COSER)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori-teori Sosiologi
Terapan Yang diampu oleh:
Disusun Oleh :
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Teori Konflik
Lewis A. Coser memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................3
1.1. Latar Belakang......................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................5
2.1. Biografi Lewis A. Coser.......................................................................5
BAB 3 PENUTUP...................................................................................15
3.1. Simpulan.............................................................................................15
3.2. Saran....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fenomena sosial dalam masyarakat banyak ragamnya kadang kala
fenomena sosial berkembang menjadi suatu masalah sosial akibat perbedaan
cara pandang mengenai Fenomena tersebut. Dalam menyelesaikan masalah
sosial dibutuhkan suatu teori untuk menyelesaikannya. Teori- teori tersebut
lahir dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Karena setiap individu mengalami pengalaman yang berbeda maka
teori yang muncul juga akan berbeda pula antara satu individu dengan
individu lainnya. Disimpulkan bahwa tidak ada teori yang dapat menyeluruh
membahas mengenai masalah sosial di masyarakat.
Tentunya konflik atau perselisihan yang terjadi dalam masyarakat,
seringkali dianggap sebagai suatu masalah yang sangat kompleks, di mana
kedua belah pihak yang sedang bertikai atau berselisih tidak mampu
menciptakan suatu perdamaian, baik dalam relasi maupun dalam kehidupan
sosial lainnya. Lewis A. Coser, seorang ahli sosioligi terkenal dari Amerika
justru mempunyai pandangan lain terhadap konflik. Coser berpendapat
bahwa konflik justru memiliki “fungsionalitas” positif dalam masyarakat.
Teori konflik yang dikembangkan Coser disebut Fungsionalisme Konflik
Sosial. Asumsinya dengan kombinasi maka kedua teori itu akan menjadi
lebih kuat ketimbang masing-masing berdiri sendiri.
Menurut paradigma fakta sosial kehidupan masyarakat dilihat sebagai
realitas yang berdiri sendiri. Lepas dari persoalan apakah individu-individu
anggota masyarakat itu suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, oser
menggambarkan konflik sebagi perselisihan mengenai nilainilai atau
tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumbersumber
kekayaan yang dari persediaannya tidak mencukupi.Cosermenyatakan,
perselisihan atau konflik dapat berlangsung antar individu,kumpulan
(Collectivities), atau antara individu dan kumpulan.Bagaimanapun, konflik
antar kelompok maupun intra kelompok senantiasa ada ditempat. rang hidup
bersama. Menurut Coser konflik juga merupakan unsur interaksiyang
3
4
penting, dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalutidak
baik atau memecah bela ataupun merusak. Konflik bisa saja menyumbang
banyak kepada kelesatarian kelompok dan mempererat
hubungan antar anggotanya seperti menghadapi musuh bersama dapat
mengintegrasikan orang, menghasilkan solidaritas dan keterlibatan, dan
membuat orang lupa akan perselisihan internal mereka sendiri.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Biografi Lewis A. Coser
Lewis Coser, atau yang memiliki nama lengkap Lewis Alfred
Coserdilahirkan dalam sebuah keluarga borjuis Yahudi pada 27 November
1913, di Berlin, Jerman. Coser memberontak melawan atas kehidupan kelas
menengah yang diberikan kepadanya oleh orang tuanya, Martin (seorang
bankir) dan Margarete (Fehlow) Coser. Pada masa remajanya ia sudah
bergabung dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan murid yang luar
biasa dan tidak rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously sendiri.
Ketika Hitler berkuasa di Jerman, Coser melarikan diri ke Paris, tempat ia
bekerja serabutan untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Ia menjadi
aktif dalam gerakan sosialis, bergabung dengan beberapa kelompok-
kelompok radikal, termasuk organisasi Trotskyis yang disebut "The Spark."
