Anda di halaman 1dari 29

ARTIKEL SOSIOLOGI

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN SOSIOLOGI


2. TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI SERTA TEORI-TEORI SOSIOLOGI
3. STATUS DAN STRATIFIKASI SOSIAL
4. MOBILITAS SOSIAL
5. KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Sosiologi

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Addin Maulana Azad


NIM : L1A020001
Fakultas&Prodi : FISIPOL ( Hubungan Internasional )
Semester :1

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Sosiologi ini

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas limpahan rahmat dan karunianya diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Sosiologi atas bimbingannya dalam
pengerjaan tugas ini

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi orang lain
dan berguna untuk saya di masa yang akan datang

Penyusun, Mataram , 26 oktober 2020

Nama: Addin Maulana Azad


NIM: L1A020001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi…………………………..1 - 2
BAB II. Tokoh-Tokoh Sosiologi dan Teori-Teori Sosiologi…………………………3 - 14
BAB III. Status dan Stratifikasi Sosial………………………………………………..15 - 19
BAB IV. Mobilitas Sosial……………………………………………………………….20 - 23
BAB V. Kesimpulan dan Analisis Kritis ……………………………………………...24 - 25
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………26
LAMPIRAN

iii
Bab 1

Pengertian Sosiologi dan Ruang Lingkup kajian Sosiologi

A. Pengertian sosiologi

Ilmuwan sosial Pertama yaitu Auguste Comte , Menurut Comte pengertian Sosiologi
adalah kombinasi dari dua buah kata yaitu , socius ( masyarakat ) kemudian ,
association ( perkumpulan ) dan , togetherness atau yang bisa di sebut juga
companionship ( kebersamaan ). Tetapi , secara etimologis sosiologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang masyarakat atau pengertian sederhananya yaitu studi atau
kajian mengenai masyarakat dan budaya . Dalam pandangan tersebut , sosiologi dapat
dideskripsikan sebagai ‘studi sistematis tentang masyarakat manusia’ .tetapi definisi ini
bisa dikatakan problematik paling tidak karena dua alasan . Yang Pertama adalah
menerima definisi bahwa sosiologi merupakan studi mengenai masyarakat yang
membuat batasan disiplin ilmu sosiologi ini menjadi kabu. Menyangkut isu kesehatan,
ras, gender sampai isu kriminal dan juga isu-isu lainnya yang berkaitan dengan aksi
dan pemikiran manusia. Kedua, mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang segala
sesuatu yang bersifat sosial, tidak bisa menjelaskan bagaimana riset sosiologi berbeda
dengan riset atau investigasi ilmu psikologi atau antropologi.

Sosiologi Menurut Para Ahli

WR. Ogbum dan M.F. Nimkoff dalam bukunya yaitu A Handbook of Sociology,
memberi definisi sebagai berikut; Sociology is the scientific of social life yang artinya
Sosiologi adalah studi secara ilmiah terhadap kehidupan sosial.

George A. Lunberg dan kawan-kawannya, dalam buku mereka yang berjudul


“Sociology”, Sociology is the social behavior of individual and group yang artinya
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku sosial daripada orang-orang atau
kelompok.

Ginsberg dalam bukunya yang berjudul The Study of Society, memberikan definisi
Sociology is the study of society, artinya Sosiologi adalah studi terhadap masyarakat
yaitu mempelajari antar aksi dan antar relasi manusia serta syarat dan akibatnya.

Max Weber berpendapat bahwa, Sosiologi ialah suatu ilmu yang mencoba untuk
memahami dan merangkum suatu tindakan sosial beserta sebab akibatnya.

1
Dr. P.J. Bouman, Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam lingkungan
kelompok. Queen & Repke dalam bukunya Living in the Social World mengatakan:
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan kelompok (social is a study of
group life).

Prof. Groenman, Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tindakantindakan


manusia dalam usaha menyesuaikan diri dalam suatu Penyesuaian ini meliputi:

1. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografi


2. Menyesuaikan diri pada sesama manusia
3. Menyesuaikan diri dengan kebudayaan sekelilingnya.

Menurut Spencer, Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tumbuh


bangun dan kewajiban-kewajiban masyarakat.

Menurut Roucek and Warren dalam bukunya yang berjudul Sociology, an


Introduction. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dengan kelompok-kelompok.

Prof. Dr. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, SH., dalam bukunya
“Setangkai Bungan Sosiologi”. Sosiologi (ilmu masyarakat), ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial

B. Ruang lingkup kajian sosiologi

sosiologi merupakan 1) hidup bermasyarakat dalam arti yang luas, 2) perkembangan


masyarakat dalam segala aspeknya, dan 3) hubungan antarmanusia dengan manusia
lainnya dalam segala aspeknya. Dari pengertian ini paling tidak terdapat dua unsur
pokok dari sosiologi, yaitu manusia, dan hubungan di dalam suatu wadah hubungan
yang disebut dengan masyarakat. Individu dan masyarakat terjadi perdebatan besar
antara tiga kelompok besar pemikir yang mempunyai perbedaan penekanan dalam
pokok pikirannya, yaitu: a. Spencer, Pareto, dan Ward yang berpendapat bahwa
individu mempunyai kedudukan yang lebih dominan daripada masyarakat. b. Comte
dan Durkheim yang berpendapat bahwa masyarakat mempunyai kedudukan yang
lebih dominan daripada individu. c. Sumner dan Weber yang berpendapat bahwa
terdapat saling ketergantungan antara individu dan masyarakat

BAB II.

Tokoh-Tokoh Sosiologi dan Teori-Teori Sosiologi

2
A. Tokoh-Tokoh Sosiologi

1. Arief Budiman

Lahir di Jakarta, 3 Januari 1941, dilahirkan dengan nama Soe Hok Djin, adalah
seorang aktivis demonstran Angkatan '66 bersama dengan adiknya, Soe Hok Gie.
Pada waktu itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
di Jakarta. Ayahnya seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet. Sejak masa
mahasiswanya, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia, karena ia ikut
menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas
LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.

Berhubungan dengan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik
pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian
diperparah dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-
kawannya mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai
tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk
menciptakan pemerintahan yang demokratis.

