Anda di halaman 1dari 17

KATA PEGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahnya-lah sehingga kami dapat menyelasaikan makalah
tetang ilmu komunikasi
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ilmu komunikasi.
Terlepas dari itu, kami juga meyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna
Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan dan oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 2
BAB 1......................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................ 4
C. Tujuan.............................................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................. 5
A. Marxisme......................................................................................................................................... 5
B. Frankfurt school............................................................................................................................... 5
C. Postmodernisme............................................................................................................................... 5
D. Feminisme....................................................................................................................................... 8
BAB III..................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN....................................................................................................................................... 10
A. TEORI KRITIS.............................................................................................................................. 10
B. FRANKFURT................................................................................................................................ 12
C. MACAM MACAM TEORI KRITIS............................................................................................. 13
BAB IV..................................................................................................................................................... 16
PENUTUPAN........................................................................................................................................... 16
A. KESIMPULAN............................................................................................................................. 16
B. SARAN......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 17

2
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu pengetahuan (khususnya ilmu-ilmu sosial dan filsafat sosial)
memang bisa ditapak dengan jelas keikutsertaannya menjadi penerang dan
pemberi alternatif (petunjuk-petunjuk skolastik) sejalan dengan perkembangan
masyarakat pasca revolusi industri dan revolusi Perancis itu.. Sejarah ilmu
pengetahuan telah mencatatkan bahwa para teoritisi telah melompati pagar
skolastik mereka (ekspansif) akibat kemajuan filsafat ilmu itu sendiri menuju
panggilan moral keilmuan itu sendiri. Mereka dan teori-teorinya menjadi sokoguru
dan jadi “steering committee” bagi proyek-proyek “rekayasa” sosial yang didesain
oleh aparat birokrasi atau suprastruktur kekuasaan dengan intervensi dari dalam
terhadap prinsip-prinsip ideologis partai-partai yang menggerakkan aparat dan
suprastruktur itu.
Salah satu efek bumerang terhadap modernisme (atau juga liberalisme) adalah
patologi modernisme yang bergerak secara psikoanalis dan linear dalam dunia
kehidupan sosial. Teori-teori sosial menyisihkan aib modernisme ini dalam
perspektif-perspektifnya karena secara metodologis dan teoritis tidak pernah
dianalisis dalam konteks sejarah sosial (social history). Masing-masing teori sosial
mengembangkan perspektif, demikian pula metode-metodenya, menurut
haluannya sendiri. Pengembangan mereka masing-masing sesungguhnya tidak
saling mematahkan, pun juga tidak saling mendukung. Namun teori-teori sosial
tersebut dengan segala pernik-perniknya tetap bungkam berhadapan dengan
realitas-realitas sosial yang tengah dikurubuti patologi modernisme; sebagai akibat
diintegrasikannya sistem dengan dunia kehidupan sosial dalam kerangka teoritis
dan metodisnya.
Maka mau tidak mau sebuah cara berfikir yang teoritispun dibutuhkan dalam
menghadapi kemajuan-kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Yang dalam
setiap zaman dan massany telah berevolusi dari berbagai macam aliran cara
berfikir teoritis. Maka dengan berkembangnya zaman kita harus bisa mengikutinya
dengan bijak tidak terbawa arus, kita tertarik mempelajari teori teori dalam tradisi
kritis karena teori ini berkaitan dengan ilmu sosial

Derrida tahun 1966 dan inti post-strukturalisme adalah penolakan akan


universalisasi makna yang ditentukan oleh desakan-desakan structural kondisi-
kondisi,dan symbol yang tetap, malahan para ahli di dalam tradisi post
strukturalisme menghubungkan pendekatan historis dn social terhadap sifat dunia
3
serta manusia yang masing-masing maknanya ditentukan dalam produksi dinamis
dan mencair serta pengaruh spesifik dari simbol-simbol untuk momen
bersejarah.Penganut post-strukturalisme mengkhawatirkan perbedaan diantara
orang-orang dari pada cerita-cerita besar yang biasa mereka miliki dan perbedaan-
perbedaan ini berperan dalam kehiduaoan setiap individu.Penolakan pada
pandangan tetap dan tradisional terhadap tanda-tanda,symbol-simbol,dan makna
yang dimiliki oleh post-strukturalisme menempatkannya dalam bidang teori
komunikasi.Sebagai tambahan,Jaques Derrida,Jean Baudrillard,Rolland
Barthes,dan Richard Roty lebih dikenal dengan penganut post-strukturalisme
.Beberapa aspek dari karya Michel Foucault sangatlah post-strukturalisme;yang
lainnya sangat bergantung pada elemen elemen strukturalis. Untuk alasan ini,
beberapa orang menganggapnya sebagai post-strukturalis dan yang lainnya tidak.
Berikutnya teori post-kolonialisme mengacu pada kajian “semua
kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran dari era kolonialisasi sampai hari
ini”. Inti dari teori post-kolonialisme adalah gagasan yang dikemukakan oleh
Edward said bahwa proses penjajahan menciptakan “kebedaan” yang bertanggung
jawab bagi gambaran yang distreotipkan pada populasi bukan kulit putih. Teori
said merupakan proyek kritik dan post modern yang bukan hanya menggambarkan
proses kolonialisasi dan keberadaannya untuk menginterfensi “emancipalory
political stance” post-kolonial juga merupakan sebuah proyek post modern dalam
mempertanyakan bahwa hubungan historis, nasional dan geografis, serta
penghapusan dibuat eksplisit dalam wacana. Kemudian, pakar post-kolonial
mengkaji isu isu yang sama sebagaimana yang dikaji oleh kajian budaya dan
kritik, ras, kelas, gender, seksualitas tetapi semuanya disituasikan “dalam susunan
geopolitik dan hubungan Negara-negara serta sejarah antar Negara mereka.” (teori
komunikasi, Stephen W. Litllejohn, edisi 9)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori kritis?

2. Bagaimana sejarah teori Frankfurt?

3. Apa saja macam macam teori kritis?

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori kritis.

2. Agar kita mengetahui asal usul teori Frankfurt.

3. Mengetahui macam macam teori tradisi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai teori yang berada di bawah paying tradisi kritis cenderung bersifat sangat
meluas, sehingga terkadang sulit untuk menempatkan berbagai teori tersebut ke dalam
tubuh atau struktur teori komunikasi konvensional. Dalam perkembangannya teori kitis
memiliki sejumlah percabangan antara lain yang terpenting adalah marxisme, Frankfurt
school, postmodernism dan feminisme.

A. Marxisme
Paham atau ajaran marxisme hasil pemikiran karl marx merupakan asal mula dari teori
kritis. Menurut ajaran marxisme, alat alat produksi ekonomi di masyarakat menentukan
sifat dan bentuk masyarakat bersangkutan, dengan demikian ekonomi menjadi dasar dari
semua struktur sosial. Pada system ekonomi kapitaslis, keuntungan mendorong produksi
sehingga menindas buruh dan kaum pekerja. Ajaran marxisme berpandangan bahwa
masyarakat di tindas oleh pemilik pabrik dan tanah (alat produksi) yaitu kaum kapitalis.
Masyarakat megalami penindasan yang di lakukan oleh kelompok kuat (rulling class)
atau kelompok lainnya. Menurut pandangan ini kelompok buruh harus bangkit dan
melawan kelompok pengusaha yang dominan dan merebut sumber sumber produksi,
hanya dengan cara inilah kebebasan pekerja dapat di capai

B. Frankfurt school
Salah satu teori yang berada dalam aliran teori kritis adalah pemikiran dan gagasan yang
di amakan Frankfurt school yaitu kelompok filsafat jerman yang dimotori oleh dua
sarjana yaitu rheodor ardorno dan max horkheimer bekerja sama dengan institute for
school research yang di dirikan di Frankfurt pada tahun 1923. Para anggota Frankfurt
school yang memiliki berbagai macam latar belakang pendidikan ini berkumpul atas
dasar kebutuhan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu- filsafat, sosiologi,
ekonomi dan sejarah- dalam upaya uruk mendorong munculnya pemikiran sosial yang
luas dan mampu menawarkan kajian yang komprehesif yang dapat mendorong perubahan
atau transformasi masyarakat, budaya, ekonomi dan kesadaran. Pemikiran sosial yang
luas inilah yang di sebut juga sebagai teori kritis atau pemikiran kritis.

C. Postmodernisme
Post-modernisme dalam pengertian yang paling umum diberi tanda oleh perpecahan
dengan modernitas dan proyek pencerahan. Bertepatan dengan akhir dari masyarakt
industry dan munculnya sebuah jaman informasi, dengan produksi barang-barang yang
telah diberi jalan untuk memproduksi dan memaniplasi pengetahuan. Bermula pada tahun
1970-an , post-modernisme menolak “elitisme, puritanisme, dan sterilitas” rasional karna
pluralisme, relatifitas, kebaruan (novelty), kompleksitas, dan kontradiksi. Konstribusi
Jean-Francois Lyotard terhadap post-modernitas merupakan penolakan terhadap cerita
cerita hebat tentang kemajuan tidak ada lagi kisah-kisah yang diceritaka yang masuk akal
dalam suatu budaya. Kontribusi Jean Baudrillard adalh penekanan pada peningkatan
5
pemisahan tanda dari sesuatu yang ditunjuknya. Simulasi telah berlalu setelah dilakukan
dan tanda- tanda diproduksi ulang pada suatu tinta dimana meraka tidak lagi mengacu
pada objek nyata dalam dunia materi. Kedua ajaran tersebutmemunculkan pertanyaan
terhadap penamaan-penamaan tradisional akan “realitas” : apakah “ cerita-cerita tentang
budaya tidak dapat dipercaya dan kontruksi-kontruksi buatan untuk tanda-tanda selalu
dianggap lebih nyata dibandingkan tanda itu sendiri, realitas merupakan kontruksi yang
terus bertambah dan cepat beralalu.
Karya dari tradisi kritik yang dikenal sebagai kultural studies selalu diubungkan
dengan ragam post-modernisme dalam tradisi kritik. Sebagai tradisi yang terlepas dari
tradisi, kajian-kajian budaya tampak sebagai cabag penting post-modernisme pada tradisi
kritik. Para ahli kajian buday sama-sama membahas idologi yang mendominasi sebuah
budaya, tetapi memfokuskan pda perubahan social dari hal yang menguntungkan didalam
budaya itu sendiri: “untuk mempermudah pergerakan budaya seperti yang telah
diperlihatkan dalam kehidupan social, hubungan kelompok dan kelas, institusi dan
politik, serta ide dan nilai. Pengambungan antar- ilmu dimulai Centre for Contemporary
Cultural Studies di Birmingham, Inggris taun 1964. Dengan berfokus pada budaya
sebagai penelitian yang umum dan bermanfaat, instusi ini telah menyediakan susunan
subjek dan subkultur untuk kajian akademis yang biasanya dianggap tidak sesuai bagi
perhatian akademis. Oleh karna itu, kajian kajian budaya sangat popular dalam
pengenalan yang bertolak belakang dengan ketidak jelasan pemahaman akan FrankFurt
School.
Kemungkinan mempelajari semua bentuk subcultur yang biasanya tidak dipelajari
dalam lingkungan akademik akan meningkatkan kajian budaya yang sangat berpengaruh
pada ilmu pengetahuan kontemporer kajian kajian konsep yang awalnya dipinggirkan ,
seperti gender, ras, kelas,umur, dan yang terbaru, seksualitas. Hal ini tidak mesti
dikatakan bahwan topic topic tersebut tidak dipelajari sebelum perkembangan teori
budaya faktanya, setiap ilmu melihat kemunculan permasalhan ini dari keragaman dasar
historis dan teoretis. Bagaimana pun juga nilai nilai kajian budaya yang umum dan
dipinggirkan menjadi pendorong utama dibalik minat ilmiah yang berkelanjutan pada
permasalahn tersebut.
Post-struktulisme biasanya dikonsenkan sebagai bagian dari proyek post modern
karna post-strukturalisme mengolaj usaha modern dalam menemukan kebenaran
kebenaran universal, naratif, netode, dan makna yang digunakan untuk mengenal dunia.
Awal mula post-strukturalisme dikaitkan pda karya tulis Jaques kreatifitas itu hanya
ketika individu benar benar bebas mengekspresikan dirinya dengan kejelasan dan alasan,
kebebasan akan terjadi. Akan tetapi, bahasa juga menjadi sebuah kedesakan kepentingan
dalam ekspresi individu karna bahasa dari kelas dominan membuatnya sulit bagi
kelompok bagi kelas pekerja untuk memahami keadaan merka dan menemukan cara
untuk memcapai emansipasi. Dengan kata lain, bahasa dominan menegaskandan
memperlihatkan penekanan terhadap kelompok pinggiran. Ini adalah tugas para ahli teori
kritik untuk meciptakan bentuk bahasa baru yang dapat menyingkat ideology dominan da
ideology yang saling bersaing agar dapat didengar.

6
Pada tahu 1970-an muncul satu bentuk pemikiran baru yang di sebut postmodernisme, di
Indonesia sering di singkat dengan “posmo” saja. EM Griffin mengemukakan enam
pernyataan yang dapat menjelaskan mengenai munculnya pemikiran posmo ini yaitu
1. Postmodern menjelaskan suatu priode waktu ketika janji modernism tidak lagi
dapat di benarkan. Pandangan posmo menolak jargon jargon modernism seperti
memuja rasionalisme dan ilmu pengetahuan, imperialisme kebangsaan serta
menolak pemikiran bahwa masyarakat dunia akan terus berkembang dan maju.

