Anda di halaman 1dari 7

Rangkuman Sosiologi Modul 2

A .Perspektif Sosiologi

Setiap apa yang ada dalam pikiran seseorang tentang suatu hal sangat dipengaruhi dengan
bagaimana cara dan pendekatan orang tersebut dalam memandangi objek yang diamati. Cara
pandang inilah yang disebut dengan perspektif,contoh setiap ilmuan selalu mengemukakan teori
atau perspektif berdasarkan apa yang mereka yakini benar terjadi pada masyarakat. Keyakinan itu
mereka ambil berdasarkan hasil pengamatan panjang yang mereka lakukan terhadap kenyataan
sosial ( realita sosial ) dan gejala sosial yang terjadi didalamnya.

Sosiologi adalah ilmu yang sistematis mempelajari tentang masyarakat. Seorang sosiolog juga
memiliki cara tertentu untuk mengamati gejala dan realita yang terjadi dalam masyarakat dan
sekitarnya,untuk dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan dan bisa disebut juga perspektif.

Kegiatan Belajar 1

Pengertian dan Kegunaan Perspektif Sosiologi

A.Pengertian
Pada awalnya perspektif sosiologi tumbuh dan berkembang didalam 2 konteks transformasi sosial
yang revolusioner di Eropa yaitu: revolusi industri (pada abad 18-19) dan revolusi Prancis (1789)
sebagai salah satu dampak dari proses pencerahan yang telah dimulai sebelumnya. Perubahan yang
sangat cepat khususnya Eropa,yaitu mendorong banyak ahli sosiologi menganalisa akar
permasalahan yang mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang teradi. Selain itu mereka juga
mencoba melakukan prediksi – prediksi terhadap permasalahan lain yang akan terjadi sebagai
dampak dari kondisi yang mereka amati. Berdasarkan hal tersebut mereka banyak mengembangkan
teori-teori tentang masyarakat.

Secara sederhana,teori adalah suatu pernyataan tentang bagaimana dan mengapa fakta-fakta
spesifik (variabel) berhubungan. Dalam membangun suatu teori,para sosiolog dihadapkan pada 2
(dua) pertanyaan mendasar, yaitu :

1.apa isu yang akan dipelajari?

2. bagaimana kita seharusnya menghubungkan fakta-fakta yang ada ?

Dalam menjawab kedua pertanyaan itu,para ahli sosiolog melihat pada satu atau lebih pendekatan
teoritis. Suatu pendekatan teoritis akan membawa kita pada suatu pandangan dasar tentang
masyarakat yang menuntun kita pada pemikiran dan penelitian yang akan kita lakukan. Cara
pandang sosiologi atau perspektif sosiologi membawa kita untuk dapat berpikir secara sosiologis.
Cara berfikir sosiologis adalah cara berfikir yang “beyond commonsense”, yaitu cara berfikir tidak
“bias” dengan kepentingan – kepentingan tertentu,sistem nilai,kepercayaan,tradisi,dan sebagainya.
Dengan perspektif sosiologis,seseorang akan dibawa untuk dapat :

1. Seeing the General in the Particular


Melihat keumuman dalam kekhususan, dimana individu pada derajat tertentu memiliki
keseragaman karena dibentuk oleh “kekuatan sosial”melalui kelas
sosial ,agama,suku,pendidikan,dan sebagainya. Sehingga sosiologi mempelajari gejala “general”.
Peter L. Berger (1963) mendeskripsikan perspektif sosiologi sebagai “...seeing the general in the
particular”. Artinya bahwa sosiologi melihat pada pola ysng umum dalam perilaku seseorang
(individu). Sementara itu, setiap individu adalah unik,dan masyarakat membentuk anggota –
anggotanya. Sehingga perilaku tiap anggota masyarakat sesungguhnya dipengaruhi oleh
“kekuatan sosial”.

Misal dalam memilih pasangan hidup. Walaupun masalah pemilihan pasangan hidup sangat
tergantung pada tiap-tiap individu,maka akan dilatar belakangi oleh kelas
sosial,pendidikan,suku,agama,dan sebagainya dari dalam dirinya sendiri yang ikut menentukan
pasangan hidup seperti apa yang dia inginkan.

