Anda di halaman 1dari 14

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

Diajukan untuk memenuhi tugas Teori Soaial Budaya

KELAS A3

Dosen Pengampu:

Drs. Sugiyanto, M.Hum.

Jefri Rieski Triyanto, M. Pd

Disusun Oleh:

Kofifah Tri Retno Ningrum 190210302062

Sulthan Naufal Ahmad Firdaus 190210302160

Akhmad Nashihul Umam 190210302119

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

2.1 Definisi Teori Fungsionalisme Struktural ..................................................... 5

2.2 Teori Fungsionalisme Struktural Menurut Pandangan Para Tokoh .............. 5

2.3 Pengaruh Teori Ini Dalam Kehidupan Sosial ................................................ 9

2.4 Contoh Teori Fungsional Struktural ............................................................ 10

2.5 Kelemahan Teori Struktural Fungsional ..................................................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur mendasari kapasitas organisasi dan kelompok untuk
menghentikan perubahan. Struktur berkaitan dengan konsep Giddens
tentang lembaga atau kapasitas. Konsep teoritis berkaitan dengan struktur
yang dikenal sebagai fungsionalisme struktural. Hal ini juga disebut teori
sistem, teori keseimbangan, atau hanya fungsionalisme. Teori
Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep
utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan
keseimbangan. Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial
yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling
menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan
pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap
struktur dalam sistem sosial, adalah fungsional terhadap yang lain.
Sebaliknya, kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau
akan hilang dengan sendirinya.
Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan struktural
fungsional merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem
umum dimana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam
khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara
mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan
strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada
hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.
Fungsionalisme struktural atau analisa system pada prinsipnya berkisar pada
beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan
konsep struktur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi mengenai teori fungsionalisme struktural?
2. Bagaimana pandangan teori fungsionalisme struktural menurut para
tokoh?
3. Bagaimana pengaruh teori fungsional struktural dalam kehidupan social?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian atau definisi teori fungsionalisme
struktural
2. Mengetahui pandangan dari para tokoh mengenai teori fungsionalisme
struktural
3. Memahami pengaruh teori fungsionalisme struktural dalam kehidupan
sosial
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teori Fungsionalisme Struktural
Teori Fungsionalisme struktural pertama kali dikembangkan dan
dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Talcott Parsons adalah seorang sosiolog
kontemporer dari Amerika yang menggunakan pendekatan fungsional dalam
melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya.
Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada
di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile
Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Kemunculan Teori
Fungsionalisme Struktural dipengaruhi oleh adanya asumsi kesamaan antara
kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial tentang adanya
keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa
masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan
nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi
perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu
sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan.
Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial
yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.

2.2 Teori Fungsionalisme Struktural Menurut Pandangan Para Tokoh


1. Herbert Spencer
Ahli sosiologi Inggris pada pertengahan abad ke-19 yang
membahas tentang fungsional struktural dengan menganalogikan
struktur biologi dengan struktur sosial. Pembahasan spencer tentang
masyrakat sebagai suatu organisme hidup terdapat dalam butir-butir
dibawah ini (Margaret M. Poloma 2007: 24), yaitu:
a. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami
pertumbuhan.
b. Strukur tubuh-sosial (social body) maupun organisme hidup
(living body) juga mengalami pertumbuhan, dimana semakin
besar suatu struktur social maka semakin banyak pula bagian-
bagiannya seperti halnya dengan sistem biologis yang menjadi
semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi semakin
besar.
c. Setiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme biologis
maupun organisme sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu.
Misalnya pada manusia struktur biologis seperti struktur dan
fungsi paru-paru berbeda dengan struktur dan fungsi keluarga
sebagai struktur institusional memiliki tujuan yang berbeda
dengan sistem politik atau ekonomi.
d. Di dalam sistem organisme maupun sistem sosial,perubahan
pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian
lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan.
Misalnya perubahan system politik dari suatu pemerintah
demokratis ke suatu pemerintahan totaliter akan mempengaruhi
keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya. Bagian-bagian itu
saling berkaitan satu sama lain
e. Bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan suatu
struktur-mikro yang dapat dipelajari secara terpisah.
Demikianlah maka system peredaran atau sitem pembuangan
merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media,
seperti halnya sistem politik atau system ekonomi merupakan
sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.

