Disusun Oleh:
Nama : ANGGUN INTAN BAIDURI
NIM : L1A020010
Fakultas&Prodi : -/ HUBUNGAN INTERNASIONAL
Semester : 1 (Satu)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Sosiologi ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala penyampaian petunjuk dari Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan
sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Sosiologi yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan ilmu dan pengalaman serta kepercayaan kepada saya guna
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi semua
orang serta kemajuan di negeri ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi 1
BAB II. Tokoh-Tokoh Sosiologi dan Teori-Teori Sosiologi 5
BAB III. Status dan Stratifikasi Sosial 10
BAB IV. Mobilitas Sosial 14
BAB V. Kesimpulan dan Analisis Kritis 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20
iii
BAB I
PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP KAJIAN SOSIOLOGI
1
Salah satu aspek yang paling mengganggu dalam sejarah sosiologi
pedesaan ini adalah kegagalan ilmu ini mengembangkan analisis sistematis tentang
produksi pertanian, pada tingkat perusahaan maupun struktur agrarian (Newby, 1980).
Sehingga nasib sosiologi pedesaan saat ini terperangkap dalam sejumlah kontroversi
dan harapan.
Kedua, Sosiologi Perkotaan: Sosiologi Perkotaan adalah studi sosiologi
yang menggunakan berbagai statistik diantara populasi dalam kota-kota besar.
Kajiannya terutama dipusatkan pada studi wilayah perkotaan dimana zone industri,
perdagangan dan tempat tinggal terpusat. Praktek ini menerangkan pengaruh
penggunaan tata ruang dan lingkungan kota besar dalam beberapa lokasi atau area
kemiskinan sebagai jawaban atas beberapa kultur, etnis, dan bahasa yang berbeda,
suatu mutu hidup yang rendah, beberapa kelompok kesukuan berbeda dan suatu
standard perwalian menjaga rendah bahwa semua jumlah diorganisasi sosial.
Ketiga, Sosiologi Industri: Kelahiran bidang ini mendapat inspirasi dari
pemikiran-pemikiran Marx, Durkheim, dan Weber, walaupun secara formal sosiologi
industry lahir kurun waktu antara Perang Dunia-I dan II, serta secara matang tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an.
Dalam perkembangannya, sosiologi industri sejak tahun 1980-an terdapat
empat tema baru yang muncul dan dalam riset-riset sosiologi industri.
Pertama, sosiologi industri yang hanya menekankan gaya tradisional yang patriarkhal,
memberikan peluang munculnya 8 lini baru yakni feminisme dan riset.
Kedua, runtuhnya komunisme di Eropa Timur, adanya globalisasi industry, pergeseran
dari Fordisme (keadaan ekonomi sesuai perang) menuju post-Fordisme,
perkembangan-perkembangan teknologi pengawasan dan bangkitnya individualisme
tanpa ikatan tahun 1980-an, mengantarkan bangkitnya minat pada peran norma dan
dominasi diri yang seringkali dikaitkan dengan gagasan-gagasan Foucault dan tokoh
pasca modernis lainnya.
Ketiga, perkembangan teknologi informasi dan aplikasi-aplikasinya di bidang
manufaktur serta perdagangan, telah mendorong bangkitnya kembali minat untuk
menerapkan gagasan-gagasan konstruktivis sosial dari sosiologi ilmu pengetahuan
serta teknologi ke sosiologi kerja dan industri.
Keempat, asumsi bahwa pekerjaan dan produksi merupakan kunci identitas sosial
tentang argumen-argumen pola-pola konsumsi merupakan sumber identitas individual.
Keempat, Sosiologi Medis: “Sosiologi Medis” merupakan bagian dari
sosiologi yang kajiannya memfokuskan pada pelestarian ilmu kedokteran khususnya
2
pada masyarakat modern. Bidang ini berkembang pesat sejak tahun 1950-an sampai
sekarang. Setidaknya ada dua alasan yang mendorong pesatnya perkembangan
bidang ini.