2. Seeing the Strange in Familiar

Sosiologi selalu mempertanyakan hal biasa saja, sehingga sosiologi dapat membongkar
rahasia dibalik hal yang biasa saja itu. Keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi dibalik
suatu gejala dan masalah yang nampaknya biasa (familier) justru akan membawa sosiologi
pada suatu temuan yang bersifat “underground”. Dengan perspektif sosiologi kita akan
mampu mengatahui bentuk suatu permasalahan, hal itu sejalan dengan pernyataan Peter L.
Berger yang menyingkap tabir yang menyelimuti apa yang nampak dari luar. Para ahli
sosiologi didorong dengan apa yang disebutnya “debunkung moti”(dorongan untuk
membongkar kepalsuan).

3. Seeing Personal Choice in Social Contest


Sosiologi akan mampu menjelaskan bagaimana “pilihan pribadi” dipengaruhi oleh
kekuatan sosial. Dalam artian bahwa secara sosial seseorang tidak dapat bebas memilih atas
kehendak pribadi,akan tetapi dipengaruhi oleh satu atau lebih kekuatan sosial yang
mengingkarinya. Dengan kata lain, dalam sosiologi masalah individu harus dilihat dalam
konteks sosial. Sebagai contoh adalah temuan perspektif dari seorang peneliti Emile
Durkheim. Dengan perspektif nya yaitu menemukan suatu fakta sosial dimana fenomena
bunuh diri bukanlah disebabkan faktor pribadi yang semata-mata disebabkan oleh stres
(psikologis) melainkan bersumber pada masalah atau kekuatan yang ada dalam
masyarakatnya. Dimana, menurutnya orang dalam melakukan bunuh diri karena: intergrasi
sosial yang terlalu kuat. Dengan kata lain stres adalah penyebab yang umum diungkapkan
sebagai penyebab orang bunuh diri, padahal ada akar dari penyebab yang sesungguhnya
dibalik stres yang terjadi yang tidak terlepas dari masalah sosial. Seperti yang diungkapkan C.
Wright Mills bahwa masyarakat adalah penyebab dari adanya kemiskinan dan masalah-
masalah sosial lainnya. Disini Mills menggunakan istilah “sociological imagination” dengan
kata lain istilah nya adalah sociological perspective yang digunakan oleh Peter L. Berger dan
ahli sosiologi lainnya.

B. KEGUNAAN
Dalam kehidupan sehari-hari penerapan persepektif sosiologi juga akan membantu kita dalam
berbagai hal seperti merumuskan suatu hukum dan kebijakan,ditingkat individu ,untuk
meningkatkan kemampuan personal untuk peduli dan kritis dalam kehidupan,menjadi tahap
persiapan diri yang sangat baik untuk masuk ke dalam dunia kerja,karena kita belajar berfikir objektif
,tidak commonsense, dan berpikiran luas (global). Para sosiolog dapat membantu merumuskan
kebijakan publik, seperti praturan-praturan yang menuntun anggota masyarakat untuk hidup
bekerja dalam suatu komunitas.

Selain itu, dengan menerapkan perspektif sosiologi, kita akan menjadi lebih aktif,peduli,dan mampu
berfikir lebih kritis dalam kehidupan kita. Hal tersebut karena perspektif sosiologis dalam kehidupan
kita sehari-hari akan :

1. Membantu kita dalam mencari kebenaran dibalik yang “commonsense”,


2. Mendorong kita lebih aktif berpartisipasi terhadap masyarakat.
3. Membantu kita untuk bertahan di kehidupan yang penuh perbedaan.

Kegiatan Belajar 2

Tiga Perspektif Utama dalam Sosiologi

Pespektif sosiologi adalah cara pandang sosiologis yang digunakan dalam melihat berbagai masalah
yang terjadi didalam masyarakat dengan kerangka berfikir yang selalu melihat keumuman didalam
hal-hal yang khusus,melihat kekuatan dalam hal yang terlihat biasa saja,dan selalu melihat pilihan
dan keputusan pribadi seseorang dalam konteks sosialnya. Contoh beberapa perspektif sosiologi
sebagai berikut :

A. PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL

Suatu kerangka berfikir untuk membangun teori yang melihat masyarakat sebagai suatu
sistem yang kompleks yang mana tiap-tiap unsur didalamnya bekerja secara bersama-sama
untuk meningkatkan solidaritas. Ada dua komponen dasar persepektif ini yaitu struktur
sosial, atau pola perilaku yang relatif stabil, dan fungsi sosial seebagai konsekuensi dari
beberapa pola sosial tadi bagi bekerjanya suatu system keseluruhan. Sebagai salah satu cara
pandang, Dahrendorf menyatakan bahwa perspektif structural fungsional bekerja atas dasar
asumsi. Asumsi perspektif structural fungsional antara lain, seiap masyarakat merupakan
suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil. Pada hakikatnya masyarakat adalah
merupakan suatu system atau suatu kesatuan yang terdiri dari bagian (subsistem) yang
saling terkait dan memiliki saling ketergantungan fungsional. Contohnya adalah fungsi sosial
dari struktur pendidikan yang memberikan suatu bentuk persiapan untuk masuk dunia karier
dan pekerjaan bagus.

Untuk memperjelas pemahaman tentang bagaimana kerangka berfikir struktural fungsional


tercemin dilihat dari beberapa ahli tokoh sosiologi berikut ini :

1. August Comte
August comte dalam teorinya tentang masyarakat melihat bahwa masyarakat
mengandung dua unsur yang tidak dapat dipisahkan,yaitu statika sosial dan dinamika
sosial. Statifika sosial relatif tidak berubah( bersifat statis) disebutnya sebagai
tatanan atau keteraturan sosial (social order). Elemen-elemen ini berhubungan satu
sama lain dan membentuk satu kesatuan yang disebut struktur sosial. Cara berfikir
inilah yang Comte ambil dari ilmu biologi,dimana sejumlah jaringan memnbentuk
tangan,sejumlah jaringan lain memnbentuk kaki,dan sebagainya yang manaseluruh
jatingan bekerja atas struktur yang stabil untuk mendukung kelangsungan hidup.

2. Emile Durkeim
Durkeim mengemukakan bahwafakta sosial terdiri atas beberapa komponen
penting yang saling terkait yaitu memiliki eksistensi sendiri yang terlepas dari
individu. Sehingga dapat dipahami bahwa bertindak (berfikir dan berperasaan)
seseorang individu bukanlah miliknya sendiri. Contohnya sikap sopan santun. Sopan
santun adalah cara bertindak (berfikir dan berperasaan) yang diturunkan melalui
proses sosialisasi karena masyarakat yakin bahwa itu pantas dan malah harus
diteruskan kepada masyarakat yang akan dating. Intinya,apa yang dilakukan individu
sesungguhnya secara keseluruhan dipengaruhi noleh kelompok.

3. Herbert Spencer
Herbert Spencer melakukan perbandingan antara organisme individu dan organisme
sosial, dimana ia melihat bahwa sebagaimana halnya dengan organisme biologis
masyarakat manusia pun berkembang secara evolusioner dari bentuk yang sederhana
menjadi bentuk kompleks.

4. Talcott Parsons
Kajiannya tentang fungsi struktural untuk pemecahan empat masalah .yaitu
adaptasi,pencapaian tujuan,integrasi, pemeliharaan pola dan pengendalian
ketegangan.

5. Robert K. Merton
Merton memperluas pemahaman kita tentang konsep fungsional sosioal dengan
menunjukkan bahwa setiap struktur sosial memiliki banyak fungsi. Pandangan merton
lainnya adalah tentang hubungan antara kebudayaan,struktur,dan anomi. Walaupun
perspektif struktural fungsional ini awalnya menjadi perspektif dominan,perspektif ini
juga mendapatkan kritik dari tokoh-tokoh sosiologi yang berspektif konflik.

B. PERSPEKTIF KONFLIK
Perspektif konflik adalah suatu kerangka berfikir yang digunakan untuk membangun teori
yang melihat masyarakat sebagai suatu ketidaksamaan yang menyebabkan konflik dan
perubahan. Para ahli sosiologi menggunakan perspekti konflik untuk melihat konflik yang
berkelanjutan antara kelompok orang-orang yang dominan dan kelompok orang-orang yang
dirugikan. Dalam artian antara orang kaya dan orang miskin laki-laki dalam hubungan
dengan perempuan , orangorang kulit putih dalam hubungannya dengan orang kulit putih
berwarna. Para ahli sosiologi untuk menganalisis menggunakan kata kunci seperti :
inequality (ketidaksamaann), power (kekuasaan),authority (otoritas), kompetisi, dan
explotasi. Ada beberapa asumsi dasarnya yaitu

