Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN I.

Latar Belakang

Sosiologi adalah ilmu yang masih muda dalam perkembangannya, walau demikian, objek dari sosiologi yaitu masyarakat telah ada jauh sejak jaman dahulu kala, sehingga sosiologi merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan keseharian kita. Untuk itu, agar kita dapat mengenal kondisi sosial masyarakat, perlu adanya penjabaran mengenai sosiologi, yang penulis awali dari penjabaran proses sosial dan interaksi sosial. II. Maksud dan Tujuan

Penyusun memiliki beberapa maksud dan tujuan dalam menyusun makalah ini, diantaranya: 1. Memberikan pengertian dan pemahaman akan ilmu pengetahuan kepada setiap pembaca dan audiensi. 2. Sebagai pertanggungjawaban atas tugas yang di bebankan kepada saya selaku penyusun makalah ini. III. Metode Penulisan

Penyusun dalam menulis makalah ini menggunakan metode studi literatur dari buku pustaka yang terkait dengan materi pembahasan. IV. Batasan Masalah

Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini penyusun batasi hanya Pendahuluan Sosiologi, Proses Sosial dan Interaksi Sosial., masalah di luar atau tidak terkait dengan masalah tersebut tidak akan dijangkau oleh penyusun. V. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan mendahului pembahasan utama dari makalah ini, terdiri dari: latar belakang, maksud dan tujuan, metode penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II MATERI Dalam bab ini akan di bahas mengenai pembahasan utama dari makalah ini, terdiri dari: Pendahuluan, Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi, Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi, Metode-Metode dalam Sosiologi, Proses Sosial dan Interaksi Sosial, Interaksi Sosial Sebagai Pengaruh Utama dalam Kehidupan Sosial, dan sebagainya. BAB III PENUTUP Dalam bab ini akan menutup pembahasan utama dari makalah ini, terdiri dari: kesimpulan, dan saran.
1

BAB II MATERI I. PENDAHULUAN A. Pengantar Sosiologi merupakan ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Orang kemudian meningkat kepada filsafat kemasyarakatan dimana orang menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini atau yang ideal. Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Faktor yang menjadi pendorong utama adalah meningkat nya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sosiologi di Amerika Serikat adalah sebagai suatu pendorong untuk menyelesaikan persoalan dan masalah-masalah sosial lainnya. Seorang ahli filsafat Perancis Auguste Comte mempunyai anggapan saatnya telah tiba dimana semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Nama yang diberikannya adalah Sosiologi yang berasal dari bahasa Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara. Jadi Sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Sosiologi menurut Comte, harus berdasarkan pengalaman terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi. B. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi 1. Apakah Ilmu Pengetahuan (Science)? Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya. Ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia untuk mencapai kepuasan yang dapat ditempuh melalui berbagai cara berikut: a. b. c. d. e. f. Penemuan secara kebetulan. Hal untung-untungan. Kewibawaan. Usaha-usaha yang bersifat spekulatif. Pengalaman. Penelitian ilmiah.

Penelitian secara ilmiah disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat ditelaah dan dicari sebab akibatnya. Penelitian bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih mendalami segala segi kehidupan.
2

Secara umum dan konvensional dikena adanya empat kelompok ilmu pengetahuan, yaitu masing-masing: a. b. c. d. Ilmu Matematika. Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Tentang Perilaku (Behavioral Science). Ilmu Pengetahuan Kerohanian.