Pertama, berhubungan dengan asumsi-asumsi dan kesadaran bahwa problem yang
terkandung dalam perawatan kesehatan masyarakat modern adalah sebagai bagian
integral masalah-masalah sosial.
Kedua, meningkatnya minat terhadap pengobatan dalam aspek-aspek sosial dari
kondisi sakit (illness), terutama berkaitan dengan psikiatri (berhubungan dengan
penyakit jiwa), pediatri (kesehatan anak), praktek umum (pengobatan keluarga),
geriatrik (perawatan usia lanjut) dan pengobatan komunitas.
Kelima, Sosiologi Wanita: Lahir dan berkembangnya sosiologi wanita
secara perintisannya sejalan dengan perkembangan gerakan feminisme yang
dipelopori oleh Mary Wollstonecraft.
Sosiologi wanita merupakan suatu perspektif menyeluruh tentang keanekaragaman
pengalaman yang terstruktur bagi kaum wanita. Dengan mendefinisikan sosiologi
wanita dalam arti pola-pola ketidakadilan yang terstruktur, khususnya kerangka
stratifikasi jender.
Dilihat dari perspektif pendorong teori sosiologi wanita, terdiri atas tiga kelompok
kontributor pemikiran sosiologi utama yang terpilih.
Pertama, kelompok teoretisi positivis/fungsionalis, yang menegaskan bahwa tatanan
“alamiah” dominasi laki-laki sebagai suatu perbedaan terhadap argumen-argumen
mengenai “hak-hak” kaum wanita.
Kedua, kelompok para teoretisi konflik, yang melukiskan sistem-sistem penindasan
yang secara sistematis membatasi kaum wanita.
Ketiga, kelompok alternatif yakni kelompok aktivis “karya sosial dan interaksionis”.
Kelompok ini banyak memberikan kontribusi pada perkembangan pragmatisme
Chicago yang menggabungkan ilmu-ilmu pengetahuan obyektif pengamatan dengan
isu-isu etik dan moral untuk menghasilkan suatu masyarakat adil dan bebas.
Keenam, Sosiologi Militer: Bidang kajian ini menyoroti angkatan bersenjata
sebagai suatu organisasi bertipe khusus dengan fungsi-fungsi sosial spesifik. Fungsi-
fungsi tersebut bertolak dari satu tujuan organisasi keamanan dan sarana-sarananya,
kekuatan serta kekerasan.
Terdapat lima bidang utama kajian sosiologi militer.
3
Pertama, problem-problem organisasi internal, yang menganalisis proses-proses
dalam kelompok kecil dan ritual militer dengan tujuan untuk mengidentifikasi problem-
problem disiplin dan motivasi serta menguraikan cara-cara subkultur militer dibentuk.
Kedua, problem-problem organisasional internal dalam pertempuran, dimana dalam
hal ini dianalisis termasuk seleksi para petinggi militer, kepangkatan dan evaluasi
motivasi pertempuran.
Ketiga, angkatan bersenjata dan masyarakat, yang mengkaji tentang citra profesi yang
berkaitan dengan dampak perubahan sosial dan teknologi, profil rekrutmen angkatan
bersenjata, problem-problem pelatihan dan pendidikan tentara serta peran wanita
dalam angkatan bersenjata.
Keempat, militer dan politik. Dalam hal ini dianalisis ada suatu perbandingan bahwa
pada demokrasi Barat riset militer, terfokus pada kontrol politik terhadap jaringan
militer, kepentingan-kepentingan ekonomi dan administrasi lainnya. Namun, bagi
negara-negara berkembang, memfokuskan berbagai sebab dan konsekuensi dari
kudeta militer yang diperankannya dengan membawa atribut-atribut pembangunan dan
praetorisme.
Kelima, angkatan bersanjata dalam sistem Internasional. Dalam hal ini dianalisis
tentang aspek-aspek keamanan nasional dan internasional disertai peralatan atau
perlengkapan dan pengendaliannya serta berbagai operasi pemeliharaan perdamaian
internasional.
Ketujuh, Sosiologi Agama: Terutama mata studi praktek, struktur sosial,
latar belakang historis, pengembangan, tema universal dan peran agama di dalam
masyarakat. Ada penekanan tertentu atas timbulnya peran agama dalam hampir
semua masyarakat di atas bumi saat ini dan sepanjang sejarah yang direkam.
Kedelapan, Sosiologi Pendidikan: Di putaran abad saat ini, ada gairah
yang pantas dipertimbangkan untuk pengembangan disiplin baru. Sebanyak 16
institusi sedang menawarkan kursus sosiologi bidang pendidikan. Pada periode
berikutnya banyak buku yang membawa beberapa sebutan atau judul sosiologi bidang
pendidikan terlepas dari tekanan itu. Ini melibatkan berbagai konsep hubungan antara
sosiologi dan pendidikan.
Kesembilan, Sosiologi Seni: Istilah sosiologi seni digunakan dari sosiologi
seni-seni atau sosiologi seni dan literatur.
Sosiologi seni dapat dikatakan sebagai wilayah kajian yang cair, karena di dalamnya
tidak ada suatu model analisis atau teori yang dominan.
4
BAB II
TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI dan TEORI-TEORI SOSIOLOGI
Tokoh-tokoh sosiologi dunia dengan teorinya dalam ilmu sosiologi, sebagai
berikut.
1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte merupakan ilmuwan asal Prancis yang juga mendapat julukan
sebagai Bapak Sosiologi. Comte sangat prihatin terhadap anarkisme yang
merasuki masyarakat saat berlangsungnya Revolusi Perancis. Oleh karena itu
Comte mengembangkan fisika sosial atau juga disebutnya sebagai sosiologi.
Teori Tiga Tahap Perkembangan Masyarakat, yaitu bahwa masyarakat
berkembang secara evolusioner dari tahap teologis (percaya terhadap
kekuatan dewa), melalui tahap metafisik (percaya pada kekuatan abstrak),
hingga tahap positivistik (percaya terhadap ilmu sains). Pandangan evolusioner
ini mengasumsikan bahwa masyarakat, seperti halnya organisme, berkembang
dari sederhana menjadi rumit. Dengan demikian, melalui sosiologi diharapkan
mampu mempercepat positivisme yang membawa ketertiban pada kehidupan
sosial.
2. Herbet Spencer (1820-1903)
Herbet Spencer merupakan seorang filsuf asal inggris, dirinya lebih dikenal
dengan julukan “Bapak Darwinisme Sosial”. Beberapa teori yang ditemukan
Herbet Spencer dalam perumusannya sebagai tokoh sosiologi:
a) Menurut Specer, objek sosiologi yang utama adalah keluarga, agama,
politik, industri, serta pengendalian sosial. Termasuk pula di dalamnya
yaitu masyarakat setempat, pembagian kerja, asosiasi, pelapisan
sosial, ilmu pengetahuan, dan penelitian mengenai keindahan dan
kesenian.
b) Di tahun 1879, Specer mengemukakan mengenai teori Evolusi Sosial
yang sampai saat ini masih digunakan meskipun banyak mengalapi
perubahan.
c) Specer meyakini jika masyarakat mengalami evolusi, dari yang awalnya
merupakan masyarakat primitif dan kemudian menjadi masyarakat
Industri.
d) Sebagai organisme, manusia berevolusi sendiri terlepas dari tanggung
jawab dan kemauannya serta dibawah suatu hukum.
5
3. Emile Durkheim (1859-1917)
Emile Durkheim lebih membicarakan tentang kesadaran kolektif yang
digunakan sebagai kekuatan moral untuk mengikat individu di dalam suatu
masyarakat.
