~ Puluhan lurus dijumlahkan dengan puluhan (1+1+1)


~ Satuan lurus dijumlahkan dengan satuan (2+1+3).
~ Persepuluh lurus dijumlahkan dengan persepuluh (4+3+1).
~ Untuk koma harus lurus sesuai dengan penjumlahan.

2. Cara Kedua
12,4 + 11,3 + 13,1

124/10 + 113/10 + 131/10 = 368/10 = 36,8

~ 12,4 dijadikan pecahan biasa (124/10).


~ 11,3 dijadikan pecahan biasa (113/10).
~ 13,1 dijadikan pecahan biasa (131/10).

3. Cara Ketiga
12,4 + 11,3 + 13,1

(12,4 × 100%) + (11,3 × 100%) + (13,1 × 100%)


= 1240% + 1130% + 1310% = 3680% = 36,8

~ 12,4 dijadikan persen (1240%).


~ 11,3 dijadikan persen (1130%).
~ 13,1 dijadikan persen (1310%).

B. Pengurangan Pecahan Desimal


~ Cara pertama, mengurangkan bersusun lurus dengan koma.
~ Cara kedua, mengurangkan dengan mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa dan
mengubahnya lagi menjadi pecahan desimal.
~ Cara ketiga, mengurangkan dengan mengubah pecahan desimal menjadi persen dan
mengubahnya lagi menjadi pecahan desimal.
Contoh soal :
 8,2 – 2,1 = .....

1) Cara pertama
8,2 – 2,1
8,2
2,1
------- -
6,1
~ Persepuluh lurus dikurang dengan persepuluh lurus (2-1).
~ Satuan lurus dikurang dengan satuan lurus (8-2).
~ Untuk koma harus lurus sesuai dengan pengurangan.

2) Cara kedua
8,2 – 2,1

82/10 – 21/10 = 61/10 = 6,1


~ 8,2 dijadikan pecahan biasa (82/10).
~ 2,1 dijadikan pecahan biasa (21/10).

3) Cara ketiga
8,2 – 2,1

(8,2 × 100%) – (2,1 × 100%) = 820% - 210% = 610% = 6,1


~ 8,2 dijadikan persen (820%).
~ 2,1 dijadikan persen (210%).
 14,6 – 10,3 = .....

a. Cara pertama
14,6 – 10,3

14,6
10,3
------- -
4,3
~ Puluhan lurus dikurangi puluhan (1-1).
~ Satuan lurus dikurangi satuan (4-0).
~ Persepuluh lurus dikurangi persepuluh (6-3)
~ Koma lurus sesuai dengan pengurangan.
b. Cara kedua
14,6 – 10,3

146/10 – 103/10 = 43/10 = 4,3

~ 14,6 dijadikan pecahan biasa (146/10).


~ 10,3 dijadikan pecahan biasa (103/10).

c. Cara ketiga
14,6 – 10,3

(14,6 × 100%) – (10,3 × 100%) = 1460% - 1030% = 430% = 4,3

~ 14,6 dijadikan sebagai persen (1460%).


~ 10,3 dijadikan sebagai persen (1030%).

C. Pembagian Pecahan Desimal


~ Cara pertama, membagi dengan mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa.
~ Cara kedua, membagi dengan menggunakan pembagian.

Contoh soal :
 4,2 : 0,08 = .....
Cara pertama
4,2 : 0,08

(42/10) : (8/100) = 42/10 × 100/8 = 4200/80 = 70


Cara kedua
4,2 : 0,08

4,2 × 100 = 420


0,08 × 100 = 8
Jadi 4,2 : 0,08 = 70

 7,2 : 2,4 = .....


Cara pertama
7,2 : 2,4
(72/10) : (24/10) = 72/10 × 10/24 = 720/240 = 3
Cara kedua
7,2 : 2,4
7,2 × 100 = 720
2,4 × 100 = 240

D. Perkalian Pecahan Desimal


~ Cara pertama, mengalikan dengan mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa.
~ Cara kedua, mengalikan dengan menggunakan perkalian bertingkat.

