Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Teori – teori sosiologi

Kelompok 1

1. nailah zayyan E011211006

2. Zakia Safitri Sijaya E011211021

3. Miftahul Khaeriyah E011211029

4. Nur Ichfah Ainun Yusuf E011211041

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, inayah dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi” ini tepat pada
waktunya.Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada
mata kuliah Pengantar Sosiologi.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Iqbal latief, selaku dosen mata
kuliah Pengantar Sosiologi yang telah memberikan tugas dan membimbing kami dalam
pengerjaan makalah ini, sehinggga kami dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
berkontribusi dalam memaksimalkan dan memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami dengan penuh kesadaran menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Untuk itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan, tanggapan bahkan kritikan yang
membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bernilai baik, memberikan wawasan
serta pengatahuan bagi para pembaca, memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

11 September 2021

KELOMPOK 1

2
Daftar isi

Kata pengantar…………………………………………………………………………………….2

Daftar isi…………………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………

1.1 latar belakang …………………………………………………………………………………4


1.2 rumusan masalah………………………………………………………………………………6
1.3 tujuan masalah………………………………………………………………………………...6

BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………………….

2.1 apakah teori?.............................................................................................................................7

2.2 perhatian terhadap masyarakat sebelum comte………………………………………………..7

2.3 sosiologi auguste comte……………………………………………………………………….9

2.4 teori- teori sosiologi comte ………………………………………………………………….11

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………………

3.1 kesimpulan…………………………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..….15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat


(antar individu, antar individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok).
Sosiologi pun mengupas bagaimana sebab sesuatu terjadi , akibatnya, hingga
penyelesaiannya. Sedangkan, menurut ahli, sosiologi adalah Ilmu tentang gejala sosial
yang tunduk pada hukum alam dan tidak berubah-ubah. (Auguste Comte, 1798-1857).
Sosiologi berasal dari kata "Socius" berarti "Kawan/Teman" dan "Logos" yang berarti
"Kata/Bicara". Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat”

Sosiologi baru muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan ilmu psikologi yaitu
ilmu yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia. Sedangkan, sosilogi adalah
ilmu yang mempelajari masyarakat. Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda
dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial yang ada. Sosiologi juga bersumber dari
filsafat. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan (mater scientarium)
yang kita ketahui selama ini .Filsafat pada masa itu mencakup pula segala usaha
pemikiran mengenai masyarakat. Makin berkembangnya zaman dan tumbuhnya
peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat
mulai memisahkan diri dan berkembang menurut tujuan masing-masing.

Walaupun tergolong ilmu pengetahuan yang masih muda, sosiologi telah


mengalami perkembangan yang cukup lama yaitu sejak manusia mengenal kebudayaan
dan peradaban. Sudah lama sekali persoalan masyarakat banyak disinggung. Awal
mulanya orang-orang yang meninjau masyarakat hanya terpaut pada masalah-masalah
yang menarik perhatian umum, seperti misalnya kejahatan, perang, kekuasaan.
Sosiologi menjelaskan bagaimana manusia memerlukan manusia lainnya untuk hidup
dan berinteraksi dengan baik. Manusia juga memiliki ketergantungan dalam memenuhi
kebutuhannya. Sampai akhirnya manusia itu sendiri dihadapkan oleh keterbatasan-
keterbatasan, sehingga perlu bekerja sama dengan orang lain dan tidak terlepas dari

4
pergaulan (sosialisasi). Hingga tanpa disadari, belajar dan berada dalam kehidupan
sosial sudah terjadi dari sejak manusia itu lahir.

Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Benua Eropa. Banyak
usaha dilakukan manusia baik bersifat ilmiah maupun nonilmiah yang membentuk
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan berdiri sendiri. Beberapa faktor pendorong
utama munculnya sosiologi adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan
masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.

Dari pemikiran serta penilaian yang demikian kemudian meningkat pada filsafat
kemasyarakatan. Di mana para filsuf sosial merumuskan kaidah-kaidah yang harus
ditaati masyarakat untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan tenteram. Akan
tetapi, kaidah-kaidah masyarakat yang diidam-idamkan tidak selalu sesuai dengan
kenyataan yang ada, sehingga banyak menimbulkan pertentangan. Hal tersebut
memaksa para ahli untuk mempelajari sebab-sebab kenyataan yang ada. Sehingga
timbul berbagai macam teori tentang masyarakat. Teori-teori tersebut dipelajari dan
dikembangkan secara sistematis, objektif, dan terlepas dari harapan pribadi, serta
penilaian baik buruk mengenai kenyataan yang ada di masyarakat.