Teori Emile Durkheim sebagai tokoh sosiologi sebagai berikut.
a) Dalam karya selanjutnya yaitu The Role of Sociological Method,
Dhurkeim menjelaskan mengenai cara kerja yang dikenal dengan fakta
sosial yaitu fakta-fakta yang berasal dari luar individu yang mana dapat
mengontrol individu tersebut agar bisa berpikir, bertindak, serta memiliki
daya paksa.
b) Fakta sosial sendiri terbagi menjadi dua yaitu material dan nonmaterial.
Selanjutnya Durkheim juga mampu membuktikan jika ada pengaruh
antara fakta sosial dengan pola bunuh diri.
c) Hal ini beliau simpulkan jika ada 4 jenis tipe bunuh diri yaitu egoistik,
altruistik, anomik, serta fatalistik.
4. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx menggunakan pendekatan materialisme historis mempercayai jika
penggerak dari sejarah manusia merupakan konflik kelas. Ilmu sosiologi Marxis
lebih menjelaskan mengenai kapitalisme yang mana produksi komoditas dapat
mempengaruhi kesekuruhan dari pengejaran keuntungan.
Teori Kalr Marx adalah sebagai berikut.
a) Penggerak dasar dari segala perubahan sosial yang ada adalah
ekonomi.
b) Perkembangan serta perubahan sejarah tidak terjadi secara acak
namun bisa dilihat dari hubungan antara manusia dengan kelompok
ekonomi.
c) Individu memang dibentuk masyarakat namun bisa mengubah
masyarakat itu sendiri melalui tindakan yang rasional dengan
didasarkan pada premis-premis ilmiah.
d) Melalui kritik yang ada, manusia bisa memahami serta mengubah
posisi dari sejarah mereka sendiri.
5. Georg Simmel (1858-1919)
Georg Simmel sangat terkenal karena karyanya yang spesifik tentang tindakan
dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk interaksi, tipe-tipe orang
berinteraksi, kemiskinan, pelacuran, dan masalah-masalah berskala kecil
6
lainnya. Karya-karnya tersebut bahkan menjadi rujukan tokoh-tokoh sosiologi di
Amerika, dan ada juga beberapa landasan teori sosiologi oleh Georg Simmel
sebagai berikut:
a) Salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah mengenai Filsafat
Uang. Simmel memang dikenal sebagai ahli sosiologi yang sikapnya
cenderung menentang modernisasi atau yang dikenal dengan bervisi
pesimistik.
b) Pandangan ini sering dikenal dengan Pesimisme Budaya. Menurutnya,
modernisasi membuat manusia tumbuh dan berkembang tanpa kualitas
karena terjebak dengan rasionalitasnya sendiri.
6. Antonio Gramsci (1891-1937)
Ahli sosiologi asal Italia ini merupakan salah satu orang pemikir kunci dari
pendefinisian ulang perdepatan tentang kelas dan kekuasaan. Konsep nya
adalah mengenai Hegemoni yang mana mendiskusikan tentang kompleksitas
dari masyarakat modern.
Berikut beberapa landasan teori yang diajarkan Antonio Gramsi dalam masa
terkenalnya sebagai tokoh dalam sosiologi:
a) Gramsci berpendapat jika kaum Borjouis memiliki kuasa bukan karena
adanya paksaan namun dikarenakan adanya persetujuan,
pemebntukan aliansi politik dengan kelompok lainnya serta bekerja
secara ideologis agar dapat mendominasi di dalam masyarakat.
b) Ide tentang hegemoni (memenangkan kekuasaan atas dasar
persetujuan masyarakat) ini memang menjadi hal yang menarik
dikarenakan di kenyataannya individu selalu memiliki reaksi serta
mendefinisikan ulang mengenai masyarakat dan kebudayaan di tempat
mereka berada.
c) Ide-ide dari Gramsci ini memang banyak memiliki pengaruh pada studi
mengenai kebudayaan populer.
