Anda di halaman 1dari 7

Perubahan Struktur Keluarga

Dalam sebuah proses perubahan sosial, struktur sosial masyarakat mempengaruhi kadar
perubahan sosial secara halus dan tidak dapat dirasakan secara langsung pengaruhnya. Pengaruh
tersebut dapat bersifat mendukung maupun menghambat terjadinya perubahan. Struktur sosial
disini dapat diartikan sebagai:

1. Setiap pola yang berulang dalam perilaku sosial, yang mana mengacu pada hubungan-
hubungan yang terus bertahan, teratur dan terpola diantara unsur-unsur yang ada pada
masyarakat
2. Suatu jalinan antara unsur–unsur sosial yang pokok, yaitu norma-norma sosial, lembaga
sosial, kelompok-kelompok sosial dan stratifikasi (lapisan-lapisan) sosial.

Sebagai contoh, dalam suatu masyarakat yang kokoh dalam integrasi dan sistem ketergantungan
maupun timbal balik antara unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain, maka suatu
perubahan akan sulit terjadi. Kalaupun terjadi, hal itu mengandung potensi resiko yang besar.
Hal ini biasa dijumpai pada masyarakat yang berstruktur ketat dimana peran, tugas, hak-hak
istimewa dan kewajiban anggotanya ditentukan dan dibatasi secara tegas. Sehingga, pada
masyarakat yang seperti itu, kecil kemungkinan untuk terjadi perubahan. Dan contohnya adalah
masyarakat yang menerapkan sistem kasta.

Sedangkan dalam masyarakat yang cenderung bersifat individualisme, kelonggaran dalam


stratifikasi sosial, dan banyaknya status yang diperjuangkan akan lebih menunjang terjadinya
perubahan social.Hal ini tentunya juga didukung oleh kondisi kebudayaan yang kurang
terintegrasi, sehingga nantinya berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan dan kegiatan lainnya
kurang memiliki hubungan yang bersifat ketergantungan.

Perubahan sosial ini terjadi pada lembaga sosial yang ada pada suatu masyarakat. Dari sini nanti
akan membawa dampak pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-
pola perilaku ataupun sikap-sikap yang ada dalam masyarakat.

Proses perubahan disini, lebih memfokuskan perhatiannya pada perubahan-perubahan dalam


bentuk struktural masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru,
perubahan dalam struktur kelas sosial dan perubahan dalam lembaga sosial (termasuk di
dalamnya adalah lembaga keluarga). Perubahan tersebut meliputi:

a.Bertambah dan berkurangnya kadar peranan.

b.Menyangkut aspek perilaku dan kekuasaan.

c.Adanya peningkatan atau penurunan sejumlah peranan atau pengkategorian peranan.

d.Terjadinya pergeseran dari wadah atau kategori peranan.

e.Terjadinya modifikasi saluran komunikasi di antara peranan-peranan atau kategori peranan.

f.Terjadinya perubahan dari sejumlah tipe dan daya guna fungsi sebagai akibat dari struktur

Menurut Ronalt Lippit, hal-hal yang mendorong terjadinya perubahan pada keluarga adalah:

1. Berkembangnya kebudayaan materi


2. Tingkat penemuan dan inovasi teknologi
3. Perbaikan fasilitas transportasi dan komunikasi
4. Meluasnya industrialisasi
5. Urbanisasi

Dalam konteks keluarga, perubahan sosial dapat terjadi karena :

1. Adanya Industrialisasi

Bersamaan dengan adanya industrialisasi, institusi keluarga mengalami perubahan, kearah


bentuk yang biasa disebut keluarga konjugal. Yaitu suatu keluarga dimana keluarga batih atau
keluarga inti menjadi semakin mandiri melakukan peran-perannya terlepas dari kerabat, baik dari
pihak suami maupun istri. Dengan kata lain, seseorang memperoleh jabatan atau posisi tertentu
dalam industri itu bukan dikarenakan hubungan keluarga. Melainkan karena prestasi individu.