Teori sosiologi terus berkembang dari masa ke masa, terutama dari pemikiran
tokoh-tokoh sosiologi yang terus memikirkan analisis sehingga menghasilkan teori
baru yang dianggap mampu menjabarkan fenomena sosial yang pada hakikatnya bisa
menunjukkan suatu fakta yang diatur menurut metodologi tertentu dan terukur serta
diuji secara empiris untuk menghasilkan suatu teori. Sehingga lambat laun timbullah
teori sosiologi.

5
1.2. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan teori? dan apakah kegunaan teori tersebut dalam
sosiologi?
2. Bagaimana perhatian terhadap masyarakat sebelum masa Auguste Comte?
3. Bagaimana sosiologi pada masa Auguste Comte (1798-1853)?
4. Bagaimana teori-teori sosiologi sesudah masa Auguste Comte?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, selain sebagai salah satu tugas mata
kuliah Pengantar Sosiologi, juga bertujuan agar pembaca:
1. Mampu mendeskripsikan pengertian teori dan kegunaannya dalam sosiologi.
2. Mampu menjelaskan perhatian terhadap masyarakat sebelum masa Auguste Comte.
3. Mampu menjelaskan dan mengetahui sosiologi pada masa Auguste Comte (1798-
1853)
4. Mampu memaparkan teori-teori sosiologi sesudah masa Auguste Comte.

6
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Apakah Teori ?

Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau
pengaturan fakta menurut cara- cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang
dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Oleh sebab itu ,dalam
bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable
atau lebih,yang telah diuji kebenarannya.
Kegunaan teori sosiologi
a. Suatu teori atau beberapa teori yang merupakan ikhtisar hal-hal yang telah
diketahui serta duiji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari
sosiologi
b. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi
c. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang
dipelajari oleh sosiologi.
d. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi
fakta,membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi
yang penting untuk penelitian
e. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan
proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui kea rah mana masyarakat
berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada mas yang lampau dan pada
dewasa ini.

2.2. Perhatian Terhadap Masyarakat Sebelum Comte. Ainun


Sosiologi dapatlah dikatakan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang relatif muda
usianya karena baru mengalami perkembangan sejak masanya Comte. Akan tetapi, di lain

7
pihak, perhatian-perhatian serta pikiran-pikiran terhadap masyarakat manusia telah
dimulai jauh sebelum masa Comte.

Seorang filsuf Barat yang untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara sistematis
adalah Plato (429-347 SM), seorang filsuf Romawi. Plato menyatakan bahwa masyarakat
sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan
mengalami kegoncangan, sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu
keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan inteligensia.

Plato berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga di dalam


masyarakat yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Dengan
demikian, Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat, yang
mencakup bidang-bidang kehidupan ekonomis dan sosial.

Aristoteles (384-322 SM) mengikuti sistem analisis secara organis dari Plato. Di dalam
bukunya Politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-
lembaga politik dalam masyarakat. Aristoteles menggarisbawahi kenyataan bahwa basis
masyarakat adalah moral (etika dalam arti yang sempit).

Pada akhir abad pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang
mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan
peristiwa-peristiwa dalam sejarah.

Pada zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More dengan
Utopia-nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih sangat
terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang ideal. Berbeda
dengan mereka adalah N. Machiavelli (terkenal dengan bukunya II Principe) yang
menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan. Untuk pertama kalinya politik
dipisahkan dari moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap
masyarakat.

Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The
Leviathan. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia
didasarkan pada keinginan-keinginan yang mekanis sehingga manusia selalu saling

8
berkelahi. Akan tetapi, mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tenteram
adalah jauh lebih baik. Keadaan semacam itu baru dapat tercapai apabila mereka
mengadakan suatu perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai
wewenang, yaitu pihak yang akan dapat memelihara ketenteraman. Orang-orang harus
sepenuhnya mematuhi pihak yang mempunyai wewenang tadi. Dalam keadaan
demikianlah masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Pada abad ke-18 yang ajarannya masih bersifat rasionalistis, muncullah antara lain ajaran
John Locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada
konsep kontrak sosial dari Hobbes. Menurut Locke, manusia pada dasarnya mempunyai
hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta benda. Kontrak
antara warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai wewenang sifatnya atas dasar
faktor pamrih. Bila pihak yang mempunyai wewenang tadi gagal untuk memenuhi syarat-
syarat kontrak, warga-warga masyarakat berhak untuk memilih pihak lain.

Rousseau antara lain berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan yang
diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang mempunyai keinginan-
keinginan sendiri, yaitu keinginan umum.