1. Konflik terjadi dimana-mana.


2. Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan; perubahan ada dimana-mana

Untuk lebih memperjelas pemahaman anda tentang bagaimana kerangka berfikir perspektif konflik
ini tercemin dari teori-teori sosiologi menurut para ahli diantaranya :

1. Karl Marx
Marx membagi masyarakat atas dua kelas yang sangat extream yaitu industrialis pada
kelas sosial atas dan buruh pada kelas bawah. Hubungan ini bersifat antagonistik,yaitu
bersifat tetap dalam sejarah kelas bawah melawan kelas atas. Paling tidak kita melihat
bahwa sampai sekarang pun konflik antar kelas terjadi dimanapun dan kapan pun. Konflik
antarkelas sosial tidak terlepas dari usaha-usaha memperebutkan,memperoleh dan
mempertahankan sumber-sumber alat produksi dan modal.

2. Max Weber
Pemikiran nya Nampak jelas menggunakan perspektif konflik sosial adalah dalam
pandangannya tentang stratifikasi sosial. Ia adalah salah satu tokoh yang tidak seapakat
dengan Karl Marx, karena Marx hanya menggunakan dimensi ekonomi semata-mata untuk
menentukan stratifikasi sosial. Weber sendiri beranggapan bahwa disamping dimensi
ekonomi (kekayaan),stratifikasi sosial juga ditentukan oleh dimensi lain seperti kehormatan
dan kekuasaan. Bila kita melihat pandangan Weber tentang stratifikasi sosial tersebut, anda
dapat melihat dengan jelas bahwa Weber melihat masyarakat sebagai bagian yang tidak
sama dan tidak seimbang dan kondisi ini menjadi pemicu terjadinya konflik dalam
masyarakat apapun sumber daya yang diperebutkannya,baik kekayaan
ekonomi,kehormatan,maupun kekuasaan.

3. Lewis Coser
Pandangannya konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian yang dapat
memberi peran positif atau fungsi positif dalam masyarakat. Sementara itu,Coser membedakan
dua tipe dasar konflik,yaitu konflik yang realistic dan nonrealistik. Konflik realistik memiliki
sumber yang konkret atau bersifat material, jika konflik nonrealistik didorong oleh keinginan
yang tidak rasional dan bersifat ideologis. Dalam pemikiran Lewis Coser diatas walaupun ia
melihat fungsi dari konflik sosial, akan tetapi secara keseluruhan Coser konsisten dengan
perspektif konflik yang digunakan.

4. Ralf Dahrendorf
Menurutnya, tidak selalu dalam kondisi terintegrasi,harmonis,dan saling memenuhi, akan
tetapi juga selalu ada konflik dan perubahan. Masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi
yang didasarkan pada kekuasaan( dominasi satu pihak atas pihak lain atas dasar paksaan)
atau wewenang yang disebutnya “imperatively coordinated associations”(asosiasi yang
dikoordinasi secara paksa).

C. PERSPEKTIF SIMBOLIK INTERAKSIONISME


Suatu kerangka berfikir untuk membangun teori dengan cara melihat masyarakat sebagai
hasil dari interaksi keseharian individu-individu. Pengertian symbol adalah sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan oleh mereka yang menggunakannya. Symbol yang paling
digunakan adalah bahasa, yaitu bahasa lisan,dan tubuh. Sementara itu Herbert Blumer,salah
satu penganut pemikiran Mead, mengatakan bahwa pokok pikiran dalam perspektif
interaksionisme simbolik diantaranya, makna bertindak,makna yangf dimiliki sesuatu
tersebut berasal dari interaksi sosial,dan makna diperlakukan atau diubah melalui proses
penafsiran. Prinsip dasar dari perspektif interaksionisme simbolik,yaitu bahwa :
Tidak seperti binatang ,manusia dibekali kemampuan berfikir,kemampuan berfikir dibentuk
oleh interaksi sosial ,dalam bentuk interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbolyang
kemungkinan mereka menggunakan kemampuan berfikir khusus itu, pola Tindakan dan
interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat.

Tokoh sosiologi dalam perspektif interaksionisme simbolik antara lain adalah George Herbert
Mead, Wiliam James,Jhon Dewey , W.I Thomas,dan Cooley,Erving Gofffman,dan Peter L.
Berger, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai