Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI SOSIAL BUDAYA RALF DAHRENDORF


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teori Sosial Budaya
Dosen Pengampu : Misroh Sulaswari, M.Pd.

Oleh :

1. Fitria Nuraini (2210910019)


2. Cahyani Dwi Arsanti (2210910025)
3. Rimayatun Naja (2210910026)

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad
SAW. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Teori Sosial Budaya,
yaitu Ibu Misroh Sulaswari, M.Pd., karena atas bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Kudus, 26 September 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................II

DAFTAR ISI................................................................................................................................III

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

A. Biografi Ralf Dahrendorf...................................................................................................3

B. Pengertian Teori Sosial Budaya Menurut Ralf Dahrendorf..........................................5

C. Implementasi Teori Ralf Dahrendorf Terhadap Fenomena Sosial Budaya di


Masyarakat.................................................................................................................................6

BAB III..........................................................................................................................................10

PENUTUP.....................................................................................................................................10

A. Kesimpulan........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial, dikenal sebagai aktor yang memainkan peranan dalam
suatu perubahan bagi kehidupan masyarakat. Baik itu yang sudah dilakukan, sedang dilakukan
dan bahkan pada apa yang akan dilakukan. Sebagai makhluk sosial juga, manusia selalu
memberikan sumbangan terhadap masyarakat atau lingkungannya. Hal ini karena, manusia
memiliki naluri untuk berperan aktif dalam memberikan nilai-nilai dan ide-ide terhadap realitas
sosial. Pada akhirnya, hal tersebut menjadikan manusia memiliki latar belakang pemikiran, visi
dan misi yang berbeda-beda dalam hidup bermasyarakat, karena antara manusia satu dengan
manusia lainnya pasti memiliki pandangan yang berbeda atau bahkan bertolak belakang. Oleh
karena perbedaan tersebut, masyarakat serta perilakunya tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut
pandang saja, melainkan juga perlu dilihat dari sudut lain untuk memper jelas dan mempertajam
analisa. Perbedaan sudut pandang seseorang atau kelompok dalam bermasyarakat dapat
membentuk suatu keseimbangan atau integrasi sosial dan juga dapat membentuk konflik atau
disintegrasi sosial. Dalam makalah ini akan kami bahas mengenai pemikiran Ralf Dahrendorf
tentang teori konflik sosial budaya sebagai salah satu analisia terhadap masyarakat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ralf Dahrendorf ?
2. Apa pengertian teori sosial budaya menurut Ralf Dahrendorf ?
3. Bagaimana implementasi teori Ralf Dahrendorf terhadap fenomena sosial budaya di
masyarakat ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui biografi Ralf Dahrendorf
2. Untuk Mengetahui pengertian teori sosial budaya menurut Ralf Dahrendorf

1
3. Untuk Mengetahui implementasi teori Ralf Dahrendorf terhadap fenomena sosial
budaya di masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ralf Dahrendorf

Ralf Dahrendorf dilahirkan di Hamburg, Jerman, pada tahun 1929. Sebelum menjadi
sosiolog, in mempelajari filsafat dan sastra klasik di Hamburg Sosiologi dipelajari Dahrendorf
di London, Inggris. Tahun 1967, ia memasuki bidang politik di Jerman. la anggota parlemen
dan seorang menteri, sebelum pergi ke Brussels tahun 1970 sebagai komisaris masyarakat
Eropa. Tahun 1974-1984. ia menjadi Direktur London School of Economics. Sejak 1987, ia
menjabat Kepala St. Anthony,s College, Oxford Menariknya, sekalipun terlahir di buminya
Max Weber, kiprah keilmuannya justru banyak dilakukan di Inggris. Dahrendorf dikenal
sebagai sosiolog konflik, karena serangan yang cukup kuat pada perspektif sosiologi yang
pernah dominan, terutama perspektif fungsionalisme struktural.

Ralf Dahrendorf merupakan seorang tokoh pengkritik fungsionalisme struktural dan


merupakan citra diri ahli teori konflik. Dahrendorf telah melahirkan kritik penting terhadap
pendekatan yang pernah dominan dalam sosiologi, yaitu kegagalannya di dalam menganalisa
masalah konflik sosial.

Teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf sering kali disebut teori konflik
dialektik. Bagi Dahrendorf, masyarakat mempunyai dua wajah. yakni konflik dan konsensus.
Kita tidak mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya tidak ada konsensus. Sekalipun
hubungan yang sangat erat antara keduanya. Dahrendorf tidak terlalu optimis bisa
membangun satu teori tunggal yang bisa mencakupi konflik dan konsensus. Karena itu, dia
berusaha membangun suatu teori konflik yang kritis tentang Lewat teorinya itu, ia ingin
menerjemahkan pikiran-pikiran Marx ke dalam suatu teori sosiologi. Dia memulai teorinya
dengan kembali bersandar pada fungsionalisme struktural. Dia mengatakan bahwa dalam
fungsionalisme struktural, keseimbangan atau kestabilan bisa bertahan karena kerjasama yang
sukarela atau karena konsensus yang bersifat umum. Sedangkan dalam teori teori konflik,
kestabilan atau keseimbangan terjadi karena paksaan. Hal itu berarti bahwa dalam masyarakat
ada beberapa posisi yang mendapat kekuasaan dan otoritas untuk menguasai orang lain
sehingga kestabilan bisa dicapai.

Kenyataan ini membawa Dahrendorf kepada tesis penting yang dikemukakannya yakni
bahwa distribusi otoritas atau kekuasaan yang berbeda-beda merupakan faktor yang
menentukan bagi terciptanya konflik sosial yang sistematis. Menurut dia, berbagai posisi yang
ada di dalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan intensitas yang berbeda-
beda. Ada orang yang sangat berkuasa atau mempunyai otoritas yang tinggi dan ada orang
lain yang mempunyai cuma sedikit kekuasaan atau otoritas yang sedikit.

Kekuasaan atau otoritas selalu mengandung dua unsur, yakni penguasa (orang yang
berkuasa) dan orang yang dikuasai atau atasan dan bawahan. Mereka yang menduduki posisi
sebagai penguasa atau atasan diharapkan untuk mengontrol orang-orang yang dikuasai atau
bawahan. Dengan demikian orang-orang itu menjadi berkuasa atau mempunyai otoritas bukan
karena tipe kepribadiannya yang demikian melainkan karena masyarakat mengharapkannya
demikian. Dengan demikian kekuasaan atau otoritas itu adalah sesuatu yang syah (legitimate).
Oleh karena kekuasaan itu adalah syah (legitimate) maka syah pula sanksi-sanksi yang
dikenakan terhadap orang-orang yang melawan kekuasaan itu.

Kekuasaan atau otoritas tidak bersifat tetap karena ia melekat pada posisi dan bukan pada
pribadi. Jadi, orang bisa saja berkuasa atau mempunyai otoritas dalam latarbelakang tertentu
dan tidak mempunyai kuasa atau otoritas tertentu dalam latarbelakang yang lain. Menurut
Dahrendorf, otoritas atau kekuasaan di dalam suatu perkumpulan bersifat dialektik. Dalam
setiap perkumpulan hanya akan terdapat dua kelompok yang bertentangan, yakni kelompok
yang berkuasa atau atasan dan kelompok yang dikuasai atau bawahan. Kedua kelompok ini
mempunyai kepentingan yang berbeda. Bahkan menurut dia, mereka dipersatukan oleh
kepentingan yang sama yakni keinginan untuk berkuasa. Mereka yang berada pada atas
(penguasa) ingin tetap mempertahankan statusquo sedangkan mereka berada di bawah (yang
dikuasai atau bawahan) ingin supaya ada perubahan. Konflik ini pasti selalu ada dalam setiap
kehidupan bersama atau perkumpulan atau negara walaupun mungkin secara tersembunyi. Ini
berarti bahwa legitimasi itu tidak bersifat tetap.
Selanjutnya Dahrendorf menjelaskan hubungan antara konflik dan perubahan. Menurut
dia, konflik berfungsi untuk menciptakan perubahan dan perkembangan. Dia mengatakan
bahwa sekali kelompok-kelompok yang bertentangan muncul, maka mereka akan terlibat
dalam tindakan-tindakan yang terarah kepada perubahan di dalam struktur sosial. Jika konflik
itu adalah intensif, maka perubahan akan bersifat radikal. Jika konflik itu diwujudkan dalam
bentuk kekerasan, maka perubahan struktural akan terjadi dengan tiba-tiba1.