Pada awal abad ke-19, muncul ajaran-ajaran lain di antaranya Saint Simon (1760-1825)
yang terutama menyatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan
berkelompok. Di dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la Science de l'Home, dia
menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu yang positif. Artinya, masalah-
masalah dalam ilmu politik hendaknya dianalisis dengan metode-metode yang lazim
dipakai terhadap gejala-gejala lain.

2.3. Sosiologi Auguste Comte (1789-1853)

Auguste comte yang pertama-tama memakai istilah “sosiologi” adalah orang


pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan
isi ilmu-ilmu penetahuan lainnya. Dia menyusun suatu sistemtika dari filsafat sejarah
dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga

9
tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari
tahap sebelumnya. Tahap pertama dinamakannya tahap teologis atau fiktif,yaitu suatu
tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis,yaitu
dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha
Kuasa. Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah tahap
metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Pada
tahap ini manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan
bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk
menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Hal yang terakhir inilah yang merupakan
tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari
perkembangan manusia.

Apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh Comte dengan ilmu pengetahuan


positif,dan dimanakah letak sosiologinya? Menurut Comte, suatu ilmu pengetahuan
bersifat positif,apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-
gejala yang nyata dan konkret, tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan
lainnya.

Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap


sosiologi,yang merupakan ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi
positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Comte kemudian membedakan
antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis.

Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi


dasar dari adanya masyarakat. Studi ini merupakan semacam anatomi sosial yang
mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal-balik dari sistem-sistem sosial. Cita-cita dasar
yang menjadi latar belakang sosiologi statis adalah bahwa semua gejala sosial saling
berkaitan, yang berarti bahwa percuma untuk mempelajari salah satu gejala sosial secara

10
tersendiri. Unit sosial yang penting bukanlah individu,tetapi keluarga yang bagian-
bagiannya terikat oleh simpati.

Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti


pembangunan. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana
perkembangan manusia terjadi dari tingkat inteligensia yang rendah ke tingkat yang lebih
tinggi. Dengan demikian ,dinamika menyangkut masyarakat-masyarakat untuk
menunjukkan adanya perkembangan. Comte yakin bahwa masyarakat akan berkembang
menuju suatu kesempurnaan. Walaupun demikian Comte sebenarnya lebih
mementingkan perubahan –perubahan atau perkembangan dalam cita-cita daripada
bentuk. Akan tetapi,dia tidak menyadari betapa perubahan cita-cita akan mengakibatkan
terjadinya perubahan –perubahan bentuk pula.

2.4. Teori – Teori sosiologi Sesudah Comte

Suatu gambaran menyeluruh dan lengkap tentang teori-teori sosiologi sesudah masa
Comte tak akan mungkin diberikan dalam bagian ini. Oleh karena itu, dipilihkan
beberapa teori saja, yang dikelompokkan ke dalam beberapa mazhab untuk memudahkan
penyusunan. Teori-teori tersebut banyak yang dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain, maupun
data yang diperoleh dari penggunaan ilmu-ilmu tersebut. Pengaruh yang mencolok akan
terlihat, misalnya, dari geografi, biologi, antropologi, ilmu hukum, dan lain sebagainya.
Pengelompokan ke dalam mazhab-mazhab akan didasarkan pada faktor-faktor tersebut
sehingga akan dapat diperoleh suatu gambaran yang minimal.2.7

1. Mazhab Geografi dan Lingkungan


Ajaran-ajaran atau teori-teori yang masuk dalam mazhab ini telah lama berkembang.
Dengan kata lain, jarang sekali terjadi bahwa para ahli pemikir menguraikan
masyarakat manusia terlepas dari tanah atau lingkungan di mana masyarakat tadi
berada. Masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat
berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat tersebut. Teori-teori tersebut sangat logis
dan sederhana karena dapat mencakup sejarah perkembangan masyarakat-
masyarakat tersebut

11
2. Mazhab Organis dan Evolusioner
Ajaran-ajaran serta teori-teori bidang biologi, dalam ar banyak memengaruhi teori-
teori sosiologi. Memang perlu diakui bahwa sejak abad pertengahan banyak ahli pikir
masyarakat yang mengadakan analogi antara masyarakat manusia dengan organisme
manusia. Beberapa abad kemudian pengaruh tersebut muncul kembali dan salah
seorang terkemuka dari ajaran ini adalah Herbert Spencer (1820-1903). Herbert
Spencer adalah orang yang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar data
empiris yang konkret. Dalam hal ini dia telah memberikan suatu model konkret yang
secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para sosiologi sesudah dia. Suatu
organisme, menurut Spencer, akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks
dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya
organisasi fungsi yang lebih matang antarbagian organisme tersebut, dan integrasi
yang lebih sempurna pula. Secara evolusioner, tahap organisme tersebut akan
semakin sempurna sifatnya. Dengan demikian, organisme tersebut ada kriterianya,
yaitu komplek-sitas, diferensiasi, dan integrasi. Kriteria tersebut akan dapat
diterapkan pada setiap masyarakat. Evaluasi sosial dan perkembangan sosial pada
dasarnya berarti bertambahnya diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian
kerja, dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan yang heterogen