2. George Junus Aditjondro

lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 27 Mei 1946; Ia pernah jadi wartawan untuk
Tempo. Pada sekitar tahun 1994 dan 1995 nama Aditjondro menjadi dikenal luas
sebagai pengkritik pemerintahan Soeharto mengenai kasus korupsi dan Timor Timur.
Ia sempat harus meninggalkan Indonesia ke Australia dari tahun 1995 hingga 2002
dan dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998. Di Australia ia menjadi pengajar di
Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi. Sebelumnya saat di Indonesia ia juga
mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana. Sepulangnya dari Australia, ia menulis
beberapa buku kontroversial yang dia rangkum dari internet, koran dan sumber-
sumber lainnya.Saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada November
2006, ia dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal
yang dikeluarkan Soeharto pada tahun 1998.

Pada akhir bulan Desember 2009, saat peluncuran bukunya Membongkar Gurita
Cikeas, ia dituduh melakukan kekerasan terhadap Ramadhan Pohan, seorang anggota
DPR RI dari Partai Demokrat, yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada
polisi. Beberapa lama setelah peluncuran bukunya terakhir, Membongkar Gurita

3
Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyatakan keprihatinannya atas isi buku tersebut.Buku itu sempat ditarik dari etalase
toko walaupun pada saat itu belum ada keputusan hukum terhadap peredaran buku itu

3. Gumilar Rusliwa Somantri

lahir di Tasikmalaya, 11 Maret 1963; dikenal sebagai seorang sosiolog dan dosen di
Universitas Indonesia. Ia ditunjuk sebagai rektor Universitas Indonesia untuk masa
jabatan 2007-2011. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di Departemen Sosiologi,
FISIP-UI, pada Januari 1989, dan meraih gelar Doktor (Doktor der
Sozialwissenschaften) di Fakultas Sosiologi, Universitaet Bielefeld, Jerman pada tahun
1995.

4. Imam B. Prasodjo

lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 15 Februari 1960; Saat ini ia menjadi dosen tetap
fakultas ilmu sosial dan politik (FISIP) Universitas Indonesia. Prasodjo juga lulusan dari
Brown University, Rhode Island, Amerika Serikat. Ia kerap kali muncul sebagai
narasumber di berbagai acara TV, maupun seminar yang diselenggarakan oleh
universitas. Ia juga pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum pusat masa bakti
1999-2004.Prasodjo saat ini telah menikah dengan seorang wanita bernama Gitayana
Budiardjo.

5. Manasse Malo

(Waingapu, Sumba Timur, 2 Mei 1941 - Waikabubak, 6 Januari 2007), adalah seorang
sosiolog, pendidik, dan politikus Indonesia. Ia ikut mendirikan Partai Demokrasi Kasih
Bangsa dan pada 1999 terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, mewakili daerah pemilihan Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Manasse menempuh pendidikannya di SMP Kristen Rara di Sumba Barat, dan
kemudian melanjutkan ke SMA Kristen di Salatiga, lalu ke Sekolah Tinggi Teologi
Jakarta. Ia memperoleh kesempatan untuk memperdalam studinya di Universitas
Wisconsin, Madison, Wisconsin, Amerika Serikat, hingga memperoleh gelar master
pada 1972 dan doktor dalam ilmu sosiologi pada 1978.. Pada 5 Januari ia terkena
stroke, mengalami koma. Nyawanya tidak tertolong.

6. Mely Tan Giok Lan

4
Lahir di Jakarta, 11 Juni 1930 dengan nama Tan Giok Lan. Sejak masa mudanya, ia
bercita-cita menjadi Sinolog (ahli masalah Cina), sehingga kemudian belajar di
Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Sinologi. Tetapi , Didorong oleh
kegemaran bergaul dan mengamati perilaku manusia, ia mengembangkan bidang
studinya kepada Sosiologi. Gelar MA diraihnya di Universitas Cornell, Ithaca Amerika
Serikat (1961), dan selanjutnya meraih gelar doktor dari University California, Berkeley,
Amerika Serikat .Ia menjabat sekretaris umum Himpunan Indonesia untuk
Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

7. Mochtar Naim

lahir di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; merupakan


antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama, Mochtar Naim
tampil kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan tulisan-
tulisannya, Mochtar kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep aliran.
Polarisasi budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan
sentrifugal yang diwakili oleh budaya M (Minangkabau), berlawanan dengan konsep
budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya J (Jawa).

8. Prof. Dr. Ir, Sajogyo

(lahir di Karanganyar, 21 Mei 1926 – meninggal di Bogor, 17 Maret 2012 pada umur 85
tahun) adalah seorang pakar ilmu sosiologi dan ekonomi yang juga sering dikenal
sebagai "Bapak Sosiologi Pedesaan" di Indonesia.

9. Selo Soemardjan

Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (lahir di Yogyakarta, 23 Mei
1915 , meninggal di Jakarta, 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun) adalah seorang tokoh
pendidikan dan pemerintahan Indonesia.Penerima Bintang Mahaputra Utama dari
pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi
dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI).Ia dikenal sangat disiplin
dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu
pengetahuan. Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 --
seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS -- mengajar sosiologi di
Universitas Indonesia (UI). Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang
Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar

5
ilmuwan utama sosiologi. Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan
adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi
(1963).

10. Vedi R. Hadiz (lahir 1964) adalah ilmuwan sosial Indonesia yang bekerja sebagai
Professor of Asian Societies and Politics pada Asia Research Centre, Murdoch
University, Australia dan sebelumnya sebagai Associate Professor pada Jurusan
Sosiologi Universitas Nasional Singapura (NUS). Ia juga pernah bekerja pada Asia
Research Centre, Universitas Murdoch, Australia, sebagai Research Fellow. Di
samping itu, ia juga merupakan Adjunct Professor di Departemen Sosiologi Universitas
Indonesia.