7. Leopold Von Wiese (1876-1949)
Von Wiese yang merupakan ilmuwan asal Jerman menyatakan jika sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat empiris dan berdiri sendiri. Objek
sosiologi sendiri merupakan penelitian terhadap hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya yang menjadi kenyataan sosial. Sehingga menurutnya
objek khusus dari ilmu sosiologi merupakan proses sosial atau interaksi sosial.
Berikut teori penting tokoh Leopold Von Wiese sebagai tokoh dalam sosiologi:
7
a) Menurut Wiese, sosiologi merupakan penelitian yang memfokuskan
pada hubungan antara manusia yang mana merupakan kenyataan
sosial.
b) Wiese meneliti mengenai klasifikasi proses-proses sosial yang
ditekankan pada proses sosial asosiatif dan disosiatif.
c) Dari kategori proses tersebut kemudian dibagi kembali menjadi proses
yang lebih kecil.
d) Sosiologi harus memusatkan perhatiannya kepada hubungan-
hubungan manusia tanpa dikaitkan dengan tujuan dan kaidah yang
ada. Sosiologi juga harus memulai dengan observasi kepada perilaku
konkrit tertentu.
8. Lester Frank Ward (1841-1913)
Menurutnya, Sosiologi memiliki tujuan untuk melakukan penelitian mengenai
kemajuan-kemajuan manusia. Lester Frank Ward sendiri membedakan antara
ilmu sosiologi murni yang berfokus pada asal serta perkembangan gejala sosial
dengan ilmu sosiologi terapan yang lebih mengkhususkan pada perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya usaha-usaha
manusia.
Berikut beberapa teori sosiologi oleh Lester Frank Ward adalah sebagai berikut.
a) Ward meyakini jika masyarakat kuno dapat ditandai dengan
kesederhanan dan kemiskinan moral.
b) Masyarakat modern dapat ditandai dengan hal yang lebih kompleks,
bahagia, serta mendapatkan kebebasan yang berlebih.
c) Sosiologi terapan meliputi kesadaran dalam menggunakan ilmu
pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk dapat mencapai kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
9. Vilfredo Pareto (1848-1923)
Menurut Vilfredo Pareto, sosiologi didasarkan atas obervasi yang dilakukan
terhadap tindakan-tindakan, percobaan terhadap fakta serta rumus-rumus yang
matematis. Masyarakat adalah sistem kekuatan yang sangat seimbang,
keseimbangan itu tergantung dari ciri ciri tingkah laku serta tindakan manusia.
Serta tindakan-tindakan tersebut tergantung dari keinginan dan dorongan yang
ada di dalam diri manusia.
8
Beberapa teori sosiologi dari tokoh sosiologi Vilfredo Pareto sebagai berikut.
a) Sosiologi harus bersifat logis dan eksperimental.
b) Sosiologi didasarkan pada atas kriteria matematika rasional, yang
selalu sah dan tidak berubah sehingga harus dibenarkan oleh setiap
orang yang berakal budi sehat dan yang berlandasan pada realitas
yang merupakan obyek observasi inderawi.
10. Ibnu Khaldun (732 H)
Belia dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi islam yang hafal Al-Quran
sejak usia dini.
Beberepa teori sosiologi oleh Ibnu Khaldun (Bapak Sosiologi Islam) antara lain
sebagai berikut.
a) Sosiologi menurut Ibnu Khaldun merupakan sarana untuk memahami
sejarah dan kondisi sosial masyarakat pada suatu generasi, proses
perubahan dalam suatu masyarakat, faktor dan pengaruhnya dalam
peta peradaban suatu bangsa.
b) Dia membagi masyarakat menjadi tiga tingkatan. Pertama, masyarakat
primitif (wahsy), di mana mereka belum mengenal peradaban, hidup
berpindah-pindah dan hidup secara liar.
Kedua, masyarakat pedesaan, hidup menetap walaupun masih
sederhana. Mata pencaharian mereka dari pertanian dan peternakan.
