Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

M.K. SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA INDONESIA

Pertemuan: II dan III

1. Pengantar
Pada awal perkuliahan ini kita coba membahas kembali dua konsep yang menjadi
focus of interest dari mata kuliah ini, yaitu sistem sosial dan sistem budaya. Sebagaimana
telah Anda pelajari baik dalam mata kuliah Pengantar Sosiologi maupun Pengantar
Antropologi, konsep sistem sosial dan sistem budaya banyak dibicarakan dalam kedua
disiplin ilmu tersebut. Pada umumnya sistem sosial banyak dibahas dalam kajian sosiologis,
sedangkan sistem budaya banyak dikaji dalam disiplin antropologi budaya. Para sosiolog
banyak menggunakan konsep sistem sosial sebagai pisau analisis (model) dalam mengkaji
realita sosial karena mereka memiliki pandangan bahwa kelompok-kelompok manusia pada
prinsipnya merupakan suatu sistem.
Sementara itu para ahli antropologi lebih mengkhususkan perhatian mereka terhadap
kebudayaan sebagai sistem, terutama pada cita-cita, nilai-nilai budaya, pengetahuan, dan
keyakinan dari individu yang menjadi warga suatu masyarakat. Menurut mereka, sistem
budaya ada di belakang setiap aktivitas anggota masyarakat, memberi pedoman (orientasi)
dalam mencapai tujuan/cita-cita bersama masyarakat bersangkutan. Dengan demikian
walaupun secara secara teoritis konsep sistem sosial dan sistem budaya dapat dibedakan,
namun dalam kenyataan hidup sehari-hari keduanya tidak terlepas satu sama lain karena
menjadi bagian yang integral dari kehidupan suatu masyarakat.
Sebelum membicarakan lebih jauh kedua konsep di atas (sistem sosial dan sistem
budaya), terlebih dahulu kita perlu memahami pengertian “sistem” yang merupakan terms of
reference dari mata kuliah ini sesuai dengan namanya: Sistem Sosial dan Budaya Indonesia.
2. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep:
sistem sosial, dan sistem budaya sebagai konsep dasar untuk memahami sistem sosial dan
budaya Indonesia.

3. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, komponen, dan klasifikai sistem.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kedudukan sistem dalam ilmu-ilmu sosial.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan sistem terbuka dalam sosiologi.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep sistem sosial
e. Mahasiswa mampu menyebutkan unsur-unsur sistem sosial.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan proses-proses utama dalam sistem sosial.
g. Mahasiswa mampu menyebutkan prasyarat fungsional sistem sosial.
h. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep sistem budaya
i. Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian sistem sosial budaya Indonesia

