Anda di halaman 1dari 10

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


SOSIOLOGI

BAB I
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

ALI IMRON, S.Sos., M.A.


Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB I
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

A. Kompetensi Inti :
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu

B. Kompetensi Dasar :
1. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sosiologi
2. Memahami materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran Sosiologi
3. Memahami langkah-langkah kerja sosiolog

C. Uraian Materi Pembelajaran :


1. Manfaat Mata Pelajaran Sosiologi
Pada kegiatan belajar ini, terlebih dahulu saya akan mengajak Anda untuk memahami
secara benar tentang sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Selama ini
terdapat kesan bahwa mempelajari sosiologi tidak ada manfaatnya dan tidak menjanjikan
masa depan yang layak. Bahkan, sosiologi dipahami sebagai ilmu yang hanya
menghasilkan lulusan yang pandai bicara, pemberontak, dan bahkan subversif. Kajian-
kajian ilmiah sosiologi tidak mempunyai kontribusi nyata terhadap pembangunan.
Paradigma seperti itu merupakan pandangan yang salah yang berkembang di masyarakat.
Implikasi dari pandangan seperti itu adalah perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
di negeri ini tidak banyak melibatkan lulusan sosiologi.
Sebagai contoh, mengapa banyak terjadi konflik sosial dalam program bantuan bagi
masyarakat miskin, seperti BLT atau raskin? Hal ini disebabkan karena program bantuan
bagi masyarakat miskin tidak hanya sekedar memberikan bantuan fisik semata, namun
juga harus diperhatikan aspek struktur sosial, termasuk diantaranya subsistem nilai,
norma, dan subkebudayaan masyarakat. Hal ini yang tidak pernah dipikirkan oleh
pemerintah. Dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi program bantuan bagi
masyarakat miskin belum melibatkan orang-orang sosiologi. Oleh karena itu, ilmu

1
Sosiologi sangat bermanfaat sebagai alat analisis, termasuk strategi untuk menyelesaikan
permasalahan sosial. Berikut beberapa manfaat ilmu (mata pelajaran) sosiologi dalam
kehidupan masyarakat, antara lain:
1. Menambah pengetahuan tentang keberagaman sosial dan budaya yang menyangkut
sistem nilai dan norma, adat istiadat, dan unsur-unsur budaya lainnya. Dengan
mempelajari sosiologi, kita akan memperoleh pengetahuan tentang karakteristik
sosial individu maupun kelompok sosial dalam masyarakat.
2. Sosiologi bermanfat untuk menumbuhkan kepekaan masyarakat terhadap
permasalahan sosial dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan terwujud
masyarakat yang empati.
3. Dengan mempelajari sosiologi, menjadi bahan refleksi bagi diri kita, baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat.
4. Sosiologi membantu setiap individu tentang karakteristik sosio kultural masyarakat
yang belum diketahui.
5. Sosiologi membantu masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai
bentuk interaksi sosial.
6. Sosiologi membantu masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan tindakan
dalam setiap interaksi yang dilakukan.
7. Sosiologi diharapkan mampu membuat masyarakat semakin memahami norma dan
nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat.
8. Sosiologi bermanfaat untuk merancang resolusi konflik sosial.
9. Sosiologi bermanfaat untuk menghindari dominasi sosial, misalnya: dominasi politik,
dominasi ekonomi, maupun dominasi kebudayaan.
10. Sosiologi bermanfaat untuk meningkatkan integritas nasional.
11. Sosiologi sebagai interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis, dimana di dalamnya menyangkut hubungan antara individu, kelompok
maupun individu dengan kelompok.
12. Para sosiolog yang melakukan riset ilmiah untuk mencari data tentang kehidupan
sosial. Dari hasil penelitian tersebut, sosiolog harus menghasilkan data yang valid
agar dampak negatif permasalahan sosial dalam masyarakat bisa dihindari.

2
13. Sosiologi sebagai konsultan kebijakan, artinya sosiologi dapat membantu
memperkirakan pengaruh kebijakan-kebijakan sosial yang mungkin terjadi dalam
masyarakat.
14. Sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, sosiologi akan membuat
genarasi muda lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial
dalam masyarakat yang semakin kompleks, serta mampu mengambil sikap dan
tindakan yang tepat dan akurat terhadap situasi sosial yang dihadapi sehari-hari.

