PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan antara jenis kelamin dan gender.
2. Mengetahui bagaimana saja cara penyosialisasian tentang gender.
3. Mengetahui tentang stratifikasi-stratifikasi dalam gender.
4. Mengetahui hubungan antara kekuasaan dangender.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh
Aan Oakley (1972), dan sejak saat itu menurutnya gender lantas dianggap sebagai alat
analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan
secara umum.
Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Konsep seks atau jenis kelamin
mengacu pada perbedaan biologis pada perempuan dan laki-laki; pada perbedaan antara
tubuh laki-laki dan perempuan. Dengan demikian manakala kita berbicara tentang
perbedaan jenis kelamin maka kita akan membahas perbedaan biologis yang umumnya
dijumpai antara kaum laki-laki dan perempuan, seperti perbedaan pada bentuk, tinggi
serta berat badan, pada struktur organ reproduksi dan fungsinya, pada suara, dan
sebagainya.
Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah konsep hubungan
sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan
fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya
terdapat perbedaan biologis dan kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan,
fungsi, dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.
3
Macam-macam agen sosialisasi gender:
1. Keluarga.
2. Kelompok bermain.
3. Sekolah.
4. Media massa.
4
2. Gender dan Pekerjaan.
Apabila orang membahas pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan,
mungkin yang dibayangkan hanyalah pekerjaan yang dijumpai di ranah publik:
seperti pabrik dan kantor, pekerjaan dalam perekonomian formal. Orang sering
melupakan bahwa di rumahnyapun perempuan sering melakukan berbagai kegiatan
yang menghasilkan dana seperti melakukan perdagangan eceran, memproduksi atau
memproses hasil pertanian dan sebagainya.
Salah satu masalah yang dihadapi kaum perempuan diberbagai masyarakat
adalah adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan (sex discrimination) dibidang
pekerjaan. Kasus ekstrem adalah aturan yang melarang perempuan untuk bekerja di
ranah publik. Ada juga masyarakat yang menerapkan berbagai macam diskriminasi
di bidang pekerjaan seperti dalam hal rekrutmen, pelatihan, magang, atau pemutusan
hubungan kerja.
Suatu bentuk diskriminasi yang sering dialami pekerja perempuan ialah
diskriminasi terhadap orang hamil (pregnancy discrimination), diskriminasi terhadap
orang hamil tersebut dapat berbentuk penolakan untuk mempekerjakannya,
pemutusan hubungan kerja, keharusan cuti dan sanksi lain.
3. Gender dan Penghasilan.
Diberbagai masyarakat lain pekerja laki-laki memperoleh upah lebih tinggi
daripada upah pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Gejala
semacam ini dinamakan diskriminasi upah berdasarkan jenis kelamin.
Macionis mencatat bahwa menurut data Departemen Tenaga Kerja AS. 80%
dari pekerjaan yang dinamakannya pekerjaan kerah merah jambu seperti pekerjaan
sekretaris, juru tik, dan stenograf dipegang oleh perempuan. Masalah yang dihadapi
para pekerja perempuan ini adalah bahwa upah yang mereka terima dinilai terlalu
rendah, yang mengakibatkan mereka sering terjerat yang oleh Moore dan Sinclair
(1995) dinamakan perangkap kemiskinan.
5
untuk memilih kepala desa, maka tentu kita tidak membayangkan bahwa dimasa
dulu kaum perempuan kita mempunyai hak pilih.
Berkat perjuangan mereka semenjak pertengahan abad ke-19, maka sejak
1893 barulah kaum perempuan diberbagai negara Barat mulai meraih hak pilih.
Data yang disajikan Giddens misalnya menunjukkan bahwa antara tahun 1893
dan 1928 hak pilih diraih kaum perempuan di 18 negara di Eropa, Amerika Utara
serta di Australia dan Selandia Baru. Mulai tahun 1929 hak pilih mulai diraih pula
disejumlah negara dikawasan Asia, Afrika, Dan Amerika Latin. Dari data
tersebut nampak pula bahwa di sejumlah Negara Eropa seperti Prancis,
Yugoslavia, dan Yunani kaum perempuan baru mengenal hak pilih setelah
berakhirnya Perang Dunia II.
2. Gender dan Keluarga.
Dalam banyak rumah tangga kita menemukan ketimpangan antara
kekuasaan suami dan istri. Hal itu tidak mengherankan, karena dalam berbagai
masyarakat masih banyak menganut pandangan lama bahwa tempat seorang
perempuan adalah di ruman dan di belakang suaminya.
Para ahli telah menggunakan berbagai indikator untuk mengukur
pembagian kerja dan kekuasaan suami istri dalam rumah tangga. Salah satu cara
adalah merinci pekerjaan rumah tangga apa saja dan dilakukan oleh siapa.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gender adalah sebuah hal yang membicarakan tentang bagaimana seorang
wanita dan laki-laki berperan, bukan membicarakan tentang perbedaan jenis
kelamin. Terdapat macam-macam agen penyosialisasian gender antara lain,
kelompok, teman bermain, keluarga dan media massa. Di dalam gender juga
terdapat stratifikasi, stratifikasi dalam gender dibedakan melalui pendidikan,
pekerjaan, penghasilan. Selain itu, ada juga istilah kekuasaan dalam gender yaitu
kekuasaan dalam hal politik dan keluarga.
3.2 Saran
Seharusnya masyarakat lebih memahami tentang gender. Banyak diantara
masyarakat yang masih salah dalam memahami apa yang dimaksudkan dalam
pembahasan gender, mereka masih berpikiran bahwa ketika kita membicarakan
gender kita membicarakan tenanag bagaimana perbedaan jenis kelamin antara
wanita dan laki-laki. Jadi, seharusnya harus ada penyosialisasian lebih tentang
gender.
7
Daftar Pustaka
J.Dwi Narwoko dan Bagong suyanto. 2004. Sosiologi: teks pengantar dan terapan edisi ke-3.
Jakarta: Kencana
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar sosiologi (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.