4. Kegiatan Belajar
4.1 Kegiatan Belajar 1

MASYARAKAT SEBAGAI SISTEM SOSIAL


DAN SISTEM BUDAYA

Sistem sosial dan sistem budaya merupakan term of reference yang banyak dibicarakan
dalam disiplin ilmu sosiologi dan antropologi. Pada umumnya sistem sosial banyak dibahas
dalam kajian sosiologis; sedangkan sistem budaya banyak dikaji dalam disiplin antropologi
(budaya). Para sosiolog banyak menggunakan konsep sistem sosial sebagai model dalam
mengkaji realitas sosial karena mereka memiliki pandangan bahwa kelompok-kelompok
manusia pada prinsipnya merupakan suatu sistem hidup bersama.
Sementara itu, para ahli antropologi lebih menghususkan perhatian mereka terhadap
kebudayaan sebagai sistem, terutama pada cita-cita, nilai-nilai budaya, pengetahuan, dan
keyakinan dari individu yang menjadi warga suatu masyarakat. Menurut mereka, sistem
budaya ada di belakang setiap aktivitas anggota masyarakat, memberi pedoman (orientasi)
dalam mencapai tujuan (cita-cita) bersama masyarakat bersangkutan. Dengan demikian
walaupun secra teoritis konsep sistem sosial dan sistem budaya dapat dibedakan, namun
dalam kenyataan hidup sehari-hari keduanya tidak terlepas satu sama lain karena menjadi
bagian yang integral dari kehidupan suatu masyarakat.
A. Masyarakat sebagai Sistem Sosial
Ditinjau dari perspektif sosiologis, kehidupan bermasyarakat berlangsung dalam suatu
wadah yang disebut masyarakat. Dalam konteks pendekatan sistem, masyarakat harus
dipandang sebagai sebuah sistem (sosial). Hal ini berarti kita harus memandang masyarakat
sebagai suatu kesatuan yang memiliki karakteristik seperti halnya sebuah sistem. Namun yang
harus diperhatikan, meski memiliki karakteristik sebagai sebuah sistem, masyarakat bukanlah
sebuah sistem yang bersifat empiris. Dengan kata lain, sistem sosial tidak lain adalah suatu
sistem yang bersifat konseptual. Ini berarti keberadaannya hanya dapat dimengerti melalui
sarana berpikir; bukan melalui sarana panca indera. Karena masyarakat bersifat abstrak, maka
unsur-unsurnya pun hanya dapat dibayangkan sebagai suatu konstruksi berpikir.
Untuk lebih memahami masyarakat sebagai suatu sistem sosial, maka kita ikuti
terlebih dahulu pendapat beberapa ahli mengenai pengertian sistem sosial itu sendiri. Talcott
Parsons1 mendefinisikan sistem sosial sebagai pola interaksi sosial yang terdiri dari unsur-
unsur sosial yang teratur dan melembaga (institutionalized). Sementara Alvin L. Betrand2
mengemukakan karakteristik daripada sistem sosial sebagai: (1) dua orang atau lebih, (2)
terjadi interaksi antara mereka, (3) bertujuan, dan (4) memiliki struktur, simbol, dan harapan-
harapan bersama yang dipedomaninya.
Setelah menyimak beberapa definisi sistem sosial yang dikemukakan ahli di atas
pertanyaan yang kemudian muncul adalah: “Apakah terdapat perbedaan antara pengertian
sistem sosial dengan masyarakat?” Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, dapat disimak
deskripsi ciri-ciri mssyarakat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto sebagai berikut 3: (a)
Manusia yang hidup bersama; (b) bercampur untuk waktu yang lama; (c) mereka sadar sebagai
kesatuan; dan (d) merupakan suatu sistem hidup bersama. Dengan demikian, pengertian
sistem sosial memiliki kemiripan dengan ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan oleh Soekanto
tersebut. Hal senada dikemukakan oleh para ahli pendekatan sistem, bahwa masyarakat
adalah sistem sosial, karena menurut pandangan mereka, masyarakat terdiri dari bagian-
bagian/unsur-unsur yang membentuk keseluruhan sebagai satu kesatuan. Unsur-unsur
dimaksud menurut Charles P. Loomis4 ada sepuluh, yaitu:
1. Tujuan, sasaran, atau cita-cita (ends, objectives). Setiap individu yang berinteraksi tentu
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula suatu sistem sosial mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Pada beberapa hal tujuan dinyatakan dengan istilah
“kebutuhan” (needs), karena itu, tujuan dapat berkaitan atau bahkan menentukan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh warga sistem sosial.
2. Kepercayaan (belief) yaitu keyakinan atau pengetahuan yang dimiliki warga masyarakat.
Keyakinan atau pengetahuan ini tentu beraneka ragam, mulai yang bersifat takhyul
(superstition) sampai yang yang bersifat ilmiah (hasil penelitian empiris). Kegiatan atau