Dari sudut sifatnya dapat dibedakan antara ilmu pengetahuan yang eksak dengan ilmu pengetahuan yang non-eksak. Pada umumnya , ilmu-ilmu sosial bersifat non eksak. Dari sudut penerapannya, maka biasanya dibedakan antara ilmu pengetahuan murni (pure science) dengan ilmu pengetahuan yang diterapkan (applied science). 2. Ilmu-Ilmu Sosial dan Sosiologi Ilmu-ilmu sosial mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. Untuk dapat memperoleh gambaran yang sederhana dari suatu ilmu, paling sedikit diperlukan kriteria sebagai berikut: a. Isi ilmu tersebut perlu dirinci secara konkret. Artinya secara lebih tegas adalah apa yang menjadi pusat perhatian para ahli dan para sarjana yang mengkhususkan diri pada suatu ilmu pengetahuan tertentu. b. Hal-hal yang dianggap sebagai sebab-sebab khusus dari variabel tergantung penting sekali untuk dirinci. c. Pusat penelitian suatu ilmu pengetahuan dapat dirinci dengan mengemukakan variabel bebas dan variabel tergantung sera ada susunan yang teratur dari variabel-variabel tadi yang dinamakan keteraturan logika (logical-ordering). d. Diperlukan pengetahuan tentang teknik-teknik yang lazim dipakai oleh masingmasing ilmu pengetahuan untuk mendapatkan kebenaran atau untuk mencapai sasarannya. Sosiologi adalah ilmu yang berdiri sendiri, yang ciri utamanya adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Sosiologi bersifat empiris. Sosiologi bersifat teoritis. Sosiologi bersifat kumulatif. Sosiologi bersifat non etis.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana untuk membedakan sosiologi dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang tergabung pula dalam ilmu-ilmu sosial. Perbandingan antara ilmu-ilmu sosial dan sosiologi adalah sebagai berikut. Ekonomi

Dalam ilmu ekonomi, hanya segi ekonominyalah yang dipelajari, sedangkan sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan.

Politik

Ilmu politik mempelajari suatu segi khusus pula dari kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan, sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum daripadanya. Psikologi Sosial

Ilmu jiwa sosial merupakan cabang ilmu jiwa yang pada hakikatnya meneliti perilaku manusia secara individu. Antropologi

Antropologi, khususnya antropologi sosial, agak sulit untuk dibedakan dengan sosiologi. Ada yang berpendapat bahwa Antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat-masyarakat yang masih sederhana taraf kebudayaannya, sedangkan sosiologi menyelidiki masyarakat-masyarakat modern yang sudah kompleks. Antara Antropologi dan Sosiologi terdapat perbedaan dalam pangkal tolaknya, antropologi bertitik tolak pada unsur-unsur tradisional, sedangkan sosiologi terutama memperhatikan unsur-unsur yang baru (modern). Sejarah Sejarah menaruh perhatian khusus pada peristiwa-peristiwa masa siam, sosiolog juga Memperhatikan masa-masa silam, tetapi dia hanya memperhatikan peristiwa-peristiwa yang merupakan proses-proses kemasyarakatan. 3. Definisi Sosiologi dan Sifat Hakikatnya Sifat-sifat hakikatnya adalah sebagai berikut: a. Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial. b. Sosiologi merupakan disiplin yang kategoris, artinya bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) bukan terpakai (applied science). d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan konkret. e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. g. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan khusus. Sebagai kesimpulan, sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum. 4. Objek Sosiologi Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

Masyarakat yang dimaksud adalah yang mencakup beberapa unsur berikut ini: a. b. c. d. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Setiap masyarakat mempunyai komponen-komponen dasarnya, yakni sebagai berikut: a. b. c. d. e. Populasi Kebudayaan. Hasil-hasil kebudayaan materiil. Organisasi sosial. Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya.

C. Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi 1. Apakah Teori? Teori merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, di mana fakta adalah sesuatu yang dapat diamati dan diuji secara empiris. 2. Perhatian terhadap Masyarakat Sebelum Comte a. Plato : menelaah masyarakat secara sistematis dengan merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup bidang kehidupan ekonomi dan sosial. : melakukan analisis terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. : mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian sosial dan peristiwa sejarah. : tercatat nama-nama Thomas More dan Campanella mengenai masyarakat ideal. : mengemukakan mengenai bagaimana cara mempertahankan kekuasaan. : menulis mengenai keadaan alamiah manusia yang didasari pada keinginan-keinginan mekanis sehingga manusia saling berkelahi (kontrak sosial). : menulis tentang manusia yang hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok.

b. Aristoteles c. Ibn Khaldun d. Zaman Renaissance e. N. Machiavelly f. Hobbes selalu g. Saint Simon

3. Sosiologi Auguste Comte (1798-1853) Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu pengetahuan paling kompleks. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Sedangkan Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembangunan.

4. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte Teori-teori sesudah Comte dikelompokkan dalam enam mazhab, sebagai berikut: a. Mazhab Geografi dan Lingkungan. Masyarakat bisa berkembang bila ada tempat berpijak dan tempat untuk hidup (Edward Buckle dan Le Plag) b. Mazhab organis dan evolusioner. Herbert Spencer: melakukan analogi antara masyarakat manusia dengan organisme manusia. W.G Summer: mengenai kebiasaan sosial yang timbul secara tak sadar dalam masyarakat (folkway) c. Mazhab Formal (pengaruh dari Immanuel Kant). Georg Simmel: untuk menjadi warga masyarakat perlu mengalami proses individualisme dan sosialisasi. Leopold Von Wiese: Sosiologi memusatkan perhatian pada hubungan antara manusia tanpa mengaitkan dengan tujuan/kaidah. d. Mazhab Psikologi. Gabriel Tarde: menjelaskan gejala sosial dalam kerangka reaksi psikis seseorang. e. Mazhab Ekonomi. Karl Marx: mempergunakan metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori perubahan. M. Weber: mengungkapkan tentang empat tipe ideal aksi sosial. f. Mazhab Hukum. Durkheim: hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas dalam masyarakat. M. Weber: mengenai empat tipe ideal hukum. D. Metode-Metode dalam Sosiologi Ada dua metode dalam sosiologi: 1. Kualitatif: tidak bisa diukur dengan angka tetapi nyata dalam masyarakat (metode historis, komparatif) 2. Kuantitatif: bisa diukur dengan angka, dengan mempergunakan skala, indeks, tabel dan formula (metode statistik, sociometry) Metode Lainnya: 1. Deduktif: berdasarkan hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik ke hal-hal yang lebih khusus. 2. Induktif: berdasarkan hal-hal yang khusus kemudian diambil generalisasinya. Di dalam metode kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif, keduanya dikombinasikan menjadi historis-komparatif. Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.

Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya. Metode studi kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan di dalam metode kuantitatif, termasuk metode statistik, juga Sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif. Sociometry adalah himpunan konsepkonsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubunganhubungan antar manusia secara kuantitatif. Selain itu juga, terdapat metode Empiris yang dalam sosiologi modern diwujudkan dengan research yaitu cara mempelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif. Sosiologi juga menggunakan metode fungsionalisme yang bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. E. Mazhab-Mazhab dan Spesialisasi dalam Sosiologi Cabang-cabang Sosiologi sebagaimana dikembangkan oleh American Sociological Society adalah sebagai berikut: Social Organization Social Disorganization Social Change Interpersonal Relations Public Opnion and Community Applied Sociology Area Studies Intergroup Relations Population Family Rural-Urban Social Psychology Research Methodology Theory Interdisciplinary Specialities. General Sociology

F. Perkembangan Sosiologi di Indonesia 1. Permulaan Sosiologi di Indonesia Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta. Kemudian almarhum Ki Hadjar Dewantoro, pelopor utama yang meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional di Indonesia. Bangsa Belanda, sebelum perang dunia kedua, mengambil masyarakat Indonesia sebagai pusat perhatiannya. Sekolah tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta pada waktu itu merupakan satusatunya lembaga perguruan tinggi yang sebelum perang dunia kedua memberikan kuliahkuliah sosiologi di Indonesia. Pada waktu itu belum ada spesialisasi sosiologi, baik di Indonesia maupun di negeri Belanda. Pada tahun-tahun 1934/1935 kuliah-kuliah sosiologi pada Sekolah Tinggi Hukum tersebut justru ditiadakan. 2. Perkembangan Sosiologi Sesudah Perang Dunia Kedua Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, seorang sarjana Indonesia Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberi kulah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik. Sejak tahun 1950, mulai lah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuannya tentang sosiologi.
7

Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia mulai diterbitkan sejak satu tahun setelah pecahnya revolusi fisik, yaitu Sosiologi Indonesia oleh Djody Gondokusumo. Kira-kira dalam tahun 1950, setelah usai revolusi fisik, menyusullah suatu buku sosiology yang diterbitkan oleh Bardosono, juga disusul dengan penerbitan buku-buku dalam bahasa Indonesia berikutnya. Pada dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan Politik atau Fakultas Ilmu Sosial di mana sosiologi dikuliahkan sampai tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat persiapan. Penelitian-penelitian sosiologis di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya karena masyarakat masih terlampau percaya pada angka-angka yang relatif mutlak. Dalam hal ini masih diperlukan usaha yang tekun dan keras untuk menempatkan penelitian sosiologis pada tempat yang wajar. II. PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

A. Pengantar Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan social karena tanpa interaksi social, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. B. Interaksi Sosial Sebagai Pengaruh Utama dalam Kehidupan Sosial Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Walaupun tidak saling berbicara, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain. Interaksi sosial, hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Apabila seseorang memukul kursi misalnya, tidak akan terjadi suatu interaksi sosial karena kursi tersebut tidak akan bereaksi dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor imitasi, dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku. Namun imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginankeinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting,

walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. C. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: 1. Adanya kontak sosial (social-contact) Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, arti secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Namun, hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut: a. Antara orang-perorangan b. Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif (kerjasama) atau negatif (pertentangan atau bahkan samasekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial). Suatu kontak dapat pula bersifat primer (hubungan langsung bertemu) atau sekunder (memerlukan suatu perantara). 2. Adanya komunikasi Komunikasi, berarti seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaanperasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin di sampaikan oleh orang tersebut. D. Kehidupan yang Terasing Kehidupan terasing dapat disebabkan karena secara badaniah seseorang samasekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnya. Terasingnya seseorang dapat disebabkan oleh karena cacat pada salah-satu indranya. Atau, mungkin juga disebabkan karena pengaruh perbedaan ras atau kebudayaan yang kemudian menimbulkan prasangka-prasangka. Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji pada suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. E. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Ada tiga tokoh yang memberikan tiga pendapat:

Gillin dan Gillin Bentuk Interaksi adalah: 1. Proses yang asosiatif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi) 2. Proses yang disosiatif (persaingan, pertentangan)

Kimball Young Bentuk interaksi adalah: 1. Oposisi (persaingan dan pertentangan) 2. Kerjasama yang menghasilkan akomodasi. 3. Diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan)

Tomatsu Shibutani Bentuk interaksi adalah: 1. Akomodasi dalam situasi rutin. 2. Ekspresi pertemuan dan anjuran. 3. Interaksi strategis dalam pertentangan. 4. Pengembangan perilaku massa.

Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation), persaingan (competition), akomodasi (accommodation), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). 1. Proses-proses yang Asosiatif a. Kerja sama (cooperation) Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu ingroup-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat, kebudayaan itulah yang mendorong terjadinya kerja sama. Dalam teori-teori sosiologi akan dapat dijumpai beberapa bentuk kerja sama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan: kerja sama spontan (spontaneous cooperation), kerja sama langsung (directed cooperation), kerja sama kontrak (contractual cooperation) dan kerja sama tradisional (traditional cooperation). Ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut: Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. Bargaining, yaitu pertukaran barang-barang dan jasa-jasa. Kooptasi (cooptation). Koalisi (coalition). Joint Venture. b. Akomodasi (Accommodation) i. Pengertian Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu sebagai berikut: Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
10

Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Tujuan akomodasi adalah untuk mengurangi pertentangan antar individu / kelompok, untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerja sama. ii. Bentuk-bentuk Akomodasi Coercion. Compromise. Arbitration. Mediation. Conciliation Toleration Stalemate. Adjudication. iii. Hasil-hasil Akomodasi Akomodasi, dan integrasi masyarakat. Menekan oposisi. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda. Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah. Perubahan-perubahan dalam kedudukan. Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.