2. Materi, Struktur, dan Pola Pikir Keilmuan yang Mendukung Mata Pelajaran
Sosiologi

Sosiologi dibandingkan dengan ilmu lain dapat dikatakan sebagai ilmu baru. Anda
mungkin sudah pernah membaca bahwa orang yang pertama kali mengemukakan istilah
sosiologi adalah Auguste Comte pada tahun 1838. Menurut Comte, sudah saatnya
masyarakat dipelajari dengan ilmu tersendiri. Comte menyebutkan bahwa ilmu yang
mempelajari masyarakat adalah sosiologi. Sosiologi mempelajari social static dan social
dynamic dari masyarakat. Social static analog dengan struktur sosial, sedangkan social
dynamic analog dengan interaksi sosial. Karena jasanya ini, Comte disebut sebagai Bapak
Sosiologi.

Gambar 1. Biografi Singkat Auguste Comte

Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=auguste+comte+hukum+3+tahap&source=lnms&tb
m=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjUvaxgovOAhXFRo8KHdUsAvQQ_AUICCgB&biw=1024&bih=
471#imgrc=3G7DhJvpComPiM%3A

3
Sampai di sini Anda mungkin belum memahami sosiologi itu ilmu seperti apa dan apa
yang menjadi objek kajian sosiologi? Pertama, saya mengajak Anda memahami definisi
yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut Durkheim (dalam Ritzer, 2012: 53-54),
sosiologi adalah ilmu yang secara ilmiah mengkaji fakta sosial. Anda tentu masih
dibingungkan dengan istilah fakta sosial dalam definisi tersebut. Baiklah, saya akan
mengajak Anda memahami apa yang dimaksudkan dengan fakta sosial. Dalam kehidupan
saya dan Anda sehari-hari ada kekuatan di luar kita yang memaksa kita untuk
mematuhinya. Kekuatan apakah itu? Itulah yang oleh Durkheim disebut dengan fakta
sosial.

Fakta sosial adalah cara


berpikir, cara Menurut Durkheim (Ritzer, 2012: 56), fakta sosial tidak
berperasaan dan cara
bertindak yang berada di hanya bersifat material, seperti arsitektur, birokrasi,
luar individu manusia
tetapi mempunyai daya dan hukum. Namun, juga mengkaji aspek nonmaterial,
pemaksa terhadap
seperti agama dan norma-norma sosial.
individu manusia itu
(Ritzer, 2012: 35)

Durkheim dalam sosiologi juga disebut sebagai Bapak Sosiologi atas jasanya
memperbaiki metode sosiologi dan memisahkan sosiologi dari pengaruh filsafat dan
psikologi. Durkheim menguraikan urgensi metodologi ilmiah dalam mempelajari fakta
sosial, sehingga mampu melepaskan sosiologi dari pengaruh filsafat dan psikologi.
Menurut Durkheim (Ritzer, 2012: 58), fakta sosial tidak bisa dijelaskan melalui fakta
individual. Fakta individual hanya dapat dipahami melalui fakta sosial. Anda tentu masih
bingung dengan uraian ini. Baiklah saya akan memberi contoh seperti ini: Menurut
Durkheim, seseorang melakukan bunuh diri (suicide) bukan karena faktor-faktor kejiwaan,
seperti tekanan jiwa, melainkan karena lemahnya integrasi dalam kelompoknya. Definisi
sosiologi yang dikemukakan Durkheim lebih fokus pada tataran struktur sosial.