B. Teori-Teori Sosiologi

bagaimana proses pembentukan suatu teori. Menurut Soetrisno dan Hanafie (2007),
bahwa teori tersusun dari beberapa komponen pembentuk teori atau dengan kata lain
komponen yang tersusun ini merupakan komponen ilmu yang hakiki. Adapun
komponen yang dimaksud, yakni: fenomena, konsep, fakta, dan teori. Pembentukan
teori berawal dari fenomena sebagai gejala atau kejadian yang ditangkap oleh indera
manusia, kemudian diabstraksi dengan konsep-konsep. Konsep ialah simbol-simbol
yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. tipe teori sosiologi dapat
dibedakan ke dalam 4 bagian, yakni:

1) Mikro-deduktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai pola pikir dan
perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif berskala kecil dimana
prediksi dan eksplanasinya berangkat dari hukumhukum atau teori sebelumnya.
Dalam tipe ini, satuan analisisnya adalah individu dan kelompok
sosial.
2) Mikro-induktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai pola pikir dan
perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif berskala kecil dimana
prediksi dan eksplanasinya berangkat dari fakta sosial (emperisme). Adapun tipe
analisisnya adalah individu dan kelompok sosial;
3) Makro-deduktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai pola sosial
berskala besar dimana eksplanasi dan prediksinya berangkat dari hukum-hukum atau
teori sebelumnya. Satuan analisis dari tipe teori ini adalah masyarakat sebagai sistem
sosial dan dapat pula organisasi sosial; dan
4) Makro-induktif, yaitu tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai pola sosial berskala

6
besar dimana eksplanasi dan prediksinya berangkat dari fakta sosial (emperisme).
Satuan analisisnya adalah masyarakat atau sistem sosial.

Definisi teori sosiologi

Menurut Soerjono Soekanto, suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara
dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta
merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.
Oleh sebab itu dalam bentuk yang paling sederhana, teori merupakan hubungan
antara dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya. Bagi seseorang yang
belajar sosiologi, teori mempunyai kegunaan antara lain untuk : 1. sistematisasi
pengetahuan; 2. menjelaskan, meramalkan, dan melakukan kontrol sosial 3.
mengembangkan hipotesa

Klasifikasi Teori Sosiologi

Dalam sosiologi ditempuh berbagai cara untuk mengklasifikasikan teori. Ritzer dalam
buku Teori Sosiologi Modern Edisi ke-6 (2006) meskipun tidak menyebutkan secara
eksplisit, namun dalam karyanya itu dapat dilihat klasifikasi berdasarkan pada urutan
waktu lahirnya teori sosiologi. Klasifikasi yang hampir sama juga dilakukan oleh Doyle
Paul Johnson (1986) dalam bukunya Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Ritzer dalam
bukunya membagi sebagai berikut:

1) Teori Sosiologi Klasik (Sosiologi Tahun-Tahun Awal) Periode ini ditandai oleh
munculnya aliran Sosiologi Perancis dengan tokohtokoh: Saint-Simon, Auguste Comte,
dan Emile Durkheim. Sosiologi Jerman dengan tokoh-tokoh: Karl Marx, Max Weber,
dan Georg Simmel. Sosiologi Inggris yang dipelopori oleh Herbert Spencer. Serta
Sosiologi Italia dengan tokoh Vilfredo Pareto.

2) Teori Sosiologi Modern. Teori ini merupakan pengembangan dari aliran-aliran


Sosiologi Klasik. Aliran-aliran utama dalam teori sosiologi modern ini meliputi: Sosiologi
Amerika, Fungsionalisme, Teori Konflik, Teori Neo-Marxis, Teori Sistem,
Interaksionisme Simbolik, Etnometodologi, Fenomenologi, Teori Pertukaran, Teori
Jaringan, Teori Pilihan Rasional, Teori Feminis Modern, Teori Modernitas
Kontemporer, Strukturalisme, dan Post-Strukturalisme

3) Teori Sosial Post-Modern. Aliran teori ini merupakan kritik atas masyarakat modern
yang dianggap gagal membawa kemajuan dan harapan bagi masa depan. Para
teoritisi yang tergabung dalam aliran ini antara lain: Michael Foucoult, Jean Baudrillard,

7
Jacques Derrida, Jean Francois Lyotard, Jacques Lacan, Gilles Deleuze, Felix
Guattari, Paul Virilio, Anthony Giddens, Ulrich Beck, Jurgen Habermas, Zygmunt
Bauman, David Harvey, Daniel Niel Bell, Fredric Jameson.

Ritzer juga mengemukakan , Paradigma adalah sebagai suatu pandangan mendasar


dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan. Menurut Ritzer,
sosiologi dibagi menjadi 3 paradigma, yaitu:
1. Paradigma Fakta Sosial, meliputi Teori Fungsionalisme Struktural, Teori Konflik,
Teori Sistem, dan Teori Sosiogi Makro;
2. Paradigma Definisi Sosial, meliputi Teori Aksi, Teori Interaksionisme Simbolik, dan
Fenomenologi;
3. Paradigma Perilaku Sosial, meliputi Teori Pertukaran Sosial dan Teori Sosiologi
Perilaku.

Teori-Teori Sosiologi Dalam tulisan ini akan disajikan beberapa teori sosiologi yang
penting, sering digunakan para sosiolog untuk membedah suatu fenomena sosial.

 Teori Sosiologi Klasik

A. Auguste Comte: Sosiologi Positivis Auguste Comte (1798-1857) sangat prihatin


terhadap anarkisme yang merasuki masyarakat saat berlangsungnya Revolusi
Perancis. Oleh karena itu Comte kemudian mengembangkan pandangan ilmiahnya
yakni positivisme atau filsafat sosial untuk menandingi pemikiran yang dianggap filsafat
negatif dan destruktif. Comte mengembangkan fisika sosial atau juga disebutnya
sebagai sosiologi. Comte percaya gagasannya tentang Teori Tiga Tahap
Perkembangan Masyarakat, yaitu bahwa masyarakat berkembang secara evolusioner
dari tahap teologis (percaya terhadap kekuatan dewa), melalui tahap metafisik
(percaya pada kekuatan abstrak), hingga tahap positivistik (percaya terhadap ilmu
sains).

B. Emile Durkheim: Sosiologi Struktural Untuk menjelaskan tentang masyarakat,


Durkheim (1859-1917) berbicara mengenai kesadaran kolektif sebagai kekuatan moral
yang mengikat individu pada suatu masyarakat. Melalui karyanya The Division of Labor
in Society (1893). Durkheim mengambil pendekatan kolektivis (solidaritas) terhadap
pemahaman yang membuat masyarakat bisa dikatakan primitif atau modern.
Solidaritas itu berbentuk nilai-nilai, adat-istiadat, dan kepercayaan yang dianut
bersama dalam ikatan kolektif.