cara berpikir seseorang sangat dipengaruhi oleh kepercayaan.
3. Perasaan (sentiment). Yang dimaksud di sini adalah perasaan yang dimiliki seluruh
anggota masyarakat dalam menghadapi berbagai peristiwa. Sentimen terjalin erat dengan
kepercayaan. Solidaritas sosial dapat tercipta akibat adanya sentimen kemasyarakatan
(community sentiment), yakni perasaan senasib, sepenanggungan, satu tujuan, dan
sebagainya.
4. Norma (norms). Norma merupakan struktur yang bersifat normatif, standar untuk
berperilaku (blue print of behavior) yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa
yang harus dilakukan, apa yang boleh dilakukan, dan apa yang dilarang dalam hidup
1
Dodi Sumbogo Singgih, Sistem Sosial dalam Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Dwi Narwoko (ed.)
Jakarta, Kencana Prenada, 2006 : 125.
2
Soleman b. Taneko, Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia. Jakarta, Fajar Agung, 1986:: hlm.
10
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta, Rajawali Pers, 2012 : hlm.22.
4
Charles P. Loomis, Social System, New York : D. Van Nostrand Inc.,1964
bermasyarakat. Norma sekaligus juga sebagai alat untuk menilai tingkah laku warga
masyarakat dan sebagai alat pengendalian sosial (social control).
5. Sanksi (sanction). Sanksi merupakan sistem ganjaran (reward) dan sistem hukuman
(punishment) dalam suatu sistem sosial. Rewards merupakan sanksi positif yang dapat
berbentuk pujian bagi warga masyarakat yang mematuhi norma-norma; sebaliknya,
punishment merupakan sanksi negatif yang bentuknya dapat bermacam-macam
tergantung berat atau ringannya norma yang dilanggar oleh warga masyarakat
bersangkutan.
6. Kedudukan dan peranan (status – roles). Status dikonsepsikan sebagai posisi seseorang
(sekelompok orang) dalam suatu kelompok (kelompok yang lebih besar) sehubungan
dengan orang lain dalam kelompok (kelompok yang lebih besar) itu. Apabila seseorang
dalam interaksi sosial melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
status yang dimilikinya, maka dia menjalankan suatu peranan. Jadi peranan merupakan
aspek yang dinamis dari status. Status mempengaruhi interaksi dalam sistem sosial.
7. Kekuasaan (power). Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan atau kapasitas dalam
mempengaruhi atau menguasai orang lain. Kekuasaan memiliki dua komponen, yaitu
wewenang (authority) dan pengaruh (influence). Wewenang adalah hak yang dibenarkan
(legitimate right) kepada seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Tindakan sosial
(social action) terwujud karena adanya perintah dari orang-orang yang memegang
kekuasaan, sehingga sistem sosial berlangsung.
8. Lapisan sosial atau derajat sosial (social rank). Tingkatan dalam sistem sosial disebut
derajat sosial (social rank). Salah satu komponen yang menentukan derajat sosial adalah
wewenang. Derajat sosial menghasilkan suatu strata dalam masyarakat yang biasa disebut
dengan lapisan sosial (social stratification).
9. Sarana atau fasilitas (facilities). Fasilitas adalah alat-alat, harta-benda, atau berbagai
kemudahan lainnya yang tersedia dan digunakan dalam sistem sosial tersebut untuk
mencapai tujuan. Tanah, sungai, gunung, laut, hutan, dan sebagainya yang tersedia,
merupakan fasilitas yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan sistem sosial. Selain
fasilitas fisik di atas fasilitas yang dimiliki sistem sosial dapat juga berwujud non-fisik
seperti kelembagaan (pranata, institusi sosial).
10. Tekanan ketegangan (stress-strain). Setiap sistem sosial akan mengalami tekanan
ketegangan. Hal ini disebabkan tidak ada sejumlah individu anggota sistem mempunyai
interpretasi yang sama tentang sesuatu obyek. Tekanan ketegangan terjadi apabila
perbedaan interpretasi tersebut menjadi pola tindakan, atau adanya proses sosialisasi
pada sistem sosial yang tidak merata, sehingga timbul konflik atau deviasi. Karakteristik
lain dari sistem sosial menurut Talcott Parsons adalah kecenderungannya untuk selalu
memperahankan keseimbangan (equilibrium). Di dalam suatu sistem sosial apabila terjadi
penyimpangan sosial (social deviant) atau ketidakteraturan (social disorder) dari norma,
maka sistem akan berusaha menyesuaikan diri dan mencoba kembali ke keadaan semula.
Lazimnya sebuah sistem, maka unsur-unsur dalam sistem sosial pun terdapat proses