Adapun gejala-gejala perubahan sosial pada keluarga terkait industrialisasi yaitu :


1. Pada keluarga tersebut cenderung bertipe konjugal dimana para anggota keluarga batih
agak sama kedudukannya Selain itu, keluarga yang mengalami perubahan akibat
industrialisasi akan dijumpai hal berikut :

 Suami – istri terlibat dalam hubungan yang setara, hubungan personal yang akrab,
bersifat demokratis.
 Usia perkawinan tidak terlalu muda, hal ini dikarenakan adanya proses belajar yang lama
untuk mempersiapkan perkawinan.
 Jumlah anak dalam keluarga relatif sedikit.
 Angka perceraian cenderung tinggi.

2. Adanya hak-hak dan kesempatan bagi wanita untuk bekerja diluar rumah dan mencari
penghasilannya sendiri

3. Sistem ekonomi mulai lebih tergantung pada sektor industri

4. Terkait dengan perkawinan, ikatan perkawinan yang ada lebih cenderung bersifat ekonomi.
Selain itu, upacara perkawinanpun berubah, dari semula yang biasanya berdasarkan adat-istiadat
daerah setempat menjadi pesta yang lebih bersifat modern.

Selain itu, dengan adanya industrialisasi, nantinya akan melahirkan teknologi yang
mempermudah manusia mengatasi masalah kehidupannya. Namun di sisi lain, perubahan unsur
teknologi ini akan diikuti oleh perubahan pada unsur-unsur lainnya. Yangmana perubahan ini
dapat berpengaruh pada organisasi keluarga. Seperti perubahan pada fungsi atau peran anggota
keluarga, melemahnya ikatan kekerabatan, bahkan disorganisasi keluarga.

2. Lingkungan sosial

Dalam suatu lingkungan sosial, selalu terdapat pola hubungan yang bersifat timbal balik maupun
saling mempengaruhi. Pola kehidupan ini cenderung ditandai dengan adanya keinginan untuk
campur tangan atau keinginan untuk mempengaruhi terhadap keluarga lain, yang mana dari sini
nantinya dapat berdampak pada munculnya perubahan sosial. Campur tangan ataupun keinginan
untuk mempengaruhi ini dapat berasal dari tetangga, kerabat maupun teman.
3. Pendidikan

Dengan adanya pendidikan, seseorang dapat menguasai berbagai kemampuan. Pendidikan juga
memberikan nilai-nilai tertentu kepada individu, terutama dalam membuka wawasannya dan
melatih berpikir secara ilmiah serta obyektif. Hal ini nantinya akan memberi kemampuan bagi
individu untuk memberi penilaian terhadap kebudayaannya apakah dapat memenuhi
kebutuhannya ataukah tidak. Dan bila dirasa tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka
berdasarkan latar belakang pendidikannya, individu dituntut untuk melakukan berbagai langkah
agar terjadi perubahan kearah yang lebih baik.

Selain hal-hal yang mendukung terjadinya perubahan dalam struktur keluarga diatas, adapun hal-
hal yang menghambat perubahan struktur keluarga diantaranya :

Kurangnya hubungan dengan masyarakat .

Disini, perubahan struktur keluarga akan sulit terjadi bila tidak ada atau kurangnya interaksi
antara keluarga tersebut dengan lingkungan. Sehingga, keluarga tersebut tidak mengetahui
berbegai perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hal ini biasanya disebabkan oleh faktor
tradisi maupun kepribadian.
Adat ataupun Kebiasaan

Disini, adat maupun kebiasaan yang dapat menghambat perubahan struktur sosial adalah yang
bersifat kurang selaras dengan adanya nilai-nilai baru.

Perubahan Fungsi – Fungsi Keluarga

a. Fungsi Ekonomi

Disini, keluarga mengalami proses perubahan terkait pola konsumsi. Bila dahulu keluarga itu
dapat memproduksi barang ataupun jasa, kini keluarga tidak lebih hanyalah sebagai konsumen
atas berbagai produk barang maupun jasa yang diproduksi oleh pabrik (industri).

