Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN JUDUL

MAKALAH TEORI ORGANISASI

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

Dosen Pengampu MK:

Drs. Andi Mappicara, M.Pd

Andi Wahed, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

ANNISA NUR FADILLAH (200403501021)

ALDA (200403501027)

AGNES KANDEK ALLO (200403501024)

RISKA DAMIATI (200403501025)

ADMINISTRASI PENDIDIKAN KELAS 02

TAHUN 2020

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa telah memberikan kemudahan dan

kelancaran dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan

pertolongan-Nya, Kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan nikmat

sehat-Nya, sehingga makalah “Teori Struktural Fungsional” ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Organisasi. Kami

berharap makalah ini dapat memenuhi standar penilaian mata kuliah.

Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena

kesalahan dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran agar makalah

ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik

terkait penulisan maupun isi, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat

bermanfaat.

Makassar,22 Februari 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

3. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengertian Struktural Fungsional ................................................................. 3

B. Teori Struktural Fungsional Menurut Para Ilmuan ....................................... 6

C. Teori Pertukaran Sosial Menurut Peter Blau .............................................. 12

D. Contoh Struktural Fungsional .................................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15

A. Kesimpulan.......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tingkat keragaman dalam kehidupan sosial manusia sudah sangat umum di

ketahui. Sebagian masyarakat terorganisasi secara sederhana dan kecil, sementara

sebagian yang lain besar dan sangat kompleks. Namun, disamping adanya banyak

variasi dalam pikiran dan tindakan manusia, terdapat sejumlah karakteristik yang

sama bagi semua atau sebagian masyarakat. Ciri penting kehidupan manusia yang

lain adalah tingkat perubahan yang dialaminya.

Salah satu paradigma sosiologi yang paling terkenal adalah paradigma fakta

sosial, dimana salah satu aliran dalam paradigma ini adalah fungsionalisme

struktural. Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang

tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-

benar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-

struktur sosial sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling

tergantung. Pendekatan Struktural Fungsional adalah pendekatan teori sosiologi

yang diterapkan dalam institusi keluarga.

Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip

serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini

mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam

kehidupan sosial. Dan keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur

masyarakat. Dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai organisasi sosial pasti

ada segmen anggota yang mampu menjadi pemimpin, dan yang menjadi sekretaris

1
atau anggota biasa. Tentunya kedudukan seseorang dalam struktur organisasi akan

menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini

tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi untuk

mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya, struktur dan fungsi ini

tidak akan pernah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang

melandasi sistem masyarakat itu. Ada beberapa tokoh yang membahas struktural

fungsional. Beberapa tokoh berpengaruh yang kami bahas pada teori ini, yakni

Robert K. Merton, Philip Selznick, Alvin Gouldner dan Peter Blau.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori struktural fungsional menurut Robert K. Merton ?

2. Bagaimana teori struktural fungsional menurut Philip Selznick ?

3. Bagaimana teori struktural fungsional menurut Alvin Gouldner ?

4. Bagaimana teori pertukaran sosial menurut Peter Blau ?

5. Bagaimana contoh teori struktural fungsional di lingkungan ?

3. Tujuan dan Manfaat

1.Untuk mengetahui teori struktural menurut beberapa ahli.

2.Untuk mengetahui contoh struktural fungsional.

2
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktural Fungsional

Teori Struktural Fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang

yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang

saling berkaitan. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu

August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Teori ini beranggapan bahwa

semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat.

Dengan demikian seperti halnya peperangan, ketidaksamaan sosial, perbedaan ras

bahkan kemiskinan diperlukan dalam suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi

secara perlahan dan kalaupun terjadi suatu konflik maka penganut teori ini

memusatkan perhatian kepada masalah bagaimana cara menyelesaikan masalah

tersebut agar masyarakat kembali menuju suatu keseimbangan. Masyarakat

dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan kearah

keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja

yang selaras dan seimbang.

Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile

Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan

Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik

kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan

mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya

berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini

menjadi panduan bagi analisa substantif Spencer dan penggerak analisa fungsional.