yang saling mempengaruhi. Proses-proses utama yang terjadi di dalam sistem sosial adalah:
1. Komunikasi (communication). Dimaksudkan sebagai komunikasi sebagai media untuk
menyampaikan informasi, mengutarakan sikap, perasaan, keinginan atau kebutuhan di
antara para pelaku hubungan sosial.
2. Memelihara tapal batas (boundary maintenance). Setiap sistem sosial selalu
mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakannya dari lingkungan
luar dalam upaya mempertahankan identitasnya. Misalnya dengan cara mendirikan
benteng, membatasi penggunaan sarana hanya untuk warganya sendiri, penggunaan
atribut-atribut pembeda, dan sebagainya.
3. Penjalinan sistem (systemic linkage). Sub-subsistem saling menjalin kerjasama dalam
mencapai kemanunggalan sehingga terbentuk sistem yang lebih besar. Sistem-sistem
sekolah lokal yang tersebar banyak misalnya, lalu diadakan penjalinan hubungan
sedemikian rupa hingga membentuk sistem pendidikan regional dan nasional.
4. Sosialisasi (socialization). Sosialisasi merupakan proses pewarisan sosial dan kebudayaan.
Dalam proses ini seorang individu akan mendapat muatan sosial-budaya di dalam
kepribadiannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosialisasi merupakan proses
pewarisan sosial-budaya dari generasi ke generasi.
5. Pelembagaan (institutionalization). Pelembagaan adalah suatu proses yang dilalui oleh
satu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu institusi sosial. Yang dimaksud
adalah sampai norma tersebut oleh anggota masyarakat dikenal, diakui, dihargai, dan
kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pengawasan sosial (social control). Istilah pengawasan sosial mengandung arti sebagai
suatu proses pembatasan atau pengekangan tingkah laku. Unsur-unsur yang erat
kaitannya dengan pengawasan sosial adalah norma-norma, kekuasaan, sanksi-sanksi.
Berbagai mekanisme digunakan untuk menjaga anggota sistem sosial agar bertingkah laku
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku. Mekanisme-mekanisme itu meliputi cara-cara
informal, seperti pencemoohan, dipergunjingkan, pengasingan dari pergaulan; juga
melalui cara-cara formal yang ada sangkut pautnya dengan hukum dan peraturan tata
tertib.
7. Perubahan sosial (social change). Pada dasarnya sistem sosial bersifat dinamis dan selalu
mengalami perubahan baik yang sumbernya datang dari dalam sistem sosial itu sendiri
(faktor internal) maupun dari luar sistem sosial (faktor ekternal). Perubahan-perubahan
tersebut dapat mengenai nilai-nilai, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi,
kekuasaan dan wewenang, dan sebagainya
Sebagaimana dikemukakan, sistem sosial memiliki sifat yang terbuka. Artinya bahwa
sistem sosial menerima pengaruh unsur-unsur yang datangnya dari luar sistem sehingga
terjadi saling pertukaran yang bersifat saling mempengaruhi antara sistem sosial dengan
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud menurut Margono Slamet 5 adalah hal-hal sebagai
berikut:
a. Ekologi, tempat, dan geografi di mana masyarakat itu berada.
b. Demografi, yaitu menyangkut populasi, susunan, dan ciri-cirinya.
c. Kebudayaan, yaitu menyangkut nilai-nilai sosial, sistem kepercayaan, dan norma-
norma dalam masyarakat.
d. Kepribadian, yang meliputi sikap mental, semangat, temperamen, dan ciri-ciri
psikologis masyarakat.
e. Waktu, sejarah, dan latar belakang sejarah masa lampau dari masyarakat tersebut.
Kehidupan masyarakat sebagai sistem sosial menurut Parsons merupakan komponen
dari subsistem bertindak yang lebih umum. Mengenai konsepsi tentang sistem bertindak ini
dapat ditelaah, pada kenyataannya bahwa setiap manusia mempunyai apa yang dinamakan
perilaku, yaitu suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi, dan fungsi kognitif dari manusia.
Salah satu dari unsur perilaku adalah gerak sosial (social action), yakni suatu gerak yang terikat
oleh empat syarat: (1) diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu; (2) terjadi pada
situasi tertentu; (3) diatur oleh kaidah-kaidah tertentu, dan (4) didorong oleh motivasi-
motivasi tertentu.6 Setiap gerak sosial merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat
subsistem, yakni: (1) subsistem budaya (cultural subsystem); (2) subsistem sosial (social
subsystem); (3) subsistem kepribadian (personality subsystem); dan (4) subsistem organisme

5
Soleman b. Taneko, op. cit. : hlm. 28.
6
Ibid., hlm: 49.
perilaku (behavioral organisme subsystem). Semua tindakan manusia ditentukan oleh keempat
subsistem tersebut yang tersusun dalam urutan sibernetika (cybernetic order).7

GENERAL SYSTEM OF ACTION

Ultimate Reality

Cultural Sub-System of Action

Social Sub-System of Action

Personality Sub-System of Action

Behavioral Organism Sub-System


of Action

(Physico-Organic World)

Sumber: Garna (2008)


Sistem budaya merupakan sumber ide, pengetahuan, nilai, kepercayaan, dan simbol-
simbol. Sistem ini penuh dengan gagasan dan ide. Karena itu, kaya akan informasi, tetapi lemah
dalam energi dan aksi. Aplikasi dari sistem budaya yang kaya akan informasi tersebut ada pada
sistem di bawahnya. Sistem budaya memberikan arahan, bimbingan, dan pemaknaan terhadap
tindakan manusia dalam sistem sosial. Untuk sampai pada tindakan nyata, kepribadian, sistem
sosial berfungsi sebagai mediator terhadap sistem budaya. Artinya, simbol-simbol budaya
diterjemahkan sedemikian rupa dalam sistem sosial yang kemudian disampaikan kepada
individu-individu warga sistem sosial melalui proses sosialisasi dan internalisasi.
Pesan budaya, jika sudah diketahui dan dipahami oleh setiap individu, maka menjadi
pedoman dalam bertindak. Dalam konteks ini, pesan budaya tersebut terwujud dalam bentuk
norma sosial yang sudah tentu mengikat semua warga sistem sosial. Seterusnya, jika semua
pesan budaya telah internalized dalam diri setiap orang, maka dari itu berarti norma sosial
telah self-inforcing. Artinya, norma-norma sosial itu telah menjadi bagian integral ke dalam
organisme dirinya sendiri.
Bila mekanisme hubungan sibernetika keempat unsur tersebut diamati secara seksama,
dan meski sistem sosial bukan berada pada posisi puncak pada tingkatan sibernetika, namun
posisinya sangatlah sentral, kunci pengatur interaksi antarindividu. Sedangkan ketiga
subsistem lainnya dalam hubungannya dengan sistem sosial tidak lebih sebagai lingkungan
utama. Dengan demikian, sistem sosial berfungsi mengintegrasikan ketiga subsistem
lingkungannya ke dalam dirinya sendiri.8

