Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI SOSIAL BUDAYA MAX WEBER


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : TEORI SOSIAL BUDAYA
Dosen Pengampu : Misroh Sulaswari, M.Pd

Oleh :

1. Muhammad Imam Taqiyyuddin (2210910015)


2. Silvia Emil (2210910023)
3. Siti Fatimatuz Zahro (2210910034)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Teori Sosial Budaya, yaitu Ibu Misroh Sulaswari, M.Pd., yang
telah memberikan kepercayaan kepada kami dalam menyusun makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengenal lebih dalam salah satu tokoh
teori sosial budaya yaitu Max Weber.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karenanya, mohon maaf apabila
ada salah dalam penggunaan kata atau kalimat, dan penulis menerima sepenuhnya
saran ataupun kritik yang bersifat membangun agar nanti penulis dapat
memperbaiki kesalahan di makalah yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum wr.wb

Kudus, 25 September 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................3
A. Biografi Max Weber...............................................................3
B. Konsep Weber tentang Kelas, Status, Kekuasaan, dan
Wewenang......................................................................................3
C. Pemikiran Weber tentang Rasionalitas dan Tindakan
Sosial..............................................................................................6
D. Teori Etika Protestan dan Kapitalisme................................8
E. Kritik Terhadap Teori Max Weber......................................9
F. Contoh Hubungan Teori Max Weber dengan Fenomena
Masa Sekarang............................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori sosial sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide
yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial.
Sementara teori budaya merujuk pada kata kebudayaan. Kajian dari teori
budaya sendiri sering dikaitkan dengan ilmu antropologi.
Teori sosial sering dikaitkan dengan teori sosiologi, sehingga teori yang
muncul berasal dari tokoh-tokoh sosiologi seperti Pitirim A. Sorokin, Emille
Durkheim, Talcott Parson, Karl Marx, max Weber, dan masih banyak lagi.
Sosiologi sejak awal perkembangannya di permulaan abad kesembilan belas
hingga dewasa ini, telah mengalami perubahan yang terus menerus seiring
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat karena kita tahu bahwa objek
studi sosiologi adalah masyarakat yang sifatnya dinamis dan terus
berkembang.
Perkembangan sosiologi ini tidak lepas dari tokoh-tokoh sosiologi yang
ikut menyumbang ilmu atau teorinya untuk sosiologi salah satunya adalah
Max Weber yang terkenal dengan teori-teori sosiologi klasiknya yang menuai
yaitu kontroversi tentang etika protestan. Untuk itu kami ingin mengetahui
sejauh mana Max Weber menyumbang teori-teorinya untuk sosiologi dan
mengetahui apa saja teori-teorinya seperti tentang kelas, status, kekuasaan dan
wewenang; kemudian tentang rasionalitas dan tindakan sosial; serta yang
terakhir adalah tentang etika protestan dan kapitalisme. Selain itu Weber juga
terpengaruh oleh beberapa ahli teori sosiologi lainnya seperti Karl Max dan
Immanuel Kant. Hasil kerja keras dan giatnya dia bekerja membawa hasil
berupa karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun, teori yang
dikemukakan oleh Weber tidak selamanya mulus, dia mendapat beberapa
kritikan mengenai teori-teori yang disampaikannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi intelektual Max Weber?
2. Bagaimana konsep Weber tentang kelas, status, kekuasaan, dan
wewenang?
3. Bagaimana pemikiran Weber tentang rasionalitas dan tindakan sosial?
4. Bagaimana pemikiran Weber tentang etika protestan dan kapitalisme?
5. Bagaimana kritik dan dukungan terhadap teori Max Weber?
6. Bagaimana contoh hubungan teori Max Weber dengan fenomena masa
sekarang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi dari salah satu tokoh teori sosial budaya yaitu
Max Weber.
2. Untuk memahami konsep Weber tentang kelas, status, kekuasaan, dan
wewenang.
3. Untuk memahami pemikiran Weber tentang rasionalitas dan tindakan
sosial.
4. Untuk memahami pemikiran Weber tentang etika protestan dan
kapitalisme.
5. Untuk mengetahui penjelasan kritik dan dukungan terhadap teori Max
Weber.
6. Untuk mengetahui contoh hubungan teori Max Weber dengan fenomena
masa sekarang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Max Weber