Butir-butir yang dikemukakan spencer merupakan model atau


analogi yang tidak harus diterima langsung, dimana masyarakat
tidak benar-benar mirip dengan organisme hidup, melainkan
keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas. Misalnya, di
dalam sistem organisme yang dianalaogikan sebagai struktural
biologi, yaitu bagian-bagian saling terkait dalam suatu hubungan
yang sangat dekat, sedangkan di dalam sistem-sosial hubungan
yang sangat dekat seperti itu tidak begitu terlihat jelas, terkadang
bagian-bagian tersebut terpisah. Pikiran Spencer yang dilandasi
oleh pemikiran Comte yaitu bahwa masyarakat dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
bergantung satu sama lain.

2. Emile Durkheim
Emile Dukheim adalah seorang sosiolog Prancis, Durkheim
melihat masyrakat modern sebagai keseluruhan organis yang memiliki
realitas tersendiri, dimana setiap perangkat tersebut memiliki
seperangakat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi
oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan
normal, tetap langgeng. Dimana ada suatu dampak jika kebutuhan atau
fungsi-fungsi tertentu tidak terpenuhi.
Maka hal ini, akan berkembang suatu keadaan yang bersifat
patologis (keadaan tidak seimbang atau perubahan social), contohnya di
dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi, jika dalam kehidupan ekonomi mengalami suatu
fluktuasi yang keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain
dari sistem tersebut seperti halnya sistem politik, sistem keluarga
kemudian menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan dan
akhirnya mempengaruhi sistem keseluruhannya. Keadaan patologis
tersebut akan teratasi dengan sendirinya yang mengakibatkan keadaan
normal atau suatu sistem yang seimbang.
3. Radcliffe Brown
Fungsionalisme Brown ini merupakan perkembangan dari teori
Fungsional Durkheim. Fungsi dari setiap kegiatan selalu berulang,
seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah
merupakan bagian yang dimainkannya dalam kehidupan social sebagai
keseluruhan dan, karena itu,merupakan sumbangan yang diberikan bagi
pemelihara kelangsungan structural.
4. Bronislaw Malinowsky
Menganalisa kebudayaan dengan melihat pada fakta-fakta
antropologis dan bagian yang dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam
system kebudayaan. Teori Fungsionalisme yang dikembangkan oleh B.
Malinowski yaitu bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan
dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat,
memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
5. Talcott Parson
Fungsionalisme structural Talcott Parsons terkenal dengan skema
AGIL. Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan
semua system:
a. Adaptation (adaptasi)
Sebuah system harus menanggulangi situasi eksternal yang
gawat. Sistemharus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya
b. Goal attainment (pencapaian tujuan)
Sebuah system harus mendefenisikan dan mencapai tujuan
utamanya
c. Integration (integrasi)
Sebuah system harus mengatur antar hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola
antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).
d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola)
Sebuah system harus memperlengkapi, memelihara, dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola
cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
6. Robert K. Merton
Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih
dari ahliteori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan
jelas tentang teori-teori fungsionalisme, merton merupakan seorang
pendukung yang mengajukantuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini.
Mengakui bahwa pendekatan fungsional-struktural telah membawa
kemajuan bagi pengetahuan sosiologis.
Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa
fungsional dan disempurnakan, diantaranya ialah:
a. Postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang
dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian
dari system social bekerjasama dalam suatu tingkatan
keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa
menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi
atau diatur. Berdasarkan asumsi ini Merton memberikan
koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu
masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini
disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu
yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat
disfungsional bagi kelompok yang lain
b. Postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang
menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan
yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap
postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi
positif dari sistem sosial terdapat juga dwi fungsi. Beberapa
perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat
disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus
dipertimbangkan.
c. Postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa
dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek
materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting,
memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang
kertiga ini masih kabur (dalam artian tak memiliki kejelasan),
belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.

2.3 Pengaruh Teori Ini Dalam Kehidupan Sosial


Talcott Parsons menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang
berkaitan menjelaskan bahwa diantara hubungan fungsional-struktural
cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara
simbolis, yaitu:
1. Pencarian pemuasan psikis
2. Kepentingan dalam menguraikan pengrtian-pengertian simbolis
3. Kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis
4. Usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk
manusia lainnya.

Sebaliknya masing-masing sub-sistem itu, harus memiliki empat


prasyarat fungsional yang harus mereka adakan sehingga bisa
diklasifikasikan sebagai suatu sistem. Parsons menekankan bahwa saling
ketergantungan pada masing-masing system itu ketika ia menyatakan:
“secara konkrit, setiap system empiris mencakup keseluruhan, dengan
demikian tidak ada individu kongkrit yang bukan merupakan sebuah
organisme, kepribadian, anggota dan sistem sosial, dan peserta dalam
system cultural”. Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak
pemuka yang tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan
tetapi paham ini benar-benar berpendapat bahwa sosiologi adalah
merupakan suatu studi tentang struktur-struktur social sebagai unit-unit yang
terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung.

Fungsionalisme struktural sering menggunakan konsep system ketika


membahas struktur atau lembaga sosial. System ialah organisasi dari
keseluruhan bagian-bagian yang saling tergantung. Ilustrasinya bisa dilihat
dari system listrik, system pernapasan, atau system sosial. Yang
mengartikan bahwa fungionalisme struktural terdiri dari bagian yang sesuai,
rapi, teratur, dan saling bergantung. Seperti layaknya sebuah sistem, maka
struktur yang terdapat di masyarakat akan memiliki kemungkinan untuk
selalu dapat berubah. Karena system cenderung ke arah keseimbangan maka
perubahan tersebut selalu merupakan proses yang terjadi secara perlahan
hingga mencapai posisi yang seimbang dan hal itu akan terus berjalan
seiring dengan perkembangan kehidupan manusia.

2.4 Contoh Teori Fungsional Struktural


Teori fungsionalisme struktural atau Structural-Functionalism Theory
merupakan sebuah teori yang memahami sistem sosial yang kuat dihasilkan oleh
perilaku kelompok (grup) seperti ritual/ kebiasaan/ agama dalam masyarakat,
yang melengkapi individu dengan mekanisme tertentu untuk mengatasi masalah
dan tantangan psikologis. Contoh aplikasi teori ini antara lain ketika seorang
fungsional struktural melihat ekonomi dalam kapitalisme sebagai suatu struktur
yang bekerja menurut perangkat institusi ekonomi yang berkaitan, didalamnya ada
kepemilikan pribadi, pekerja, pemilik, manager dan status lainnya, bekerja
melaksanakan peranan mereka. Berdasarkan hal tersebut akan diketahui struktur
ekonomi masyarakat tersebut.

Teori Fungsionalisme yang dikembangkan oleh B. Malinowski yaitu


bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan
bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam
kebudayaan yang bersangkutan. Dalam hal ini, dapat dilihat Fungsionalisme
merupakan kemampuan manusia untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau
beberapa kebutuahan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan skunder.
Contoh : Makanan, Reproduksi, Merasa enak badan, Keamanan, Kesantaian,
Gerak dan Pertumbuhan. Sedangkan, kebutuhan Skunder meliputi: kebutuhan
untuk kerjasama dalam pengumpulan makanan atau produksi; muncul organisasi
sosial/politik. Dari semua hal tersebut kebudayaan dipandang untuk memenuhi
kebutuhan dasar para warga masyarakat.