3
Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology

organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah

kesatuan dimana didalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan. (Arief, 2016)

Perubahan sosial mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil, namun

tidak lama kemudian terjadi keseimbangan baru. Nilai atau kejadian pada suatu

waktu atau tempat dapat menjadi fungsional atau disfungsional pada saat dan

tempat yang berbeda. Bila suatu perubahan sosial tertentu mempromosikan suatu

keseimbangan yang serasi, hal tersebut dianggap fungsional bila perubahan sosial

tersebut menganggu keseimbangan, hal tersebut merupakan gangguan fungsional,

bila perubahan sosial tidak membawa pengaruh, maka hal tersebut tidak fungsional.

(Buru, 2019)

Cirinya adalah gagasan tentang kebutuhan masyarkat. Masyarakat

mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat

melangsungkan hidupnya dan berfungsi dengan baik. Ciri kehidupan struktural

sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan merespon permintaan

masyarakat sebagai suatu sistem sosial.

Penekanan teori struktural fungsional adalah pada perspektif harmoni dan

keseimbangan. Asumsi-asumsi dasar dari teori ini adalah:

1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks, terdiri dari

bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung, dan setiap

bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian- bagian

lainnya.

4
2. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri;

sekalipun integrasi sosial tidak pernah tercapai dengan sempurna, namun

sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu.

3. Perubahan dalam sistem sosial umumnya terjadi secara gradual, melalui

proses penyesuaian, dan tidak terjadi secara revolusioner.

4. Faktor terpenting yang mengintegrasikan masyarakat adalah adanya

kesepakatan di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai masyarakat

tertentu.

5. Masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan equalibrium.

5
B. Teori Struktural Fungsional Menurut Para Ilmuan

1. Menurut Robert K. Martin

Robert K. Merton, adalah tokoh sosiologi yang banyak menjelaskan tentang

kelompok sosial, bahkan ia sendiri menjelaskan anomi sebagai prilaku dalam

penyimpangan sosial yang dapat mengganggu hubungan masyarakat. Pada

dasarnya Robert memberikan pandangan bahwa struktural fungsional adalah

kehidupan masyarakat dalam keseimbangan sosial yang akan berjalan jika

keteraturan sosial di fungsikan dengan baik.

Model analisis fungsional Merton merupakan hasil perkembangan

pengetahuannya yang menyeluruh tentang ahli-ahli teori. Merton memulai analisa

fungsionalnya dengan menunjukkan perbendaharaan yang tidak tepat serta

beberapa asumsi kabur yang terkandung dalam teori fungsionalisme. Merton

mengeluh terhadap kenyataan bahwa sebuah istilah terlalu sering digunakan untuk

melambangkan konsep-konsep yang berbeda-beda, seperti halnya dengan konsep

yang sama digunakan sebagai simbol dari istilah-istilah yang berbeda. Merton

mengutip tiga postulat yang dapat di analisa fungsional yaitu sebagai berikut :

1. Postulat tentang Kesatuan Fungsional masyarakat yang ada dibatasi sebagai

suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama dalam

suatu tingkat keselarasan atau kosistensi internal yang memadai, tanpa

menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat dibatasi atau diatur.

Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu

masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Sebagai contoh seseorang

mengutip beberapa kebiasaan masyarakat yang dapat bersifat fungsional bagi

6
suatu kelompok (menunjang integrasi dan kohesi suatu kelompok) akan tetapi

disfungsional (mempercepat kehancuran) bagi kelompok lain.

2. Postulat Fungsionalisme Universal, berkaitan dengan postulat pertama.

Menurut Merton, fungsionalisme universal menganggap bahwa seluruh

bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi

positif. Sebagaimana yang sudah diketahui, Merton memperkenalkan konsep

disfungsi maupun fungsi positif. Beberapa perilaku sosial jelas bersifat

disfungsional. Merton menganjurkan agar elemen-elemen kultural

seharusnya dipertimbangkan menurut kriteria keseimbangan konsekuensi-

konsekuensi fungsional (bet balance of functional consequences), yang

menimbang fungsi positif terhadap fungsi negatif.

3. Postulat Indispensability, ia menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban,

setiap kebiasaan, ide, objek materil, dan kepercayaan memenuhi beberapa

fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang ahrus dijalankan, dan

merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem

sebagai keseluruhan. Menurut Merton postulat ini masih kabur. Belum jelas

apakah fungsi (suatu kebutuhan sosial, seperti reproduksi anggota-anggota

baru) atau item (suatu norma, seperti keluarga batih), merupakan suatu

keharusan. Merton menulis, pendek kata postulat indispensability

sebagaimana yang sering dinyatakan mengandung dua pernyataan yang

berkaitan, tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Pertama, bahwa ada

beberapa fungsi tertentu yang bersifat mutlak dalam penegrtian, bahwa

7
kecuali apabila mereka dijalankan, maka masyarakat (atau kelompok maupun

individu) tidak akan ada.

Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur

sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang

konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Merton

mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas,

inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (perilaku menyimpang).

Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton

memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan pemikiran pendahulu dan

gurunya, yaitu Talcott Parsons. Apabila Parsons dalam teorinya lebih menekankan

pada orientasi subjektif individu dalam perilaku maka Merton menitikberatkan pada

konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku.

Menurut Merton, konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam

perilaku itu ada yang mengarah pada integrasi dan keseimbangan (fungsi manifest),

akan tetapi ada pula konsekuensi-konsekuensi objektif yang tidak diketahui. Oleh

karena itu, menurut pendapatnya konsekuensi-konsekuensi objek dari individu

dalam perilaku tersebut ada yang bersifat fungsional dan ada pula yang bersifat

disfungsional.

2. Menurut Philip Selznick

Selznick menyatakan bahwa individu-individu menciptakan komitmen

lainnya terhadap organisasi agar dapat tercapai pengambilan keputusan rasional.

Organisasi melakukan tawar-menawar dengan lingkungan dalam hal mencapai

tujuan penting atau kemungkinan-kemungkinan masa mendatang. Akhirnya

8
adaptasi struktur organisasi di dasari oleh tindakan individu dan tekanan

lingkungan.

Pernyataannya menolak pandangan kebutuhan sistem sebagai tempat

pemeliharaan integritas dan keberlangsungan sistem akan terjadi hanya dalam diri

sistem itu sendiri. Ia mendetifinisikannya sebagai ‘derived imperative’, antara lain

adalah;

1. Keamanan organisasi dalam lingkungan.

2. Stabilitas hubungan informal dalam organisasi.

3. Kesamaan pandangan tentang makna dan aturan organisasi.

Selznick mengarahkan studi organisasi pada masa mendatang lebih berfokus

pada keputusan penting yang menyebabkan terjadi perubahan struktur. Ia

menemukan bahwa ternyata institusionalisasi adalah proses dimana organisasi

mengembangkan karakter struktur secara khusus.

Kontribusinya bagi teori institusional terjadi melalui kesimpulan

penilitiannya yang menyatakan bahwa organisasi melakukan proses adopsi dan

kooptasi terhadap organisasi lainnya atau lingkungan institusionalnya. Penilitian

Selznick difokuskan pada dua hal; pertama, adalah terhadap Lembaga Otorita

Lembah Tennesse, bagaimana lembaga tersebut merespons tantangan eksternal.

Kesimpulannya menunjukkan bahwa ternyata lembaga tersebut menciptakan

proses kooptasi terhadap organisasi lain dalam merespons hal ini. Kedua, adalah

terhadap pengorganisasian Leninist di Soviet, tentang bagaimana perlakuan Lenin

terhadap sukarelawan dan agen-agen. Lenin menjalankan tugasnya dengan sangat

disiplin. Temuan Selznick menunjukkan bahwa para agen bekerja dengan disiplin

9
karena adanya proses pendelegasian wewenang yang mengindikasikan adanya

proses adopsi dari organisasi lainnya.

Dari kedua hasil penilitiannya, Selznick menyimpulkan bahwa organisasi

selalu melakukan proses adopsi terhadap bentuk organisasi lainnya. Selznick

menyatakan bahwa konsekuensi dari dibangunnya sebuah organisasi adalah

bagaimana organisasi membentuk aturan dan mejalankannya dalam struktur secara

fungsional. Analisis Selznick terhadap struktur fungsional adalah bagaimana

struktur secara fungsional dapat menjawab kebutuhan dasar dan bagaimana

keseluruhan sistem dapat bertahan, serta struktur secara signifikan merupakan

pernyataan anggotanya.

Mereka bertindak sesuai pernyataan struktur organisasi. Pandangan Selznick

terhadap proses kooptasi atau penyertaan dipahami olehnya sebagai proses

penyesuaian sebuah organisasi, baik secara formal maupun informal. Secara

formal, pembagian tanggung jawab organisasi dimaksudkan untuk memperoleh

legitimasi. Sementara secara informal kooptasi merupakan proses penyesuaian

yang memungkinkan pusat kekuasaan menjadi spesifik dan jelas berada dimana.