2. Kita telah menjadi alat dari alat yang kita buat. Hal ini di tegaskan oleh marshall
McLuhan yang meneliti mengenai sejarah teknologi media sebagai salah satu alat
di ciptakan manusia. Ia mengatakan perkembangan media massa telah sangat pesat
sehingga media memberikan pengaruh yang mampu membentuk kehidupan kiota.
Dengan kata lain, kita telah menjadi alat dari alat yang kita ciptakan yaitu media

3. Dalam dunia postmodern setiap klaim yang di buat oleh berbagai system
pemikiran seperti system kepercayaan, ideology dan bahkan agama yang
menyatakan dirinya paling benar untuk semua orang. Dalam pemikiran posmo,
kita tidak dapat mengetahui mengenai sesuatu secara pasti, bahkan fakta itu tidak
ada, yang ada hanyalah interpretasi yang kita buat atas fakta.

4. Gambaran menjadi lebih penting dari apa yang di wakilinya. Kalangan posmo
memiliki keyakinan bahwa gambaran yang di tampilkan media massa bersifat
hyperreality, artinya lebih nyata daripada yang seharusnya. Gambaran mental yang
kita miliki mengenai hal hal yang enak, ideal, atau indah. Misalnya rumah yang
bagus, wanita yang cantik, tubuh yang menarik, makanan yang enak, liburan yang
berkesan dan sebagainya berasal atau terbentuk dari ekspose terus menerus yang
kita terima dari media. Bagi kalangan posmo, persoalan nya tidak terletak pada
apakah media telah mendistorsi realitas tetapi justru media itulah yang menjadi
realitas

5. Dengan bantuan media, kita dapat mencampur dan mencocokan berbagai gaya dan
selera untuk menciptakan suatu identitas yang unik. Kemungkinan untuk membuat
identitas yang baru pada masyarakat urban bersifat tanpa batas di dorong oleh
kehadiran berbagai macam media massa yang menyajikan aneka model gaya
hidup. Posmo adalah masa kebangkitan bagi individualism daripada kehidupan
bersama dalam kelompok.

6. Posmo juga dapat di lihat sebagai suatu bentuk tata ekonomi baru- suatu
masyarakat konsumen berdasarkan kapitalisme multinasional. Dewasa ini telah
muncul jenis kehidupan sosial baru dan tata ekonomi dunia baru yang merupakan
tahap akhir dari kapitalisme. Pada aspek kebudayaan, tidak ada lagi perbedaan
7
antara budaya tinggi dan budaya popular. Begitu pula, tidak ada lagi standar
keindahan sehingga keuntungan menjadi ukuran apakah suatu karya seni itu bagus
atau buruk.

Jadi teori teori yang di kemukakan oleh para ahli sangatlah banyak, kita mengambil teori
yang di bahas karl mark bahwa penindasan itu harus di lawan, tidak hanya berdiam diri
tanpa ada perlawanan, jika penindasan itu di biarkan justru penindasan itu akan semakin
parah

A. Feminisme
Studi mengenal feminisme telah lama menjadi bahan kajian penting dan berpengaruh
dalam kelompok pemikiran atau tradisi kritis. Orang mendefinisikan feminisme dalam
berbagai cara, mulai dari “gerakan untuk melindungi hak perempuan” hingga “upaya
mengakhiri segala bentuk penindasan”. Namun para sarjana teori kritis cenderung untuk
memberika pengertian yang luas terhadap pengertian feminisme, sehingga kata
feminisme dalam bahasa inggris sering di tulis dengan feminisms untuk menunjukan
pengertian yang luas mencakup seluruh pengertian yang ada mengenai feminisme.

Para pemikir feminisme memfokuskan perhatian nya pada masalah gender dan berupaya
untuk membedakan antara pengertian “jenis kelamin” yang merupakan kategori biologis
dengan “gender” yang merupakan suatu konstruksi sosial. Mereka melakukan studi,
memberikan kritik, serta menguji berbagai asumsi terhadap berbagai pengalaman dalam
hubungan antara mereka yang berjenis kelamin pria dan wanita yang mencakup berbagai
aspek kehidupan dalam upaya mereka untuk mencapai jalan yang membebaskan bagi pria
dan wanita untuk hidup bersama di dunia ini.
Upaya yang di lakukan oleh para “feminis” pada dasarnya lebih dari studi mengenai
gender, namun juga menawarkan berbagai teori yang memfokuskan perhatiannya pada
pengalaman wanita dan menjelaskan hubungan antara gender sebagai salah satu kategori
sosial dengan kategori sosial lainnya seperti: ras etnik, kelas dan seksualitas (teori
komunikasi individu hingga massa, Morissan, 2015)
Akhirnya,kajian feminis telah bertahun tahun berpengaruh dalam tradisi kritik.
Feminisme didefinisikan secara beragam, mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan
hak-hak wanita sampai semua bentuk usaha penekanan. Dengan demikian, sekarang para
ahli lebih suka membahas feminisme secara plural dari pada secara singural. Para ahli
feminisme memulainya dengan focus pada gender dan mencari perbedaan antara seks
sebuah kategori biologis dan gender sebuah kontruksi social. Mereka telah menguji,
mengkritik, dan menentang asumsi serta mengalami maskulinitas dan feminitas yang
meliputi semua aspek kehidupan, sebagai usaha untuk memperoleh cara-cara yang lebih
memberi kebebasan pada wanita dan pria supaya diakui dunia.
Akan tetapi, penelitian feminis lebih dari sekedar kajian gender. Feminis berusaha
menawarkan teori teori yang memusatkan pada pengalaman wanita dan untuk
membicarakan hubungan antara kategori kategori gender dan social lainnya, termasuk
8
ras, etnik, kelas dan seksualitas. Hal yang paling terkini kajian tentang bagaimana praktik
komunikasi berfungsi menyebarkan ideologi-ideologi gender yang di mediasi wacana
menjadi mengemuka. (teori komunikasi, Stephen W. Litllejohn, edisi 9)