Pada tahun 1936, ia akhirnya mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik, menjadi seorang ahli statistik untuk perusahaan broker Amerika. Dia
juga terdaftar di Sorbonne sebagai mahasiswa sastra komparatif tetapi
kemudian mengubah fokus untuk sosiologi. Pada tahun 1942 ia
menikah dengan Rose Laub dan dikaruniai dua orang anak, Ellen dan
Steven. Pada tahun 1948, setelah periode singkat sebagai mahasiswa
pascasarjana di Columbia University, Coser menerima posisi sebagai tenaga
pengajar ilmu sosial di Universitas Chicago.
Pada tahun yang sama, ia menjadi warga negara AS naturalisasi.
Pada tahun 1950, ia kembali ke Universitas Columbia sekali lagi untuk
melanjutkan studinya, menerima gelar doktor pada tahun 1954. Ia diminta
oleh Brandeis University di Waltham, Massachusetts pada tahun
1951 sebagai seorang dosen dan kemudian sebagai profesor sosiologi. Dia
tetap di Brandeis, yang dianggap sebagai surga bagi kaum liberal, sampai
1968. Buku Coser tentang Fungsi Konflik Sosial adalah hasil dari disertasi
doktoralnya. Karya-karya lainnya antara lain adalah; Partai Komunis
Amerika: A Critical History (1957), Men of Ideas (1965), Continues in the
Study of Sosial Conflict (1967), Master of Sosiological Thought (1971) dan
6
yang diarah pada objek yang frustasi. Di samping itu, konflik merupakan
keinginan untuk mendapatkan sesuatu; b) konflik merupakan alat untuk
mendapatkan hasil-hasil tertentu. Langkah-langkah untuk mencapai hasil ini
jelas disetujui oleh kebudayaan mereka. Dengan kata lain, konflik realistik
sebenarnya mengejar: power, status yang langka, resources (sumber daya)
dan nilai-nilai; c) konflik akan berhenti jika aktor menemukan pengganti
yang sejajar dan memuaskan untuk mendapatkan hasil akhir; d) konflik
realistik terdapat pilihan-pilihan fungsional sebagai alat untuk mencapai
tujuan (Setiyawan, 2018, hal. 7).
Dari ciri-ciri konflik realistik diatas jelas bahwa sebuah kelompok
orang melakukan konflik bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau
manfaat bagi kelompoknya. Ketika keuntungan atau manfaatnya telah
dicapai, kelompok orang akan berhenti berkonflik dan akan membuarkan
diri.
Kemudian yang kedua, ada konflik yang tidak realistik. Konflik kedua
ini kurang stabil. Pilihan-pilihan fungsional bukan sebagai alat tetapi objek
itu sendiri. Kepentingan yang berbeda bersatu dengan keinginan untuk
melakukan aksi permusuhan yang sebenarnya merupakan konflik realistik.
Namun, tidak sedikit elemen non realistik bercampur dengan perjuangan
yang dilakukan bersama-sama atau mendorong adanya peran tertentu
(Setiyawan, 2018, hal. 7).
Konflik yang kedua menurut Coser diatas mencoba mengungkapkan
bahwa orang yang ada di konflik bukan orang-orang yang memprakarsai
adanya konflik. Mereka hanya ikut dalam konflik karena memandang
semisal seuatu yang dikonflikan mereka anggap benar atau mereka merasa
empati.
Dalam cara menyelasaikan konflik, menurut Khusniati (2016, hal.
482) menyatakan bahwa Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai
jalan keluar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan-
hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam.
Katup penyelamat (safety-value) ialah salahsatu mekanisme khusus yang
dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik
11
Banyak monyet mulai berpikir bisa mengikuti jejak Armo Gundul untuk
menjadi manusia. Mereka pergi ke Rawa Kalong untuk bergabung dengan
sirkus topeng monyet, yang tak mereka ketahui, sebab mereka percaya
melalui sirkus semacam itulah seekor monyet bisa menjadi manusia.
sebagian besar di antara mereka mati hanya beberapa langkah setelah keluar
dari Rawa Kalong, saat harus menyeberang jalan toldan dihajar truk atau
sedan yang melintas cepat. Beberapa mungkin selamat melewati jalan tol,
tapi kemudian mati juga karena kelaparan (Nirsantari dalam Kurniawan,
2018: 5).
