Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
Medan
2022
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………….
3.2 Saran………………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………
PERTANYAAN…………………………………………………………………………………………
.
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen
mata kuliah Teori Teori Sosial yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
14
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dampak yang ditimbulkan dari penentangan norma inilah yang pada akhirnya akan menimbulkan
konflik dalam masyarakat. Maka diperlukan usaha sadar melalui langkah-langkah tertentu untuk
mengantisipasi penyimpangan yang mungkin terjadi atau akan terjadi. Dalam konteks
inilahparadigma sosiologi diperlukan sebagai acuan dalam sikap dan tindakan sehingga dapat
ditemukan pola-pola penanggulangan yang efektif dan efisien.
Maka, di dalam makalah ini akan kita bahas bersama mengenai paradigm sosiologi, perilaku sosial
paradigma sosial dan perilaku sosial.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan,
kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa atau pembaca tahu tentang:
15
BAB II PEMBAHASAN
Menurut paradigma ini, kehidupan masyrakat dilihat sebagai realitas yang berdiri sendiri, lepas dari
persoalan apakah individu anggota masyrakat suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju.
• teori konflik,
Teori Marx sebenarnya banyak dipengaruhi oleh tiga aliran pemikiran, yaitu:
Ketika pertama kali Marx berada di Berlin, ia begitu tertarik dengan filsafat sosialnya Hegel. Ini
kemudian terbukti dari pemikiran Marx yang mengarah kepada paham Hegelian, yang meliputi:
(2) filsafat sejarah dan negara sebagai gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar
dan,
(3) dialektikanya Marx sebagai hasil inspirasi pemikiran Hegel dalam berfilsafat (meskipun pada
perkembangan selanjutnya ia juga dipengaruhi oleh pemikiran filsafatnya Feurbach).
14
•Emile Durkheim (1858-1917)
Tokoh paradigma fakta sosial berikut ini memiliki nama besar dalam pemikiran sosiologi klasik di
Eropa yang hidup antara tahun 1858 sampai tahun 1917. Konteks sosial yang melatarbelakangi
munculnya teori Emile Durkheim adalah adanya pembagian kerja sosial dalam masyarakat. Durkheim
melihat bahwa masyarakat tidaklah selalu homogen dan juga tidak drastis dalam perkembangannya.
Dari sini, Durkheim melihat bahwa pecah dan berkembangnya kesatuan-kesatuan sosial merupaka n
akibat langsung dari berkembangnya pembagian kerja sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu,
sebagaimana diceritakan di bagian awal bukunya, ia risau dengan banyaknya fenomena bunuh diri,
sementara opini yang ada dalam masyarakat pada saat itu berkeyakinan bahwa “bunuh diri itu adalah
akibat penyakit kejiwaan.” Konteks sosial itulah yang mengawali Durkheim menemukan berbagai
teori besarnya. Pada awalnya Durkheim tidak menerima opini itu begitu saja, kerena ia melihat bahwa
data statistik yang dikumpulkan di negara yang tinggi angka sakit jiwanya seperti Norwegia, jumlah
orang yang melakukan bunuh diri justru berada pada urutan keempat.
Oleh karena itu, dengan menggunakan data statistik tentang bunuh diri di beberapa negara serta
dipadukan dengan metode analisis yang kritis, akhirnya Durkheim sampai pada kesimpulan bahwa
kasus bunuh diri harus dikaji dari konteks struktur sosial masyarakat dan negara itu.
Realitas sosial yang berkembang yang mendasari teori Parsons adalah realitas sosial yang didasari
pada hasil pemikiran beberapa ahli, yakni pemikiran ahistoris dari teoretisi struktural fungsional.
Misalnya, Lensky dalam menganalisis pelapisan sosial, Coser hanya mengkaji konflik sebagai satu-
satunya bentuk asosiasi.
Kemudian, pada tataran sosiologi klasik, misalnya Auguste Comte yang mendasarkan analisisnya
pada hukum tiga tahap—periode teologis ke metafisik dan ke positif, Durkheim membahas dinamika
masyarakat yang bergerak secara evolusioner, yaitu dari solidaritas mekanis ke bentuk solidaritas
organis, di mana terbentuk pembagian kerja yang lebih besar serta perubahan dalam sistem hukum.
Kemudian di Italia, Pareto membahas tentang sirkulasi elite lewat periode inovasi yang lebih
konsevatif, dan Weber membahas peningkatan sifat-sifat rasional masyarakat modern.
15
Dari sini, Parsons melihat bahwa teori-teori tersebut bersifat parsial, sebab kurang “saling menyapa.”
Masing-masing ahli menganggap teorinya yang paling relevan. Dari situasi pemikiran sosial seperti
ini, maka Parsons memikirkan sebuah teori umum yang komprehensif yang berusaha menjelaskan
tindakan sosial yang bersifat utuh dan menyeluruh.