3. Alvin Gouldner

Dalam membahas sejarah fungsionalisme struktural, Alvin Gouldner

mengingatkan pada pembaca-pembacanya akan lingkungan di mana

fungsionalisme aliran Parsons berkembang. Walaupun kala itu adalah merupakan

masa kegoncangan ekonomi di dalam maupun di luar negeri sebagai akibat dari

depresi besar. Teori fungsionalisme Parsons mengungkapkan suatu keyakinan akan

perubahan dan kelangsungan sistem. Pada saat depresi kala itu, teorinya merupakan

10
teori sosial yang optimistis. Akan tetapi agaknya optimisme Parson itu dipengaruhi

oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan kembalinya masa

kemewahan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka yang hidup dalam sistem

yang kelihatannya galau dan kemudian diikuti oleh pergantian dan perkembangan

lebih lanjut maka optimisme teori Parsons dianggap benar. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Gouldner ”untuk melihat masyarakat sebagai sebuah firma, yang

dengan jelas memiliki batas-batas srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori

baru Parsons, adalah tidak bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan

realitas personal kehidupan sehari-hari yang sama-sama kita miliki”. Coser dan

Rosenberg melihat bahwa kaum fungsionalisme struktural berbeda satu sama lain

di dalam mendefinisikan konsep-konsep sosiologi mereka. Sekalipun demikian

adalah mungkin untuk memperoleh suatu batasan dari dua konsep kunci

berdasarkan atas kebiasaan sosiologis standar. Struktur menunjuk pada seperangkat

unit-unit sosial yang relatif stabil dan berpola atau suatu sistem dengan pola-pola

yang relatif abadi.

Selama beberapa dasawarsa, fungsionalisme struktural telah berkuasa sebagai

suatu paradigma atau model teoritis yang dominan di dalam sosiologi kontemporer

Amerika. Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang

tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-

benar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-

struktur sosial sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling

tergantung. Tetapi dalam sepuluh tahun terakhir ini teori fungsionalisme struktural

itu semakin banyak mendapat serangan sehingga memaksa para pendukungnya

11
untuk mempertimbangkan kembali pernyataan mereka tentang potensi teori

tersebut sebagai teori pemersatu dalam sosiologi.

C. Teori Pertukaran Sosial Menurut Peter Blau

Pertukaran dapat diartikan sebagai aktivitas memberi sesuatu atau melakukan

sesuatu dan menerima sesuatu sebagai sebuah imbalan. Sesuatu yang dipertukarkan

biasanya berupa uang, catatan-catatan penting, deposito bank, kata-kata,

pandangan-pandangan (glances) tentang sesuatu hal. Hal yang dipertukarkan pada

dasarnya memiliki nilai yang lebih kurang sama. (Ii, n.d.)

Teori pertukaran sosial merupakan satu teori yang dikembangkan oleh pakar

psikologi John W. Thibaut dan Harold H. Kelley, ahli sosiologi seperti George C.

Homans, Richard Emerson dan Peter M. Blau. Berdasarkan teori ini, manusia selalu

berada dalam hubungan pertukaran antara yang satu dengan yang lain, baik antara

pribadi dengan pribadi maupun antara pribadi dengan kelompok. Teori ini melihat

hubungan pertukaran antar aktor sebagai hubungan yang saling mempengaruhi

(reciprocal). Pada umumnya hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat,

mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, dimana

didalamnya terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan

(profit). Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya

pengorbanan, sedangkan pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan

keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Analisa hubungan sosial

menurut cost and reward inilah ciri khas teori pertukaran. Misalnya, pola-pola

perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.

12
Peter M. Blau mendasari teori sosialnya pada perilaku manusia yang

kemudian disebut dengan teori pertukaran. Inilah dasar dari proses sosial. Ia

mencoba menemukan bentuk proses pertukaran pada tingkat mikro dan makro

dengan melihat apa yang mendasari pertukaran antar pribadi seperti juga terjadi

pertukaran antar unit dalam suatu organisasi (kelompok).

Tujuan Peter Blau adalah pengertian atas struktur sosial berdasarkan analisis

atas proses-proses sosial yang mengatur hubungan-hubungan diantara individu dan

kelompok. Pertanyaan yang mendasar dari Blau ialah bagaimana kehidupan sosial

menjadi terorganisir ke dalam struktur asosiasi di kalangan manusia yang semakin

kompleks. Blau memusatkan perhatiannya pada proses-proses pertukaran, yang

dalam pandangannya mengarahkan banyak perilaku manusia dan menggarisbawahi

hubungan-hubungan di antara individu dan juga di antara kelompok.

