Anda di halaman 1dari 11

"SOSIOLOGI PENDIDIKAN"

Nama : Maria Magdalena Gure Hurint

NIM : 1803030150

kelas Semester : Sosiologi C/5

Dosen wali : Dr Josep Emanuel Jelahut,M.Si

" ERA BARU DALAM DUNIA PENDIDIKAN"

Status epidemi virus corona atau covid-19 menjadi pandemi secara resmi dinyatakan oleh
Badan Kesehatan Dunia WHO pada kamis, 12 Maret 2020. Virus yang sangat mengacaukan
tatanan kehidupan manusia di bumi sampai detik ini masih mejadi momok dan mengancam masa
depan umat. Selain mengancam kesehatan manusia dengan model penularannya yang masif,
namun juga mengguncang aspek perekonomian. Lebih lanjut, disrupsi pendidikan yang menjadi
investasi masa depan bangsa juga terdampak cukup signifikan. Terhitung mulai 16 Maret 2020
hampir seluruh daerah di Indonesia mengubah sistem pembelajaran reguler ‘tatap muka’ menjadi
‘belajar dari rumah’ atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau study from home (SFH). Sampai
kapan kondisi akan seperti ini?

Sepertinya masyarakat masih harus bersabar menunggu gerak cepat terukur dan keputusan
cerdas dari pemerintah soal kebijakan pembelajaran di era new normal. Kebijakan bergulirnya
tahun ajaran baru secara resmi tetap dimulai pada bulan Juli. Meski pembukaan sekolah hanya
diberlakukan di wilayah zona hijau, namun persentasenya sangat sedikit, tidak lebih dari 6% dari
total keseluruhan wilayah di Indonesia. Memasuki new normal, beberapa daerah menyambut
rencana ini dengan beragam. Daerah-daerah yang kondisinya dinilai sudah hijau menyatakan
siap membuka kembali pembelajaran di sekolah. Sementara daerah yang masih terkategori
kuning atau merah, tegas menyatakan penundaan dan memilih opsi pembelajaran jarak jauh (PJJ)
atau daring. Namun, adanya pendekatan zonasi ini, tetap saja tak menghentikan kontroversi.
Banyak masyarakat yang ragu bahwa kebijakan new normal di dunia pendidikan ini akan
benar-benar aman, sekalipun di zona hijau. Terlebih faktanya, penetapan suatu daerah sebagai
zona hijau tak serta-merta menunjukkan bahwa daerah tersebut benar-benar bebas dari virus
Covid-19. Karena secara nasional kondisi wabah masih belum menampakkan tanda-tanda akan
selesai. Sehingga potensi penyebarannya pun masih terbuka lebar.

Hal ini diperparah dengan banyaknya kebijakan kontraproduktif pemerintah yang tak
menjamin virus unik ini bisa terlokalisasi di satu wilayah. Saat kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) diberlakukan misalnya, ternyata tak didukung kebijakan jaring
pengaman sosial yang kuat serta edukasi yang masif. Wajar, jika sebagian masyarakat terkesan
‘abai’ terhadap berbagai hal yang membahayakan. Ketika new normal digaungkan, masyarakat
menangkapnya sebagai “kembali normal”. Sehingga pelonggaran PSBB yang menandai
pemberlakuan new normal dan sejatinya ditujukan untuk menggenjot kegiatan ekonomi yang
mulai terpuruk, otomatis membuat kehidupan seolah kembali seperti sebelum pandemi.
Akibatnya, penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 mengalami lonjakan pasca peonggaran
PSBB.

Inilah yang membuat sebagian masyarakat lain ketar-ketir dengan ancaman wabah
gelombang ke dua. Terlebih fakta ini sudah terbukti di negara-negara yang lebih dulu
menerapkan new normal, sebagaimana negara China, Korea Selatan, Finlandia, Australia,
Perancis, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Tak sedikit masyarakat di sana, termasuk anak-
anak yang positif terpapar corona sesaat setelah pusat-pusat kegiatan ekonomi dan sekolah-
sekolah mereka dibuka. Hingga akhirnya mereka pun kembali memberlakukan pembatasan-
pembatasan. Kita tidak boleh membuat diri kita celaka, ataupun mencelakakan orang lain,
Lantas, bagaimana Indonesia bisa percaya diri akan lolos dari ujian gelombang kedua wabah
corona, sementara penanganan bencana di negara-negara yang disebutkan tadi jauh lebih baik
dari Indonesia.