Max Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 di Erfurt Jerman , dari
keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki
posisi politik yang relatif penting. Ibu Weber adalah seorang Calvinis yang
sangat religius, seorang perempuan yang berusaha menjalani kehidupan
asketis yang tidak banyak terlibat dalam kenikmatan duniawi yang
didambakan oleh suaminya.1 Weber adalah anak pertama dari delapan
bersaudaraa dan tumbuh dewasa dilingkungan keluarga yang terdiri dari para
ahli intelektual dan profesional.
Weber menempuh pendidikan, khususnya bidang hukum, ekonomi, dan
filsafat, di beberapa sekolah yang berbeda, termasuk Heidelberg University,
University of Vienna, dan University of Munich. Ia juga menjadi anggota
terkemuka dari Max Planck Institute for the Study of Societies. Weber juga
menjadi salah satu pendiri German Sociological Society (1910).
Weber meninggal dunia pada 14 Juni 1920 ketika mengerjakan karya
terpentingnya yakni Economy and Society. Dari sekian banyak karyanya yang
termasyur antara lain: Wirtschaft undd Gessellschaft; Gesammelte Aufsatze
zur Wissenschaftlehre. Karyanya yang paling fenomenal yakni Protestant
Ethich and the Spirit of Capitalism yang dituliskan pada tahun 1904 dan 1905.

B. Konsep Weber tentang Kelas, Status, Kekuasaan, dan


Wewenang
Konsep kelas merujuk pada sekelompok orang yang ditemukan pada
situasi kelas yang sama, bukanlah komunitas, melainkan sekedar kelompok
orang yang berada dalam situasi yang sama. Kelas hadir dalam tatanan
ekonomi. Weber mendefinisikan tiga syarat munculnya situasi kelas yaitu:
1
Misroh Sulaswari dkk, Teori Sosial Budaya dalam kajian ilmu islam terapan (Pati: CV Al Qalam
Media Lestari, 2021), hal. 42

3
1. Sejumlah individu memiliki kesamaan komponen kausal spesifik
peluang hidup mereka
2. Komponen ini hanya direpresentasikan oleh kepentingan ekonomi
(penguasaan terhadap barang atau modal dan peluang memperoleh
pendapatan).
3. Direpresentasikan menurut syarat-syarat komoditas atau pasar
tenaga kerja.
Status merujuk pada komunitas, kelompok status biasanya berupa
komunitas. Weber mendefinisikan bahwa status adalah “setiap komponen
tipikal kehidupan manusia yang ditentukan oleh estimasi sosial tentang derajat
martabat tertentu, positif atau negatif”. Status oleh Weber lebih ditekankan
pada gaya hidup atau pola konsumsi. Namun demikian status juga dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti ras, usia, dan agama. Sudah jadi semacam patokan
umum kalau status dikaitkan dengan gaya hidup. Mereka yang berada di
puncak hierarki status memiliki gaya hidup berbeda dengan yang ada
dibawah. Dalam hal ini gaya hidup atau status terkait dengan situasi kelas.
Namun kelas dan status tidak selalu terkait satu sama lain.
Kekuasaan menurut Weber adalah kemampuan untuk memaksakan
kehendak meskipun sebenarnya mendapat tentangan atau tantangan dari orang
lain. Max Weber mengemukakan beberapa bentuk wewenang dalam
hubungan manusia yang juga menyangkut hubungan dengan kekuasaan.
Menurut Weber, wewenang adalah kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang diterima secara formal oleh anggota-anggota masyarakat.
Sedangkan kekuasaan dikonsepsikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa menghubungkannya dengan
penerimaan sosialnya yang formal. Dengan kata lain, kekuasaan dalam
pengertian yang luas adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau
menentukan sikap orang lain sesuai dengan keinginan si pemilik kekuasaan.
Tiga jenis legitimasi atau wewenang menurut Weber, yaitu:
1. Wewenang tradisional berlandaskan pada kepercayaan yang mapan
terhadap kekudusan, tradisi zaman, serta legitimasi status berdasarkan
otoritas. Wewenang tradisional yakni jenis wewenang yang berkembang

4
dalam kehidupan tradisional. Wewenang ini diambil keabsahannya
berdasar atas tradisi yang dianggap suci. Jenis wewenang ini dapat dibagi
dalam dua tipe, yakni patriarkhalisme dan patrimonialisme.
Patriarkhalisme adalah suatu jenis wewenang di mana kekuasaan
didasarkan atas senioritas. Mereka yang lebih tua atau senior dianggap
secara tradisional memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
Patrimonialisme adalah jenis wewenang yang mengharuskan seorang
pemimpin bekerjasama dengan kerabat-kerabatnya atau dengan orang-
orang terdekat yang mempunyai loyalitas pribadi terhadapnya. Ciri khas
dari kedua jenis wewenang ini adalah adanya sistem norma yang
dianggap keramat yang tidak dapat diganggu gugat. Pelanggaran
terhadapnya akan menyebabkan bencana baik yang bersifat gaib maupun
religious.
2. Wewenang kharismatik mutu luar biasa yang dimiliki seseorang dan
tidak dimiliki oleh orang lain. Wewenang kharismatik dapat dimiliki oleh
para dukun, para Rasul, pemimpin suku, pemimpin partai,dan sebaginya.
3. Wewenang rasional-legal, berdasarkan pada komitmen terhadap
seperangkat aturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara
impersonal (resmi dan umum). Wewenang rasional-legal berkembang
dalam masyarakat modern. Wewenang ini dibangun atas legitimasi
(keabsahan) yang menurut pihak yang berkuasa merupakan haknya.
Wewenang ini dimiliki oleh organisasi-organisasi, terutama yang bersifat
politis.

5
C. Pemikiran Weber tentang Rasionalitas dan Tindakan Sosial
a) Teori Tindakan Sosial
Pada dasarnya kajian terhadap teori ini memberikan sumbangsih kepada
perilaku seseorang yang dilakukan untuk memberikan pengaruh kepada orang
lain, baik memberikan sumbangsih kepada orang lain melalui saran, ucapan,
ataupun melalui tindakan.
Dalam kondisi ini misalnya saja dalam beragam jenis interaksi sosial yang
dilakukan oleh para politikus yang melakukan kampanye saat akan menjelang
Pemilihan Kepala Daerah ataupun menjelang Pemilihan Anggota Legistatif
(DPR, DPRD, DPD dan lain sebaginya).
Saat menjalankan kampanyenya, para politikus ini melakukan proses
belajar untuk menarik perhatiaan saat biacara. Belajar yang dilakukan
misalnya saja dengan mencoba di depan cermin, saat proses percobaan di
depan cermin itulah iya melakukan tidakan tapi bukan sosial.
Adapun saat ini melakukan kampanye sungguhan dengan di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat disadari ataupun tidak ia telah
mengimplementasikan tindakan sosial. Inilah perbedaan antara tindakan
sosial dan tidak.
Ia menambahkan isi dalam teori ini bahwasanya, segala perilaku yang
dilakukan oleh manusia dan dianggap memiliki nilai secara subjektif bagi
pelakunya maka disebut sebagai tindakan sosial. Hal ini mengindikasikan
bahwa Weber mendalami tentang tindakan sosial akan memiliki akibat
tertentu serta memberikan corak pada setiap individu.
Adapun yang menjadi pengaruh seseorang melakukan tindakan sosial
sendiri, dalam pandangan weber bisa dilatar belakangi dengan adanya
berbagai latar belakang yang mempengaruhinya. Setidaknya ia memberikan
penambahan ada 4 hal yang menjadi indikasi seseorang melakukan tindakan
sosial. Diantaranya bentuk tindakan sosial tersebut adalah sebagai berikut;
1. Zweck rational, artinya adalah serangkaian tindakan yang dijalankan
oleh seseorang untuk terwujudkanya tujuan tertentu.

6
2. Wert rational, artinya adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
(individu) dengan berobjek pada nilai-nilai tertentu di dalam
masyarakat.
3. Tindakan afektif, artinya adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan seseorang untuk menerima perasaan atau emosi seseorang
akan keadaan-keadaan tertentu yang berkembang di dalam
masyarakat
4. Tindakan tradisional, artinya adalah serangkaian prilaku yang
dijalankan oleh seseorang denganberlatar belakang pada adat istiadat
ataupun unsur-unsur kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, untuk beragam kagiatan yangdimaksudkan
di dalam contoh tindakan sosial menurut teorikus ini antara lain misalnya saja;
Seseorang memakai Jilbab yang dilator belakangi karena adanya unsur nilai
dan norma di dalam masyarakat. Seseorang melakukan kampanye politik yang
dilatarbelakangi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Melakukan
kampanye sosial yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
perluanya hidup agar saling tolong meneolong. Melestarikan beragam arti
budaya di dalam masyarakat, misalnya saja mengikuti sanggar tari Lampung
yang dilakukan karena peduli terhadap beragam adat dan istiadat yang ada.
Pada sosiologi Weber menyatakan bahwa tindakan merupakan suatu
makna subjektif kepada perilaku yang terbuka dan tertutup yang bersifat
subjektif mempertimbangkan perilaku orang lain. Hal ini memang
diorientasikan pada tindakan dan perilaku.
Teori Tindakan Sosial Max Weber memberikan uraian tentang tindakan
sosial individu. Menurut teori tersebut, tindakan sosial merupakan tindakan
individu yang memiliki makna bagi dirinya sendiri serta ditujukan kepada
orang lain.
Selain menjelaskan maksud dari tindakan sosial, teori yang
dikemukakan oleh Max Weber juga menguraikan tipe-tipe tindakan sosial.
Tipe-tipe tersebut adalah rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai, tindakan
afektif, serta tindakan tradisional.

7
Rasionalitas instrumental merupakan tindakan sosial murni. Seseorang
tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya, tapi
juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
1. Rasionalitas Nilai
Tipe tindakan sosial ini adalah kondisi bahwa seseorang tidak dapat
menilai tepat atau tidaknya cara yang dipilih untuk mencapai tujuan.
Pada konteks ini, tujuan serta cara-cara mencapainya cenderung
menjadi sukar untuk dibedakan.
2. Tindakan Afektif
Tindakan afektif merupakan tindakan sosial yang dipengaruhi oleh
perasaan atau emosi. Tindakan ini kerap dilakukan tanpa perencanaan
yang matang dan tanpa kesadaran penuh.
3. Tindakan Tradisional
Tindakan tradisional merupakan tindakan yang mengacu pada
kebiasaan-kebiasaan masa lalu. Seseorang melakukan tindakan hanya
karena kebiasaan tanpa menyadari alasan atau membuat perencanaan
terlebih dahulu.

D. Teori Etika Protestan dan Kapitalisme


Weber meneliti berbagai agama yang ada di dunia dan menemukan sebuah
kesamaan yaitu keluarga atau negara yang mayoritas memeluk agama
Protestan memiliki konsep hidup hemat dan cenderung menjadi lebih kaya
dari pada negara yang mayoritas memiliki agama lain. Di awal periode
kapitalisme , agen terpenting adalah orang Protestan, dan ini diteliti oleh Max
Weber khususnya dalam penggerak kapitalisme, yang salah satunya adalah
keyakinan agama mereka yang menghasilkan motivasi aktivitas pro kapitalis
yang berorientasi pada kehidupan duniawi.
Pemikirannya tentang etika protestan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi kapitalis. Ini sangat kontras dengan anggapan bahwa agama tidak
dapat menggerakkan semangat kapitalisme. Studi Weber tentang bagaimana
kaitan antara doktrin-doktrin agama yang bersifat puritan dengan fakta-fakta
sosial terutama dalam perkembangan industri modern telah melahirkan corak

8
dan ragam nilai, dimana nilai itu menjadi tolak ukur bagi perilaku individu.
Upaya untuk merebut kehidupan yang indah di dunia dengan
“mengumpulkan” harta benda yang banyak (kekayaan) material, tidak hanya
menjamin kebahagiaan dunia, tetapi juga sebagai media dalam mengatasi
kecemasan. Etika Protestan dimaknai oleh Weber dengan kerja yang luwes,
bersemangat, sungguh-sungguh, dan rela melepas imbalan materialnya.

