Anda di halaman 1dari 7

TEORI STRUKTURALISME DAN

PERKEMBANGANNYA

OLEH :

NI KADEK ARIN PRATIWI 17121001005


NI PUTU ARI MEIYANI SURIATHA PUTRI 17121001008
NI PUTU FORTUNA MASAYUKI 17121001040

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
2018
TEORI STRUKTURALISME DAN PERKEMBANGANNYA

A. Strukturalisme
Secara Etimologis strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin
struere (membangun), structura berarti bentuk atau bangunan (kata benda). System
(Latin) = cara (kata kerja). Jadi strukturalisme berarti bentuk bangunan. Struktural-
fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari. Jika tujuan dari kajian-
kajian evolusionari adalah untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan budaya
manusia, maka tujuan dari kajian-kajian struktural-fungsionalisme adalah untuk
membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui pengkajian terhadap pola
hubungan yang berfungsi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok, atau
antara institusi-institusi sosial di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa
tertentu. Jadi pendekatan evolusionari lebih bersifat historis dan diakronis, sedangkan
pendekatan struktural-fungsional lebih bersifat statis dan sinkronis. Struktural-
fungsional adalah penggabungan dari dua pendekatan, yang bermula dari pendekatan
fungsional Durkheim, kemudian digabungkan dengan pendekatan struktural R -B.
Karena itu untuk memahami pendekatan struktural-fungsional, orang harus melihat
dulu sejarah perkembangan pendekatan fungsional.

B. Fungsionalisme dan Struktur Fungsionalisme


Fungsionalisme adalah penekanan dominan di dalam antropologi khususnya
penelitian etnografis selama beberapa dasawarsa silam. Dalam fungsionalisme ada
kaidah yang bersifat mendasar bagi suatu antropologi yang berorientasi pada teori yaitu
diktum metodologi bahwa kita harus mengeksplorasi ciri sistemis budaya. Artinya kita
harus mengetahui keterkaitan anatara institusi atau struktur suatu masyarakat sehingga
membentuk sistem yang bulat.
Perspektif struktur fungsional memandang bahwa masyarakat merupakan suatu
sistem sosial yang terdiri atas elemen-elemen. Pada asumsi dasar perspektif bahwa
setiap struktur pada sistem bersifat fungsional terhadap bagian dan struktur lainnya.
Aguste comte mengemukakan konsep statik sosial bahwa masyarakat diibaratkan
sebagai suatu organisasi yang diadopsi dari konsep biologis dan terdiri atas struktur
dan fungsi, masyarakat terdiri atas bagian-bagian yang saling berinteraksi dan
mempunyai fungsi-fungsi tersendiri dalam menciptakan keseimbangan.
Herbert Spencer mengemukakan bahwa masyarakat terbentuk dari organisasi
hidup. Spencer mengatakan bahwa antara masyarakat(sistem sosial dengan organisme
hidup (sistem biologi) terdapat perbedaan dan kesamaan. Pendapat Comte dan Spencer
tersebut mempertegas asumsi dasar dari prespektif struktur fungsional. Masyarakat
merupakan sistem dan mempunyai bagian yang saling bergantungan satu sama lain.
Pada pihak lain, Radcliffe-Brown dalam mengakaji gejala sosial masyarakat
tentang menawarkan konsep struktural sosial. Menurutnya bahwa masyarakat
masyarakat adalah system social yang mempunyai struktur seperti halnya molekul atau
organism.
Meskipun eksplanasi secara fungsional dalam kajian-kajian sosial telah terlihat
dalam karya-karya Spencer dan Comte, namun Durkheim lah yang telah meletakkan
dasarnya secara tegas dan jelas. Peranan Durkheim ini diakui secara eskplisit oleh R -
B. Durkheim secara jelas mengatakan bahwa fenomena sosial seharusnya diekpslain
melalui dua pendekatan pokok yang berbeda, yaitu pendekatan historis dan pendekatan
fungsional. Analisa fungsional berusaha menjawab pertanyaan mengapa suatu item-
item sosial tertentu mempunyai konsekuensi tertentu terhadap operasi keseluruhan
sistem sosial. Sementara itu analisa historis berusaha menjawab mengapa item sosial
tersebut, bukan item-item sosial yang lain, secara historis yang mempunyai fungsi
tersebut.
Para peneliti sosial, kata Durkheim, harus dapat mengkombinasikan penelitian
untuk mencari asal-usul dan sebab (pendekatan historis), di satu pihak, dan penentuan
fungsi fungsi dari suatu fenomena sosial (pendekatan fungsional), di pihak lain. Kita
harus menentukan apakah ada satu hubungan antara kenyataan sosial yang diteliti
dengan kebutuhan umum organisme sosial. Kalau ada, maka hubungan tersebut terdiri
dari hal-hal apa saja, dan bagaimana prosesnya sehingga hubungan berfungsi tersebut
terjadi. Pendekatan fungsional dalam antropologi sosial dipelopori oleh dua orang
sarjana Inggris yang hidup sezaman, yaitu R -B dan Malinowski. Meskipun kedua
mereka ini sama-sama dipengaruhi oleh Durkheim, namun penafsiran dan
pengembangan mereka atas konsep fungsi adalah berbeda satu sama lain. R -B menolak
setiap penggunaan konsep fungsi yang tidak dikaitkan dengan struktur sosial, karena
itulah pendekatan dasarnya adalah kombinasi dari kedua konsep tersebut: fungsi dan
struktur sosial, yang kemudian dikenal dengan nama struktural-fungsionalisme.