B. Pengertian Teori Sosial Budaya Menurut Ralf Dahrendorf

Menurut Ralf Dahrendorf, konflik akan muncul melalui relasi-relasi sosial dalam sistem.
Oleh sebab itu, konflik tidak mungkin melibatkan individu ataupun kelompok yang tidak
terhubung dalam sistem. Teori Dahrendorf memaparkan jika relasi-relasi di struktur sosial
ditentukan oleh kekuasaan. Ralf Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki
sisi konflik dan sisi kerja sama. Ralf Dahrendorf menyebutkan bahwa salah satu penyebab
perubahan sosial adalah konflik sosial, seperti konflik antar kelas atau konflik sosial lainnya.
Ralf Dahrendorf menyatakan bahwa segera setelah kelompok konflik muncul, kelompok itu
melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan dalam struktur sosial. Bila konflik itu
hebat, perubahan yang terjadi adalah radikal. Bila konflik disertai tindakan kekerasan, akan
terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba. Dalam meresolusi konflik, Dahrendorf
menawarkan cara melalui kesepakatan (konsensus) terhadap nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Melalui konsensus nilai dan norma-norma itulah masyarakat
dapat dipersatukan dan dikendalikan sehingga tidak terjadi konflik yang mengarah kepada
kehancuran.

Teori Dahrendorf memaparkan jika relasi-relasi di struktur sosial ditentukan oleh


kekuasaan. Adapun kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan atas kontrol dan sanksi yang
memungkinkan pemilik kekuasaan memberikan perintah dan meraih keuntungan dari mereka
yang tidak berkuasa. Dalam pandangan Dahrendorf, konflik kepentingan menjadi sesuatu
yang tidak dapat terhindarkan dari relasi antara pemilik kekuasaan dan mereka yang tidak
berkuasa. Awalnya, Dahrendorf merumuskan teori konflik sebagai teori parsial yang

1
Misroh Sulaswari, M.Pd., Danny Miftah M. Nur, M.Pd., Prof. Dr. H. Abdul Karim, M.Pd., Buku TEORI SOSIAL
BUDAYA (Dalam Kajian Ilmu Islam Terapan), hal 139-143.
diterapkan untuk menganalisis fenomena sosial. Kemudian, ia melihat masyarakat memiliki
dua sisi yang berbeda, yakni kerja sama dan konflik.

Oleh sebab itu, Dahrendorf menganalisis konflik sosial dengan perspektif dari sosiologi
fungsionalisme struktural untuk menyempurnakan teorinya. Dia juga mengadopsi teori
perjuangan kelas Marxian untuk menyusun teori kelas dan pertentangan kelas dalam
masyarakat industry. Ia menghubungkan antara pemikiran fungsional mengenai struktur dan
fungsi masyarakat dengan teori konflik antarkelas sosial. Tidak hanya itu, Dahrendorf juga
tidak melihat masyarakat sebagai suatu hal yang statis, tetapi dapat berubah oleh adanya
konflik sosial yang terjadi.

Adapun menurut Ralf Dahrendorf, konflik dapat dikelompokkan menjadi empat macam
sebagai berikut.

- Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik
peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan
yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
- Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
- Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
- Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antarnnegara, atau organisasi
internasional2.
C. Implementasi Teori Ralf Dahrendorf Terhadap Fenomena Sosial
Budaya di Masyarakat

Teori konflik Ralf Dahrendorf lebih didasarkan pada kekuasaan dari pada kepemilikan
sarana produksi. Dalam teori konfliknya Ralf Dahrendorf menjelaskan bahwa konflik terjadi
karena adanya kepentingan yang berbeda. Mereka yang memiliki kekuasaan dapat
mengendalikan orang dibawahnya.

 Seperti Contoh Kasus dan Analisis Menggunakan Teori Konflik

Konflik yang terjadi antara pedagang Pasar Raya dengan Pemko Padang jika merujuk
pada teori otoritas Dahrendorf, maka dapat disimpulkan bahwa Pemko Padang merupakan
pihak pemegang otoritas sementara para pedagang adalah pihak yang tidak memegang
2
Teori Konflik Menurut Para Ahli - Gramedia Literasi https://www.gramedia.com/literasi/teori-konflik/
otoritas. Dalam hal ini, pedagang berada pada posisi ketidak bebasan yang dipaksakan.
Sementara itu, Pemko Padang didelegasikan kekuasaan dan otoritas. Maka dari itu, Pemko
Padang memiliki kewenangan untuk mengelola pasar yang merupakan asset Negara.
Berdasarkan kasus konflik pedagang Pasar Raya Padang dengan Pemko Padang, Adanya
pemaksaan perlakuan yang dilakukan Pemko Padang terhadap para pedagang. Misalnya,
ketika para pedagang inpres II, III dan IV menolak rekonstruksi bangunan, Pemko mengambil
keputusan pemutusan sarana dan prasarana pasar seperti listrik (PLN) dan air (PDAM). Tak
hanya itu, dalam rencana pemagaran bangunan inpres II, III dan IV, 30 Agustus 2011 pun
Pemko melibatkan kepolisian dan Satpol PP. Bahkan para aparat pun diberi izin untuk
melakukan tindak kekerasan bagi pedagang yang masih melawan hal ini dapat dibuktikan
dalam bentrokan yang terjadi saat pemagaran Inpres II, III dan Pasar Raya Padang, 31
Agustus 2011 lalu.