Akankah pemberlakuan new normal di bidang pendidikan membawa kebaikan bagi semua?
Sistem pendidikan yang diterapkan seolah benar-benar gagap dalam menghadapi keadaan.
Terbukti, opsi belajar dari rumah (BDR) yang saat itu menjadi satu-satunya pilihan malah lebih
menyingkap sisi lemah sistem pendidikan yang selama ini diterapkan, sekaligus memunculkan
begitu banyak persoalan.
Visi pendidikan yang sekuler kapitalistik, kurikulum yang tak jelas arah, metode
pembelajaran yang kaku, dukungan sarana dan prasarana yang sangat minim dan belum merata,
membuat pendidikan di tengah pandemi menjadi hal yang terasa begitu memberatkan. Baik bagi
para siswa, orang tua, maupun pihak pendidik dan sekolah. Banyak dari mereka yang stres
karena tuntutan sistem yang tak jelas. Sekolah daring menjadi tambahan beban tersendiri bagi
para orang tua. Baik secara ekonomi maupun mental. Mereka yang terlanjur berpikir mendidik
adalah kewajiban sekolah, tiba-tiba harus bertanggung jawab penuh terhadap sekolah anaknya.
Tak hanya soal pendidikan agama dan moral, tapi dengan berbagai mata pelajaran yang mereka
pun tak mengerti bagaimana dan apa manfaat riilnya.

Adapun para siswa, bersekolah di tengah pandemi menjadi penderitaan tersendiri bagi
mereka. Karena selain dipaksa melahap begitu banyak target pembelajaran di rumah, juga harus
berhadapan dengan “guru” baru yang tak paham bagaimana mendidik dan mengajar. Baik dari
sisi mental maupun kemampuan. Sementara bagi pihak pendidik dan sekolah, situasi ini juga tak
serta-merta meringankan beban mereka. Bahkan situasi ini membuat mereka harus berpikir
keras, karena dukungan fasilitas sangat minim, termasuk kesiapan SDM dalam melakukan
adaptasi terhadap sistem pembelajaran full daring. kondisi ini memang betul-betul membongkar
rapuhnya sistem hidup, tak terkecuali sistem pendidikan. Jangankan saat terjadi wabah, saat
normal saja, sistem pendidikan yang diterapkan memang tampak rapuh dan tak jelas arah. Secara
keseluruhan, pendidikan telah kehilangan sisi strategis sebagai salah satu pilar pembangun
peradaban. Jangan sampai pendidikan hanya ditempatkan sekadar sebagai pengukuh penjajahan
kapitalisme global.

Sebagai pencetak mesin pemutar roda industri belaka, demi memenuhi pasar industri milik
para kapitalis. Itulah kenapa, kurikulum yang dibuat melulu berorientasi pada sistem vokasi. Di
perguruan tinggi hal ini tampak dari konsep-konsep seperti triple helix yang dikembangkan oleh
Etzkowitz & Leydesdorff atau yang sebelumnya dikenal dengan konsep link and match. Di mana
output pendidikan harus matching dengan kebutuhan pasar perindustrian. Negara bahkan
berperan besar dalam mendorong terjadinya kapitalisasi dan sekularisasi di bidang pendidikan
ini. Harapan “mencetak generasi emas berkepribadian Islam dan berperadaban cemerlang”, kian
menjauh dari ingatan. Bahkan visi seperti itu dianggap sebagai khayalan belaka. Hingga wajar,
jika sistem pendidikan zaman sekarang cenderung hanya mampu mencetak output dengan skill
yang itu pun sangat minimal, namun minus adab. Tak lebih dari robot yang siap dipekerjakan.
Sementara urusan moral tak penting untuk diperhatikan.