Blau mengakui kajian perilaku individu adalah hal yang penting yang harus

dilakukan untuk menuju pemahaman yang lebih kompleks yaitu struktur sosial. Inti

dasar pemikiran Peter M. Blau tentang pertukaran sosial: Pertama, membedakan

kelompok besar (organisasi) dengan kelompok kecil (individu yang merupakan

bagian dari organisasi atau menut Homans perilaku individu), Kedua, pertukran

sosial berlangsung antar individu dengan kelompok. Ketiga, nilai norma sebagai

perantara atau media dalam aktivitas individu dan kelompok tersebut.

13
D. Contoh Struktural Fungsional

Contoh kajian yang dikemukakan dalam teori struktural fungsional, antara

lain;

1. Membayar Pajak

Bagian kehidupan yang dapat diberikan penjelasan mengenai teori struktural

fungsional ini misalnya saja adalah membayar pajak yang dilakukan masyarakat,

sejatinya pajak yang dikeluarkan tersebut untuk kepentingan bersama, baik

pembangunan infrastruktur ataupun ekonomi. Masyarakat yang rajin dalam

membayar pajak secara tidak langsung telah memikirkan kebersamaan dalam

hidupnya.

2. Pendidikan

Pendidikan yang dilakukan pemerintah dalam berbagai jenis lembaga

pendidikan adalah bagian daripada teori struktural fungsional, contoh ini bisa

dikemukakan karena masyarakat yang ingin hidup dengan ketenangan terhadap

bentuk perubahan sosial harus memiliki pendidikan tinggi, adanya pemerintah

memberikan fasilitas maka masyarakat mengisi serta mendorong suksesi kehidupan

dengan masuk dalam lembaga pendidikan tertentu.

3. Lowongan Kerja

Contoh lainnya, mengenai gambaran dalam teori struktural fungsional ini

adalah lowongan kerja yang di dorong pemerintah sebagai cara mengatasi

pengangguran dan solusinya di indonesia secara tidak langsung kondisi ini

dilakukan dengan terus memberikan pelayanan pada investor yang membangun

perusahaannya di Indonesia.

14
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan mengenai pengertian teori struktural fungsional menurut para

ahli dan contohnya ada sejumlah kritik yang terjadi, kritik ini berhubungan dengan

menjustifikasi status quo, artinya teori yang dikemukakan selalu berpihak pada

penguasa, dan mendukung segala bentuk pembenaran yang dilakukan oleh

penguasa. Meskipun begitu secara tidak langsung, susunan dalam teori ini

memperjelas bahwa keinginan masyarakat hakikatnya adalah ingin hidup dalam

persatuan tanpa adanya kesenjangan sosial yang membatasinya.

Pandangan dalam teori struktural fungsional ini juga membawa manusia

bahwa hidup ini tidak bisa terpisah dari fakta sosial serta realitas sosial yang akan

menjadi keseimbangan sosial jika masyarakat mau bergabung menjadi satu, tanpa

adanya peraihan yang akan mendorong konflik sosial masyarakat.

(DosenSosiologi.Com, 2018)

15
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. S. (2016, June 13). PTA KELOMPOK 7 . Retrieved from ayusftr

blogspot: http://ayusftr.blogspot.com/2016/06/pta-kelompok-7.html

DosenSosiologi. (2018, Maret 12). 6 Teori Struktural Fungsional Menurut Para

Ahli dan Contohnya Lengkap. Retrieved from dosensosiologi:

https://dosensosiologi.com/6-teori-struktural-fungsional-menurut-para-

ahli-dan-contohnya-lengkap/

DosenSosiologi.Com. (2018, Maret 12). 6 Teori Struktural Fungsional Menurut

Para Ahli dan Contohnya Lengkap. Retrieved from dosensosiologi.com:

https://dosensosiologi.com/6-teori-struktural-fungsional-menurut-para-

ahli-dan-contohnya-lengkap/

Buru, U. I. (2019). Talcot parson and robert k merton. October.

https://doi.org/10.31219/osf.io/9pmt3

Ii, B. A. B. (n.d.). No Title. 1555–1556.

16
17

Anda mungkin juga menyukai