Konteks sosial yang terjadi pada abad ke-17 di Inggris, yaitu adanya berbagai perilaku menyimpang,
kerja birokrasi, persuasi media massa, dan komunikasi di masyarakat secara kompleks yang tidak
terantisipasi oleh keadaan politik dan pemerintahan secara baik. Itu semua dijadikan lahan pengkajian
teoretisnya, meskipun kemudian melebar pada pengkajian mengenai sumber-sumber sosial.
Konteks sosial yang mendasari teori Robert K Merton mirip dan sebanding dengan konteks sosial
yang terjadi pada zaman Talcott Parsons. Hal ini yang mendasari teorinya masih mirip dengan teori
Parsons yang abstrak dan agak muluk (grandiose). Dalam membangun teori sosialnya, dia juga
banyak tertarik terhadap keadaan struktur sosial dan fungsi sosial sebagaimana organisme kehidupan,
yang dia amati di dalam kehidupan sosial di sekelilingnya. Tak pelak lagi maka teori yang
dihasilkannya disebut sebagai teori struktural fungsional.
14
2. PARADIGMA DEFINISI SOSIAL
Paradigma definisi sosial adalah proses aksi dan interaksi yang bersumber pada kemauan individu.
Salah satu tokoh yang sangat populer dalam paradigma definisi sosial adalah Max Weber. Dalam
analisisnya tentang tindakan sosial (social action), Weber memperkenalkan konsep tentang makna
suatu tindakan. Inti tesisnya adalah bahwa suatu “tindakan manusia itu penuh dengan arti.” Oleh
karena itu, Weber diklasifikasikan sebagai salah satu tokoh yang menghasilkan teori yang dapat
dikategorikan ke dalam paradigma definisi sosial.
4. teori Giddens tentang strukturalisasi oleh Waters dikelompokkan dalam kategori agensi.
5. teori fenomenologi buah karya sosiolog Jerman Edmund Husserl juga masuk dalam paradigma
definisi sosial ini.
merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses
komunikasi. Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki
iindividu berdasarkan interaksi dengan individu lain.
diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya
sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh Blumer
guna mencapai tujuan tertentu.
Teori interaksi simbolik berkembang pertama kali di Universitas Chicago, dan dikenal dengan
mazhab Chicago. Tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai universitas di luar Chicago, di
antaranya John Dewey dan C.H.
15
B. Lingkup Pembahasan Iinteraksi Simbolik
interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal,
bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat.
(2) pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sum- ber pada interaksi sosial manusia
(3) masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier, dan tidak
terduga,
dan sebagainya.
Mead bermaksud membedakan antara teori yang diperkenalkannya dengan teori behaviorisme. Teori
behaviorisme mempunyai pandangan
bahwa perilaku individu adalah sesuatu yang dapat diamati, artinya mempelajari tingkah laku manusia
secara objektif dari luar.
Manusia mampu memahami orang lain juga mampu memahami dirinya sendiri. Hal ini ditunjang oleh
penguasaan bahasa sebagai simbol dan isyarat terpenting, karena dengan bahasa dan isyarat itu
seseorang dapat melakukan interaksi simbolik dengan dirinya sendiri.
Ide dasar dari teori interaksi simbolis bersifat menentang beha- viorisme radikal yang dipelopori oleh
J.B. Watson. Hal ini tampak dari sikap Mead yang bermaksud membedakan interaksi simbolis dari
teori behaviorisme radikal itu.
Behaviorisme mempelajari tingkah laku (behavior) manusia se- cara objektif dari luar.
14
•TEORI FENOMENOLOGI
Aliran fenomenologi lahir sebagai reaksi metodologi positivistik yang diperkenalkan Comte (Waters,
1994: 30). Pendekatan positivisme ini selalu mengandalkan seperangkat fakta sosial yang bersifat
objektif, atas gejala yang tampak secara kasatmata. Dengan demikian, metodologi ini cenderung
melihat fenomena hanya dari kulitnya, dan kurang mampu memahami makna di balik gejala yang
tampak tersebut.
untuk memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya
sekadar melaksanakan, tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan perilaku orang
lain. Konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak
dicapai atau in order to motive (Waters, 1994: 34-35).
Schutz meletakkan hakikat kondisi manusia dalam pengalaman subjektif dalam bertindak dan
mengambil sikap terhadap dunia ke- hidupan sehari-hari.Tujuan Schutz adalah untuk mengingatkan
bahwa verstehen merupakan metode yang masuk akal dalam kehidupan keseharian yang mampu
menghasilkan kebenaran umum, yang terkontrol, dan dapat dibuktikan. Schutz mengasumsikan bahwa
dunia kehidupan dianggap tidak problematis.
Aliran fenomenologi lahir sebagai reaksi metodologi positivistik yang diperkenalkan Comte (Waters,
1994: 30). langkah langkah metodis adalah :
1. reduksi fenomenologi, merupakan langkah pemurnian fenomena yang harus dilakukan oleh
peneliti.
2. reduksi eidetis, merupakan tahapan reduksi kedua dalam penelitian berperspektif fenomenologi.