 Study from Home: Menyongsong Era Kenormalan Baru

Krisis yang datang secara mendadak telah membawa dinamika perubahan. Tidak satu pun
pemangku kepentingan siap, dipersiapkan, dan mempersiapkan diri mengatasinya sehingga SFH
masih banyak kekurangan di sana-sini. Namun, jika kita berfikir positif, banyak pelajaran
berharga yang diperoleh. Praktik persekolahan yang sebelumnya mendapat porsi minimalis
seperti pembelajaran jarak jauh (PJJ), home schooling, dan semacamnya menjadi sangat
dominan saat ini. Tidak berlebihan jika SFH telah mengembalikan pendidikan ke hakekatnya
yang esensial yaitu learning. Baik guru dan orangtua mau tidak mau harus mulai belajar dan
berbenah melakukan sinergi dan adaptasi demi memaksimalkan skema PJJ tersebut.

Banyak praktisi dan pemangku kebijakan pendidikan yang berinisiatif dan unjuk
kebolehan terkait potensi yang selama ini terpendam. Kegiatan webina, zoominar bersekala
nasional hingga internasional gencar di selenggarakan oleh Perguruan Tinggi di Indonesia. Tidak
sedikit sekolah yang menerapkan Teknologi Informasi yang sebelumnya ‘dihindari’ karena
merasa tidak memiliki dukungan yang cukup dari segi biaya, fasilitas, dan kompetensi guru.
Banyak orangtua siswa yang sebelumnya menitipkan sebagian besar tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada sekolah, kini menerimanya kembali. Menyadari dua esensi penting pendidikan
yaitu:

1. Betapa berat tugas guru dan sekolah.


2. Merekalah (orang tua) yang semestinya paling berkepentingan dan bertanggungjawab
dalam pendidikan masa depan anak-anaknya.

 Revolusi Mental: Membangun Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka


Segala pengalaman terbaik dari implementasi SFH jangan sampai disia-siakan karena
bermimpi kembali pulang ke rumah lama. Harus disadari bahwa musibah ataukah bencana yang
sekarang dialami umat manusia akan menjadikan hari esok tidak akan pernah sama lagi dengan
kemarin. Yang tersedia hanyalah one way ticket. Pengalaman terbaik selama SFH harus
dijadikan pelajaran, kemudian diperkaya dan diperkuat untuk dikemas menjadi strategi baru
pendidikan di rumah yang baru. Untuk itu, dibutuhkan revolusi mental yang sejak dicanangkan
oleh Jokowi enam tahun silam belum nampak jelas dilakukan oleh para pemangku kepentingan
pendidikan di semua lini, jenjang dan wilayah.

Kini momen tepat di mana siswa memerdekakan dirinya dalam menuntut ilmu yang
diperlukannya sesuai dengan kebutuhan minat, kemampuan dan cita-citanya berbasis merdeka
belajar. Orangtua siswa menguatkan kedudukannya sebagai pemilik utama anak sekaligus masa
depannya. Oleh karena itu, mereka perlu bahu membahu dengan sekolah dalam mengelola
pembelajaran. Sudah saatnya guru menjadi guru sejati yang belajar dan membelajarkan diri
sendiri dan muridnya. Pemilihan moda pembelajaran blended learning yang mengkombinasikan
SFH berbasis daring dengan tatap muka bergantian dengan protokol kesehatan Covid-19 di
sekolah perlu diujicobakan dengan hati-hati.

Sebagai penutup, pandemi ini membawa angin perubahan yang menuntut revolusi
mental dari umat manusia pada segala lini usia di dunia khususnya Indonesia, lebih khusus lagi
pemangku kepentingan pendidikan. Menjadi kurang normal jika New Normal dikelola secara
Old Normal. Ke depan pasti akan semakin banyak tantangan kemanusiaan pasca covid-19 ini.

 Memaksimalkan Pendidikan Di Era "New Normal"


Berbicara soal pendidikan, memang akhir-akhir ini pendidikan menjadi bahan topik
pembicaraan, dan perdebatan ditengah menghadapi era new normal. Mengingat, empat bulan
terakhir, Indonesia masih dilanda oleh situasi pandemi penyebaran virus Corona atau Corona
virus Disease 2019 (Covid-19). Dimana, sejak adanya penyebaran covid-19 di Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah seperti, membuat aturan kebijakan dan regulasi
di setiap daerah-daerah di Indonesia. Demi mencegah penyebaran covid-19 yang semakin
meluas.