7
Hirarkhi pengaturan, artinya setiap subsistem yang berada di atas merupakan pengawas atau
pengatur bag subsistem yang berada di bawahnya.
8
Mustain Mashud, Perubahan Sosial dalam Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Dwi Narwoko (ed.)
Jakarta, Kencana Prenada, 2006 : 369-70.
Setiap sistem mendasari untuk pembentukan sistem yang berada di atasnya, yang
dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada kepribadian tanpa terwujudnya manusia
secara biologis, tidak ada sistem sosial tanpa sistem kepribadian, dan tidak ada sistem budaya
tanpa adanya integrasi kehidupan sosial.
Fungsi-fungsi di atas dijalankan oleh dan melalui struktur-struktur yang di dalamnya
terdapat sejumlah pelaku yang menjalankan peran tertentu. Adaptasi dimaksudkan bahwa
para anggota sistem sosial mempunyai atau menghasilkan sarana-sarana (fasilitas dan alat-
alat) yang dibutuhkan agar mereka dapat hidup dan bergerak. Fungsi adaptasi (adaptation) ini
dilaksanakan oleh subistem ekonomi. Melalui institusi ekonomi − baik materiil (seperti sumber
keuangan) maupun imateriil (seperti ide, gagasan, cita-cita) − sumber-sumber alam diubah
menjadi fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk berbagai tujuan individu dan
kolektif, misalnya kebutuhan biologis dasar individu sebagai organisme (makanan, perumahan,
dan sebagainya). Dengan demikian pengertian ekonomi dalam konteks ini memiliki pengertian
yang lebih luas daripada arti ekonomi yang kita kenal.
Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment) dilaksanakan oleh subsistem politik. Setiap
sistem sosial memiliki tujuan (goal). Untuk masyarakat yang besar dan kompleks, keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan tujuan masyarakat akan dipengaruhi oleh kolektivitas.
Dalam hal ini partai-partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan (vested interest)
merupakan dua tipe kolektivitas yang mempunyai pengaruh terhadap penentuan tujuan-tujuan
masyarakat. Otoritas dan kekuasaan akhir untuk menentukan tujuan-tujuan masyarakat
berada dalam tangan pemerintah (pada berbagai tingkatan) dan melalui berbagai badan atau
organisasi tertentu. Proses untuk sampai pada suatu keputusan tentang tujuan apa yang
diperioritaskan merupakan suatu proses yang kompleks, yang mencakup semua strategi
perjuangan politik dan konflik. Dalam fungsi yang lebih luas, subsistem politik melaksanakan
fungsi distribusi kekuasaan dan juga memonopoli unsur paksaan yang sah (legalized power).
Subsistem ini juga akan bekerja memaksimalkan potensi masyarakat untuk mencapai tujuan
kolektifnya.
Fungsi integrasi (Integration) tidak begitu jelas hubungannya dengan struktur
institusional tertentu seperti halnya fungsi adaptasi dan pencapaian tujuan. Integrasi
menunjuk pada peryaratan untuk suatu tingkat solidaritas minimal sehingga para anggota
sistem sosial menghindari konflik yang merusakkan. Hal ini tidak harus diartikan bahwa
semua konflik tidak ada. Tetapi kalau terjadi konflik, harus dilaksanakan dalam suatu kerangka
pengaturan dan tidak dibenarkan untuk memperburuk keadaan semacam “perang total.”
Parsons mengidendentifikasi sistem hukum dan sistem kontrol sosial keseluruhan sebagai
mekanisme utama yang secara khusus berhubungan dengan maalah integrai.
Sistem hukum dan struktur kontrol sosial sangat berhubungan dengan pengaturan
perilaku ekternal dan dengan pelanggaran yang terjadi. Semua pola normatif seperti kebiasaan
sopan santun yang dilakukan semua orang dalam hubungan antarpribadi membantu
menyumbang ke arah integrasi sosial. Selain itu, institusi agama mempunyai pengaruh
terhadap fungi integratif dalam usahanya untuk meningkatkan perasaan altruistik, mekipun
tidak seluruhnya dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari namun sedikit banyak membantu
mengekang dorongan-dorongan egoistis. Banyak norma yang mengatur hubungan antarpribadi
sangat diperkuat oleh kepercayaan agama serta perasaan sebagai kewajiban moral. Dalam
prakteknya, integrasi akan diusahakan melalui undang-undang, kaidah-kaidah, institusi-
institusi sosial, dan sebagainya yang masuk dalam wilayah subsistem hukum.
Fungsi untuk mempertahankan dan atau menegakkan pola dan struktur masyarakat
(lattent pattern maintenance) atau kemampuan mempertahankan identitas menunjuk pada
kebutuhan untuk mempertahankan nilai-nilai dasar serta norma-norma yang dianut bersama
oleh warga masyarakat. Setiap sistem sosial harus menemukan ways and means untuk
mempertahankan identitasnya. Seperti halnya integrasi, tak satu pun struktur institusional
yang memenuhi peryaratan lattent pattern maintenance ini. Institusi religi relevan karena
tekanannya pada usaha merumuskan nilai-nilai akhir dan meningkatkan serta memperkuat
komitmennya terhadap nilai-nilai itu. Selain institusi agama, institusi keluarga juga relavan
karena sumbangannya terhadap peryaratan lattent pattern maintenance. Sosialisasi awal bagi
anak-anak secara khas terjadi dalam keluarga. Meskipun fungsi ini dibagi secara bersama
dengan sistem sekolah, keluarga tetap memiliki fungsi penting dalam proses sosialisasi selama
masa kanak-kanak dan remaja. Sistem pendidikan merupakan struktur utama lainnya yang
menyumbang pada fungsi lattent pattern maintenance. Baik institusi agama, institusi keluarga,
maupun institusi pendidikan merupakan bagian dari subsistem budaya. Masing-masing akan
bekerja secara mandiri, tetapi saling tergantung satu sama lain untuk mewujudkan keutuhan
dan kelestarian sistem sosial secara keseluruhan. Penjelasan di atas dapat dilihat dalam tabel
berikut:

Tabel 2.1
Struktur Institusional dan Prasyarat Fungsional
Adaptasi Pencapaian tujuan
Ekonomi Pemerintah
Pemeliharaan pola laten Integrasi
 Keluarga  Sistem hukum
 Agama  Kontrol sosial
 Pendidikan  Kebiasaan dan norma antarpribadi
 Agama

4.1 Kegiatan Belajar 2 (Evaluasi)

Petunjuk Soal Kategori A :


Jawablah soal-soal di bawah ini dengan memberikan tanda X pada hurup yang jawabannya
Anda anggap paling benar.

