KAJIAN GENDER
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Kajian Gender.
Disusun Oleh:
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini pada
tepat waktu. Tak lupa pula shalawat serta salam kita ucapkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya
yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Kajian
Gender. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Kajian Gender
yaitu ibu Silvia Tabah Hati, M.Si., yang telah memberikan kami tugas makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi perbaikan
penulisan ini di masa yang akan datang. Harapan kami semoga penulisan makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
PENUTUP ................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Konsep gender sangatlah beragam, namun demikian terdapat satu garis besar dari
pemahaman tentang gender, yaitu suatu konstruksi sosial masyarakat terhadap
perbedaan status dan peran yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya.
III. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh dosen
pengampuh mata kuliah Kajian Gender, yaitu ibu Silvia Tabah Hati, M.Si., dan
sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami pribadi sebagai masalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Struktural Fungsional
Asumsi dasar teori struktural fungsional terletak pada konsep tatanan sosial. Teori
ini berasumsi bahwa masyarakat itu statis atau malah seimbang, dengan masing-masing
elemen masyarakat berperan dalam menjaga stabilitas itu (Ida Bagus Wirawan, 2012).
Secara makro, teori ini mengkaji perilaku manusia dalam konteks organisasi
(masyarakat) dan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi keadaan keseimbangan
organisasi atau masyarakat. Teori fungsi struktural telah mempengaruhi perkembangan
teori sosiologi hingga saat ini (Pip Jones, 2009a). Pusat pertumbuhan teori sosial itu
sendiri ada di Amerika Serikat (Peter Burke, 1992). Negara ini juga menjadi tempat
runtuhnya teori struktural fungsional itu sendiri, yang populer antara tahun 1930-an dan
1960-an. Akar teori struktural fungsional terdapat pada karya Emile Durkheim (Mustafa
Emirbayer, 2008) dan berbagai antropolog seangkatannya, seperti Aguste Comte (Mary
Pickering dan Herbet Pencer. Mereka menawarkan sistem sintesis yang komprehensif
dalam sistem pemikiran sosial. Asumsi utama teori ini adalah asumsi bahwa masyarakat
adalah organisme biologis yang terdiri dari organ-organ yang akibatnya saling
bergantung agar organisme ini dapat bertahan hidup. Dengan pendekatan fungsional
struktural ini, sosiolog mengharapkan adanya tatanan sosial dalam masyarakat.
5
Menurut Durkheim, masyarakat adalah suatu kesatuan berupa sistem yang
didalamnya terdapat bagian-bagian yang berbeda. Keseimbangan sistem dapat dibangun
dan dipelihara ketika setiap bagian dari sistem menjalankan fungsinya masing-maisng.
Masing-masing bagian saling berhubungan dan saling bergantung, sehingga jika salah
satu bagian tidak berfungsi maka timbul kondisi patologis dimana keseimbangan sistem
terganggu.
Kritik terhadap teori struktural fungsional banyak dilontarkan karena teori ini
dianggap masih memiliki beberapa kelemahan, seperti:
B. Teori Konflik
Teori konflik adalah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang
masyarakat sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagianatau komponen-
komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang
satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya
atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pada dasarnya, pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidka banyak
berbeda dari pandnagan teori fungsionalisme struktural. Karena keduanya sama-sama
memandnag masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian. Perbedaan
antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentag elemen-
elemen pembentuk masyarakat itu. Menurut teori fungsionalisme struktural, elemen-
6
elemen itu fungsional sehingga mereka berjuang untuk slaing mengalahkan satu sama
lain guna memperoleh keuntunfan sebesar-besarnya.
Guna memahami itu secara lebih baik, kita melihat kembali contoh yang telah
dipakai untuk menjelaskan teori fungsionalisme struktural, yakni bisnis penerbangan di
bandara udara. Seturut teori fungsional struktural, elemen-elemen itu berfungsi dengan
baik sehingga keseluruhan bisnis penerbangan bisa berjalan normal. Sebaliknya, teori
konflik berminat untuk mencari tahu persaingan diantara elemen atau komponen yang
berbeda-beda itu seperti pihak manajemen dan karyawan supaya masing-masing
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Bisa saja pilot mendesak manajemen untuk
tidak menerima karyawan baru agar bayarannya tetap tinggi, atau petugas menara
menuntut peralatan baru yang memudahkan pekerjaan mereka. Perbedaan kepentingan
itu akan menimbulkan konflik.
C. Interaksionisme Simbolik
Teori interaksi simbolik berangkat dari pemikiran bahwa realitas sosial merupakan
sebuah proses yang dinamis. Individu-individu berinteraksi melalui simbol, yang
maknanya dihasilkan dari proses negoisasi yang terus-menerus oleh mereka yang
terlibat dengan kepentingan masing-masing (Abdullah, 2006, p.5). Makna suatu simbol
bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan kepentingan individu,
yang dibingkai oleh ruang dan waktu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
individu diletakkan sebagai pelaku aktif, sehingga konsep mengenai diri (self) menjadi
pening. Konsep diri yang dikaitkan dengan emosi, nilai, keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan, serta pertimbangan masa lalu dan masa depan, turut mempengaruhi diri
dalam pengambilan peran.
7
suatu proses sadar yang memiliki beberapa kemampuan yang terus berkembang melalui
interaksi dengan individu lain.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asumsi dasar teori struktural fungsional terletak pada konsep tatanan sosial. Teori
ini berasumsi bahwa masyarakat itu statis atau malah seimbang, dengan masing-masing
elemen masyarakat berperan dalam menjaga stabilitas itu (Ida Bagus Wirawan, 2012).
Secara makro, teori ini mengkaji perilaku manusia dalam konteks organisasi
(masyarakat) dan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi keadaan keseimbangan
organisasi atau masyarakat.
Teori interaksi simbolik berangkat dari pemikiran bahwa realitas sosial merupakan
sebuah proses yang dinamis. Individu-individu berinteraksi melalui simbol, yang
maknanya dihasilkan dari proses negoisasi yang terus-menerus oleh mereka yang
terlibat dengan kepentingan masing-masing (Abdullah, 2006, p.5).
9
DAFTAR PUSTAKA
10