Hingga jumlah kasus virus covid-19 sampai detik ini masih belum berakhir. Menanggapi
kebijakan tersebut, beberapa lembaga-lembaga instansi dan sektor bidang lainnya bergerak
mempersiapkan segala peraturan ditengah menghadapi era new normal. Selain itu, memasuki era
new normal, pemerintah juga menghimbau kepada seluruh masyarakat agar menerapkan
protokol kesahatan, dan mentaati aturan yang dibuat.

Meskipun, penyebaran covid-19 di Indonesia sampai hari ini belum mengalami


penurunan. Tetapi, hal ini perlu di gagas oleh pemerintah. Mengingat, dampak covid-19
mengakibatkan berbagai sektor ekonomi mengalami penurunan, dan kerugian akibat pandemi
covid-19. Namun, hal ini juga perlu difikirkan secara matang -matang oleh pembuat kebijakan.
Agar kedepan tidak salah melangkah ketika mengambil sebuah keputusan.

Melihat kondisi yang semakin banyak masyarakat yang terpapar akibat penyebaran virus
covid-19. Pemerintah sudah berupaya tegas untuk meghimbau seluruh masyarakat sejak covid-
19 masuk ke Indonesia. Namun ternyata, tidak sedikit di hiraukan oleh masyarakat atas
himbauan tersebut. Tetap saja masih banyak masyarakat yang melanggar dengan banyak ber
aktivitas diluar rumah. Sehingga, tidak sedikit mereka yang terpapar atau ter inveksi covid-19.
Hal ini terpaksa dilakukan oleh masyarakat. Mengingat kebutuhan sehari-hari mereka yang
masih sangat terbatas akibat dampak pandemi covid-19. Mereka terpaksa ber aktivitas di luar
saat pandemi belum berakhir.
Hingga sampai serkarang, jumlah yang terpapar covid-19 semakin bertambah di beberapa
wilayah di Indonesia. Dari laporan terakhir yang disampaikan oleh Tim Gugus Tugas
penanganan Covid-19 Republik Indonesia, bahwa sampai hari ini, jumlah korban meninggal,
maupun yang masih terpapar semakin bertambah jumlahnya. Dengan kondisi darurat seperti ini,
Segala aktivitas yang berkaitan di luar terpaksa diberhentikan oleh pemerintah untuk sementara
waktu hingga adanya kebijakan terkait new normal hal ini dilakukan Sebagai upaya untuk
memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang semakin meluas.

Hingga situasi ini dinyatakan benar - benar pulih kembali normal. Dengan menerapkan
pembatasan sosial (Social distancing) dan pemberlakuan sistem pembatasan atau PSBB di setiap
wilayah zona merah. Tak terkecuali di wilayah -wilayah yang sudah tidak memiliki jumlah
peningkatan kasus covid-19, akan di terapkan kebijakan era new normal. Sedangkan di wilayah
-wilayah yang masih memiliki peningkatan jumlah kasus covid-19, akan tetap di terapkan sistem
pembatasan wilayah atau PSBB. Selain itu, akibat dampak penyebaran covid-19. Hal ini pula
merambat pada dunia pendidikan. Kondisi pada proses kegiatan belajar mengajar atau (KBM)
menjadi terhambat akibat pandemi covid-19.

Dunia pendidikan hari ini terpaksa di liburkan dan mengganti dengan sistem pembelajaran
daring atau pembelajaran online yang sudah berjalan empat bulan terakhir. Namun, pemerintah
berencana akan membuat sekenario kebijakan terkait pendidikan di era new normal. Pemerintah
akan membuat perencanaan agar pendidikan tidak selamanya menggunakan sistem daring atau
online. Dengan membuka kembali proses pembelajaran di ruang-ruang kelas. Oleh sebab itu, hal
ini masih perlu dipertimbangkan dan difikirkan secara objektif, agar, para pelajar merasa nyaman
ketika proses belajar di kelas diadakan kembali. Proses pembelajaran memang menjadi destinasi
para pelajar dalam menuntut ilmu pengetahuan. Kebanyakan, para pelajar akan merasa nyaman
ketika proses pembelajarannya maksimal.