C. Kajian Struktur Fungsional


Dalam kajian struktur fungsional ini,ada dua tema penting yang harus mendapatkan
perhatian ,yaitu institusi sosial serta status dan peran:
a. Institusi sosial
Institusi sosial merupakan suatu bentuk organisasi yang secara tetap tersusun
dari pola-pola kelakuan,peranan,dan relasi yang mengikat guna tercapainya
kebutuhan sosial dasar. Beberapa unsur penting yang melandasi sebuah institusi
yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan sosial dasar,terdiri atas sejumlah nilai materil,mental,dll. Misalnya
kebutuhan akan sandang, pangan, pendidikan.
2. Organisasi yang relatif tetap,didasarkan pada pertimbangan bahwa kebutuhan
yang hendak dilayani bersifat tetap.
3. Seluruh komponen yang ada dalam sebuah intitusi dipandang sebagai cara
hidup dan bertindak yang mengikat.
Banyak jenis intitusi yang sudah berkembang di masyarakat, diantaranya sebagai
berikut:
1. Intitusi kekeluargaan menangani masalah kelangsungan dan pembinaan jenis
umat manusia.
2. Institusi pendidikan menangani masalah proses sosialisasi yang intinya
mengantar seseorang pada suatu kebudayaan.
3. Institusi perekonomian menangani masalah kesejahteraan materiil.
4. Institusi politik menangani masalah administrasi dan tata tertib umum.
5. Institusi keagamaan mengatur hubungan manusia dengan Tuhan di dunia
akhirat.

b. Status dan Peran


Status didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok,atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok
lainnya. Sementara peranan adalah perilaku yang diharapkan dari orang yang
mempunyai suatu status. Dalam arti tertentu ,status dan peran merupakan dua aspek
dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban ;peran adalah
pemeranan dari perangkat kewajuban dan hak-hak tertentu.
Dalam hal ini ,Cohen membedakan status pada dua kategori. Pertama ,status
yang diturunkan (ascribed status)dan yang kedua ,status yang di dapat melalui
prestasi(achieved status). Ascribed status adalah status yang diperoleh seseorang
dengan tidak berdasarkan usaha yang sulit karena diberikan melalui latar belakang
keturunannya. Sedangankan achieved status diperoleh dengan dasar kemampuan
yang dimiliki seseorang.
Status seseorang bergantung pada berikut:
1. Kelahiran
2. Unsur-unsur biologis
3. Harta kekayaan
4. Pekerjaan
5. Agama
Status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal,tetapi sejumlah peran yang
saling berhubungan dan cocok. Walaupun bukan status sosial,peranan sosial
memberikan pengaruh dominan terhadap masyarakat dalam menentukan tempat
seseorang . Dengan kata lain peranan turut menentukan status;peranan dapat
mengubah status,lebih tinggi ataupun lebih rendah, status tertentu memberikan
warna dan rasa pada peranan yang dilaksanakan.

KESIMPULAN
Struktural-fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari. Tujuan
dari kajian struktural-fungsionalisme adalah untuk membangun suatu sistem sosial,
atau struktur sosial, melalui pengkajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara
individu-individu, antara kelompok-kelompok, atau antara institusi-institusi sosial di
dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu. Dalam fungsionalisme ada
kaidah yang bersifat mendasar bagi suatu antropologi yang berorientasi pada teori yaitu
diktum metodologi bahwa kita harus mengeksplorasi ciri sistemis budaya. Artinya kita
harus mengetahui keterkaitan anatara institusi atau struktur suatu masyarakat sehingga
membentuk sistem yang bulat.
DAFTAR PUSTAKA

Marzali, Amri. 2014. Struktural-Fungsionalisme. Antropologi Indonesia. (52): 33-43


(akses 09 Mei 2018)

Janriani, Emi. 2016. Teori Strukturalisme Budaya dan Perkembangannya di


http://www.academia.edu/33085297/Teori_Strukturalisme_Budaya_dan_Perkembang
annya.docx (akses 04 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai