Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Sosiologi ini dengan baik.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW karna
telah menjadi guru terbaik dan suri tauladan bagi seluruh umat muslim di dunia.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Sosiologi karena senantiasa memberikan dorongan dan
semangat kepada para mahasiswa agar dapat menyusun artikel sosiologi ini dengan baik.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi saya maupun orang
banyak yang senantiasa mebacanya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadikan sebagai tunjangan cara hidup yang lebih baik.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi 1
BAB II. Tokoh-Tokoh Sosiologi dan Teori-Teori Sosiologi ..
BAB III. Status dan Stratifikasi Sosial ..
BAB IV. Mobilitas Sosial
BAB V. Kesimpulan dan Analisis Kritis ..
DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN
KETENTUAN:
1. Penulisan:
Kertas A4
Margin: 3x3x3x3 cm
Spasi 1,5
Font: Arial 11
Jumlah halaman: Minimal 15
Jumlah Referensi Buku, Web, situs, blog, dll: Minimal 10
Nomor Halaman Ketik di Sebelah pojok bawah sebelah kanan.
2. Tugas ini harus sudah diupload di Scribd minimal sehari sebelum jadwal ujian MID
sebagai syarat presensi kehadiran ujian MID.
iii
BAB 1
PEMBAHASAN
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu “ socius” yang artinya kawan dan “
logos” yang artinya ilmu. Sehingga dapat diartikan bahwa sosiologi adalah
pengetahuan tentang pertemanan atau perkawanan. Pengertian selanjutnya
diperluas cakupannya menjadi sekelompok manusia yang hidup bersama dalam
sebuah tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat. Dengan demikian, sosiologi
juga diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat atau hubungan
antara masyarakat, kelompok maupun individu.
1
♣ Sosiologi mempelajari hubungan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain. Sebagai contoh, konflik antar etnis yang terjadi di Kalimantan beberapa tahun
silam. Hubungan antar etnis yang bertikai jelas bersifat konfliktual. Hubungan tersebut
merupakan bentuk relasi antar kelompok masyarakat. Sosiologi dapat mengkajinya
dari beberapa dimensi. Misalnya dari dimensi identitas, dimana kedua kelompok
tersebut menggunakan identitas etnis untuk saling bermusuhan.
Ke empat aspek diatas boleh disebut sebagai ruang lingkup sosiologi karena
merupakan objek kajian sosiologi.
2
dalam sosiologi keluarga. Sosiologi yang mempelajari hubungan sosial di era
digital atau internet, dipelajari dalam sosiologi digital, dan sebagainya.
BAB II
3
B. Tokoh-Tokoh Sosiologi dan Teori-Teori Sosiologi
1. Auguste comte
Salah satu teori yang dikemukakan Aguste Comte yaitu hukum tiga tahap.
Hukum tiga tahap dalam teori sosiologi secara singkat memberakan
penjelaskan tahap atau tingkatan intelektual dalam perkembangan manusia.
Berikut ketiga tahap perkembañgan manusia, dalam kajian tokoh sosiologi
menurut Auguste Comte. Antara lain :
1. Tahap teologis, menjelaskan bahwa segaa sesuatu yang terjadi di dunia
dikendalikan oleh kekuatan gaib. Tahap ini dibagi menjadi tiga yaitu fetisisme,
politeisme, dan monoteisme.
2. Tahap metafisik, merupakan tahap transisi teologis menuju positivis. Tahap
ini dftandai dengan kepercayaan hukum Tuhan yang diseimbangkan dengan
pemikiran manusia.
3. Tahap positivis, ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Manusia memusatkan perhatian pada data empiris untuk menjelaskan segala
sesuatu yang terjadi di dunia.
2. Herbet Spencer
Herbet Spencer adalah salah satu tokoh sosiologi yang lahir pada tahun
1820 dan beliau wafat pada tahun 1903. Spencer sendiri merupakan filsuf yang
berasal dari Negara Inggris tergolong sebagai tokoh sosiologi klasik. Salah satu
karya Spencer tentang sosiologi ialah mengenai pandangannya terhadap
lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga politik, dan pengendalian yang
terjadi akbiat perubahan sosial dalam masyarakat.Selain pandangan tersebut
Spencer juga merupakan pencetus daripada Teori Evolusi Sosial yang sampai
saat kini teori tersebit masih dikaji dalam perkembangan ilmu sosiologi di
banyak perguruan tinggi di dunia, termasuk di Indonesia.
3. Emile Durkheim
Tokoh sosilogi kedua adalah Emile Qurkheim, yang mengemukakan
dalam teori sosiologi klasiknya bahwa permasalahan mendasar yang dihadapi
oleh anggota masyarakat adalah cara membentuk keteraturan sosial.
4
Keteraturan sosial dapat meningkatkan integrasi dan solidaritas sosial. Integrasi
adalah kemampuan beradaptasi, cara berkontribusi antara kelompok satu
dengan kelompok lain yang berbeda.
Adapun solidaritas sosial menunjukkan rasa kebersamaan, kesatuan,
kepentingan, dan simpati sebagai anggota masyarakat. Solidaritas sosial
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis.
4. Max Weber
Max Weber adalah salah satu tokoh dalam disiplin Ilmu Sosiologi, terutama
yang menerangkan tentang pengaruhnya ekonomi terhadap sosiologi. Dalam
perkembangannya tokoh sosiologi ini memberi masukan penting dalam cabang
ilmu sosiologi, khususnya sosiologi ekonomi.
Selain dikenal sebagai tokoh ilmu sosiologi, beliau juga dikenal sebagai
seorang agamawan yang mengeluarkan tentang etika protestan dan semangat
kapitalisme. Dengan pandangan yang terkenalnya bahwa Protestan memiliki
semangat yang tinggi untuk kemudian mengeluarkan invertasi berkat doktrin
bahwa seseorang yang hidup kaya di dunia akan kaya kemudian di akhiranya.
5. Karl marx
Menurut Karl Marx dalam Teori Sosiologi yang terkenal adalah, mengenai
Kelas Sosial yang ternyata dalam pandangannya kelas sosial dapat
memberikan tekanan pada kehidupa masyarakat. Karl Marx menggolongkan
masyarakat kapitalis dalam dua kelas yaiti kelas pemilik modal (borjuis) dan
buruh (proletar).
Pada zaman industrialisasi, alienasi terjadi karena pemilik modal (borjuis)
menguasai proses produksi, produk, dan jam kerja para buruh (Ritzer,
2004). Kondisi tersebut menyebabkan keterasingan (alienasi) yang dialami
oleh kaum buruh (proletar).
Akibatnya, para buruh memproduksi barang untuk kepentingan pemilik modal,
ide-ide dan buruh tidak dapat tersalurkan dengan baik. hasil produksi dimiliki
oleh pemilik modal, dan pekerja dalam masyarakat kapitalis terabaikan
potensinya.
6. Georg Simmel
5
Tokoh sosiologi yang selanjutnya adalah, Georg Simmel, yang lahir pada
Tahun 1859 dan beliau wafat pada tahun 1919. Teori yang dijelaskan oleh
Georg Simmel ini salah satunya mengenai tindakan sosial dan tingkat
interaksi individual.
7. Ferdinand Tonnies
Tokoh dan teori selanjutnya adalah, dari Ferdinand Tonnies, yang
merupakan pencetus istilah kelompok sosial masyarakat paguyuban
(gemeinschaft) dan patembayan gessellschaft). Paguyuban (gemeinschaft)
merupakan bentuk kehidupan bersama ketika anggota-anggotanya diikat oleh
hubungan batin murni dan bersifat alami serta kekal.
Ferdinand Tonnies membedakan masyarakat gemeinschaft menjadi tiga
jenis yaitu gemeinschaft by blood, gemeinschaft by place, dan gemeinschaft
of mind. Adapun gesselschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan
masyarakat berdasarkan ikatan lahir, bersifat pokok, disatukan kepentingan
tertentu, dan terbentuk dalam jangka waktu yang pendek. Kelompok
masyarakat gessellschaft memiliki struktur sosial bersifat mekanis
(berdasarkan keahlian).
8. Herbert Marcuse
Tokoh sosiologi yang selanjutnya adalah, Herbert Marcuse yang lahir pada
Tahun 1898 dan meninggal dunia pada Tahun 1979, ia seorang salah satu Ahli
Sosiologi yang berada dari Jerman. Teori yang dikemukakan oleh Herbert
Marcuse ini adalah teori yang didasari pada Sosiologi Modern karna karyanya
banyak mengeluarkan kritikan pedas terhadap masyarakat kapitalis.
Kritikan tersebut salah satunya ialah tentang kapitalisme yang bisa membuat
masyarakat memiliki banyak kebutuhan dan tingkat kesadaran yang rendah,
sehingga dalam prosesnya akan menciptakan budaya untuk memperbudak
pekerja.
9. Antonio Gramsci
Antonio Gramsci ialah, ahli dalam bidang Ilmu Sosiologi yang lahir pada
Tahun 1891, dalam pandangannya seorang yang berada dari Negara Italia
ini memperdebatkan tentang teori kelas dan kekuasaan yang dikemukakan
oleh Karl Mark.
6
10. Charles Wright Mills
Charles Wright Mills adalah salah satu Tokoh yang mengeleuarkan Teori
Sosiologi modern dengan pokok pikiran khayalan Sosiologi (Sunarto; 2004).
Khayalan Sosiologi dianggap perlu untuk memahani realitas yang terjadi dalam
masyarakat ataupun dalam diri manusia.
Melalui khayalan Sosiologi, seseorang dapat memahami sejarah
perkembangan masyarakat dengan riwayat kehidupan seseorang. Khayalan
Sosiologi dapat dikembangkan melalui dua konsep pemikiran yaitu
permasalahan (trouble) dan isu (issues). Trouble muncul sebagai pertentangan
pola pikir terhadap realitas sosial dalam masyarakat.
1. Selo Soemardjan
Lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1915, Selo Soemardjan dikenal sebagai
bapak sosiologi Indonesia. Latar belakang keilmuan yang dimiliki sebelum
studi sosiologi adalah pendidikan menegah atas untuk birokrat pada masa
kolonial yang dikenal dengan nama Mosvia. Selo Soemardjan kemudian
melanjutkan studi sosiologi di Universitas Cornell di Amerika Serikat dengan
beasiswa dari pemerintah Amerika. Kariernya sebagai sosiolog dibangun
selama menjadi pengajar di Universitas Indonesia. Pada 1994 menerima
gelar ilmuwan utama sosiologi dari pemerintah Indonesia.
Pengaruh sosiologi Amerika yang Parsonian pada saat itu, dibawa oleh
Selo Soemardjan ke Indonesia melalui publikasi hasil risetnya berjudul
”Perubahan Sosial di Yogyakarta”. Perspektif fungsionalisme struktural
7
dalam melihat perubahan sosial mendominasi sosiologi pada awal
masuknya disiplin tersebut ke Indonesia.
Selo Soemardjan banyak melakukan studi tentang perubahan sosial,
integrasi sosial, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi teori
fungsionalisme Parsonian dalam analisisnya membantu pemerintah
dalam agenda pembangunan.
2. Pudjiwati Sayogjo
Lahir di Kebumen pada 21 Mei 1926, Sayogjo dikenal sebagai ahli sosiologi
pedesaan di Indonesia. Latar belakang pendidikan Sayogjo adalah sarjana
pertanian. Sayogjo berkarier sebagai pakar sosiologi pedesaan dan
ekonomi pedesaan di Institut Pertanian Bogor yang dahulu merupakan
fakultas pertanian Universitas Indonesia di Bogor. Penelitian intensif yang
dilakukan di pedesaan di Cibodas menarik perhatiannya untuk mempelajari
struktur sosial pedesaan dan kaitannya dengan perubahan sosial. Sayogjo
mengembangkan sosiologi terapan berorientasi emansipatoris tentang
masyarakat pedesaan.
Kontribusi utama Sayogjo pada perkembangan sosiologi Indonesia
adalah pengenalan subdisiplin sosiologi pedesaan di berbagai institusi
perguruan tinggi. Sayogjo banyak mengkritik perubahan sosial yang
disebabkan oleh modernisasi di banyak pedesaan Jawa. Menurutnya,
proses modernisasi yang terjadi tidak sejalan dengan agenda
pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial
dan ekonomi masyarakat desa. Modernisasi yang terjadi di pedesaan di
Jawa tidak disertai pembangunan kualitas masyarakat desa itu sendiri.
8
Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial pada 1975-
1979.
Sebagai ahli masalah Cina, studi yang dialkukannya banyak mengkaji
tentang komunitas Cina di berbagai negara termasuk di Indonesia. Selain
persoalan Cina, Mely juga banyak melakukan kritik pada media yang
mendiskreditkan peran perempuan dalam masyarakat dan melihat
perempuan sebagai objek seksual semata. Minat utama pada kajian
kelompok minoritas membawa nama Mely sebagai salah satu tokoh
sosiologi Indonesia yang memiliki komitmen pada cita-cita emansipatoris.
4. Soerjono Soekanto
Lahir di Jakarta pada 30 Januari 1942, Soerjono Soekanto dikenal
sebagai ahli sosiologi hukum. Latar belakang pendidikannya adalah
sarjana hukum. Soekanto melanjutkan studi tingkat master bidang
sosiologi di Universitas California, Berkeley, Amerika. Pendidikan
doktoralnya diselesaikan di Fakultas Hukum,di Universitas Indonesia.
Kontribusi Soerjono Soekanto pada perkembangan sosiologi di
Indonesia adalah, pengenalan sosiologi hukum sebagai subdisiplin
sosiologi. Buku yang ditulisnya berjudul ”Sosiologi Suatu Pengantar”
juga menjadi rujukan utama kuliah pengantar sosiologi di banyak
unversitas di Indonesia. Soerjono Soekanto banyak menulis masalah-
masalah hukum dengan pendekatan sosiologis. Sebagai tokoh sosiologi
Indonesia, Soerjono Soekanto dikenal sebagai sosiolog hukum.
BAB III
9
A. Status sosial merupakan salah satu konsep sosiologi yang menjelaskan
tentang posisi seseorang dalam stratifikasi sosial. Dengan kata lain, status
sosial menunjukkan dimana individu berada dalam sebuah sistem yang
hierarkis. Individu yang berada di posisi atas memiliki status sosial yang tinggi.
Individu yang berada di posisi bawah memiliki status sosial yang rendah.
Kata ”status” berasal dari bahasa Latin yang berarti suatu kondisi seseorang
berdasarkan aturan hukum. Pada perkembangannya, istilah status diadopsi oleh
sosiologi untuk menjelaskan mengapa, interaksi sosial antar individu atau kelompok
berbeda dan apa yang menentukan setiap individu menjalankan peran sosialnya yang
berbeda.
Status sosial adalah lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang
hierarkis, yang sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Lokasi atau posisi
dalam strata sosial berbeda-beda, tergantung pada hak dan kewajiban, serta biasanya
ditentukan pula oleh gaya hidup dan pola konsumsi seseorang. Perbedaan posisi
tersebut menggambarkan perbedaan status. Pada gilirannya, posisi tertentu bernilai
sosial tinggi dan posisi yang lain rendah. Masyarakat pada umumnya mengejar posisi
yang bernilai sosial tinggi untuk mendapat penghargaan, penghormatan, dan respek
dari masyarakat banyak.
Definisi status sosial di atas menunjukkan bahwa status berkaitan erat dengan
stratifikasi sosial. Pembedaan nilai terhadap status sosial berada dalam sistem
stratifikasi. Oleh sebab itu, apabila seseorang hidup dalam masyarakat yang
kondisinya sama rata dan sama rasa, dimana setiap orang memiliki kedudukan yang
relatif sama, maka status sosial menjadi kurang penting untuk dikejar.
10
C. Dasar Pembentukan
D. Jenis-Jenis
Jenis yang terakhir adalah, stratifikasi sosial campuran. Stratifikasi jenis ini
terjadi dalam masyarakat heterogen yang memungkinkan adanya perpindahan
dengan syarat. Contohnya saja pedagang Bali dari kasta Waisya yang menjadi
pengusaha sukses di Jakarta. Begitu ia kembali, ia akan menempati kasta yang
lebih tinggi.
11
E. Unsur-Unsur
Terdapat dua unsur dalam stratifikasi sosial, yaitu status dan peran. Status dibagi
lagi menjadi tiga jenis, yaitu Ascribed Status, Achieved Status, dan Assigned
Status.
BAB IV
D. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah, suatu perpindahan posisi atau kedudukan seseorang
atau kelompok orang, dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Mobilitas sendiri
12
berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu mobilis, yang berarti mudah untuk
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Kata sosial
dalam mobilitas sosial mengandung makna individu atau kelompok masyarakat
dalam kelompok sosial.
13
Keadaan politik yang baik, akan memberikan masyarakat kesempatan
untuk melakukan mobilitas. Misal dalam negara demokrasi, individu diberi
banyak kebebasan dalam kehidupan dan menentukan nasibnya sendiri.
d). Situasi Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya pada suatu wilayah dapat terlihat dari
karakteristik penduduknya. Apabila karakteristik penduduk terbuka terhadap
perubahan, maka akan memudahkan individu untuk melakukan kegiatan
mobilitas sosial.
e). Kondisi Geografis
Secara geografis, wilayah perkotaan akan menarik lebih banyak
individu, untuk melakukan mobilitas sosial karena dianggap lebih banyak
menyediakan lapangan pekerjaan.
f). Latar Belakang Etnisitas
Pada beberapa etnis tertentu, seorang anak atau beberapa diharuskan
untuk pergi merantau ke wilayah lain dan melakukan mobilitas sosial.
14
dalam suatu organisasi yang menyebabkan perempuan sulit melakukan
perpindahan status sosial.
d). Kemiskinan
Keterbatasan ekonomi seorang individu, dapat bahkan bisa
menghambat dirinya untuk mencapai status sosial tertentu yang lebih
dihormati oleh masyarakat luas.
4. Dampak Mobilitas Sosial
a). Dampak Positif
- Mendorong individu untuk berusaha memperbaiki kehidupan;
- Mempercepat perubahan sosial masyarakat menjadi lebih maju;
- Mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat.
b). Dampak Negatif
- Menimbulkan konflik sosial antar individu yang berbeda kelas, antar
kelompok yang berbeda latar belakang suku, etnisitas, ras dan agama serta konflik
antar generasi;
- Berkurangnya solidaritas dan ikatan sosial antar kelompok
masyarakat.
- Menimbulkan kompetisi yang timpang
- Menimbulkan gejala psikologis seperti kecemasan dan ketakutan.
BAB V
KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS
Dengan mempelajari Sosiologi, kita dapat memahami dan mengerti apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh suatu masyarakat. Namun, itu bukan berarti
bahwa mempelajari Sosiologi sama dengan belajar beretika, atau mempelajari
15
bagaimana caranya menjadi seorang anggota masyarakat yang baik. Walau tentunya
hal ini bisa saja dilakukan dengan menyesuaikan perilaku dan perbuatan kita dengan
norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang kita amati. Dengan memahami
Sosiologi, kita menjadi tahu konteks besar dalam pandangan bermasyarakat, tapi
bukan berarti ilmu Sosiologi menyuruh atau menuntun kita menjadi masyarakat yang
“baik” atau “buruk”.
DAFTAR PUSTAKA
www.kelaspintar.id
www.studiobelajar.com
16
www.zenius.net
www.sosiologi.com
www.markijar.com
www.brainly.com.id
www.Blog.ub.ac.id
www.lilandcloe.com
www.blog.ruangguru.com
www.kajianpustaka.com
17