9
BAB III
PEMBAHASAN
A. TEORI KRITIS
Tradisi ini berangkat dari asumsi teori teori kritis yang memperhatikan terdapatnya
kesenjagan di dalam masyarakat, proses komunikasi di lihat dari sudut kritis. Bahwa
komunikasi di satu sisi telah di tandai dengan proses dominasi oleh kelompok yang kuat
atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lai, aktivitas komunikasi mestinya
menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang lemah. Tradisi ini
dapat menjelaskan baik lingkup komunikasi antar personal maupun komuikasi bermedia.
Tradisi ini tampak kental dengan pembelaan terhadap kalangan yang lemah. Komunikasi
diharapkan berperan dalam proses trasformasi masyarakat yang lemah dan berkonstribusi
bagi penguatan beberpa hal dalam suatu masyarakat. Beberapa figure penting dapat di
sebut seperti Noams Chomsky, Herbert schiller, ben bagdikia, c. wright mils, dan
sebagainya yang pemikiran mereka menyoroti tetang media sementara Stanley deetz di
antaranya pada komunikasi.
Inti aliran ini adalah kepercayaan bahwa masyarakat merupakan wujud dari consensus
dan mengutamaka keseimbangan. Masyarakat di pandang sebagai suatu kelompok yang
komplek dimana terdapat berbagai kelompok sosial yang saling berpengaruh dalam
system dan pada akhirnya mencapai pada keseimbangan. Pandangan ini percaya pada ide
liberal yang meyakini kalau persaingan di biarka bebas, pada akhirnya akan tercipta suatu
keseimbangan.
Ada varian dari tradisi ini adalah marxisme, yang merupakan peletak dasar dari tradisi
kritis ini. Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari struktur sosial.
Kemudian kritik politik ekonomi, pandanga ini merupakan revisi terhadap marxisme
yang di nilai terlalu menyederhanaka realitas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa
dan kalangan tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi. Aliran Frankfurt,
memperkenalka bahwa aliran kritis dalam rangka mempromosikan suatu filosofi sosial
teori kritis yang mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang menyeluruh,
baik perubahan bentuk dari masyarakat, kultul ekonomi, maupu kesadaran.
Posmodernisme, di tandai dengan sifat relatifitas, tidak ada standardisasi nilai menolak
pengetahuan yang sudah jadi di anggap sebagai sesuatu yang sakral. Cultural studies,
memusatkan pada perubahan sosial dari tempat yang menguntungkan dari kultur sendiri.
Post strukturalis, berpandangan bahwa realitas merupakan sesuatu yang kompleks dan
selalu dalam proses sedang menjadi. Post colonial, mengacu pada semua kultur yang di
pengaruhi oleh proses imperial dari masa penjajahan sampai saat ini (Teori komunikasi,
H. Syaiful Rohim, M.Si.)
Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, semuanya memiliki tiga asumsi
dasar yang sama
1. semuanya menggunakan prinsip prinsip dasar ilmu sosial interpretatif, yaitu
bahwa ilmuan kritis mengganggap perlu untuk memahami pengalaman
10
orang dalam konteks. Secara khusus pendekatan kritis bertujuan untuk
menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimana berbagai
kelompok sosial di kekang dan di tindas.

2. pendekatan ini mengkaji kondisi kondisi sosial dalam usahanya untuk


mengungkap struktur struktur yang seringkali tersembunyi. Kebanyakan
teori teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk
memahami bagaimana seseorang di tindas sehingga orang dapat mengambil
tindakan untuk mengubah kekuatan penindas.

3. pendekatan kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan teori dan


tindakan. Teori teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai
perubahan dalam berbagai kondisi yang memengaruhi hidup kita

Wacana wacana ilmu sosial kritis pada dasarnya memiliki implikasi ekonomi dan politik,
maupun sosiologi tetapi di antaranya yang berkaitan dengan komunikasi dan tatanan
iteraksi sosial dan komunikasi dalam masyarakat. Meskipun demikian teoritisi kritis
biasanya menyangkut banyak hal dalam keseluruhan system masyarakat. Dengan
demikian suatu teori kritis mengenai komunikasi dan ilmu ilmu sosial lainnya perlu
melibatkan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian lahirlah berbagai teori kritis baru dalam komunikasi seperti sosiologi
komunikasi, hukum kumunikasi dan hukum media, psikologi komunikasi, komunikasi
antar budaya, komunikasi politik, komunikasi, organisasi, komuikasi kelompok,
komunikasi public, public relation, komunikasi sosial, semiotika komunikasi dan
sebagainya. (Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos.M.Si sosiologi komunikasi, teori teori
komunikasi kritis, hal 263)
Teori Kritik Menciptakan kesadran untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori teori
tersebut berdifat formatif dan bertindak untuk mendapatkan atau mencapai perubahan
dalam kondisi kondisi yang memengaruhi masyarakat atau yang dinyataknan della poloc
dan j.robert cox, “untuk membaca dunia dengan pandangan yang dapat membentuknya.”
Peneliian bertujuan untuk membuka jalan dimana minat minat yang saling bersaing tidak
cocok dan perilaku yang sedang berkonflik teratasi demi kelompok tertentu disamping
yang lainnya. Oleh karna itu, teori teori kritik sering kali menggabugkan diri dengan
minat minat dari kelompok yang erpinggirkan.
Dalam kajian komunikasi, para ahli kritik umunya tertarik dengan bagaimana
pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Meskipun para ahli kritik tertarik pada
tindakan ssisal, mereka uga focus pada wacana dan teks teks yang mempromosikan
idiologi idiologi tertentu, membentuk dan memperthankan kekuatan, meruntuhkan minat
minat kelompok atau kelas tertentu. Analisi wacana kritis memperhatikan fitur fitur actual
dalam teks yang memunculkan rakaina penekanan tersebut, tanpa memisahkan
komunikasi pada factor lain pada keseluruhan system kekuatan yang bersifat menekan.

11
Teori teori kritik sangat luas, sehingga teori teori tersebut selalu sulit ditempatkan
dan dikelompokan dalam keseluruhan teori komunikasi. Kita akan membahas cabang
cabang poko:marxisme, the Frankfrut School of Critical Theory, post-modernisme, kajian
budaya, post-strukturalisme, post-kolonialisme, dan kajian feminis.

