Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH

Teori Birokrasi Max Weber 1890-1910s

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Teori Organisasi”

Dosen Pembimbing

Drs Andi Mappincara, M.Pd

Andi Wahed, S.Pd, M.Pd

Oleh

Kelompok 1

Disusun Oleh :

LALA VITALOKA (200403502013)

ANNISA FRIYA ARDINI (200403501031)

ANGELA KARTINI (200403502010)

ADMINISTRASI PENDIDIKAN (AP 02)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 12 Februari 2021

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Teori Birokrasi Max Weber ............................................................................................ 3
B. Birokrasi Menurut Max Weber ....................................................................................... 4
C. Tiga Tipe Ideal dari Otoritas Menurut Max Weber ........................................................ 4
D. Prinsip Organisasi ideal Max Weber .............................................................................. 5
E. Ciri-ciri Birokrasi Menurut Max Weber ......................................................................... 6
F. Batasan Kekuasaan Menurut Max Weber....................................................................... 6
G. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Birokrasi Max Weber ............................................. 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan aktifitas pendidikan mengharuskan adanya teori yang dapat
memberikan penjelasan atau masalah-masalah yang di hadapi dalam usaha
meningkatkan efektifitas dan efesiensi pendidikan.Teori adalah serangkaian bagian
atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah.Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (1970) berpendapat bahwa
teori adalah seperangkat konvensi yang diciptakan oleh ahli teori, terdiri dari suatu
gugus asumsi ysng relefan dan secara sistematis berhubungan satu sama lain. Suatu
teori tidak dilihat dari benar salahnya, melainkan dilihat apakah teori itu mempunyai
kegunaan dalam meramalkan suatu kejadian atau dapat menghasilkan konsep yang
relefan yang dapat di perifikasikan.
Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan
konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau
kadang-kadang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum digambarkan
oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya
terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan
penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah organisasi-organisasi
agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik berkembang dalam tiga aliran salah satunya
teori birokrasi Max Weber.
Max weber menyatakan birokrasi yang ideal adalah birokrasi yang berdasarkan
pada sistem peraturan yang rasional dan tidak berdasarkan pada paternalism
kekuasaan dan charisma. Dalam teori ini, birokrasi harus dibentuk secara rasonal
sebagai organisasi social yang dapat diandalkan, terukur, dapat diprediksikan, dan
efesien. Hal tersebut didasarkan kepada keyakinan bahwa dalam kehidupan
masyarakat modern, birokrasi diperlukan dalam menunjang kegiatan pembangunan
ekonomi, politik, dan budaya. Penciptaan birokrasi rasional, menurut Weber juga
tidak terlepas dari tuntutan demokrasi yang mensyaratkan di implementasikannya
penegakan hokum (law enforcement) dan legalisme formal dalam tugas-tugas
penyelengaraan negara. Oleh karena itu, birokrasi harus diciptakan sebagai sebuah
organisasi yang terstruktur, kuat dan memiliki sistem kerja yang terorganisasi dengan
baik.
Berkenaan dengan jangkauan pengaruh dan peranan penting argumennya, tulisan
Weber tentang birokrasi adalah jauh lebih penting dari pada seluruh sumbangan
pemikiran yang sudah kita diskusikan. Namun demikian terdapat kekurangan rincian
pemaparan dari karyanya, seperti penolakannya yang jelas-jelas tanpa alasan terhadap
ide-ide tertentu di suatu pihak, atau adanya diskusi kritis terhadap beberapa fragmen
karyanya di pihak lain. Tidaklah mengherankan hal ini menimbulkan berbagai versi
pandangan yang ditinggalkannya. Dua sumber penting tentang birokrasi terbit setelah