3. Mazhab Formal
Ahli-ahli pikir yang menonjol dari mazhab ini, kebanyakan dari Jerman, sangat
terpengaruh oleh ajaran-ajaran dan filsafat Immanuel Kant. Salah seorang di
antaranya ialah Georg Simmel (1858-1918). Menurut Simmel, elemen-elemen
masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan
antara elemen-elemen tersebut. Bentuk-bentuk tadi sebenarnya adalah elemen-elemen
itu sendiri. Menganalisis proses terjadinya dan mengidentifikasikan pengaruh-
pengaruhnya tersebut merupakan tugas seorang sosiolog.

4. Mazhab Psikologi
Di antara sosiolog-sosiolog yang mendasarkan teorinya pada psikolog adalah Gabriel
Tarde (1843-1904) dari Prancis. Dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal

12
bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-
jiwa individu, di mana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan
keinginan-keinginan. Bentuk-bentuk utama dari interaksi mental individu-individu
adalah imitasi, oposisi, dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi sering kali
berhadapan dengan oposisi yang menuju pada bentuk adaptasi yang baru. Dengan
demikian, mungkin terjadi per-ubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-
penemuan baru. menimbulkan imitasi, oposisi penemuan-penemuan baru, perubahan-
perubahan, dan seterusnya.

5. Mazhab ekonomi
Dari mazhab ini, akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Marx (1818-1883) dan
Max Weber (1864-1920) dengan catatan bahwa ajaran-ajaran Max Weber sebenarnya
mengandung aneka macam segi sebagaimana halnya dengan Durkheim. Memang,
Durkheim dan Weber merupakan dua orang tokoh sosiologi yang paling terkemuka
dalam sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. telah
mempergunakan metode-metode sejarah dan filsa nembangun suatu teori tentang
perubahan yang menunjukk perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan di
mana ada keadilan sosial.28 Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas
kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan
kekayaan. Hukum, filsafat, agama dan kesenian merupakan refleksi dari status
ekonomi kelas tersebut.

6. Mazhab Hukum
perhatian yang besar terhadap hukum yang dihubungkannya dengan Di dalam
sorotannya terhadap masyarakat, Durkheim menaruh jenis-jenis solidaritas yang
terdapat di dalam masyarakat. Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang
bersanksi yang berat-ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-
anggapan, serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan. Di
dalam masyarakat dapat ditemukan dua macam sanksi kaidah-kaidah hukum, yaitu
sanksi yang represif dan sanksi yang restitutif.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Istilah Sosiologi pertama kali dikenalkan oleh Auguste Comte (tetapi dalam catatan
Sejarah, Emile Durkheim lah yang melanjutkan ‘istilah’ tersebut dan menerapkannya
menjadi sebuah disiplin ilmu). Sosiologi berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Latin
yaitu Socius yang artinya teman dan Logos yang artinya ilmu. Secara keseluruhan,
Sosiologi berarti ilmu yang mempelajari masyarakat. kekuatan sosial yang
melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan sekaligus menjadi fokus perhatian
para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi politik, revolusi industri, perkembangan
kapitalisme, perkembangan sosialisme, feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta
pertumbuhan ilmu pengetahuan

14
DAFTAR PUSTAKA

Auguste Comte, The Positive Philosophy, diterjemahkan dan diringkas oleh H.Martineau,
(London: George Bell & Sons, 1896).

J.H. Abraham, Sociology, The Study of Human Society, (London: The English Unversity
Press, Ltd, 1973), him. 18, 19.

Untuk gambaran yang lengkap, lihatlah Talcott Parsons, Edward Shils, Kaspar D.Neagle
dan Jesse R. Pitts (ed.) Theories of Sociology, (New York: The Free Press. 1968)

"Max Weber on Law and Economy and Society, diterjemahkan oleh Edward Shils
danMax Rheinstein, (New York, A Clarion Book, 1967). hlm. 52.

15
16

Anda mungkin juga menyukai