Contoh soal :
 2,2 × 0,2 = .....
Cara Pertama :
2,2 × 0,2
22/10 × 2/10 = 44/100 = 0,44
Cara kedua :
2,2
0,2
------- ×
44
00
----------
0,44
~ 2×2 = 4
~ 2×2 = 4
~ 0×2 = 0
~ 0×2 = 0

2.11 Pengertian Perbandingan


Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang sejenis
dan dinyatakan dengan cara yang sederhana. Perbandingan dalam matematika dapat
disebut juga rasio. Perbandingan dapat juga dinyatakan dalam bentuk pecahan yang
paling sederhana. Perbandingan a ke b dinyatakan dalam 𝒂 ∶ 𝒃 atau ab
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak terdapat perbandingan. Sebagai contoh, harga
buku ditoko A lebih mahal Rp. 2000 dari harga buku ditoko B yang hanya Rp. 4000.
Melalui kalimat tersebut, dapat dibuat sebuah perbandingan. Karena A lebih mahal Rp.
2000 , maka dibuatlah persamaan A + 2000. Untuk B sudah diketahui Rp. 4000. Karena
A dibandingkan dengan B, jadi harga buku harus menganut dari harga buku di toko B.
Akhirnya diketahui bahwa A = 4000 + 2000 = 6000.
Setelah diketahui harga tersebut, barulah kita buat perbandingan, A : B  6000 : 4000
Dapat disederhanakan dan dibagi 2000 sehingga menjadi 3 : 2
2.12 Macam-macam Perbandingan
Dalam matematika, perbandingan/ rasio dibedakan menjadi 2, yaitu perbandingan
senilai dan perbandingan berbalik nilai. Lebih jelasnya akan dijelaskan di bawah.
1. Perbandingan Senilai.
Perbandingan senilai bisa juga disebut perbandingan berbanding lurus, yaitu bila besaran
pertama nilainya semakin besar, maka besaran kedua juga semakin besar, atau bisa
sebaliknya.
Perbandingan senilai dapat dirumuskan sebagai berikut.
Contoh kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan perbandingan senilai, antara lain:
 menghitung jarak tempuh dengan waktu tempuh
 jumlah pekerja dengan upah yang dikeluarkan
 jumlah barang dengan harga barang, dan sebagainya.

Contoh
Jika harga 5 liter BBM jenis pertamax adalah Rp. 50.000, berapakah harga 17 liter BBM
jenis pertamax?
Berdasarkan data yang kita peroleh pada soal, dapat dituliskan:
A1 = 5 liter A2 = 17 liter B1 = 50000 B2 = P?
Langsung saja kita menggunakan rumus yang tertera di atas
B2=B1×A2A1

B2=50000×175=170000
Jadi, harga 17 liter BBM jenis pertamax adalah Rp. 170.000

2. Perbandingan Berbalik Nilai.


Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan yang terjadi jika nilai komponen
pertama naik, maka nilai komponen yang kedua akan menurun, begitu pula sebaliknya.

Perbandingan berbalik nilai dapat dirumuskan sebagai berikut.


Contoh kagiatan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai,
antara lain:
 Kecepatan mobil dengan waktu tempuh
 Jumlah pekerja dengan waktu penyelesaian
 Jumlah hewan ternak dengan waktu menghabiskan makanan
Contoh
Sebuah proyek akan selesai dalam waktu 21 hari jika dikerjakan oleh 15 pekerja. Butuh
berapa hari jika sang mandor menambah 6 pekerja lagi?
Berdasarkan data yang diperoleh dari soal dapat kita ketahui
A1 = 21 hari A2 = P? B1 = 15 B2 = 15 + 6 = 21
Langsung saja pakai rumus yang tersedia di atas.
A2=B1×A1B2
A2=15 ×2121=15
Jadi, proyek akan selesai dalam 15 hari jika mandor menambah 6 pekerja lagi.