1
ia meninggal, Wirtschaft und Gesellschaft (1921). Terlepas dari pergunjingan-
pergunjingan tadi, acuan tentang birokrasi tersebar seluruhnya dalam dua volume
besar karya itu. Sumber penting ketiga, esai panjang “Parliament and Government in
the Newly-Organized Germany” (1918), yang sudah diterjemahkan dalam bahasa
Inggris dan kini benar-benar terlupakan
Bagian ini menyajikan suatu eksposisi teori birokrasi weber yang menekankan
bahwa ia bertolak dari seperangkat besar konsep-konsep yang berhubungan. Konteks
konsep yang lebih relevan bagi eksposisi seperti itu, ditemukan dalam analisis Weber
tentang organisasi. Pada bab pertama Wirtsschaft und Gesellschaft (W.u.G.), yang
didalamnya ia menguji konsepkonsep dasar sosiologi Weber sangat menaruh
perhatian pada gagasan tentang verband. ini jelas merupakan suatu konsep yang
memiliki signifikansi yang sangat luas karena terdiri dari pandangan-pandangan yang
berbeda seperti negara, partai politik, gereja, sekte dan firma. ”Organisasi”barangkali
merupakan yang paling jelas terjemahannya, tetapi di dalam kasus apa pun, verband
memiliki konotasi khusus bagi Weber. Ia diartikan sebagai suatu tatanan yang
memiliki hubungan sosial, dengan mempunyai tugas masing-masing. Kehadiran
seorang pemimpin dan biasanya juga seorang staf administrasi merupakan suatu ciri
tetap suatu organisasi. Begitulah pendapat mereka yang mempertahankan struktur.
Dengan cara yang sangat ringkas tersebut, Weber menyatukan pokok-pokok pikiran
analisis Mosca dan Michels. Menurut definisi, organisasi merupakan struktur
hierarkis bi atau tri-partite.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari teori birokrasi ?
2. Apa pandangan Max Weber mengenai teori birokrasi ?
3. Apa saja tipe ideal dari otoritas menurut Max Weber
4. Apa saja prinsip organisasi ideal Max Weber?
5. Apa saja ciri-ciri birokrasi menurut Max Weber ?
6. Apa saja batasan kekuasaan menurut Max Weber ?
7. Apa kelebihan dan kekurangan sistem birokrasi Max Weber ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori birokrasi
2. Untuk mengetahui pandangan Max Weber mengenai teori organisasi
3. Untuk mengetahui tipe ideal dari otoritas menurut Max Weber
4. Untuk mengetahui prinsip organisasi idel Max Weber
5. Untuk mengetahui ciri -ciri birokrasi menurut Max Weber
6. Untuk mengetahui batasa kekuasaan menurut Max weber
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem birokrasi Max Weber

2
BAB II PEMBAHA SAN

PEMBAHASAN

A. Teori Birokrasi Max Weber


Birokrasi itu sendiri berasal dari kata “Bureaucratie“ yang berasal dari bahasa
Perancis, terdiri dari kata „Berau“ yang artinya Meja tulis dan “Cratein“ yang artinya
Kekuasaan. Jadi, secara terminologi Birokrasi adalah kekuasaan berada pada orang-
orang di belakang meja atau kekuasaan yang dijalankan oleh para pejabat/birokrat.
Pejabat atau birokrat disini adalah orang-orang yang menjalankan tugas dan
wewenang sesuai dengan aturan didalam organisasi. Birokrasi berhubungan dengan
organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi
aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol
(1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung
model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Max Weber
adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber (1948), organisasi
birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural.

Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang


distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi.
Weber menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk
merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.

Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada


divisi pekerja untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas
yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus
tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.

Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan


anggota organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu,
membantu mengarahkan hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna
menyelesaikan tugas-tugas organisasi.

Keempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik


yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
kepada mereka. Para manajer harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara
logis, dan individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan
tugasnya demi perusahaan.

Kelima, mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung


jawab memungkinkan aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang
berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif
untuk dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-
tugasnya.

Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di


antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi.

3
Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi
dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan
prioritas yang tinggi dari tugas-tugas organisasi di dalam perbandingannya dengan
prioritas yang rendah dari anggota organisasi individu.

Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota
organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja
harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja
yang mereka lakukan.

Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan


pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut
prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan
pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.

Menurut Weber, jika kedelapan karakteristik di atas diaplikasikan kedalam


birokrasi maka birokrasi tersebut dapat dikatakan legal-rasional. Legal oleh sebab
tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimakoleh siapa pun juga. Rasional
artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-akibatnya.

B. Birokrasi Menurut Max Weber


Max Weber menciptakan model tipe ideal birokrasi yang menjelaskan bahwa
suatu birokrasi atau administrasi mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua
fungsi dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Tipe ideal itu menurutnya bisa
dipergunakan untuk membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan
organisasi yang lain.

Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin


(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi
menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi
sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan
dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan
jelas penjelasan sebab-akibatnya.

Weber memusatkan perhatian pada pertanyaan, “Mengapa orang merasa wajib


untuk mematuhi perintah?”. Focus ini merupakan salah satu bagian dari penekanan
Weber terhadap organisasi kemasyarakat sebagai keseluruhan dan peranan negara
pada khususnya. Ia mengatakan bahwa kepercayaan bawahan terhadap legitimasi
akan menghasilkan kestabilan pola kepatuhan dan perbedaan sumber perintah dalam
sistem organisasi.

C. Tiga Tipe Ideal dari Otoritas Menurut Max Weber


1. Otoritas tradisional
Otoritas tradisional meletakkan dasar-dasar legitimasi pada pola pengawasan
sebagaimana di berlakukan dimasa lampau dan yang kini masih berlaku.
4
2. Otoritas Kharismatik
Otoritas ini timbul karena terjadi penghambaan pada individu yang memiliki hal
hal yang tidak biasa. Individu yang dipatuhi tersebut misalnya mempunyai sikap
heroik, ciri dan sifat pribadi lainnya yang amat menonjol. Pemimpin seperti selalu
dipatuhi oleh para pengikutnya yang dipandang dapat memimpin kearah
pencapaian tujuan. Para pengikut mematuhinya, karena penghambaan diri, bukan
karena hukum yang memaksa untuk patuh.
3. Otoritas Legal-Rasional
Otoritas ini didasarkan atas aturan yang bersifat tidak pribadi impersonal yang
ditetapkan secara legal. Kesetiaan atau kepatuhan adalah manakala seseorang
melaksanakan otoritas kantornya hanya dengan loyalitas formal dan pimpinannya
dan hanya dalam jangkauan otoritas kantornya. Otoritas legal-rasional memang
didasarkan atas aturan-aturan yang pasti. Aturan bisa saja terdapat perubahan
untuk dapat mengikuti perubahaan yang terjadi didalam lingkungannya secara
sistematis, dan mengandung perkiraan masa mendatang.

D. Prinsip Organisasi ideal Max Weber


Dalam perspektif Max Weber, terdapat 7 prinsip dasar yang perlu diterapkan
dalam membangun organisasi agar dapat mencapai tujuannya. Ketujuh prinsip
tersebut adalah (Stephen Robbin):