4
Gambar 2. Konstruksi Pengetahuan Emile Durkheim tentang Suicide

Sumber: https://zuleykazevallos.com/2012/10/09/what-would-durkheim-say/

Anda sudah mempunyai pemahaman tentang sosiologi dari Emile Durkheim. Saya
juga akan mengajak Anda untuk memahami sosiologi dari tataran individual. Tokoh
sosiologi yang mendefinisikan sosiologi pada tataran individual adalah Max Weber.
Menurut Weber, sosiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman
interpretative terhadap tindakan sosial. Tidak semua tindakan yang dilakukan individu
dikategorikan sebagai tindakan sosial. Menurut Weber, tindakan sosial adalah tindakan
yang dilakukan oleh seseorang yang diorientasikan kepada orang lain dan tindakan
tersebut mempunyai makna subjektif. Mungkin dari penjelasan ini, Anda masih kesulitan
memahami tentang tindakan sosial. Baiklah, saya akan memberikan contoh sederhana.
Seorang individu yang melempar batu ke pohon mangga dengan tujuan agar buah
mangga bisa jatuh, maka hal ini bukanlah termasuk tindakan sosial, karena tidak
mendapatkan respon dari orang lain. Tindakan tersebut baru bisa dikategorikan sebagai
tindakan sosial apabila lemparan batu tersebut mengganggu orang di sekitarnya.
Bagaimana cara memahami makna subjektif dari sebuah tindakan individu? Weber
menawarkan metode verstehen, yaitu metode (cara) untuk mengumpulkan data atau
informasi yang berhubungan dengan tindakan sosial (Ritzer, 2012: 46). Nah, sosiologi
menurut Weber bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tindakan manusia atau

5
menghubungkan mengapa sampai orang bertindak demikian, dan untuk apa dia bertindak
demikian. Anda bisa melakukan small research (penelitian sederhana) terhadap alasan
subjektif siswa bergonta-ganti gadget. Tentu Anda akan menemukan banyak alasan
subjektif mulai dari kualitas barang, harga, fiture, hingga prestis, dan gengsi. Nah, kita
sudah dapat menyimpulkan definisi sosiologi Weber. Sosiologi Weber menekankan
individu yang memberikan arti pada sesuatu yang ada di luarnya secara secara subjektif
(Ritzer, 2012: 75).

Sosiologi sebagai ilmu tidak hanya mempelajari


masyarakat secara makro, namun juga mempelajari
individu pada tataran mikro

Menurut Herbert Mead, sosiologi memfokuskan pada kajian interaksi sosial yang
menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol merupakan sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan oleh orang yang mempergunakan simbol itu. Interaksi sosial
tidak lain adalah saling menafsirkan nilai atau makna dari masing-masing simbol.
Demikian juga, Herbert Blumer juga memfokuskan pada interaksi sosial. Menurut Blumer
(Ritzer, 2012: 96-98), bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar
makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Makna yang dipunyai sesuatu
berasal atau muncul dari interaksi sosial. Makna tersebut diperlakukan atau diubah
melalui proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang
dijumpainya. Makna yang muncul dari interaksi sosial tidak begitu saja diterima,
melainkan ditafsirkan terlebih dahulu.
Objek kajian sosiologi bukan hanya masyarakat, seperti
Sosiologi adalah ilmu
dikemukakan oleh Comte dan Durkheim, sosiologi juga yang mempelajari
realitas sosial di
mengkaji tindakan sosial di tingkat individu dan interaksi
tingkat mikro, makro,
sosial. Artinya, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari dan hubungan antara
mikro dan makro
realitas sosial di tingkat mikro, makro, dan hubungan
antara mikro dan makro.

6
3. Objek kajian sosiologi
a. Apakah itu masyarakat?
Nah, Anda sudah saya ajak untuk memahami definisi sosiologi dan karakteristik
sosiologi sebagai ilmu. Sekarang saya akan mengajak Anda untuk memahami apa yang
menjadi objek kajian sosiologi? Anda mungkin sudah pernah mengenal istilah masyarakat
bukan? Marilah kita memahami definisi masyarakat. Seperti telah dijelaskan di atas,
menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu realitas yang sui generis, fakta
sosial, dan hubungan diantara fakta sosial (Scott, 2011: 263). Peter L. Berger,
mendefinisikan masyarakat sebagai keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas
sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa
keseluruhan itu terdiri dari bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan. Bagian-
bagian itu adalah hubungan-hubungan sosial, seperti hubungan antara anak dengan
orangtua, hubungan antara bawahan dengan atasan, atau hubungan antara guru dengan
siswa. Keseluruhan dari hubungan-hubungan itulah yang disebut dengan masyarakat.