8
C. Karl Marx: Sosiologi Marxis Karl Marx (1818-1883) melalui pendekatan materialisme
historis percaya bahwa sebagai penggerak sejarah manusia adalah konflik kelas. Marx
memandang bahwa kekayaan dan kekuasaan itu tidak terdistribusi secara merata
dalam masyarakat.. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga
sekarang pada hakikatnya adalah sejarah konflik kelas. Marx mengatakan bahwa
kapitalisme adalah bentuk organisasi sosial yang didasarkan kepada eksploitasi buruh
oleh para pemilik modal. Kelas borjuis kapitalis mengambil keuntungan dari para
pekerja dan kaum proletar. Pendekatan Sosiologi Marxis menyimpulkan mengenai ide
pembaruan sosial yang telah terbukti sebagai ide yang hebat pada abad XX , yakni

a. Semua masyarakat dibangun atas dasar konflik.


b.Penggerak dasar semua perubahan sosial adalah ekonomi.
c. Masyarakat harus dilihat sebagai totalitas yang di dalamnya ekonomi adalah faktor
dominan. d. Perubahan dan perkembangan sejarah tidaklah acak, tetapi dapat dilihat
dari hubungan manusia dengan organisasiekonomi.
e. Individu dibentuk oleh masyarakat, tetapi dapat mengubah masyarakat melalui
tindakan rasional yang didasarkan atas premis-premis ilmiah (materialisme
historis).
f. Bekerja dalam masyarakat kapitalis mengakibatkan keterasingan (alienasi).
g. Dengan berdiri di luar masyarakat, melalui kritik, manusia dapat memahami dan
mengubah posisi sejarah mereka.

h. Melalui kritik ilmiah dan aksi revolusioner, masyarakat dapat dibangun kembali.
Sosiologi Marxis ini selanjutnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh abad XX, seperti
Gramsci, Adorno, Althusser, dan Habermas.

D. Herbert Spencer: Sosiologi Evolusioner Herbert Spencer (1820-1903)


menganjurkan Teori Evolusi untuk menjelaskan perkembangan sosial. Logika argumen
ini adalah bahwa masyarakat berevolusi dari bentuk yang lebih rendah (barbar) ke
bentuk yang lebih tinggi (beradab). Ia berpendapat bahwa institusi sosial sebagaimana
tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan
kata lain “Yang layak akan bertahan hidup, sedangkan yang tak layak akhirnya punah”.
Konsep ini diistilahkan survival of the fittest. Ungkapan ini sering dikaitkan dengan
model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena itu teori
tentang evolusi masyarakat ini juga sering dikenal dengan nama Darwinisme Sosial.

9
E. Max Weber: Sosiologi Weber Max Weber (1864-1920) tidak sependapat dengan
Marx yang menyatakan bahwa ekonomi merupakan kekuatan pokok perubahan sosial.
Melalui karyanya, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Weber menyatakan
bahwa kebangkitan pandangan religius tertentu– dalam hal ini Protestanisme– yang
membawa masyarakat pada perkembangan kapitalisme. Menurut Weber, peradaban
Barat adalah semangat Barat yang rasional dalam sikap hidup. Rasional menjelma
menjadi operasional (berpikir sistemik langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah
proses yang menjadikan setiap bagian kecil masyarakat terorganisir, profesional, dan
birokratif.

F. Georg Simmel: Filsafat Uang Georg Simmel (1858-1919) sangat terkenal karena
karyanya yang spesifik tentang tindakan dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk
interaksi, tipe-tipe orang berinteraksi, kemiskinan, pelacuran, dan masalah-masalah
berskala kecil lainnya.

G. Ferdinand Tonnies: Klasifikasi Sosial Ferdinand Tonnies (1855-1936) mengkaji


bentuk-bentuk dan pola-pola ikatan sosial dan organisasi sehingga menghasilkan
klasifikasi sosial. Menurut Tonnies, masyarakat itu bersifat gemeinschaft
(komunitas/paguyuban) atau gesselschaft (asosiasi/ patembayan). Masyarakat
gemeinschaft adalah masyarakat yang mempunyai hubungan sosial tertutup, pribadi,
dan dihargai oleh para anggotanya, yang didasari atas hubungan kekeluargaan dan
kepatuhan sosial.

 Teori Sosiologi Modern

a. Sosiologi Amerika: Mazhab Chicago Sosiologi menjadi populer di Amerika Serikat


(AS) karena proses perubahan sosial yang sangat pesat. Hal itu disebabkan
masyarakat AS yang pragmatis dan kapitalis. Sosiologi Amerika berbeda dengan
Sosiologi Eropa yang memiliki akar ilmiah. Sosiologi di AS berkonsentrasi pada kajian
empiris yang menangkap detaildetail faktual atas apa yang sebenarnya terjadi. Melalui
studi tersebut lahir tokohtokoh seperti Lester W Ward (1841-1913) yang menulis
tentang hukum-hukum dasar kehidupan sosial, Dubois (1868-1963) dan Jane Adams
(1860-1935) yang melakukan survei investigasi yang menggambarkan kondisi
masyarakat, seperti masalah diskriminasi ras, perbudakan, dan kondisi perkampungan
kumuh. Sosiologi Amerika pada masa ini juga bisa dikatakan sebagai periode
peralihan dari pemikiran sosiologi klasik ke modern.

10
b. Teori Fungsionalisme Struktural Teori/Perspektif ini menekankan pada keteraturan
(order) dan mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes dan
keseimbangan (equilibrium). Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil
dengan suatu kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan
untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang

c. Teori Konflik Teori ini dibangun untuk menentang secara langsung terhadap Teori
Fungsionalisme Struktural. Perspektif konflik secara luas terutama didasarkan pada
karya Karl Marx (1818-1883), yang melihat pertentangan dan eksploitasi kelas sebagai
penggerak utama kekuatan-kekuatan dalam sejarah

d. Teori Neo-Marxis: Teori Kritis Teori kritis memandang bahwa kenetralan teori
tradisional/klasik sebagai kedok pelestarian keadaan yang ada (mempertahankan
statusquo). Padahal menurut Teori Kritis, realitas yang ada itu adalah realitas semua
yang menindas, oleh karena itu harus disibak, dibongkar dengan jalan
mempertanyakan mengapa sampai menjadi realitas yang demikian. Berpikir kritis
adalah berpikir dialektis, yaitu berbikir secara totalitas timbal balik). Pemanfaatan Teori
Kritis dalam pembangunan sebagai wujud dari perubahan sosial tentunya mempunyai
prasyarat. Pertama, harus curiga dan kritis terhadap masyarakat. Kedua, harus berpikir
secara historis (mencari sebab-musababnya). Ketiga, tidak memisahkan antara teori
dan praktis.