1. Pembagian Kerja. Pekerjaan dipecah-pecah sehingga jelas pembagian masing-


masing anggota.
2. Hirarki kewenangan yang jelas. Struktur organisasi disusun bertingkat dan
memastikan jabatan yang lebih rendah berada di bawah supervisi dan kontrol dari
yang lebih tinggi. Garis komando dan garis koordinasi diciptakan untuk
meperjelas alur pelaporan diantara anggota organisasi.
3. Formalisasi yang tinggi. Untuk mengatur perilaku anggota organisasi, perlu
disusun peraturan dan prosedur formal sebagai sebuah sistem. Poin ini sangat
relevan dengan besaran organisasi. Semakin organisasi tumbuh besar, maka perlu
ada formalisasi agar semua hal berjalan standar.
4. Impersonal. Tindakan dan keputusan yang berlaku di dalam organisasi tidak
melibatkan perasaan pribadi. Tidak diperbolehkan konflik kepentingan berperan
dalam pengambilan keputusan
5. Keputusan personalia berdasarkan kemampuan. Keputusan tentang promosi,
seleksi, didasarkan atas kualifikasi, keberhasilan atau prestasi. Organisasi harus
menciptakan merit sistem berjalan secara sesuai.
6. Adanya jenjang karir bagi anggota organisasi. Prinsip ini mengasumsikan bahwa
keanggotaan organisasi seseorang adalah seterusnya (continuous basis). Dengan
jenjang karir diharapkan anggota dapat mengejar karir dan menjaga komitmen
terhadap organisasi.
7. Pemisahan yang jelas kehidupan pribadi dan organisasi. Dalam organisasi ideal,
pengambilan keputusan dilakukan semaksimal mugkin berjalan rasional. Artinya,

5
anggota organisasi harus dapat memisahkan kehidupan organisasi dan kehidupan
organisasi.

E. Ciri-ciri Birokrasi Menurut Max Weber


1. Jabatan administrative yang terorganisasi/tersusun secara hirarkis
2. Setiap jabatan mempunyai wilayah kompetensinya sendiri
3. Pegawai negeri ditentukan, tidak dipilih, berdasarkan pada kualifikasi Teknik
yang ditunjukan dengan ijazah atau ujian
4. Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukannya
5. Pekerjaan merupakan karir yang terbatas atau pada pokoknya, pekerjaannya
sebagai pegawai negeri
6. Para pejabat tidak memiliki kantor sendiri
7. Para pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan
8. Promosi didasarkan pada perimbangan kemampuan yang melebihi rata-rata

F. Batasan Kekuasaan Menurut Max Weber


1. Kolegialitas, yaitu suatu prinsip perlibatan orang lain dalam pengambilan suatu
keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi, satu atasan mengambil satu
keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegilalitas dapat saja diterapkan guna
mencegah korupsi kekuasaan.
2. Pemisahan kekuasaan, yaitu pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang
sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, untuk menyepakati anggaran negara,
perlu keputusan bersama antara badan DPR dan Presiden
3. Administrasi Amatir, yaitu dibutuhkan tatkala pemerintah tidak mampu
membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi. Misalnya, tatkala KPU
(birokrasi negara Indonesia) “kerepotan” menghitung surat suara bagi tiap TPS
4. Demokrasi langsung, adalah berguna dalam membuat orang bertanggungjawab
kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia, meski merupakan
prerogative Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu haris di-fit and proper-
tesr oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung
jawab kepada rakyat secara keseluruhan.
5. Representasi, adalah seorang pejabat yang diangkat mewakili para pemilihnya.
Dalam kinerja organisasi, partai-partai politik dapat diandalkan dalam mengawasi
kinerja pejabat dan staf birokrasi. Ini akibat pengertian tak langsung bahwa
anggota DPR dari partai politik mewakili rakyat pemilih mereka

Dalam pandangan Weber, jika suatu organisasi memiliki dasar-dasar berupa


prinsip-prinsio sebagaimana dikemukakan tersebut di atas, maka organisasi
tersebut akan dapat mengatasi ketidakefesienan dan ketidakpastian yang sangat
tipikal yang ditemukan pada banyak organisasi pada masa itu

6
G. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Birokrasi Max Weber
Kelebihan Sistem Birokrasi Max Weber yaitu :

a. Terdapat aturan-aturan serta prosedural dalam suatu organisasi.