Gambar 3. Masyarakat Desa yang Melakukan Upacara Adat

Sumber:
http://www.floresa.co/2015/02/01/presiden-atur-kewenangan-dua-kementerian-yang-
mengelolah-desa/

Hubungan-hubungan tersebut tidak terjadi secara acak-acakan, namun ada semacam


keteraturan. Meskipun manusia memiliki kesadaran untuk menciptakan atau mengubah
konteks sosialnya, manusia memiliki kebutuhan untuk mencari keteraturan dengan

7
tunduk terhadap aturan-aturan pada konteks sosialnya (Riyanto, 2009: 76). Dengan kata
lain, hubungan-hubungan tersebut harus berjalan menurut suatu sistem. Oleh karena itu,
Peter L. Berger, juga mendefinisikan masyarakat sebagai suatu sistem interaksi. Konsep
interaksi dalam hal ini pahami sebagai tindakan yang terjadi paling kurang dua orang yang
saling mempengaruhi perilakunya.

b. Apakah itu individu?


Individu yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah konsep sosiologis, bukan
konsep menurut ilmu lain. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep individu merujuk pada
orang pribadi tertentu. Konsep sosiologi tentang individu agar berbeda. Secara sosiologis,
individu dapat diartikan sebagai subjek yang melakukan sesuatu, subjek yang mempunyai
pikiran, subjek yang mempunyai kepentingan, subjek yang mempunyai tujuan, subjek
yang mampu menilai sesuatu atau menilai tindakannnya sendiri, subjek yang mempunyai
kemampuan untuk memaknai sesuatu, dan subjek yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Nah, Anda tentu bertanya mengapa
disebut subjek, dan mengapa tidak disebut objek, dan apa pula perbedaannya? Subjek
menunjuk pada semua keadaan yang berhubungan dengan dunia internal manusia,
sedangkan objek merujuk pada dunia eksternal manusia. Dunia objek tidak mempunyai
pikiran, perasaan, tujuan, dan kepentingan.

4. Cara Kerja Sosiolog Berdasarkan Ciri-ciri Keilmuan


Sekarang saya akan mengajak Anda untuk memahami ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu
yang mandiri. Anda mungkin sudah mengetahuai, bahwa sosiologi sebagai ilmu yang
mandiri sosiologi memiliki empat ciri. Pertama, sosiologi bersifat empiris. Artinya,
sosiologi itu didasarkan pada pengamatan dan penalaran. Pengamatan berarti semua
yang berhubungan dengan pancaindera yang dialami dalam kehidupan sosial. Penalaran
berarti semua yang berhubungan dengan akal budi manusia atau yang bersifat rasional.
Sering sifat empiris dihubungkan dengan sifat ilmu yang dapat dikorelasikan dengan fakta.
Kedua, sosiologi itu bersifat teoritis. Artinya, sosiologi bertujuan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan secara teoritis. Ketiga, sosiologi itu bersifat kumulatif. Artinya, teori
sosiologi yang ada sekarang dibentuk dengan dasar teori lama yang disempurnakan.

8
Keempat, sosiologi itu tidak menilai (nonetis). Artinya, sosiologi dalam menjelaskan
masyarakat atau individu tidak menekankan dari aspek yang seharusnya, melainkan dari
aspek yang senyatanya.
Menurut Charler B. Horton dan Chester L. Hunt (1992), sosiologi pada hakikatnya
bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun
sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara
untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah-masalah
sosial yang perlu solusi.

D. Referensi
Riyanto, G. (2009). Peter L. Berger Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta: LP3ES.

Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Scott, John. (Ed.). (2011). Sociology: The Key Concepts. Terjemahan. Jakarta: Rajawali
Press.

https://www.google.co.id/search?q=auguste+comte+hukum+3+tahap&source=lnms&
tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjUvaxgovOAhXFRo8KHdUsAvQQ_AUICCgB&biw=1024
&bih=471#imgrc=3G7DhJvpComPiM%3A

https://zuleykazevallos.com/2012/10/09/what-would-durkheim-say/

http://www.floresa.co/2015/02/01/presiden-atur-kewenangan-dua-kementerian-
yang-mengelolah-desa/

Anda mungkin juga menyukai