e. Teori Aksi Teori ini mengikuti sepenuhnya karya Max Weber yang mencapai puncak
perkembangannya sekitar tahun 1940, dengan beberapa karya sosiolog. Seperti
Florian Znaniecki, Robert M. Mac Iver, Talcot Parsons, dan Robert Hinkle. Beberapa
asumsi fundamental Teori Aksi dikemukakan Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver,
Znaniecki dan Parson, sebagai berikut: a) Tindakan manusia muncul dari
kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya
sebagai obyek. b) Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuantujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan c) Dalam bertindak
manusia menggunakan cara, teknik,prosedur, metode serta perangkat yang
diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

Talcot Parsons, merupakan pengikut Weber yang utama sebagaimana para pengikut
Teori Aksi yang lain menginginkan adanya pemisahan antara Teori Aksi dan Aliran
Behaviorisme. Istilah yang dipilih adalah “action” bukan “behavior” karena memiliki

11
konotasi yang berbeda. “Behavior” secara tidak langsung menyatakan kesesuaian
secara mekanik antara perilaku (respons) dengan rangsangan dari luar (stimulus).
Sedangkan “action” menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreativitas dan
proses penghayatan diri individu. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan
sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

a) Adanya individu sebagai aktor

b) Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu

c) Aktor mempnyai alternatif cara,alat serta teknik untuk mencapai tujuan-tujuan


tertentu

d) Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi


tindakannya dalam mencapai tujuan.. Misalnya: jenis kelamin dan tradisi

e) Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, nrma-norma dan berbagai ide abstrak
yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan
alternatif untuk mencapai tujuan (voluntarisme).

f. Teori Interaksionisme Simbolik Perspektif ini tidak menyarankan teori-teori besar


tentang masyarakat karena istilah “masyarakat”, “negara”, dan “lembaga masyarakat”
adalah abstraksi konseptual saja, sedangkan yang dapat ditelaah secara langsung
hanyalah orangorang dan interaksinya saja. George Herbert Mead (1863-1931), salah
satu tokoh sentra interaksionisme simbolik menggambarkan pembentukan diri” atau
tahap sosialisasi dalam ilustrasi pertumbuhan anak, dimana terdapat tiga tahap
pertumbuhan anak, yakni 1) tahap bermain (play stage); 2) tahap permainan (game
stage); dan 3) tahap mengambil peran orang lain (taking role the other). Manusia
bereaksi terhadap makna yang mereka hubungkan dengan benda-benda dan kejadian-
kejadian sekitar mereka

g. Teori Fenomenologi Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru
menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimana kehidupan
bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfred Schutz sebagai salah seorang tokoh teori ini
bertolak dari pandangan Weber, berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi suatu
hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap
tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu
yang penuh arti.

12
h. Etnometodologi Etnometodologi adalah sebuah aliran sosiologi Amerika yang lahir
tahun 1960-an dan dimotori oleh Harold Grafinkel (1917). Etnometodologi lebih
memperhitungkan kenyataan bahwa kelompok sosial mampu memahami dan
menganalisis dirinya sendiri (Coulon, 2008). Etnometodologi adalah sebuah analisis
terhadap metode yang dipakai manusia untuk merealisasikan kegiatan sehari-harinya.
Etnometodologi merupakan ilmu tentang etnometode, sebuah prosedur yang disebut
Grafinkel sebagai “penalaran sosiologi praktik”. Etnometodologi bergerak dengan
konsep-konsep khasnya, seperti indeksikalitas, reflektivitas, akuntabilitas, subjektivitas,
pengambilan data yang lebih terbatas pada manuskrip yang belum diterbitkan, catatan
kuliah, atau catatan harian penelitian.

i. Teori Pertukaran Sosial 1) Teori Pertukaran Tokoh utama teori ini adalah George C.
Homans dan Peter M. Blau. Teori ini dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma
fakta sosial. Menurut Homan sebenarnya yang menjadi faktor utama dan mendasar
adalah variabel yang bersifat psikologi. Teori ini mendasarkan sistem deduksinya
pada prinsip-prinsip psikologi yaitu: 1) Tindakan sosial dilihat equivalen dengan
tindakan ekonomis; 2) Dalam rangka interaksi sosial, aktor mempertimbangkan juga
keuntungan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya (cost benefit ratio).

j. Teori Feminisme

Kaum feminis menyatakan bahwa penjelasan sosiologi hanya mereproduksi ide bahwa
gender bersifat alamiah dan bahwa wanita memenuhi peran sosial yang relevan. Teori
ini berkembang dari teori feminis pada umumnya, sebuah cabang ilmu baru tentang
wanita yang mencoba menyediakan sistem gagasan mengenai kehidupan manusia
yang melukiskan wanita sebagai objek dan subjek, sebagai pelaku dan yang
mengetahui.

k. Strukturalisme

Setelah pergeseran Neo-Marxis dalam sosiologi, datanglah gelombang kedua teori


strukturalis yang menulis ulang cara-cara ditanamkannya determinasi sosial dan agen
sosial. Teori semiotika tanda-tanda dimulai dari aksioma terkenal bahwa bahasa
adalah sistem yang terstruktur, kebudayaan kemudian diuji sebagai sistem terstruktur
yang sama, dan selanjutnya masyarakat secara keseluruhan. Pada akhirnya kita
semua terjebak dalam bahasa dan kita memperoleh budaya melalui bahasa.