1. Dari definisi mengenai sistem yang dikemukakan oleh berbagai ahli, kita menemukan
persamaan bahwa sistem terdiri dari…. yang berhubungan antara satu dengan yang lain.
a. unsur b. subsistem c. komponen d. elemen
e. semuanya benar(×)

2. Proses informasi tentang berjalannya sistem dikomunikasikan kembali melalui


penyesuaian dan koreksi yang dikenal dengan istilah ….
a. input b. output c. feedback(×) d. konverter e. proses

3. Ditinjau dari perspektif sosiologis, kehidupan bermasyarakat berlangsung dalam suatu


wadah yang disebut …..
a. kelompok sosial b. kerumunan c. masyarakat(×) d. himpunan d. organisasi

4. Masyarakat merupakan sistem yang terbuka. Hal ini berarti…..


a. Masyarakat menereima bagi pertukaran informasi dan energi dari masyarakat luar.(×)
b. Masyarakat menolak unsur-unsur asing masuk ke dalam wilayahnya.
c. Masyarakat mengisolir diri dari masyarakat lainnya
d. Masyarakat tersebut senantiasa mengalami konflik dalam dirinya
e. Masyarakat yang selalu mengalami progresivitas.

5. Posisi seseorang (sekelompok orang) dalam suatu kelompok (kelompok yang lebih besar)
sehubungan dengan orang lain dalam kelompok (kelompok yang lebih besar) itu disebut
dengan istilah …
a. Kedudukan sosial b. peranan sosial(×) c. kepribadian sosial d. kepatuhan sosial
e. integritas sosial

6. Yang disebutkan di bawah ini merupakan unsur-unsur yang membentuk sebuah sistem
sosial menurut Charles P. Loomis, kecuali….
a. kepercayaan (belief) b. Sanksi (sanction) c. Tekanan ketegangan (stress-strain)
d. Sarana atau fasilitas (facilities) e. Partai politik (political party)(×)

7. Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat disebut


dengan istilah…
a. lapisan sosial (social stratification)(×)
b. jarak sosial (social distance)
c. penyimpangan sosial (social deviant)
d. ketidakteraturan (social disorder)
e. keseimbangan sosial (social equilibrium)

8. Solidaritas sosial yang dimiliki seluruh anggota masyarakat dalam menghadapi berbagai
peristiwa muncul akibat adanya yakni perasaan senasib, sepenanggungan, satu tujuan, dan
sebagainya dikenal dengan istilah….
a. sentimen kemasyarakatan(×)
b. kesepakatan sosial
c. kohesivitas sosial
d. akomodasi sosial
e. partisipasi sosial

9. Standar untuk berperilaku (blue print of behavior) yang memberikan pedoman-pedoman


tentang apa yang harus dilakukan, apa yang boleh dilakukan, dan apa yang dilarang dalam
hidup bermasyarakat disebut …
a. deviasi sosial b. norma sosial(×) c. konformitas sosial d. proses sosial
e. akomodasi sosial

10. Kemampuan atau kapasitas dalam mempengaruhi atau menguasai orang lain disebut…
a. Kekuasaan b. otoritas c. pengaruh(×) d. tindakan sosial e. wewenang

11. Hak yang dibenarkan (legitimate right) kepada seseorang untuk mempengaruhi orang
lain disebut….
a. wewenang (authority) b. tindakan sosial (social acttion) c. pemaksaan
(coercion) d. penyadaran (conscientation) e. semuanya benar(×)
12. Proses-proses utama yang terjadi di dalam sistem sosial yang bersifat saling
mempengarufi dikemukakan di bawah ini, kecuali…
a. Pengawasan sosial
b. Perubahan sosial
c. Komunikasi
d. Ekspansi wilayah
e. Memelihara tapal batas (×)

13. Suatu proses yang dilalui oleh satu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah
satu institusi sosial disebut dengan istilah…
a. institusionalisasi b. sosialisasi(×) c. privatisasi d. regresi d.
internalisasi

Petunjuk Soal Bagian B:


Pilihlah:
A. Jika pernyataan 1, 2, dan 3 yang benar.
B. Jika pernyataan 1 dan 3 yang benar.
C. Jika pernyataan 2 dan 4 yang benar.
D. Jika hanya pernyataan 4 yang benar.
E. Jika semua pernyataan benar.