3. reduksi transedental, bertujuan untuk memperoleh subjek secara murni (Collins, 1997: 111). Untuk
mendapatkan kemurnian dan kejernihan data, peneliti melakukan klarifikasi data terhadap data yang
terkumpul.
15
•TEORI ETNOMETODOLOGI
Etnometodologi dikenal sebagai salah satu cabang ilmu sosiologi yang mempelajari tentang berbagai
upaya, langkah, dan penerapan pengetahuan umum pada kelompok komunitas, untuk menghasilkan
dan mengenali subjek, realitas, dan alur tindakan yang bisa dipahami bersama-sama (Kuper, 2000).
A. inti etnomenologi
Etnometodologi beranggapan bahwa pranata-pranata sosial di- pertahankan sebagai entitas nyata
melalui suatu kerangka perhitungan terhadap realitas sosial yang dipahami dan diterapkan.
Etnometodologi merupakan suatu studi empiris tentang bagaimana orang menanggapi pengalaman
dunia sosialnya sehari-hari. Etnome- todologi mempelajari realitas sosial atas interaksi yang
berlangsung sehari-hari.
•fenomenologi, menurut Edmund Husserl, dimulai dengan pengertian sikap wajar (natural attitude),
penggolongan (bracketing), suatu ilmu tentang kesadaran (consciousness), dan kesengajaan
(intentionality).
•etnometodologi,merupakan metodologi yang di- pakai dalam membuat laporan etnografik, yaitu
model penelitian yang mempelajari peristiwa kultural, menyajikan pandangan hidup subjek yang
menjadi objek studi dengan landasan filsafat fenomenologi.
C. etnometodologi garfinkel
merupakan suatu studi empiris tentang bagaimana orang menanggapi pengalaman dunia sosialnya
sehari-hari. Etnometodologi mempelajari realitas sosial atas interaksi yang berlang- sung sehari-hari.
14
3. PERILAKU SOSIAL
15
B. INTI STRUKTUR DALAM ANALISIS PILIHAN RASIONAL
Secara tradisional, para ekonom mempelajari pasar, dan para ilmuwan politik mempelajari pemilihan
umum dan hierarki pemerintahan; sementara para sosiolog mempelajari norma-norma dan hierarki,
termasuk sistem perbedaan dan organisasi.
Adapun struktur periferalnya berisi aplikasi-aplikasi substantif rational choice theory terhadap bentuk-
bentuk institusi tertentu, termasuk tes-tes teori sebelumnya—serta analisis-analisis fenomena ter tentu.
Dalam sistem ini, struktur inti dan struktur periferal me nu njuk kan sifat saling ketergantungan,
karena aplikasi-aplikasi substantif rational choice theory menghasilkan perkembangan teori baru yang
sering kali berasal dari riset dalam area-area substantif. Selanjutnya, karena sebagian besar ilmuwan
RTC dilibatkan dalam perkembangan dan elaborasi teori-teori inti dan juga dalam aplikasi aplikasi
substantif, maka tidak ada pembagian buruh yang jelas secara teoretis maupun secara empiris di
dalam dunia kerja nyata.
14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Teori-teori Sosial ini menyajikan berbagai teori yang menjelaskan tentang perubahan masyarakat.
Para ahli yang hidup dalam zaman yang sama bisa memberikan penjelasan yang berbeda tentang
realitas sosial yang sama. Perbedaan penjelasan itu tidak hanya berbeda dalam focus of interest yang
diamatinya, tetapi juga dalam hal bagaimana logika teori itu dikembangkan. Dalam konteks ini, teori-
teori sosial disampaikan sebagai pengantar untuk memahami lebih jauh tentang konsep-konsep dan
teori-teori sosial perubahan.
Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan
kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan
mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba allah yang tak luput dari
salah Khilaf. Alfa dan lupa.
15
DAFTAR PUSTAKA
14
PERTANYAAN
Teori itu dibuat untuk menganalisis peran dan perngaruh dari struktur sosial terhadap
individu dalam masyarakat. Contoh: Norma sosial
Tadi ada dibahas tentang teori dalam lingkup paradigma fakta sosial, tolong jelaskan
pengertian teori struktural konflik beserta 1 contohnya!
15
Teori itu sendiri membahas tentang bahwasanya didalam masyarakat tidak selamanya berada
dalam keteraturan.
Pembanding Bebas:
Paradigma fakta sosial membahas tentang struktur yang terdalam di masyarakat yang
mempengaruhi individu,
Paradigma definisi sosial membahas tentang bahwa pemikiran individu dalam masyarakat
mempengaruhi struktur yang ada dalam masyarakat.
Penjawab: -
Pancasila sebagai paradigma berarti menjadikan Pancasila sebagai pedoman untuk menjalani
segala aspek kehidupan.
4. Kenzamesa, (228530040)
14
Pendekatan dimana tidak ada rasa ketergantungan pada fasilitas apapun dari subjek yang
menyelidikanya sehingga harus dibuktikan dengan penelitian.
Penjawab : -
Paradigma perilaku sosial ini sangat menekankan pada pendekatan yang bersifat objektif
empiris,
15