 Teori Sosial Postmodern

13
Teori sosial postmodern lahir dari para pemikir aliran postmodernisme.
Postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalan memenuhi
janji-janjinya. Pemikir postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal
dengan pandangan dunia, metanarasi, totalitas, dan sebagainya.Banyak tokoh-tokoh
postmodernisme yang sering diperbincangkan dalam kancah teori sosial karena
karyanya yang unik dan menghebohkan diantaranya yaitu:

a. Michael Foucault: Kekuasaan dan Wacana

Perhatian Faucault (1926-1984) terpusat pada bagaimana pengetahuan dihasilkan dan


digunakan dalam masyarakat, dan bagaimana kekuasaan dan wacana terkait dengan
pengetahuan. Foucault melihat bahwa wacana tertentu menghasilkan kebenaran dan
pengetahuan tertentu yang menimbulkan efek kuasa. Kebenaran di sini, oleh Foucault
tidak dipahami sebagai sesuatu yang datang dari langit, bukan juga sebuah konsep
yang abstrak.

b. Jean Baudrillard: Simulacra Menurut Baudrillard, masyarakat itu tidak ada. Jika ada,
ia sepenuhnya tersusun dari tanda-tanda atau simulasi , karena kita hidup dalam jenis
masyarakat pascaindustri. Baudillard berpandangan bahwa apa disebut realitas tidak
lagi stabil dan tidak dapat dilacak dengan konsep saintifik tradisional, termasuk dengan
Marxisme. Tetapi masyarakat tersimulasi dan masih tertipu dengan citranya.

c. Jean Francois Lyotard: Narasi Besar Lyotard berpandangan bahwa narasi besar
atau cerita tentang sejarah dan masyarakat yang diungkap oleh Marxisme dan ahli
lain, harus diabaikan dalam dunia postmodern, majemuk, dan polivokal ini.

Bab III

Status dan stratifikasi sosial

14
Status Sosial

Status sosial merupakan salah satu konsep sosiologi yang menjelaskan tentang posisi
seseorang dalam stratifikasi sosial. Dengan kata lain, status sosial menunjukkan
dimana individu berada dalam sebuah sistem yang hierarkis. Individu yang berada di
posisi atas memiliki status sosial yang tinggi. Individu yang berada di posisi bawah
memiliki status sosial yang rendah. Kata ”status” berasal dari bahasa Latin yang berarti
suatu kondisi seseorang berdasarkan aturan hukum. istilah status diadopsi oleh
sosiologi untuk menjelaskan mengapa interaksi sosial antar individu atau kelompok
berbeda dan apa yang menentukan setiap individu menjalankan peran sosialnya yang
berbeda.

Pengertian status sosial

Status sosial adalah lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang hierarkis,
yang sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Lokasi atau posisi dalam strata
sosial berbeda-beda, tergantung pada hak dan kewajiban, serta biasanya ditentukan
pula oleh gaya hidup dan pola konsumsi seseorang. Perbedaan posisi tersebut
menggambarkan perbedaan status. Menurut Max Weber, status sosial berbeda
dengan kelas sosial. Kelas sosial berbasis pada tatanan ekonomi. Sedangkan status
sosial berbasis pada tatanan sosial. Definisi status sosial di atas menunjukkan bahwa
status berkaitan erat dengan stratifikasi sosial. Tetapi Status sosial pada dasarnya
merupakan kumpulan hak dan kewajiban, tugas dan keistimewaan yang dimiliki
seseorang. Hak dan kewajiban tersebut bersifat statis. Sebagai contoh, seorang dokter
memiliki status sosial yang relatif tinggi di masyarakat pelosok karena memiliki tugas
mengobati warga yang sakit.

Contoh status sosial

1. Status yang digariskan (ascribed status)

Ascribed status adalah status yang diperoleh seseorang karena kondisi lahiriah atau
alami. Contohnya adalah ras, etnis, keturunan.

2. Status yang diusahakan (achieved status)

Achieved status adalah status yang diperoleh seseorang karena usaha yang
dilakukannya dengan sengaja dan biasanya penuh perjuangan. Contohnya, untuk
memperoleh status sebagai mahasiswa sehingga dapat diskon belanja di supermarket,

15
3. Status yang diberikan (assigned status)

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang karena mandat atau
pemberian orang lain. Mandat tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga dianggap
berjasa oleh masyarakat atau setidaknya oleh pemberi mandat. Sebagai contoh,
panglima besar Jenderal Sudirman, diberi mandat oleh Bung Korno. Jasanya pada
bangsa membawa dirinya berhak memperoleh gelar pahlawan.

4. Status simbol (symbolic status)

Status simbol adalah status yang diperoleh seseorang karena simbol-simbol yang
dimiliki atau dikenakannya. Biasanya status jenis ini diperagakan dalam kehidupan
keseharian. Sebagai contoh, seorang pejabat kemana-mana naik sepeda onthel,
menunjukkan statusnya yang sederhana.

5. Status aktif (active status)

Status aktif adalah status yang sedang miliki seseorang pada kurun waktu tertentu.
Status aktif menunjukkan bahwa ada status lain yang tidak aktif di saat bersamaan.
Sebagai contoh, ketua RT yang merangkap sebagai guru SD. Ketika berada di depan
kelas, ia memperoleh status sebagai seorang guru.

6. Status laten (latent status)

Status laten adalah kebalikan dari status aktif. Status laten disebut juga status pasif
atau diam karena status lain sedang aktif. Misalnya mahasiswa yang merangkap
sebagai kader partai politik. Sedangkan status latennya adalah kader partai. Kadang ia
menjelma menjadi kader dengan cara diam-diam mengampanyekan partainya lewat
tulisan atau pilihan organisasi kemahasiswaannya.
beberapa konflik status diantaranya adalah

Konflik status

Konflik status individual

Yaitu konflik yang terdapat dalam diri seseorang karena memiliki lebih dari satu status.
Sebagai contoh, seorang polisi yang lagi butuh duit harus memilih apakah akan
menarik biaya pendaftaran sim atau tidak ketika regulasinya mengatakan gratis.
Terjadi konflik status dalam dirinya, mau minta duit tapi ingat dirinya sebagai penegak
hukum.

16
Konflik status antarkelompok

Yaitu konflik status yang terjadi karena satu kelompok merugikan kelompok lain.
Sebagai contoh, peraturan reklamasi di DKI yang legal menurut pemerintah pusat,
tetapi kelompok masyarakat mayoritas menentang adanya proyek tersebut.

Konflik status antarindividu

Yaitu konflik status yang terjadi antara individu satu dengan individu lain. Misalnya,
seorang polisi harus menilang pengendara yang tidak pakai helm saat berkendara,
padahal pengendara itu anaknya sendiri.

Stratifikasi Sosial

Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi terdiri dari kata dasar ‘strata’ yang diartikan sebagai ‘tingkatan’. Secara
konsep, stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat secara vertikal
atau hirarkis. Stratifikasi sosial juga dikenal dengan istilah pelapisan sosial. Secar lebih
rinci, kelas sosial diartikan sebagai kumpulan individu dengan kesamaan karakterisitk
yang berada pada lapisan sosial tertentu.