E. Kritik Terhadap Teori Max Weber


1. Weber terperangkap diantara dua persoalan terkait dengan verstehen ini.
Di satu sisi, verstehen tidak bisa semata-mata berarti intuisi subjektif
karena jika demikian, maka verstehen tidak akan ilmiah. Weber
menegaskan bahwa metode ini terletak diantara dua pilihan ini, tapi
sayangnya dia tidak pernah menjelaskan bagaimana itu bisa terjadi.
2. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam metodologinya tidak selalu
jelas jika kita membaca analisis Weber hanya dengan berdasarkan
interpretasi-interpretasinya sendiri, namun akan menjadi sangat jelas kalau
kita mencoba menerapkan metodenya itu pada penelitian kita sendiri atau
lebih dari itu ketika kita mencoba mengajarkan verstehen kepada orang
lain. jelas sekali kalau metode ini melibatkan penelitian sistematis dan
ketat, namun anehnya penelitian tentang tilikan-tilikan Weber yang
mencerahkan justru membuat kita makin tidak paham.2

2
Mega Musa dkk, Teori Sosiologi Klasik Max Weber,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2019

9
F. Contoh Hubungan Teori Max Weber dengan Fenomena

Masa Sekarang
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengambil contoh hubungan teori
tindakan sosial jika di tinjau dari teori tindakan sosial Max Weber tersebut,
tindakan sosial masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19 dapat
dijelaskan sebagai berikut: pertama, Instrumentally Rasional (berorientasi
tujuan), yaitu tindakan yang ditujukan pada pencapaian tujuan-tujuan yang
secara rasional diperhitungkan dan diupayakan sendiri oleh aktor yang
bersangkutan. Tindakan ini dapat kita lihat dari tindakan yang digunakan oleh
Presiden Jokowi dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan di tengah
pandemi Covid-19 yang sedang dialami oleh masyarakat Indonesia saat ini.
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh presiden Jokowi ialah Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditujukan untuk merespon kedaruratan
kesehatan.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan pembatasan suatu
kegiatan masyarakat atau penduduk Indonesia dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksi penyakit atau terkontaminasi virus corona, sehingga
dilakukan PSBB untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus yang lebih
luas. Sebelumnya pemerintah juga membentuk kebijakan Phisycal distancing
yang juga dapat berupa pembatasan kegiatan manusia, serta interaksi antar
sesama manusia.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Max Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 di Erfurt Jerman Max
Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 di Erfurt Jerman , dari keluarga kelas
menengah. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi politik
yang relatif penting. Ibu Weber adalah seorang Calvinis yang sangat religius,
seorang perempuan yang berusaha menjalani kehidupan asketis yang tidak
banyak terlibat dalam kenikmatan duniawi yang didambakan oleh suaminya.
Konsep Weber tentang kelas, status, kekuasaan, dan wewenang.
Konsep kelas merujuk pada sekelompok orang yang ditemukan pada situasi
kelas yang sama, bukanlah komunitas, melainkan sekedar kelompok orang
yang berada dalam situasi yang sama. Weber mendefinisikan bahwa status
adalah “setiap komponen tipikal kehidupan manusia yang ditentukan oleh
estimasi sosial tentang derajat martabat tertentu, positif atau negatif”.
Kekuasaan menurut Weber adalah kemampuan untuk memaksakan
kehendak meskipun sebenarnya mendapat tentangan atau tantangan dari orang
lain.
Selain menjelaskan maksud dari tindakan sosial, teori yang
dikemukakan oleh Max Weber juga menguraikan tipe-tipe tindakan sosial.
Tipe-tipe tersebut adalah rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai, tindakan
afektif, serta tindakan tradisional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
Musa, Mega dkk. 2019. Teori Sosiologi Klasik Max Weber. Universitas Dayanu
Iksanuddin.
Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajawali.
Ritzer, George, dan Douglas J Goodman. 2009. “Teori Sosiologi”. Yogyakarta:
Kreasi Wacana
Sulaswari, Misroh dkk. 2021. Teori Sosial Budaya Dalam Kajian Ilmu Islam
Terapan. Pati: CV Al Qalam Media Lestari.

12

Anda mungkin juga menyukai