iv. Asimilasi (Assimilation) Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada: a) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. b) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama. c) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Interaksi yang asimilatif, memiliki syarat-syarat berikut ini: a) Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di mana pihak yang lain tadi juga berlaku sama. b) Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasanpembatasan. c) Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer. d) Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.
11

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi antara lain adalah: a) b) c) d) e) f) g) Toleransi. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. Perkawinan campuran (amalgamation). Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut: a) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan minoritas). b) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga. c) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. d) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya. e) Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi suatu penghalang terjadinya asimilasi. f) In-group feeling. g) Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas. h) Faktor perbedaan kepentingan ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi. Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial, proses ini biasa dinamakan akulturasi. 2. Proses Disosiatif Sering disebut sebagai oppositional processes. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Oposisi atau proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut: a. Persaingan (Competition) Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman Persaingan ada dua tipe, yaitu yang bersifat pribadi dan yang tidak bersifat pribadi. Bentuk-bentuk persaingan adalah: a) Persaingan ekonomi. b) Persaingan kebudayaan. c) Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat. d) Persaingan karena perbedaan ras.

12

Fungsi-fungsi persaingan adalah: a) Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif. b) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya. c) Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial. d) Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian kerja. Hasil suatu persaingan adalah: a) b) c) d) Perubahan kepribadian seseorang. Kemajuan. Solidaritas kelompok. Disorganisasi.

b. Kontravensi (Contravention) i. Pengertian Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Bentuk-bentuk kontravensi: a) b) c) d) e) Perubahan penolakan, perlawanan, dan lain-lain. Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum. Melakukan penghasutan. Berkhianat. Mengejutkan lawan, dan lain-lain.

ii. Tipe-tipe Kontravensi Menurut von Wiese dan Becker, terdapat tiga tipe umum kontravensi, yaitu kontravensi generasi masyarakat, kontravensi yang menyangkut seks, dan kontravensi parlementer. Kecuali tipe-tipe umum tersebut, ada pula beberapa tipe kontravensi yang sebenarnya terletak di antara kontravensi dan pertentangan atau pertikaian. Tipe-tipe tersebut antara lain sebagai berikut: a) b) c) d) Kontravensi antar masyarakat setempat. Antagonisme keagamaan. Kontravensi intelektual. Oposisi moral.

c. Pertentangan (pertikaian atau Conflict) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

13

Sebab-musabab atau akar-akar pertentangan adalah: a) b) c) d) Perbedaan individu-individu. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepentingan. Perubahan sosial.

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu. Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam sosiologi dinamakan safety-valve institutions yang menyediakan objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain. Bentuk-bentuk pertentangan adalah: a) Pertentangan pribadi. b) Pertentangan rasial. c) Pertentangan antara kelas-kelas sosial, umumnya disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan. d) Pertentangan. e) Pertentangan yang bersifat internasional. Akibat-akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah antara lain: a) b) c) d) Tambahnya solidaritas in-group. Mungkin sebaliknya yang terjadi, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok. Perubahan kepribadian. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu.

14

BAB III PENUTUP I. KESIMPULAN Berdasarkan penjabaran masalah Pendahuluan Sosiologi, Proses Sosial dan Interaksi Sosial. Pada bab sebelumnya, penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sosiologi adalah ilmu yang masih muda, yang masih mengalami perkembangan hingga saat ini. Namun, objek sosiologi yaitu masyarakat telah ada sejak dahulu. 2. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat, yang bersifat kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum. 3. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, yang merupakan dasar proses sosial. 4. Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation), persaingan (competition), akomodasi (accommodation), dan pertentangan atau pertikaian (conflict). II. Saran Sosiologi adalah ilmu yang masih baru atau muda, tetapi amat erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat yang setiap waktu kita terlibat di dalamnya. Untuk itu sosiologi perlu di kembangkan lebih, agar tercipta sebuah pengetahuan dan kejelasan yang nyata tentang apa yang selama ini kita jalani. Terutama bagi lingkungan akademis, khususnya mahasiswa sebagai kalangan intelek.

15

DAFTAR PUSTAKA Soekanto, Soerjono.2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers

16

Anda mungkin juga menyukai