Dalam kelas ekonomi mereka dibagi menjadi tiga, yaitu: petani,
penggembala sapi dan kambing serta penggembala unta.
Sedangkan yang Ketiga, masyarakat kota. Masyarakat ini menurutnya
sebagai masyarakat berperadaban, di mana mata pencahariannya dari
perdagangan dan perindustrian.
9
BAB III
1. Status
10
b) Konflik status antar individu
Konflik status yang terjadi antar individu yang satu dengan individu yang
lain, karena status yang dimilikinya.
Contoh: perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga.
2. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial lebih berkenaan mengenai adanya dua atau lebih kelompok-
kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggota-
anggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak
sama pula. Inti dari stratifikasi sosial adalah perbedaan akses golongan satu
dengan akses golongan masyarakat lain dalam memanfaatkan sumber daya.
Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial,
yaitu:
11
Perspektif tentang Stratifikasi Sosial
2. Pendekatan Fungsional
Stratifikasi sosial bagi penganut pendekatan fungsional merupakan suatu
keperluan. Keperluan tersebut muncul dari kebutuhan masyarakat untuk
menempatkan orang-orang ke dalam posisi-posisi yang membentuk struktur
sosial dan kemudian mendorong mereka agar menjalankan tugas-tugas
yang berhubungan dengan posisi tersebut.
3. Pendekatan Konflik
Pendekatan konflik memilki asumsi yang berhadapan secara dimentrian
dengan pendekatan Davis dan Moore. Dengan dipelopori oleh Karl Marx,
pandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan
stratifikasi sosial, melainkan dominan kekuasaan. Artinya, menurut
pendekatan konflik, adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil
konsensus karena semua anggota masyarakat menyetujui dan
membutuhkan hal itu tetapi lebih dikarenakan anggota masyarakat
menyetujui dan membutuhkan hal itu tetapi lebih dikarenakan anggota
masyarakat terpaksa harus menerima adanya perbedaan itu sebab mereka
tidak memiliki kemampuan untuk menentukannya.
1. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif artinya, usaha untuk memilah-milah masyarakat
kedalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang objektif
berupa variabel yang mudah diukur secara kuantitatif.
2. Pendekatan Subjektif
Pendekatan subjektif artinya munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat
tidak diukur dengan kriteria yang objektif, melainkan dipilih menurut
kesadaran subjektif harga masyarakat itu sendiri. Berbeda dengan
pendekatan objektif, di mana peneliti bisa menyusun kategori statistik, untuk
pendekatan subjektif yang tersusun adalah kategori sosial yang ditandai
12
oleh kesadaran jenis. Seperti orang yang sebenarnya miskin bisa saja
dianggap tidak miskin.
3. Pendekatan Reputasional
Pendekatan reputasional artinya, pelapisan sosial disusun dengan caras
ubjek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan
menempatkan orang lain tersebut ke dalam skala tertentu. untuk mencari
siapakah di desa tertentu yang termasuk kelas atas, peneliti yang
menggunakan pendekatan reputasional bisa melakukan dengan cara
menanyakan kepada harga desa tersebut siapakah harga desa tersebut
yang paling kaya atau menanyakan siapakah warga desa yang paling
mungkin dimintai pertolongan meminjamkan uang dan sebagainya.
4. Determinan Stratifikasi Sosial
Jika melihat jenjang kepangkatan dalam birokrasi atau di dalam dunia
kemiliteran, maka posisi jabatan seseorang dalam struktur kepegawaian
dapat dengan mudah diidentifikasikan. Berbeda dengan persoalan
bagaimana mengidentifikasi posisi di dalam struktur masyarakat yang luas
sangat heterogen, misalnya mana yang lebih timggi kedudukannya direktur
perusahaan besar atau rektor perguruan tinggi ternama. Memang masih
diakui bahwa hingga saat ini determinasi untuk mengukur posisi seseorang
di dalam struktur sosial belum memiliki patokan yang pasti. Hanya saja
secara umum determinasi dari stratifikasi sosial dapat dilihat dari dimensi
usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnis dan lain-lain.
13
BAB IV
MOBILITAS SOSIAL
14
Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya
peningkatan status atau kedudukan seseorang.
b) Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan
seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak
psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan
kewajibannya.
2. Mobilitas Horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau
sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Mobilitas sosial horizontal dibedakan dua bentuk :
a) Mobilitas sosial antar wilayah/ geografis. Gerak sosial ini adalah
perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain
seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
b) Mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi secara umum
berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-
ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini
ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun
dalam suatu generasi.
4. Konsekuensi Mobilitas Sosial
15
b) Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas
(kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan
erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan
tinggi atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses
mobilitas sosial yang akan berlangsung.
c) Ekonomi Ganda Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi
ganda (tradisional dan modern) sebagaimana terjadi di negara-
negara Eropa dan Amerika, tentunya akan berdampak pada jumlah
pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun yang rendah. Bagi
masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi ganda
seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam
melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam
masyarakat seperti ini (modern) kenaikan status sosial sangat
dipengaruhi oleh faktor prestasi.
2. Faktor Individu
Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas dari orang perorang,
baik dilihat dari tingkat pendidikan, penampilan maupun keterampilan
pribadinya.
a. Perbedaan Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
b. Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap individu memiliki cara yang beragam dalam mengupayakan
meningkatkan prospek mobilias sosialnya.
c. Faktor Kemujuran
Usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi
kemujuran tetap berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap
sepele.
3. Faktor Status Sosial
Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-anaknya.
4. Faktor Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan
ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai
masyarakat yang mengalami mobilitas.
5. Faktor Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas
sosial. Karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat
berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah
keinginan masyarakat untuk pindah ke daerah yang lebih aman.
6. Faktor Kependudukan
Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan
sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga
menuntut masyarakat untuk melakukan transmigrasi.
16
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa (mentalitas)
mengembara, biasanya kuantitas mobilitas agak terbatas pada orang-orang
atau suku bangsa tertentu.
8. Faktor Agama
Agama juga menurut penulis memegang peranan penting dalam mobilitas
sosial khususnya agama
Islam.
17
BAB V
Mobilitas sosial adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau
kelompok ke status sosial yang lain dalam masyarakat. Mobilitas sosial bukan hanya
mengenai hasil perpindahan posisi sosial menjadi lebih tinggi namun bisa menjadi
lebih rendah (mobilitas sosial vertikal), ada pula orang yang berpindah posisi sosial
namun tetap berada pada level atau derajat yang sama (mobilitas sosial horizontal).
Kata sosial dalam mobilitas sosial mengandung makna individu atau kelompok
masyarakat dalam kelompok sosial. Adapun kemampuan seseorang untuk berpindah
posisi sosial sangat ditentukan oleh modal ekonomi, sosial dan budaya.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/16974813/Pengertian_dan_Ruang_Lingkup_Sosiolo
gi
2. http://fis.unj.ac.id/labs/sosiologi/teori-utama-sosiologi/
3. https://materiips.com/tokoh-sosiologi
4. https://sites.google.com/site/supersemar2k/ttdbs
5. https://www.kompasiana.com/muhammad21261/5e143407097f367cbc57efd2/k
ontribusi-ibn-khaldun-dalam-pemikiran-sosiologi
6. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/view/564
7. http://resepsigo.blogspot.com/2012/11/teori-vilfredo-pareto.html
8. https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/macam-macam-teori-dan-bentuk-
perubahan-sosial-3201/
9. https://www.academia.edu/23087524/makalah_status_Peran_dan_Perubahan_
Sosial
10. https://sites.google.com/site/raudotulhasanah24/home/materi-sosiologi-kelas-xi-
saluran-mobilitas-sosial
11. https://www.kajianpustaka.com/2020/03/mobilitas-sosial.html
19
LAMPIRAN
20