Proses sosial yang ditekankan dalam model konflik berlaku untuk hubungan sosial antara
kelompok dalam (ingroup) dan kelompok luar (out-group). Kekuatan solidaritas internal dan
integrasi kelompok dalam (in-group) akan bertambah tinggi karena tingkat permusuhan atau
konflik dengan kelompok luar (out-group) bertambah besar. Dengan adanya 2 sisi tersebut
terjadi suatu bentuk integrasi yang kuat antara kelompok pedagang sebagai kelompok yang
merasa dirugikan dengan pembuat kebijakan yaitu Dinas Pasar. Kelompok pedagang ini
melakukan perlawanan dengan cara memperkuat in groupnya agar dapat melawan kebijakan
dari Dinas Pasar.

 Analisis Teori Konflik dalam Contoh Kasus Pasar Raya Padang

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu menjadi dua tipe. Kelompok
semu (quasi group) merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau jabatan dengan
kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Tipe yang
kedua adalah kelompok kepentingan (interest group), terbentuk dari kelompok semu yang
lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta
anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya
konflik dalam masyarakat. Pada konflik pedagang Pasar Raya Padang dengan Pemko Padang
ini, terjadi harapan peran yang disadari (kepentingan tersembunyi telah disadari). Kelompok
kepentingan ini telah memiliki struktur organisasi dan tujuan yang jelas. Para pedagang yang
terdiri dalam Asosiasi Pedagang Pasar menyadari kepentingan yang ia perjuangkan yakni
mendapatkan tempat yang layak dan representative untuk berdagang dengan gratis.

 Penyebab Konflik

Konflik merupakan suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif.
Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Berbagai perbedaan pendapat dan
konflik biasanya diselesaikan tanpa kekerasan dan sering menghasilkan situasi yang lebih
baik bagi sebagain besar atau semua pihak yang terlibat. Penyebab konflik menurut
Dahrendorf adalah kepemilikan wewenang (otoritas) dalam kelompok yang beragam. Jadi,
konflik bukan hanya materi (ekonomi saja). Dahrendorf memandang bahwa konflik hanya
muncul melalui relasi-relasi sosial dalam sistem. Setiap individu atau kelompok yang tidak
terhubung dalam sistem tidak akan mungkin terlibat konflik. Maka dari itu, unit analisis
konflik adalah keterpaksaan yang menciptakan organisasi-organisasi sosial bisa bersama
sebagai sistem sosial. Dahrendorf menyimpulkan bahwa konflik timbul karena
ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan itu.

Contohnya, kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang
tidak seimbang terhadap sumber daya serta kekuasaan yang tidak seimbang yang kemudian
menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengangguran, kemiskinan, penindasan
dan kejahatan. Masing-masing tingkat tersebut saling berkaitan membentuk sebuah rantai
yang memiliki potensi kekuatan untuk menghadirkan perubahan, baik yang konstruktif
maupun yang destruktif. Dahrendorf memahami relasi-relasi dalam struktur sosial ditentukan
oleh kekuasaan. Ia mendefinisikan kekuasaan menjadi penyebab timbulnya perlawanan.
Esensi kekuasaan yang dimaksud oleh Dahrendorf adalah kekuasaan kontrol dan sanksi
sehingga memungkinkan mereka yang memiliki kekuasaan memberi berbagai perintah dan
mendapatkan apa yang mereka inginkan dari mereka yang tidak memiliki kekuasaan. Jadi,
konfik kepentingan menjadi fakta tidak terhindarkan dari mereka yang memiliki kekuasaan
dan tidak memiliki kekuasaan.