Bahwa dalam cerita diatas bisa kita analisis dilihat dari penyebab
konfliknya, koflik tersebut termasuk kedalam konflik realistis, karena
monyet yang kecewa karena keadaan disekitarnya tidak menunjukkan
adanya tanda yang dapat membantu dirinya menjadi seorang manusia, maka
ia pergi dari Rawa Kalong untuk menjadi seorang sirkus topeng monyet
12
Pak kades, Pak Carik, Pak Kamituwo, Sarjan, Juga orang tua Nardi, Misno,
dan Jamari, tidak terima dengan perlakuan kami terhadap Mujibat dan
kawan-kawan. Malam itu juga kami berenam, ditambah Cak Ali, dibawa ke
mapolsek. Setelah menginap sehari semalam di mapolsek, kami sempat
dikembalikan ke rumah untuk menunggu proses berikutnya (Linggar dalam
Ikhwan, 2017, hlm. 8).
Dari cerita diatas bisa kita analisis, bahwasannya dapat dilihat banyak
yang membela Mujibat dalam kasus perkelahian yang terjadi dalam
pertunjukkan wayang. Padalah Mujibat sudah ditetapkan bersalah dalam
kasus ini, para pembela Mujibat tetap tidak terima terhadap keputusan
pengadilan. Mereka justru menuduh Cak Ali melakukan penyogokan kepada
hakim, karena Cak Ali dianggap dekat dengan tantara dan juga pejabat. Cak
Ali yang tidak bersalah justru dituduh tanpa ada alasan yang dapat
13
Sidang di balai desa itu ditonton banyak orang. Para perangkat desa
sepertinya memang sengaja ingin mempermalukan Cak Ali dan kita semua
di depan banyak orang. Di antara kerumunan itulah ada yang teriak -teriak.
Si Suwarjo itu salah satunya. Katanya Cak Ali itu PKI, PKI yang mau
merusak ketenangan Centong yang hampir seluruhnya Masyumi. (Linggar
dalam Ikhwan, 2017, hlm. 9).
15
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
Coser merupakan sosiolog yang mengembangkan teori konflik dari
George simmel. Oleh karena banyaknya analisa kaum fungsionalis yang
melihat bahwa konflik adalah disfungsional bagi suatu kelompok, coser
mencoba untuk menjelaskan kondisi-kondisi di mana secara positif, konflik
membantu memperrtahankan struktur social dan mencegah pembekuan
social. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme di mana
kelompok - kelompok dan batas batasnya dapat terbentuk dan
dipertahankan. Konflik tidak selamanya berakibat negatif bagi masyarakat.
Jika bisa dikelola dengan baik, konflik justru bisa menghasilkan hal-hal
yang positif. Misalnya, sebagai pemicu perubahan dalam masyarakat,
memperbarui kualitas keputusan, menciptakan inovasi dan kreativitas,
sebagai sarana evaluasi, dan lain sebagainya.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa jika konflik
tidak dikelola dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan dampak
negatif dan merugikan bagi masyarakat. Coser membedakan antara konflik
in group dengan out group, antara nilai inti dengan masalah yang bersifat
pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan structural lawan
konflik yang disalurkan lewat lembaga lembaga katup penyelamat (safety
valve). Di samping itu coser juga menjelaskan mengenai konflik realistis
dan konflik non relaistis. Keseluruhan teori tersebut merupakan faktor factor
yang menetukan fungsi konflik sebagai suatu proses sosial.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan mengenai Teori
Konflik menurut Lewis A. Coser dengan sumber- sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Teori Konflik Sosial
sebaiknya perlu diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik agar sesuai
16
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan dikemudian hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Jurnal:
Linggar, S. W. E. (2017). Konflik Sosial dalam Novel Kambing & Hujan Karya
Mahfud Ikhwan (Kajian Konflik Sosial Lewis A. Coser). Jurnal Bapala,
5(1). 1-13.
Website:
Chotimah. (2015). Teori Konflik Sosial Lewis Coser. Jurnal. Diakses dari
http://digilib.uinsby.ac.id/4281/6/Bab%202.pdf.