Oleh sebab itu, proses pembelajaran ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa
ketika mempelajari bahan materi di ruang kelas. Sehingga hal ini perlu di perhatikan oleh
pembuat kebijakan dalam mengevaluasi pendidikan di masa new normal. Selain itu, kurikulum
pendidikan harus disesuaikan dengan situasi saat ini. Seperti, menerapkan protokol kesehatan
dengan merapkan physical distancing atau social distance (Jaga jarak). Sehingga, para pelajar
akan merasa nyaman ketika proses pembelajaran berlangsung. Dan, orang tua di rumah juga
tidak akan merasa cemas serta khawatir ketika anaknya berada di sekolah. Penyebaran covid-19
sudah berjalan dan saat ini masih dinyatakan sebagai masa pandemi covid-19.

Diprediksi, pelaksanaan pendidikan akan tetap berjalan. Meskipun, penyebaran covid-19


belum berakhir. Memang, berbagai kendala dan hambatan selama ini sudah kita rasakan ketika
proses pembelajaran. Mau tidak mau, saya sebagai pelajar harus bisa beradaptasi dan berdamai
dengan kondisi saat ini. Namun, kita sebagai para pelajar tidak boleh pasrah begitu saja, dengan
kondisi keterbatasan jarak berada dirumah, kita bisa belajar mandiri atau belajar bersama
keluarga. Semaksimal mungkin, kita bisa memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang produktif,
seperti, mengikuti seminar, lomba karya tulis dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami
berharap semoga pemerintah dapat memakismalkan perencanaan pendidikan dengan baik
ditengah pandemi covid-19 yang masih belum berakhir. Agar kedepannya, para pelajar ini tidak
merasa bosan ketika harus belajar secara terus menerus di rumah.

Selain itu, tidak ada lagi kata hambatan atau kendala ketika mengakses proses
pembelajaran di masa new normal. Dan semoga pandemi covid19 ini segera berkahir agar
pendidikan pulih kembali normal. Kesiapan Pendidikan Di Tengah New Normal Segala kesiapan
telah di lakukan memasuki era baru atau era new normal. Mulai dari peraturan kebijakan dan
aturan protokol kesehatan tetap di terapkan sampai pandemi berakhir. Tentunya, aktivitas kita
akan terasa berbeda tidak seperti biasa Ketika kita harus terpaksa berdampingan dengan covid-
19. Memang inilah salah satu cara agar kita tidak terpuruk di saat situasi seperti ini. Belum
diketahui kapan wabah ini akan berakhir, Selama kita masih menerapkan aturan kesehatan
dengan pola hidup sehat, kita akan terhindar dari penyebaran virus covid-19.

Oleh karena itu, dengan menerapkan pola hidup sehat ini adalah kata kunci kedisiplinan
kita untuk selalu menjaga pola hidup yang baik. Upaya persiapan pendidikan di era new normal
sudah dilakukan di beberapa wilayah. Banyak masyarakat yang mendukung terkait kebijakan
new normal yang akan segera di realisasikan akhir-akhir bulan ini. Namun, adapun daerah yang
sudah merapkan sistem kebijakan new normal. Seperti, daerah yang sudah tidak memiliki
peningkatan jumlah kasus covid-19. Selain itu ,di masa new normal ini dunia pendidikan akan
segera dibuka kembali. Mengingat, empat bulan terkahir ini kita masih menggunakan sistem
pembelajaran daring. Tentunya ini menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, terkhusus, pihak
orang tua siswa. Kekhawatiran dan kecemasan akan menjadi kendala bagi siswa untuk belajar.
Kita tahu, bahwa hingga sampai hari kasus penyebaran covid-19 di Indonesia masih belum
berhenti.

Oleh karena itu, kebijakan tersebut perlu di pertimbangkan oleh berbagai pihak.
Setidaknya jika proses pembelajaran dibuka kembali telah memenuhi syarat protokol kesehatan
covid-19. Agar selama kegitan pembelajaran tidak terganggu. Selain itu keselamatan pelajar
harus dikedepankan dimasa new normal. Proses pelaksanaan persiapan pendidikan harus bisa
berkoordinasi dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya pihak orang tua siswa. Agar hal ini
tidak menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan ditengah proses pembelajaran. Segala
peraturan protokol kesehatan segara di maksimalkan mulai dari sarana prasarana pendidikan dan
fasilitas keperluan siswa selama mamasuki masa new normal. Selain itu penyesuaian penerapan
protokol kesehatan perlu bagi para pelajar selama proses belajar. Seperti merapkan pola hidup
sehat dan menerapkan physical distancing (Jaga jarak).

Pemerintah juga wajib giat mensosialisasikan penyebaran covid-19 dan melakukan

pengontrolan langsung di setiap wilayahwilayah pendidikan yang masih membutuhkan


dukungan sarana fasilitas dalam menerapkan protokol kesehatan. Mengingat ada banyak
wilayah pendidikan di Indonesia yang masih belum memenuhi syarat dengan fasilitas standart
covid-19. Oleh sebab itu, agar proses permbelajaran dapat berjalan dengan optimal. Maka pihak
lembaga pendidikan dan pemerintah harus bekerja sama selama masa new normal di berlakukan.
Sesuai apa yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945,
yakni ''Mencerdaskan Kehidupan Bangsa''.

Bahwasanya dunia pendidikan harus menjadi tiang utama dan pondasi negara ini untuk
menciptakan generasi-generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia. Tentunya untuk
mencapai itu dibutuhkan proses yang tidak instan dan tidak mudah. Namun hal ini akan begitu
mudah apabila kita bersama-sama secara kolektif dan bergotong-royong membangun pendidikan
bangsa ini dengan semangat perjuangan para pendahulu-pendahulu kita. Maka dengan begitu
para generasi muda diseluruh Indonesia akan mampu mengejar cita-citanya dan mampu
membangun bangsa ini untuk kedepannya melalui dunia pendidikan. Mari bersama-sama
berdo'a semoga pandemi covid-19 ini cepet berlalu dan dunia pendidikan kembali seperti
sediakala.
New normal” kini menjadi model kehidupan baru dan diadaptasi oleh hampir semua
negara dan menjadi referensi khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat.
Selama era ini, seluruh komponen masyarakat perlu mengubah pola hidup dan kebiasaan-
kebiasaan sebelumnya. Salah satu sektor sosial yang mengalami perubahan besar saat ini adalah
sektor kesehatan dan pendidikan. Perubahan tersebut mencakup perubahan perilaku hidup sehat
dan perilaku selama menempuh pendidikan.

Dunia pendidikan khususnya Perguruan Tinggi dalam era “New Normal” perlu
melakukan transformasi di segala aspek sehingga dapat terus “survive” dalam mencetak generasi
penerus bangsa yang berdaya saing. Proses pembelajaran yang awalnya dilakukan secara
konvensional tatap muka di kelas, saat ini dapat dikombinasikan dengan metode e-learning
(virtual). Perguruan Tinggi perlu menerapkan penyesuaian jam kuliah yang bersifat tatap muka
diiringi dengan protokol kesehatan saat memasuki area kampus. Selain itu, penggunaan ruangan
kelas dan fasilitas bersama di lingkungan kampus juga perlu untuk diatur dengan
mengedepankan prinsip jarak fisik dan jarak sosial.
DAFTAR PUSTAKA

https://islamic-education.uii.ac.id/masa-depan-pendidikan-di-era-new-normal/

https://amp.kompas.com/edukasi/read/2020/05/31/172306571/menyiapkan-normal-baru-
pembelajaran-yang-berpihak-pada-siswa-kita.

https://kabarwarta.id/detailpost/memaksimalkan-pendidikan-di-era-new-normal.

https://bisnis.tempo.co/read/1364941/transformasi-dunia-pendidikan-di-era-new-normal

Anda mungkin juga menyukai