Sifat Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu:

1. Sifat alamiah

Alasan utama terbentuknya lapisan masyarakat secara alamiah adalah keturnan,


senioritas, dan pemimpin masyarakat adat.

2. Sifat disengaja

Adapun alasan utama stratifikasi sosial yang disengaja adalah berkaitan dengan
pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal, seperti pada
pemerintahan, perusahaan, parpol dan lain-lain.

Fungsi Stratifikasi Sosial

Dalam masyarakat modern yang terus berevolusi, sistem stratifikasi sosial sangat
diperlukan. Hal tersebut dikarenakan dalam masyarakat yang semakin kompleks maka
pembagian kerja juga semakin beragam.

17
Dipandang melalui pendekatan fungsional, stratifikasi sosial berfungsi mendorong
sistem pembagian kerja yang efektif dimana individu terbagi kedalam spesialisasi-
spesialisasi tertentu dalam suatu sistem masyarakat.

Bentuk dan Contoh Stratifikasi Sosial

Faktor utama yang menentukan strata sosial seseorang adalah kekayaan, kekuasaan,
pekerjaan dan pendidikan, namun begitu juga terdapat faktor lainnya yaitu usia, jenis
kelamin, agama, kelompok etnis, ras, status tempat tinggal, dan faktor lainnya.

Stratifikasi sosial dibagi menjadi 3 Kelompok :

1. Stratifikasi Ekonomi

Stratifikasi yang terjadi berdasarkan faktor ekonomi merupakan faktor utama yang
mendasari terbentuknya kelas sosial. Secara spesifik, kemunculan kelas sosial ada
pada era revolusi industry dan kapitalisme, dimana masyarakat terbagi menjadi dua
kelas: kelas pekerja (kelas bawah) dan kelas pemilik modal/alat produksi (kelas atas).

2. Stratifikasi Politik

Faktor politik yang mendasari terbentuknya stratifikasi sosial adalah kekuasaan.


Biasanya kekuasaan didapatkan oleh individu melalui jabatan formal. Makin tinggi
jabatan individu maka ia akan makin dihormati oleh masyarakat dan mengubah kelas
sosialnya .Sebagai contoh pada sistem demokrasi Indonesia, diantaranya yaitu
presiden, Menteri, DPR, MPR dan lain sebagainya.

3. Stratifikasi Status Sosial

Biasanya, individu yang berasal dari kelas terhormat (kelas atas) akan cenderung
membatasi pergaulan dengan orang dari luar kelasnya.Contoh stratifikasi status sosial
terdapat sistem kasta pada masyarakat india atau pada status bangsawan pada
kerajaan Inggris.

Dampak Stratifikasi Sosial

Dampak Positif

 Dapat membuat individu di dalam masyarakt memiliki kemauan untuk bersaing


untuk berpindah kasta, sehingga mendorong setiap individu untuk berprestasi,
bekerja keras.

18
 Meningkatnya pemerataan pembangunan setiap daerah, baik atas usulan
masyarakata di wilayah tersebut atau pemerintah guna menghilangakan
kesenjangan sosial

Dampak Negatif

 Konflik Antar KelasDalam masyarakat terdapat lapisan sosial karena ukuran


seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan sosial
tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antar kelas
sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contohnya demonstrasi buruh
yang menuntut kenaikan upah

Bab IV

Mobilitas Sosial

Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial pada dasarnya adalah perubahan susunan status orang-orang dalam
masyarakat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara epistomologis kata

19
mobilitas sosial berasal dari kata mobilis (bahasa Latin) yang berarti bergerak dan
social (bahasa Inggris) yang berarti masyarakat yang berarti mobilitas sosial adalah
gerakan masyarakat. mobilitas sering diartikan sebagai suatu proses perpindahan,
atau juga suatu pergerakan lapisan atau strata sosial seseorang maupun kelompok.
Tetapi secara harfiah mobilitas sosial yaitu sebagai suatu gerakan yang terjadi karena
berpindah ataupun berubah posisi seseorang atau juga sekelompok orang pada saat
yang berbeda-beda.

Mobilitas Sosial Menurut Para Ahli


Henry Clay Smith (1968)
gerakan dalam struktur sosial (gerakan antarindividu dengan kelompoknya).

Haditono (1991)
perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukan yang satu ke kedudukan yang
lain, tetapi sejajar.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1992)


suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain.

David Jary dan Julia Jary (1991)


bahwa pergerakan individu, kadang-kadang kelompok antara posisi berbeda dalam
hierarki stratifikasi sosial pada masyarakat.

Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa mobilitas sosial itu adalah suatu gerak
dalam struktur sosial seperti pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial

H. Edward Ransford
Menurut H. Edward Ransford ialah suatu perpindahan ke atas atau kebawah dalam
lingkungan sosial secara hirarki

Robert M.Z. Lawang


Menurut Robert .M.Z. Lawang adalah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lainnya atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya

Horton Dan Hunt


Menurut Horton dan Hunt merupakan suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial
ke kelas sosial yang lainnya

20
Jenis Mobilitas Sosial

a. Berdasarkan Tipe

Mobilitas Sosial Vertikal

Yaitu perpindahan individu atau obyek dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial lainnya yang tidak sederajad.

Mobilitas sosial vertikal dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Mobilitas sosial vertikal naik = social climbing mobility = upward mobility

Mobilitas sosial vertikal naik terjadi apabila seseorang mengalami peningkatan


kedudukan menuju tingkatan yang lebih tinggi.

2. Mobilitas sosial vertikal turun = social sinking

Mobilitas sosial vertikal naik terjadi apabila seseorang mengalami penurunan


kedudukan

Mobilitas Sosial Horisontal

Yaitu perpindahan individu atau obyek dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial lainnya yang sederajad.

Mobilitas Sosial Lateral

Mobilitas Geografis Yaitu perpindahan individu atau obyek dari suatu tempat ke tempat
lain yang berpengaruh pada kedudukan sosialnya

Mobilitas Sosial Struktural

Meliputi kesatuan yang luas dan kompleks yang disebabkan oleh hal-hal yang positif
maupun negatif.

b. Berdasarkan Ruang Lingkupnya

Mobilitas Sosial Intragenerasi

Mobilitas sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau


anggota masyarakat yang terjadi dalam satu generasi yang sama.

Mobilitas Sosial Antar generasi

21
Mobilitas sosial intergenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi di
antara beberapa generasi dalam satu garis keturunan.