Dahrendorf menjelaskan penyebab konflik dalam 6 teori utama. Teori hubungan


masyarakat menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Teori negosiasi prinsip menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras
dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihakyang mengalami konflik. Teori
kebutuhan manusia berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan
dasar manusia baik fisik, mental maupun sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan
dalam konflik. Sementara itu, teori identitas berasumsi bahwa konflik disebabkan karena
identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa
lalu yang tidak diselesaikan. Teori kesalah pahaman antar budaya berpandangan berbeda,
teori ini berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dan cara-cara komunikasi
diantara berbagai budaya yang berbeda. Teori transformasi konflik berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang muncul sebagai
masalah sosial, budaya dan ekonomi.

Dinamika konflik menurut Dahrendorf akan muncul karena adanya suatu isu Ketiga,
perbedaan kepentingan tersebut telah melahirkan konflik yang nyata antara pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan dengan warga pasar sebagai pihak yang dikuasai. Pemerintah
ingin menggunakan otoritasnya sebagai pemegang kekuasaan dalam menentukan bentuk
bangunan Pasar Raya. Alasan Kota Padang dimasa depan dan untuk menambah pemasukan
PAD menjadikan landasan untuk menjadikan Pasar Raya menjadi pasar modern. Tragedi
Sentral Pasar Raya (SPR) yang dibangun diatas terminal angkutan kota beberapa tahun lalu
nyatanya telah menyingkirkan pedagang kecil. Para pedagang tidak ingin hal itu terulang
lagi. Para pedagang takut jika pedagang besar dengan modal besar masuk dan membeli lahan
di pasar yang baru. Pedagang pasar sebagai pihak yang dikuasai oleh pemda tidak lagi punya
otoritas untuk menentangnya terlebih lagi untuk menagih janji. Warga pasar sebagai yang
dikuasai berusaha untuk melawan pemegang kekuasaan. Konflik pun muncul ketika
pemegang kekuasaan bertahan dalam menggunakan kekuasaannya3.

3
TEORI SOSIOLOGI MODERN, PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Teori konflik merupakan sebuah pendekatan umum terhadap keseluruhan lahan sosiologi
dan merupakan teori dalam paradigma fakta sosial. Konflik mempunyai bermacam-macam
landasan seperti teori Marxian dan Simmel. Kontribusi pokok dari teori Marxian adalah
memberi jalan keluar terjadinya konflik pada kelas pekerja.

Adapun asumsi yang mendasari teori sosial yang dibawa oleh Dahrenhdorf. Ralf
Dahrendorf mempunyai pandangan lain dalam melihat konflik sosial. Bagi Dahrendorf,
konflik di masyarakat disebabkan oleh berbagai aspek sosial. Bukan melulu persoalan
ekonomi sebagaimana menurut Karl Marx. Aspek-aspek sosial yang ada di masyarakat ini
kemudian terwujud dalam bentuk teratur dalam organisasi sosial. Konflik sosial merupakan
sesuatu yang endemik dalam pandangan Dahrendorf.

Teori konflik Dahrendorf dimana manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai andil
dalam terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial. Masyarakat selalu dalam keadaan konflik
menuju proses perubahan. Masyarakat dalam berkelompok dan hubungan sosial didasarkan
atas dasar dominasi yang menguasai orang atau kelompok yang tidak mendominasi. Teori
konflik memandang masyarakat disatukan oleh ketidak bebasan yang dipaksakan. Dengan
demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas
terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengarahkan Dahrendorf kepada tesis
sentralnya bahwa perbedaan distribusi otoritas selalu menjadi faktor yang menentukan
konflik sosial sistematis. Menurut Dahrendorf, tugas pertama analisis konflik adalah
mengidentifikasi berbagai peran otoritas di dalam masyarakat. Karena memusatkan perhatian
kepada struktur berskala luas seperti peran otoritas itu, Dahrendorf ditentang para peneliti
yang memusatkan perhatian pada tingkat individual.
DAFTAR PUSTAKA

Misroh Sulaswari, M.Pd., Danny Miftah M. Nur, M.Pd., Prof. Dr. H. Abdul Karim, M.Pd., Buku TEORI SOSIAL BUDAYA
(Dalam Kajian Ilmu Islam Terapan), hal 139-143.
Teori Konflik Menurut Para Ahli - Gramedia Literasi https://www.gramedia.com/literasi/teori-konflik/
TEORI SOSIOLOGI MODERN, PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

Anda mungkin juga menyukai