Levi-Strauss memandang kebudayaan dari dalam kesenian, upacara-


upacara dan pola kehidupan sehari-hari sebagai perwakilan lahiriah dari struktur
pemikiran manusia yang mendasarinya. Menurut Levi-Strauss, semua sistem
kekerabatan memiliki perangkat-perangkat relasi, dan seperti bahasa, setiap
bagian dari sistem memiliki makna hanya ketika dihubungkan dengan
elemenelemen Lainnya. Jadi, sebagai contoh, posisi „istri‟ hanya dapat eksis jika
dihubungkan dengan posisi ‘suami’, dan posisi „ibu’ hanya dapat eksis dalam
relasi dengan posisi ‘anak’. Lebih lanjut, bagian-bagian dasariah sistem
kekerabatan dijumpai di mana saja. Bagi Levi-Strauss, sistem kekerabatan
bukanlah satu-satunya aspek budaya yang universal. Ia juga mengajukan klaim
menemukan oposisi biner (binary opposition) tertentu. Oposisi biner ini timbul
dari cara manusia membagi dunia atas “segmen-segmen sehingga kita terarahkan
untuk melihat lingkungan sebagai terdiri dari sejumlah besar hal-hal yang terpisah
yang masuk dalam kelas-kelas yang bernama”. Contoh dari oposisi biner yaitu
alam-budaya, laki-laki perempuan, baik-buruk, dan sebagai. Kategori dalam setiap
oposisi biner saling menyingkirkan (mutually exclusive); sesuatu yang tidak
mungkin dapat menjadi bagian dari alam dan budaya pada waktu yang sama.

2.5 Kelemahan Teori Struktural Fungsional


Kritik terhadap teori struktural fungsional banyak dilontarkan karena teori
ini dianggap masih memiliki beberapa kelemahan, (Nugroho, A.C. 2021:188)
sebagai berikut:

a. Teori ini mengabaikan konflik yang merupakan keniscayaan dalam


masyarakat. Penganut teori ini cenderung menuntut masyarakat berada
pada tingkatan yang harmonis dan stabil sehingga dapat berjalan dengan
baik. Padahal, faktanya dalam masyarakat seringkali tidak terhindarkan
dari kejadian kontradiksi yang dapat memicu konflik. Konflik inilah yang
pada akhirnya dapat menimbulkan guncangan dalam sistem.
b. Teori ini terlalu kaku terhadap perubahan terutama yang berasal dari luar.
Teori ini cenderung berfokus pada sistem beserta bagian -bagiannya yang
bersifat stabil. Faktanya, kehidupan masyarakat bersifat dinamis sehingga
sering harus menghadapi perubahan, baik ke arah negatif, maupun positif.
c. Teori ini terlalu melebih-lebihkan harmonisasi dan meremehkan konflik
sosial. Penganut teori ini cenderung memaksakan segala peraturan dalam
masyarakat serta mempertahankannya, juga menerima perubahan sebagai
hal yang konstan, tanpa membutuhkan penjelasan. Perubahan yang
dianggap bermanfaat bagi sistem diterima, sementara perubahan lain
ditolak mentah -mentah.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan struktural fungsional
merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana
pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu
biologi,menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan
mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari
linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut
pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau analisa
system pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling
penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.

Teori Fungsionalisme struktural ini merupakan seperti rantai sosiologi


manusia, dimana didalam hubungannya terdapat suatu keterkaitan dan saling
berhubungan. Juga adanya saling ketergantungan, layaknya suatu tubuh apabila
salah satu bagian tubuh tersebut ada yang sakit ataupun melemah sangat
berpengaruh pula pada bagian tubuh yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Alimandan. 1995. Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada
Meldar. 2011. Teori Fungsionalisme. Diakses
http://www.scribd.com/doc/102618533/Makalah-Teori-Fungsional#scribd
pada tanggal 26 September 2015
Zainuddin Maliki. 2003. Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya : Narasi Agung

Rahmaniah. A. 2012. Budaya dan Identitas. Sidoarjo: Penerbit Dwiputra.

Indra T., Sri A.,dkk.2020. Pengantar Teori dan Metode Penelitian Budaya.
Lamongan : Pangan Press.

Nugroho, A.C. 2021. Main Theory of Sociology Ccommunication (Structural


Functionalism, Conflict Theory, Symbolic Interaction) Majalah Ilmiah
Semi Populer Komunikasi Massa. Vol. 2 No. 2: 185 – 194.

Anda mungkin juga menyukai