Soal:
14. Dalam perspektif teori sistem, proses pengubahan dan transfer dari masukan menjadi
keluaran disebut…
1. throughtput 2. outcome 3. conversion 4. feedback
Jawab : B
15. Masyarakat bukanlah sistem yang bersifat empiris. Hal ini berarti ….
1. Masyarakat sebagai sistem bersifat konseptual
2. Masyarakat sebagai sistem hanya dapat dimengerti melalui sarana berpikir;
bukan melalui sarana panca indera.
3. Masyarakat bersifat abstrak, maka unsur-unsurnya pun hanya dapat
dibayangkan sebagai suatu konstruksi berpikir.
4. Masyarakat merupakan hal yang konkret.
Jwb :C

16. Mengacu pada pendekatan Teori Sistem Umum (General System Theory), Bertalanffy
dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa:”Social science is the science of social
systems.” Maksud dari pernyataan tersebut adalah….
1. Dalam ilmu-ilmu sosial yang menjadi substansi pokoknya adalah sejumlah sistem
yang berkaitan dengan manusia dan masyarakat.
2. Dalam masyarakat terdapat beberapa subsistem yang menjadi pusat perhatian
beberapa disiplin ilmu sosial, misalnya sistem sosial, sistem politik, sistem budaya,
sistem ekonomi, sistem pertahanan keamanan, sistem hukum, dan seterusnya.
3. Masing-masing subsistem dalam masyarakat saling berkaitan secara fungsional
karena menjadi wadah dan proses yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia.
4. Pendekatan antardisiplin dalam ilmu sosial memiliki kedudukan yang penting
sebagai landasan untuk meneliti dan menganalisis permasalahan yang muncul dalam
perspektif ilmu-ilmu sosial.
JWB (D)
17. Suatu sistem sosial mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dikenal
dengan beberapa istilah antara lain…
1. kebutuhan (needs) 2. sasaran, 3. cita-cita (ends, objectives) 4. misi (mission)
Jwb A
18. Alvin L. Betrand mengemukakan karakteristik sistem sosial sebagai:
1. dua orang atau lebih
2. terjadi interaksi antara mereka
3. bertujuan
4. memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang dipedomaninya.
JWB : D
19. Proses pewarisan sosial dan kebudayaan. Proses seorang individu akan mendapat
muatan sosial-budaya di dalam kepribadiannya proses pewarisan sosial-budaya dari
generasi ke generasi….disebut dengan istilah ….
1. Sosialisasi (socialization)
2. Penjalinan sistem (systemic linkage)
3. Inkulturasi (Enculturation)
4. Pelembagaan (institutionalization)
Jwb :A

20. Dalam kondisi dilanda pandemi Covid19 seperti saat ini, maka subsistem masyarakat
yang dianggap paling berwibawa (prestigious) daripada sistem-sistem lainnya adalah ….
1. kesehatan 2. agama 3. ekonomi 4. hukum
Jwb :B
21. Term of reference yang banyak dibicarakan dalam disiplin ilmu sosiologi dan
antropologi ialah ….
1. sistem ekonomi 2. sistem sosial 3. sistem politik 4. sistem budaya
Jwb :C

Soal Bentuk C
Petunjuk:
Jawablah soal-soal di bawah ini secara tepat, padat, dan sistematis!

1. Jelaskan apa yang akan terjadi apabila ssebuah masyarakat memberlakukan sistem yang
tertutup!
Jawb : Maka yang terjadi akan sangat kacau sekali karena tidak dapat bertukar pengetahuan
dan teknologi dari luar dan tidak dapat ilmu dri dunia luar dan akan sangat ketinggalan
zaman dan juga tekbologi karena tidak mengetahui kehidupan luar.

2. Jelaskan apa yang akan dialami oleh suatu negara apabila negara tersebut tidak mampu
memelihara tapal batas (boundary maintenance) !

Jawab: Maka yang akan di alami negara yang tidak memelihara tapal batas akan rusak dan kacau
tidak ada arah dan aturan2 yang menertibkan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai