Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

PENGANTAR SOSIOLOGI

AULIA DOFANI RAMADANA


042345763
Tugas.3

Kerjakanlah Tugas 3 berikut ini

Kemukakan analisis Anda tentang mengapa keluarga memiliki peran atau sumbangan yang
penting di masyarakat dilihat dari sudut pandang perspektif fungsional

JAWABAN

Berdasarkan pemikiran itu, A. Comte membedakan sifat sosiologi menjadi dua, yaitu sosiologi
statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis
yang menjadi dasar adanya masyarakat. Contohnya, masyarakat dilihat dan dipahami menurut
unsur-unsur, seperti nilai, norma, peranan, lembaga, stratifikasi, dan struktur sosial. Sosiologi
yang bersifat dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat berdasarkan
perubahan yang terencana atau yang terarah oleh proses pembangunan. Dasar pemikiran ini juga
yang menjadi dasar dalam melihat perkembangan hidup keluarga. Pada masanya rintisan
pemikiran Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas. Keadaan itu dapat dilihat dari
tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi di Eropa. Mereka itu, antara lain Herbert
Spencer, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber.Pandangan Herbert Spencer tentang
masyarakat mengambil ibarat tentang kondisi tubuh manusia atau memahaminya menurut
analogi organik; di mana antara bagian yang satu berhubungan secara fungsional dengan bagian
lainnya. Masyarakat sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang memiliki
hubungan ketergantungan satu sama lain atau bersifat organik. Makacara pandang dan
pemahaman yang sama sebagaimana disebut, diterapkan juga terhadap usaha untuk mempelajari
Sosiologi Keluarga.
SOSI4413/MODUL 11.5Keluarga, khususnya keluarga inti menurut analogi organik
menunjukkan pada kita mengenai gambaran sebuah organisasi yang terdiri dari unsur-unsur,
seperti orang tua (ayah dan ibu) serta anak. Dalam kehidupan rutin (setiap hari) ayah, ibu, dan
anak memiliki hubungan yang bersifat dinamis di antara satu dengan lainnya. Status dan peranan
ayah, ibu dan anak berbeda, namun dalam kehidupan rutin, mereka saling membutuhkan. Mereka
melaksanakan tugas masing-masing di dalam keluarganya sebagai satu kesatuan jika salah satu
unsur (misalnya ayah jatuh sakit) terganggu maka proses perjalanan hidup keluarga pincang (ikut
terganggu) untuk sementara atau dalam jangka waktu tertentu.Selanjutnya, Emile Durkheim juga
mengemukakan cara pandang dalam memahami masyarakat secara fungsionalisme. Cara
pandang ini dilakukannya dengan menelusuri fungsi dari berbagai elemen-elemen sosial,
misalnya norma, nilai, status, dan peranan sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial di masyarakat. Pendekatan yang sama (seperti itu) dipergunakan pula dalam
mempelajari Sosiologi Keluarga.Dalam hal ini, kehidupan normal keluarga-keluarga di
masyarakat dapat kita lihat pula dari hubungan-hubungan fungsional menurut peranan ayah, ibu,
dan anak. Sejauh mana peranan-peranan dan hubungan sosial dari unsur-unsur keluarga tersebut
berlangsung, sangat dipengaruhi oleh keberadaan nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat, dalam mewujudkan tujuan yang dikehendaki.Pemikiran Max Weber untuk
mencurahkan minatnya dan dalam mempelajari masyarakat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan verstehen (pemahaman) terhadap makna yang terkandung di dalam realitas sosial
atau di balik tindakan manusia; yang dilakukan dengan menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan,
dan sikap yang menjadi penuntun perilaku dan tindakan manusia. Studi mengenai Sosiologi
Keluarga bisa kita lakukan pula lewat pendekatan verstehen dari Weber ini. Realitas tindakan
sosial keluarga (juga anggota keluarga) yang sering kurang bisa dimengerti maksudnya; maka
untuk memahami latar belakang tindakan tersebut dapat juga dilakukan dengan pendekatan
verstehen

1. SOSIOLOGI KELUARGA
Keberhasilan atau kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat kita pahami dari realitas atau
kenyataan sosial yang terjadi. Kenyataan itu merupakan wujud dan hasil dari tindakan sosial
individu-individu (unsur) keluarga. Pemahaman lebih lanjut dari tindakan sosial tersebut bisa
juga ditelusuri maknanya dari hal-hal atau segala sesuatu dibalik tindakan. Hal-hal tersebut
berupa nilai sosial, kepercayaan, sikap, dan tujuan, yang semuanya itu menjadi penuntun
tindakan seorang individu atas nama dirinya sendiri maupun keluarga dalam mewujudkan cita-
cita atau sebaliknya gagal mencapai yang diinginkan. Contohnya, pecahnya satuan keluarga inti
karena perceraian, antara lain dapat dijelaskan dari lemahnya sendi-sendi hubungansosial
anggota keluarga (suami istri) karena saling curiga (rentannya kepercayaan) yang tidak dapat
dikendalikan, dan sebagainya.Seluruh pemikiran mengenai studi kemasyarakatan dan keluarga
yang berkembang di Eropa telah meletakkan dasar bagi perkembangan pemikiran selanjutnya.
Jasa besar para pemikir tersebut mendorong tumbuh dan berkembangnya pemikiran sosiologis
serta mengkondisikan lahirnya berbagai pendekatan baru dalam mempelajari masyarakat dan
keluarga; hal ini memiliki arti penting bagi perkembangan studi Sosiologi dan Sosiologi
Keluarga ke depan.Pemikiran-pemikiran tersebut juga mengantar dan mengenalkan kita dalam
mempelajari masyarakat dan keluarga. Kita mendapatkan substansi pokok dan arah tentang apa,
ke arah mana dan mengapa mempelajari sosiologi keluarga. Namun, ada baiknya kita teruskan
pembelajaran ini dengan memahami terlebih dulu tentang pengertian keluarga, sebelum berlanjut
pada Sosiologi Keluarga. Pengertian mengenai keluarga memiliki padanan istilah dan kata yang
artinya sama atau hampir sama dan bahkan berbeda. Mari kita coba perhatikan pengertian
mengenai keluarga berikut ini.Keluarga ialah satu kumpulan manusia yang dihubungkan dan
dipertemukan melalui pertalian/hubungan darah, perkawinan atau melalui adopsi (pengambilan)
anak angkat. Di Barat (negara-negara industri Eropa dan Amerika Utara) yang masyarakatnya
hidup dan bekerja di bidang industrimaka keluarga didefinisikan sebagai satu satuan sosial
terkecil yang mempunyai hubungan darah atau memiliki pertalian hubungan sah melalui
perkawinan, pengambilan anak angkat dan sebagainya. Secara umum,
SOSI4413/MODUL 11.7keluarga inti yang kita kenal, memiliki komposisi unsur yang terdiri
atas ayah, ibu, dan anak-anak. Hubungan-hubungan sosial keluarga berlangsung intim
berdasarkan ikatan perasaan dan batin yang kuat, di mana orang tua berperan mengawasi serta
memotivasi untuk mengembangkan tanggung jawab sosial dalam keluarga dan masyarakat.
Pengertian “hubungan darah” pada keluarga masyarakat nonbarat atau masyarakat negara
berkembang mempunyai makna yang lebih luas dari masyarakat barat. Misalnya, konsep
Keluarga Besar yang dimaksudkan adalah keluarga luas, contohnya keluarga besar
Hardjotarunan (misalnyakeluarga-keluarga keturunan sampai generasi ke-tiga dari Hardjotaruna)
di Jakarta, keluarga besar (kerabat) Mangkunegaran di Jakarta. Burgess (dalam Eshleman)
mengemukakan tentang karakteristik keluarga secara umum sebagai berikut.1.Keluarga terdiri
dari orang-orang yang terikat oleh perkawinan, hubungan darah atau adopsi.2.Anggota keluarga
hidup bersama di bawah satu atap (rumah) merupakan satuan rumah tangga atau mereka
menganggapnya sebagai rumah sendiri.3.Keluarga terdiri atas orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi satu dengan yang lain menurut peranan masing-masing, seperti misalnya sebagai
suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, kakak atau adik laki-laki atau
perempuan.4.Keluarga menghidupkan kebiasaan dan budaya tertentu yang diturunkan dari
budaya umum (masyarakat) dan keluarga seringkali mempraktikkannya sendiri dalam bentuk
tertentu.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BADAN LEGISLATIF PASCA AMANDEMEN


UUD 1945

Abstract

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan fungsi
badan legislatif dalam sistem pernerintahannegara Republik Indonesia menurut Undang-undang
Dasar 1945 sebelum amandemen dan bagaimana kedudukan dan fungsi badan legislatif pasca
amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian hukum normatif disimpulkan bahwa : 1. Dengan adanya amandemen terhadap UUD
1945, terjadilah perubahan yang signifikan terhadap kedudukan, tugas dan wewenang
DPR/DPRD. Kalau sebelum amandemen UUD 1945 kekuasaan membentuk undang-undang
berada di tangan Presiden, maka sesudah amandemen UUD 1945 kekuasaan membentuk
undang-undang berada di tangan DPR, sedangkan Presiden hanya mengesahkan rancangan
undang-undang yang telah dibahas bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. 2. Dengan
diberikannya kekuasaan membentuk undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat, maka
kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat baik dari aspek politik maupun yuridis menjadi semakin
kuat untuk menjaga sistem check and balances dalam penyelenggaraan pemerintahan.

6dirumuskan secara jelas melalui pasal-pasal UUD. Sehingga dalam praktek ada ruang untuk
memberikan penafsiran terhadap ketentuan pasal tersebut menurut kemauan dari
penyelenggaraan negara. Kekuasaan masing-masing lembaga negara tidak berimbang, kurang
mencerminkan checks and balances antar lembaga negara, pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilakukan sepenuhnya oleh suatu lembaga, kekuasaan yang secara teoritis harus dilaksanakan
oleh lembaga perwakilan diberikan kepada lembaga eksekutif (Presiden). Mengakibatkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan terjadi reduksi prinsip-prinsip demokrasi. Bahkan ada
penyelenggaraan pemerintahan yang mengenyampingkan sistem yang ditetapkan dalam UUD
1945 dan banyak produk hukum yang bertentangan dengan UUD 1945. Apakah MPR menyadari
akan kelemahan UUD 1945 atau hanya karena tuntutan masyarakat semata, MPR telah merubah
sikap politk mereka yang sebelum reformasi tidak akan mengubah UUD 1945 tetapi setelah
reformasi mencabut penryataan-pernyataan politik yang telah ditetapkan dalam berbagai produk
hukumnya. MPR telah melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebanyak empat kali dengan
beberapa perubahan yang sangat mendasar. Bahkan MPR telah mereduksi kekuasaannya sendiri
dan merubah kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara menjadi lembaga negara yang
sama kedudukanya dengan lembaga negara lainya. Perlu diketahui juga bahwa disamping
besarnya tuntutan untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945, tetapi ada juga pihak-pihak
yang tidak menginginkan adanya perubahan terhadap UUD 1945. dan sebaliknya ada yang
berpendapat perlu dilakukan penggantian terhadap UUD 1945 Republik Indonesia
7dalam arti membentuk UUD yang baru. Tetapi dari tiga pemikiran tersebut pemikiran yang
lebih banyak dapat diterima dengan berbagai pertimbangan dan argumentasi adalah pemikiran
untuk melakukan perubahan. Perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat dari UUD1945
telah merubah sistim ketatanegaraan Indonesia secara mendasar, baik mengenai sistem
pemerintahan, sistem perwakilan dan pelaksanaan kekuasaan yudisial. Dalam waktu yang relatif