Faktor Penyebab Mobilitas Sosial

penyebab mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua hal, yang pertama faktor
struktur, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus
diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Kedua. Kedua, faktor individu, dalam hal
ini termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.

 Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

1. Faktor Struktural

jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk
memperolehnya. Contohnya adalah ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang
tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar kerja.

2. Faktor Individu

kualitas seseorang ditinjau dari tingkat pendidikan, penampilan, maupun kemampuan


pribadi.

3. Faktor Status Sosial

Status sosial seseorang juga dapat mendorong terjadinya gerak sosial. Seseorang
yang merasa kurang puas dengan status sosial yang sekarang dimiliki tentu akan
melakukan proses mobilitas sosial untuk mendapatkan status sosial yang baru.

4. Faktor Perubahan Sosial Budaya

Dalam masyarakat, tentu akan selalu terjadi perubahan struktur di bidang sosial
budaya. Perubahan ini akan mendorong tiap individu untuk melakkan penyesuaian
melalui proses mobilitas sosial guna bisa bertahan dan naik ke lapisan sosial yang
lebih tinggi.

 Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

1. Faktor Perbedaan Kepentingan

22
Faktor penghambat mobilitas sosial yang pertama adalah adanya perbedaan
kepentingan antar individu dalam suatu struktur organisasi. Hal ini menyebabkan
terjadinya persaingan untuk memperebutkan sesuatu. Perbedaan kepentingan ini
justru menghambat mobilitas sosial satu sama lainnya.

2. Faktor Kemiskian

Kemiskinan juga dapat menghambat terjadinya mobilitas sosial. Jika masyarakat


miskin, tentu akan sulit baginya untuk mencapai status sosial yang diinginkan.
Keterbatasan biaya membuat masyarakat miskin cenderung statis dan tidak berubah
lapisan sosialnya.

3. Faktor Perbedaan Ras dan Agama

Perbedaan ras membuat mobilitas sosial sulit untuk terjadi, terutama untuk ras
minoritas. Selain itu, dalam agama juga tidak dibenarkan seseorang dengan bebas
untuk berpindah agama sesuai keinginannya untuk menaikkan statusnya.

4. Faktor Pengaruh Sosial yang Kuat

Hal ini karena masyarakat cenderung mengikuti nilai dan adat istiadat dibanding
melakukan perubahan yang bertentangan dengan adat mereka.

Bab V

Kesimpulan Dan Analisis Kritis

Kesimpulan

sosiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang masyarakat atau pengertian


sederhananya yaitu studi atau kajian mengenai masyarakat dan budaya, yang dimana
sosiologi dapat dideskripsikan sebagai ‘studi sistematis tentang masyarakat manusia.
Individu dan Masyarakat Sebagaimana telah Anda pahami bahwa unsur pokok dari
kajian sosiologi adalah masyarakat. Terdapat tokoh dengan teorinya menyangkut
penjelasan sosiologi ,Status dan Stratifikasi Sosial dan mobilitas sosial memiliki satu

23
inti yaitu tentang perubahan status dalam masyarakat . yang dimana menyangkut
dengan sosiologi dan untuk mengangkat sosiologi dengan menjelaskan setiap detail
dari arti sosiologi secara dalam.

Analisis Kritis

1. referensinya yang sudah terdapat dalam daftar pustaka

2. tujuan penulisan

 Untuk mengetahui tentang pengertian dari sosiologi dan ruang lingkupnya


 Untuk mengetahui tokoh tokoh yang memiliki teori untuk sebagai faktor
penunjang dari pengertian sosiologi
 Untuk mengetahui status dan stratifikasi sosial yag terjadi dalam masyarakat
 Untuk mengetahui mobilitas sosial yang dimana terjadi perubahan status dalam
masyarakat

3. Fakta unik

 Pengertian sosiologi secara garis besar membahas tentang masyarakat


 Status sosial selalu terjadi dalam masyarakat , seperti perubahan status
 Penghambat dan pendorong mobilitas sosial sama sama menyangkut tentang
budaya

4. Beberapa pertanyaan

 Jelaskan pengertian sosiologi dari beberapa penjelasan diatas?


 Mengapa perubahan status sosial bisa terjadi ?
 Kenapa kemiskinan bisa menjadi faktor penghambat mobilitas sosial ? yang
dimana hal itu sudah terjadi sejak lahir
 Jika pembedaan kelas terus terjadi dalam masyarakat apakah hal itu
berdampak pada negaranya ?

5. Refleksi diri

Dari artikel atau materi sosiologi yang terdapat disini , kita bisa tahu apa saja
pengertian sosiologi itu secara universal dan beberapa dari pandangan tokok tokoh
sosiologi , kemudian permasalah yang terjadi dalam masyarakat yang dimana seperti
pembedaan kelas atau status sosial dan perubahan status sosial yang terjadi di
masyarakat . Terimakasih banyak saya ucapkan kepada bapak Dr. Taufiq Ramdani,

24
S.Th.I.,M.Sos yang telah membimbing saya dalam pembuatan artikel ini. Semoga
artikel ini dapat meberi pembelajaran serta manfaat bagi pembacanya.

Daftar Pustaka

Penelitian Dr. Ali Nurdin. 2018. Sosiologi Organisasi. www.pustaka.ut.ac.id

R warsito. 2016. Sosiologi industri. www.digilib.uinsby.ac.id

Dra. Yulia Budiwati, M.Si. 2019. Modul 1 Ruang Lingkup Sosiologi.


www.coursehero.com

Aditya Megantar. 2012. Tokoh Sosiologi Indonesia. www.kaskus.co.id

Khairul Iksan. 2018. Teori Sosiologi. www.academia.edu

25
Sidiqharim. 2018. Status Sosial: Pengertian dan Contohnya.
http://sosiologis.com/status-sosial

Sabrina Burhanudin, S.Sos. 2020. Stratifikasi Sosial.


www.studiobelajar.com/stratifikasi-sosial

Pakdosen. 2020. Dampak stratifikasi sosial. https://pakdosen.pengajar.co.id/stratifikasi-


sosial/

Bitar. 2020. Pengertian Mobilitas sosial. www.gurupendidikan.co.id/mobilitas-sosial

Zakky. 2019. Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.


www.zonareferensi.com/faktor-pendorong-dan-penghambat-mobilitas-sosial

Lampiran

26

Anda mungkin juga menyukai