A. FRANKFURT
Frankfrut School adaha cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung
jawab terhadap kemunculan istilah critical theory ; Frankfrut School masih sering
digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik (Critical Theory ). Frankfrut
School mengacu kepada kelompok filsuf Jerman, Sosiolog, dan ekonom Max
Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse adalah diantara anggota anggota
yang paling terkenal dihubungkan dengan institute for social research yang di dirikan di
Frankfrut pada tahun 1923. Pengikut aliran ini percaya bahwa demi kebutuhan akan
integrasi diantara kajian khususnya filosofi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah untuk
mempromosikan filosofi sosial yang luas atau teori kritik yang mampu menawakna
pengujian yang komprehandsif akan kontradiksi dan interkoneksi dalam masyarakat.
Frankfrut School merupakan Marxis dalam filosofinya pertama, pengikunya melihat
komunisme sebagai tahap evaluasi perkembangan komunisme dan kemudia komuisme.
Bagaimana pun juga, kegagalan pergerakan pekerja dan kemunculan fasisme,
mengancam banyak pengikut Frankfrut School mengeluarkan kepercayaannya akan
proletar sebagai revolusi karna alasan dan kepintaran sebagai hasilnya,Frankfrut School
telah dikenal karna paham elitnya, kebecian terhadap budaya pop, dan pembebasan
aktifisme dan intelektualisme .
Dengan munculnya partai sosialis nasionalis (Nazi) di Jerman pada tahun 1930-an
banyak akademisi Frankfrut Berimingrasi ke Amerika yang membangun Instusi untuk
penelitian sosial universitas Colombia. Sementara di Amerika meraka sangat tertarik
dengan komunikasi massa dan media sebagai struktur penekanan dalam masyarakat
kafitalis. Komunikasi menjadi penting bagi teori kritik dan kajian komunikasi massa
menjadi lebih penting akademisi Frankfrut kontemprorer yang paling terkenal adalah
Jurgen Habermas yang teorinya meneruskan penilaian terhadap alasan dan meminta
untuk mengembalikan ide-ide rasional dari periode pencerahan atau modern. Teori kritik
berada dalam paradikma modernis entah itu intelektual atau pandangan popular ada
sebuah kepercayaan pada alasan yang dibangun melalui ilmu pengetahuan, bahwa
individu sebagai agen perubahan dan penemuan aspek-aspek budaya yang Cuma-Cuma.
Keempat cabang tambahan yang dapat dikelompokan dengan teori kritik yang melanggar
modernitas dengan cara yang beragam: post-modernisme, post-kolonialisme, post-
strukturlisme, dan kajian feminis. Apa yang umunya dimiliki dari filosofi ini merupakan
sebuah desakan pada keragaman dan ketidak stabilan makna, ketidak percayaan terhadap
ilmu pengetahuan, dan keengangan memberikan kepercayaan demi cerita yang hebat.
Karya dari tradisi kritik yang dikenal sebagai kultural studies selalu diubungkan dengan
ragam post-modernisme dalam tradisi kritik. Sebagai tradisi yang terlepas dari tradisi,
kajian-kajian budaya tampak sebagai cabag penting post-modernisme pada tradisi kritik.
Para ahli kajian buday sama-sama membahas idologi yang mendominasi sebuah budaya,
12
tetapi memfokuskan pda perubahan social dari hal yang menguntungkan didalam budaya
itu sendiri: “untuk mempermudah pergerakan budaya seperti yang telah diperlihatkan
dalam kehidupan social, hubungan kelompok dan kelas, institusi dan politik, serta ide dan
nilai. Pengambungan antar- ilmu dimulai Centre for Contemporary Cultural Studies di
Birmingham, Inggris taun 1964. Dengan berfokus pada budaya sebagai penelitian yang
umum dan bermanfaat, instusi ini telah menyediakan susunan subjek dan subkultur untuk
kajian akademis yang biasanya dianggap tidak sesuai bagi perhatian akademis. Oleh
karna itu, kajian kajian budaya sangat popular dalam pengenalan yang bertolak belakang
dengan ketidak jelasan pemahaman akan FrankFurt School.
Kemungkinan mempelajari semua bentuk subcultur yang biasanya tidak dipelajari
dalam lingkungan akademik akan meningkatkan kajian budaya yang sangat berpengaruh
pada ilmu pengetahuan kontemporer kajian kajian konsep yang awalnya dipinggirkan ,
seperti gender, ras, kelas,umur, dan yang terbaru, seksualitas. Hal ini tidak mesti
dikatakan bahwan topic topic tersebut tidak dipelajari sebelum perkembangan teori
budaya faktanya, setiap ilmu melihat kemunculan permasalhan ini dari keragaman dasar
historis dan teoretis. Bagaimana pun juga nilai nilai kajian budaya (teori komunikasi,
Stephen W. Litllejohn, edisi 9)

B. MACAM MACAM TEORI KRITIS


1. Teori Marxisme Klasik

Marxisme klasik atau classical Marxism mengacu pada teori ekonomi, filsafat, dan
sosiologi yang dijelaskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Berdasarkan teori
Marxisme klasik, media dipandang sebagai alat yang digunakan oleh kelas penguasa
untuk menyebarluaskan ideologi dominan kepada masyarakat dan menekan kelompok
sosial atau kelas sosial lainnya.
Karena media dimiliki oleh sekelompok pengusaha, maka pemilik media memiliki
kendali langsung atas isi media, pemilik media dapat menggunakan media dengan leluasa
untuk menyebarkan ideologi dominan yang membenarkan posisi dan kekuasaan kelas
penguasa, manajer media tunduk pada keinginan pemilik media.

Wartawan bergantung pada pemiliki media untuk pekerjaan mereka sehingga tidak
mungkin untuk memberitakan hal-hal yang sifatnya menentang status dan otoritas kelas
penguasa, dan khalayak diasumsikan pasif mengkonsumsi pesan media tanpa berpikir
sebagaimana dijelaskan dalam
2. Teori Politik-Ekonomi

Para ahli teori politik-ekonomi mengkaji atau mempelajari bahwa kaum elit mengontrol
atau mengendalikan institusi ekonomi seperti bank dan pasar saham, dan kemudian
mencoba untuk menunjukkan bagaimana kontrol yang dilakukan oleh kaum elit
berdampak pada institusi sosial lainnya termasuk media massa.

13
Sebagaimana halnya Marxisme klasik, mereka menolak atau menyalahkan kepemilikan
media yang menjadi penyebab sakitnya masyarakat.
Menurut teori politik ekonomi, isi media merupakan komoditas yang dapat dijual kepada
pasar dan informasi yang disebarluaskan melalui media massa mendapat pengawasan
oleh pasar. Sistem seperti ini mengarah pada marjinalisasi kelompok lain.
3. Frankfurt School

Frankfurt School mengacu pada sekumpulan peneliti atau ahli teori yang berkaitan
dengan Intitute of Social Research di di Jerman. Beberapa tokoh yang termasuk dalam
Frankfurt School dianataranya adalah Max Horkheimer, Theodor W. Adorno, Herbert
Marcuse, Walter Benjamin, Erich Fromm, Leo Lowenthal, dan Friedrich Pollock.
Frankfurt School mengembangkan teori kritis dan mempopulerkan metode pembelajaran
dialektika dengan mempertanyakan media massa, budaya pop, dan keberadaan teori
sosial.
Dalam kajian media, Frankfurt School memandang media sebagai alat untuk membentuk
budaya, menempatkan perhatian lebih banyak terhadap ide atau gagasan dibandingkan
dengan materi yang baik. Media diarahkan pada penyebaran ideologi dominasi yang
disebarkan oleh kaum elit untuk mendatangkan keuntungan bagi kelas dominan.
Penyebaran ideologi dominasi melalui media massa oleh kaum elit merupakan salah
satu contoh propaganda dalam media massa.
4. Teori Hegemoni Media

Konsep hegemoni pertama kali dikenalkan oleh Antonio Gramsci yang mengacu pada
kepemimpinan moral, filsafat, dan politik dari suatu kelompok sosial yang diperoleh
dengan tidak menggunakan kekerasan melainkan dengan persetujuan aktif dari kelompok
sosial lainnya melalui pengambilalihan kendali atas budaya dan teknologi.
Teori hegemoni media atau teori hegemoni dalam komunikasi massa berakar dari
ekonomi Marxist dan konsep hegemoni. Dalam konsep hegemoni, gagasan kelas
penguasa dalam masyarakat menjadi gagasan yang berkuasa. Menurut teori hegemoni
media, media dikendalikan oleh kelas dominan dalam masyarakat dan sebagai alat untuk
mengerahkan kendali atas kelas atas masyarakat.
Teori ini juga berpendapat bahwa berita dan isi media lainnya dibentuk untuk kebutuhan
ideologi perusahaan atau kapitalis
5. Teori Kajian Budaya

Kajian budaya adalah bidang penelitian lintas disiplin ilmu yang meneliti konteks
budaya, elemen, dan dampak pesan yang berasal dari media. Kajian budaya
menitikberatkan pada sarana dimana masyarakat menciptakan makna dan melekatkannya
pada obyek, gagasan, dan praktek sehari-hari.

14
Para peneliti kemudian menentukan bagaimana obyek dan ide tersebut mengubah atau
memperkuat budaya dengan menghubungkan aspek ideologi, etnis, kelas sosial, dan
gender.
Para peneliti kajian budaya berupaya untuk memahami budaya secara umum yang
mencakup bentuk, sejarah, asal muasal, dan konteks politik. Kajian budaya mencakup
beberapa pendekatan dan filosofis metodologis yang berbeda termasuk teori postmodern,
hermeneutika, pasca-strukturalisme, pragmatisme dan Marxisme.

Terkait dengan media massa, para ahli mengandalkan semiotika komunikasi untuk
memahami makna budaya dari produk media. Mereka melihat bagaimana isi media
ditafsirkan baik oleh kelompok dominan maupun oposisi. Dalam kajian budaya,
masyarakat dipandang sebagai bidang gagasan yang saling bersaing
(https://pakarkomunikasi.com/teori-kritis-dalam-media-massa)

15
BAB IV
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Jadi teori tradisi kritis itu sangat luas pengertian nya, tradisi kritis mencakup dalam segala
hal. Menurut pandangan postmodernisme kita telah menjadi alat dari alat yang kita buat,
teknologi sangatlah pesat, contoh saja, kita hidup di zaman modern, segala sesuatu menjadi
lebih mudah, jika kita tidak bijak mengguakannya kita akan di bodohi oleh alat yang telah di
buat itu. Lalu menurut karl mark teori kritis itu adalah suatu teori yang membahas tentang
penindasan, teori ini menjelaskan bahwa dalam penindasan akan semakin buruk jika kita

tidak melawan.

B. SARAN
semoga makalah ini bisa menjadi referensi pembaca, menambah wawasan, dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Kami meminta kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Sekian, terima kasih

16
DAFTAR PUSTAKA

Morissan. 2015. Teori komunikasi Individu Hingga Massa.


W. Littlejohn, Stephen. Edisi 9. Teori Komunikasi.
Bugin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi.
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi
https://pakarkomunikasi.com/teori-kritis-dalam-media-massa

17

Anda mungkin juga menyukai