Pada bentuk teori birokrasi yang di gagas oleh Max Weber terdapat penekanan
tentang penting prosedur dan aturan-aturan yang harus ditaati. Menurut Max
Weber bahwa setiap peraturan haruslah bersifat rasional dan tertulis sehingga
suatu organisasi akan memiliki suatu pedoman dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.
b. Mempunyai Spesialisasi Pekerjaan dan Job Description yang Jelas.
Dalam sistem ini terdapat pembagian tugas yang spesifik, seperti halnya
mesin, dimana setiap orang hanya mengerjakan pekerjaan tertentu yang telah
didelegasikan kepadanya. Dengan demikian, pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik dan cepat serta tidak ada benturan kepentingan karena masalah overlapping
pekerjaan.
c. Ada Hierarki Otoritas yang Formal, Sehingga Memudahkan Pengkoordinasian.
Dengan adanya hierarki otoritas, masing-masing pekerja tahu demana
posisinya dan otomatis akan mengikuti perintah supervisor/atasannya, sehingga
proses pengkoordinasisian pekerja menjadi mudah

Kekurangan Sistem Birokrasi Max Weber yaitu :


a. Hierarki otoritas yang formal malahan cenderung kaku karena sistem hierarki
perusahaan, maka bawahan akan segan menyapa atasannya kalua tidak benar-
benar perlu. Hal ini menciptakan suasana formal yang malah cenderung kaku
dalam organisasi.
b. Aturan dan control yang terlalu rinci menyebabkan impersonality atau melupakan
unsur-unsur kemanusiaan tidak ada antusiasme maupun keceriaan dalam
organisasi karena segala sesuatunya sudah diatur sedemikian rupa. Manusia
disamakan dengan mesin yang tidak punya hati dan hanya bekerja demi
perusahaan.

7
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka
kami mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Max Weber mengatakan bahwa birokrasi yang rasional adalah birokrasi yang
muncul atas dasar kaidah-kaidah otoritas hukum, bukan karena sebab lain
2. Tipe ideal dari otoritas Max Weber yaitu : Otoritas tradisional, Otoritas
kharismatik, dan Otoritas Legal-Rasional
3. Prinsip organisasi ideal Max Weber yaitu : pembagian kerja, hierarki kewenangan
yang jelas, formalitas yang tinggi, impersonal, keputusan personalia berdasarkan
kemampuan, adanya jenjang karir bagi anggota organisasi, pemisahan yang jelas
kehidupan pribadi dan organisasi
4. Ciri-ciri birokrasi menurut Max Weber yaitu : Jabatan administrative yang
terorganisasi/tersusun secara hirarkis, setiap jabatan mempunyai wilayah
kompetensinya sendiri, pegawai negeri ditentukan, tidak dipilih, berdasarkan pada
kualifikasi teknik yang ditunjukan dengan ijazah atau ujian, pegawai negeri
menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukannya, pekerjaan
merupakan karir yang terbatas atau pada pokoknya, pekerjaannya sebagai pegawai
negeri, para pejabat tidak memiliki kantor sendiri, para pejabat sebagai subjek
untuk mengontrol dan mendisiplinkan, promosi didasarkan pada perimbangan
kemampuan yang melebihi rata-rata
5. Batasan kekuasaan menurut Max Weber yaitu : kolegialitas, pemisahan
kekuasaan, administrasi amatir, demokrasi langsung, dan representasi
6. Teori birokrasi yang dikemukakn oleh Max Weber memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu

B. Saran
Setelah kita memahami dan mengetahui tentang teori birokrasi menurut Max
Weber, sebaiknya kita menerapkan unsur-unsur ataupun tipe ideal yang dikemukakan
oleh Max Weber terutama kebijaksanaan, keberanian, menjaga diri dan keadilan
dalam berperilaku, khususnya dalam bidang birokrasi agar bisa terciptanya negara
yang teratur dan damai

8
DAFTAR PUSTAKA

Daraba, dahyar.2019.Reformasi Birokrasi & Pelayanan Publik. Jakarta. Leisyah

http://belajar-industri.blogspot.com/2012/04/7-prinsip-organisasi-ideal-max-
weeber.html?m=1

https://isakuikikang.blogspot.com/2014/04/teori-birokrasi-menurut-max-weber.html?m=1

https://www.slideshare.net/afifahdhaniyah/birokrasi-menurut-max-weber

Anda mungkin juga menyukai