Hal ini terlihat jelas terkait kecenderungan aktivitas-aktivitas orang-orang yang ada di rumah.
Keluarga semakin jarang menggunakan peralatan dapurnya dan sekarang lebih cenderung untuk
membeli produk dari toko-toko makanan, restoran, dan sebagainya. Selain itu, banyak keluarga
maupun anggota keluarga yang semakin jarang makan di rumah dan lebih banyak makan di
restoran

b. Fungsi EdukasiPerubahan pada fungsi edukasi ini berakibat pada tanggung jawab keluarga
yang ada saat ini terkait pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan moral tidak sebesar
keluarga pada masa lampau. Hal ini dikarenakan semakin luasnya program pendidikan yang ada,
bahkan hingga ke tahap balita, seperti play group.

Hal itu juga didukung dengan adanya perkembangan asumsi bahwa sekolah dapat membantu
keluarga dalam memperbaiki perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Sehingga tidak
dapat dipungkiri, keberadaan sekolah (termasuk untuk kalangan usia dini) ini telah menjadi suatu
kebutuhan bagi keluarga.

Sehingga tidak dapat dipungkiri bila dahulu keluarga merupakan institusi yang paling vital dalam
tanggung jawab pendidikan, namun kini tanggung jawab tersebut seolah-olah menjadi tanggung
jawab sekolah (pendidikan formal).

c. Fungsi afeksi

Setiap insan diciptakan untuk hidup bersama orang lain. Ia tidak akan mampu hidup sendiri.
Manusia senantiasa membutuhkan rasa kasih sayang atau rasa cinta (afeksi). Di dalam
keluargalah untuk pertama kalinya seorang anak mendapatkan rasa dicintai. Ia merasa memiliki
seorang ibu yang sayang kepadanya dengan penuh perhatian memberi apa yang dimintanya,
dengan ketulusan memberikan apa yang terbaik buat anaknya.

d. Fungsi penentu kedudukan atau status

Setiap orang memiliki status atau kedudukannya sendiri di dalam masyarakat. Bagi orang yang
berpendapat bahwa status itu bisa didapatkan karena keturunan (ascribed status) kedudukan itu
diwariskan secara turun temurun. Seorang anak yang lahir dari kalangan bangsawan dengan
sendirinya ia akan mempunyai status bangsawan. Tetapi tidak mengurangi kemungkinan bahkan
dalam kehidupan kolonial sekalipun adanya status yang diperolehnya menurut kemampuan dan
prestasi pribadi. Status seperti ini tidak dapat diwariskan.

e. Fungsi perlindungan

Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota dari berbagai bahaya yang dialami oleh suatu
keluarga. Perlindungan yang diberikan tidak hanya perlindungan fisik saja, melainkan juga
secara psikis.

Dampak adanya perubahan yang terjadi pada struktur keluarga

Disorganisasi Keluarga

Disorganisasi keluarga merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya keserasian pada bagian-
bagian dalam suatu keluarga. Dalam suatu keluarga, disorganisasi ini biasanya diawali dengan
adanya perubahan terkait nilai, norma yangmana kemudian dalam penerapannya timbul berbagai
pertentangan.

Disorganisasi keluarga juga berhubungan dengan perubahan struktur masyarakat. Ketika status
dan peranan mengalami perubahan dengan cepat, yangmana hal itu tidak diiringi dengan
kemampuan yang memadai, maka hal itu akan menimbulkan berbagai masalah. Termasuk
disorganisasi keluarga.

Adapun dampak dari adanya disorganisasi keluarga yaitu:

1. Perceraian
2. Kenakalan remaja, akibat sudah tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari orang tua

Melonggarnya ikatan kekerabatan

Hal ini biasanya dikarenakan adanya kesibukan yang luar biasa antar anggota keluarga. Sehingga
frekuensi terjadinya interaksi tatap muka semakin berkurang. Dari sini perlahan-lahan ikatan
kekerabatan akan mengendur.

DAFTAR PUSTAKA
Nicholas Abercrombie. Dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soleman B. Taneko, S.H. 1993. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.

Paul B. Horton & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi (Jilid 2) Edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

T.O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Drs. Khairuddin. 1985. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Nur Cahaya.

Anda mungkin juga menyukai