singkat setelah perubahan UUD 1945 telah dilakukan perubahan dalam praktek ketatanegaraan
seperti pengisian jabatan presiden telah dilaksanakan melalui pemilihan langsung, Sebagai
perwujudan dari sistem pemerintahan presidential yang ditetapkan dalam UUD 1945. Begitu
juga sistem perwakilan UUD 1945 Pasca Amendemen menetapkan sistem bikameral, melalui
pemilahan umum tahun 2004 telah terbentuk lembaga negara yang baru yaitu DPD sehingga
lembaga perwakilan telah terdiri dari dua kamar yang dikenal dengan DPR dan DPD. UUD 1945
pasca amandemen mengamanatkan pembentukan mahkamah konstitusi sebagai pelaksanaan
kekuasaan kehakiman disamping makamah agung. Dalam waktu kurang lebih satu tahun setelah
perubahan lembaga tersebut sudah terbentuk. Apa yang melatar belakangi pemikiran
pembentukan mahkamah konstitusi tersebut, apa tujuan pembentukan mahkamah konstitusi
diwujudkan melalui kewenangan yang diberikan kepada mahkamah konstitusi perubahan
pertama, kedua, ketiga dan keempat telah mengubah konstruksi penyelenggaraan negara dalam
rangka mencapai tujuan negara Walaupun sudah empat kali perubahan dan telah banyak hal yang
diubah, tetapi perubahan itu juga belum memberikan kepuasan dari berbagai kelompok
8masyarakat, yang melihat masih banyak juga kelemahan baik dari segi substansinya maupun
dari segi prosedurnya. Salah satu kelemahan yang sering menjadi topik diskusi adalah mengenai
keberadaaan lembaga DPD yang sangat jauh dari konsep bikameral. Ada yang mengatakan
UUD1945 pasca amandemen bukan menganut sistem bikameral tetapi sistem trikameral. UUD
1945 menetapkan 7 lembaga Negara yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA dan MK.
Masing-masing lembaga negara mempunyai ruang lingkup kekuasaan masing-masing.
Pelaksanaan kekuasaan yang diberikan kepada lembaga negara itu ada yang dilaksanakan secara
mandiri dan ada yang dilaksanakan bersama-sama. Konsep tersebut menunjukan bahwa
Indonesia tidak menganut teori trias Politika secara murni dalam arti pemisahan kekuasaan.
Walaupun secara normatif dalam UUD sudah ditetapkan kekuasaan yang harus dilaksanakan
secara bersama tetapi ketentuan UUD itu perlu pemahaman, perlu pengkajian bagai mana
hubungan antar lembaga negara itu dalammelaksanakan kekuasaannya yang telah ditetapkan
dalam UUD. Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 Pasca amandemen menetapkan kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Terhadap ketentuan pasal
tersebut perlu pengkajian bagaimana pelaksanaan kedaulatan rakyat menurut Undang-Undang
Dasar tersebut, bagaimana hubungan MPR, DPR dan DPD sebagailembaga perwakilan. Idealnya
dengan perubahan UUD 1945 diharapkan penyelenggaraan ketatanegaraan Indonesia akan lebih
baik dari pada praktek ketatanegaraan selama berlakunya UUD 1945, sebelum amandemen.
Walaupun dalam beberapa hal masih ditemui kelemahan. Penyelenggaraan negara yang baik
disamping
9ditentukan oleh UUD nya akan ditentukan oleh penyelenggaranya, dalam hal ini hubungan
lembaga negara yang melaksanakan kekuasaannya masing-masing. Penyelenggaraan kehidupan
ketatanegaraan yang betul-betul sesuai dan berdasarkan pada UUD (Konstitusi) akan melahirkan
negara konstitusiona

Anda mungkin juga menyukai