2.13 Pengertian Proporsi


Proporsi adalah suatu kalimat yang menyatakan bahwa dua perbandingan/rasio
bernilai sama. Proporsi digunakan untuk mengetahui kesamaan dua buah rasio/perbandingan.
Sebagai contoh, akan saya buat perbandingan sederhana 1:2 = 5 : 10
Dari pernyataan tersebut, maka dapat dirumuskan a : b = c : d atau a ×
b = c × d.
Suku tepi kali suku tepi sama dengan suku tengah kali suku tengah.
Contoh :
Harga sebuah buku tulis Rp. 1.500,00. Yanto membeli 10 buku. Berapa rupiah Yanto harus
membayarnya?
Penyelesaian :
1 : 10 = 1.500 : n
1n = Rp. 15.000,00
Jadi, Yanto harus membayar Rp. 15.000,00

2.14 Pengertian Skala


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skala didefinisikan sebagai garis atau titik
yang berderet-deret dan sebagainya yang sama jarak antaranya, dipakai untuk mengukur,
seperti pada termometer, gelas pengukur barang cair; lajur yang dipakai untuk menentukan
tingkatan atau banyaknya sesuatu (seperti pada peraturan gaji dan pada daftar bunga uang);
perbandingan ukuran besarnya gambar dan sebagainya dengan keadaan sebenarnya.

2.15 Jenis-jenis Skala


Skala dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni skala angka, skala garis, dan skala verbal.
Berikut penjelasan ketiganya.
1. Skala Angka
Skala angka menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dan jarak yang sebenarnya.
Contoh, 1 : 300.000 dibaca setiap 1 cm pada peta mewakili 300.000 pada ukuran sebenarnya.
Skala angka biasa digunakan pada peta.
2. Skala Garis
Skala garis atau grafis di tunjukkan dengan garis lurus yang dibagi dalam beberapa ruas.
Setiap ruas menunjukkan satuan panjang yang sama. Contoh:
0_2_4_6_8_10 km
0_1_2_3_4_5 cm
Dibaca setiap 1 cm pada peta mewakili 2 km di lapangan.
Penyebut kilometer yang terakhir, yakni 10 km dibagi penyebut centimeter yang terakhir,
yakni 5cm. Jadi, 10 : 5 = 2 km
3. Skala Verbal
Skala verbal adalah skala yang dinyatakan secara verbal atau dengan kalimat. Skala yang
sering ada di peta-peta tidak menggunakan satuan pengukuran matrik, misalnya peta-peta di
Inggris. Contoh 1 inci = 5 mil. Jenis skala ini umunya digunakan oleh orang-orang Eropa.
2.15 Cara Menghitung Skala

Keterangan :
JP : Jarak pada Peta
JS : Jarak Sebenarnya
S : Skala
Contoh 1
Mencari Skala
Jarak kota Jombang dengan kota Blitar adalah 100 km. Jika jarak pada peta 2 cm, tentukan
skala yang digunakan peta tersebut.
Diketahui : Jarak Sebenarnya : 100 km  10.000.000 cm (diubah dulu agar mudah saat
menghitung)
Jarak pada Peta : 5 cm
Ditanya : Skala ?
Jawab : Skala = Jarak pada peta : Jarak Sebenarnya
= 5 : 10.000.000
= 1 : 2.000.000
Jadi, skala yang digunakan pada peta tersebut adalah 1 : 2.000.000 yang artinya 1 cm pada
peta tersebut berarti 2.000.000 cm pada keadaan sebenarnya.
Contoh 2
Mencari Jarak Sebenarnya
Diketahui suatu skala pada peta adalah 1 : 1.000.000. Jika jarak kota Surabaya dengan kota
Malang adalah 5 cm pada peta, berapakah jarak sebenarnya?
Diketahui : Skala : 1 : 1.000.000
Jarak Peta : 5 cm
Ditanya : Jarak Sebenarnya ?
Jawab : Jarak Sebenarnya = Skala × Jarak pada peta
Jarak Sebenarnya = 1.000.000 × 5
= 5.000.000 cm  50 km.
Jadi, jarak sebenarnya antara kota Surabaya dengan kota Malang adalah 50 km.
Contoh 3
Mencari Jarak pada peta
Diketahui jarak sebenarnya dari kota Blitar dengan kota Tulungagung adalah 20 km. Jika
pada peta menggunakan skala 1 : 100.000, tentukan jarak yang ada pada peta.
Diketahui : Jarak sebenarnya : 20 km  2.000.000 cm
Skala : 1 : 100.000
Ditanya : Jarak pada peta ?
Jawab : Jarak Peta = Jarak sebenarnya : Skala
JP = 2.000.000 : 100.000
= 20 cm
Jadi, jarak pada peta antara kota Blitar dengan Tulungagung adalah 20 cm.

Anda mungkin juga menyukai