KELAS A3
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2021
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian atau definisi teori fungsionalisme
struktural
2. Mengetahui pandangan dari para tokoh mengenai teori fungsionalisme
struktural
3. Memahami pengaruh teori fungsionalisme struktural dalam kehidupan
sosial
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teori Fungsionalisme Struktural
Teori Fungsionalisme struktural pertama kali dikembangkan dan
dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Talcott Parsons adalah seorang sosiolog
kontemporer dari Amerika yang menggunakan pendekatan fungsional dalam
melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya.
Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada
di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile
Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Kemunculan Teori
Fungsionalisme Struktural dipengaruhi oleh adanya asumsi kesamaan antara
kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial tentang adanya
keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa
masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan
nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi
perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu
sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan.
Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial
yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.
2. Emile Durkheim
Emile Dukheim adalah seorang sosiolog Prancis, Durkheim
melihat masyrakat modern sebagai keseluruhan organis yang memiliki
realitas tersendiri, dimana setiap perangkat tersebut memiliki
seperangakat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi
oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan
normal, tetap langgeng. Dimana ada suatu dampak jika kebutuhan atau
fungsi-fungsi tertentu tidak terpenuhi.
Maka hal ini, akan berkembang suatu keadaan yang bersifat
patologis (keadaan tidak seimbang atau perubahan social), contohnya di
dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi, jika dalam kehidupan ekonomi mengalami suatu
fluktuasi yang keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain
dari sistem tersebut seperti halnya sistem politik, sistem keluarga
kemudian menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan dan
akhirnya mempengaruhi sistem keseluruhannya. Keadaan patologis
tersebut akan teratasi dengan sendirinya yang mengakibatkan keadaan
normal atau suatu sistem yang seimbang.
3. Radcliffe Brown
Fungsionalisme Brown ini merupakan perkembangan dari teori
Fungsional Durkheim. Fungsi dari setiap kegiatan selalu berulang,
seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah
merupakan bagian yang dimainkannya dalam kehidupan social sebagai
keseluruhan dan, karena itu,merupakan sumbangan yang diberikan bagi
pemelihara kelangsungan structural.
4. Bronislaw Malinowsky
Menganalisa kebudayaan dengan melihat pada fakta-fakta
antropologis dan bagian yang dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam
system kebudayaan. Teori Fungsionalisme yang dikembangkan oleh B.
Malinowski yaitu bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan
dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat,
memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
5. Talcott Parson
Fungsionalisme structural Talcott Parsons terkenal dengan skema
AGIL. Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan
semua system:
a. Adaptation (adaptasi)
Sebuah system harus menanggulangi situasi eksternal yang
gawat. Sistemharus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya
b. Goal attainment (pencapaian tujuan)
Sebuah system harus mendefenisikan dan mencapai tujuan
utamanya
c. Integration (integrasi)
Sebuah system harus mengatur antar hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola
antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).
d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola)
Sebuah system harus memperlengkapi, memelihara, dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola
cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
6. Robert K. Merton
Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih
dari ahliteori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan
jelas tentang teori-teori fungsionalisme, merton merupakan seorang
pendukung yang mengajukantuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini.
Mengakui bahwa pendekatan fungsional-struktural telah membawa
kemajuan bagi pengetahuan sosiologis.
Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa
fungsional dan disempurnakan, diantaranya ialah:
a. Postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang
dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian
dari system social bekerjasama dalam suatu tingkatan
keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa
menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi
atau diatur. Berdasarkan asumsi ini Merton memberikan
koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu
masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini
disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu
yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat
disfungsional bagi kelompok yang lain
b. Postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang
menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan
yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap
postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi
positif dari sistem sosial terdapat juga dwi fungsi. Beberapa
perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat
disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus
dipertimbangkan.
c. Postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa
dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek
materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting,
memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang
kertiga ini masih kabur (dalam artian tak memiliki kejelasan),
belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.
Indra T., Sri A.,dkk.2020. Pengantar Teori dan Metode Penelitian Budaya.
Lamongan : Pangan Press.