Anda di halaman 1dari 33

ARTIKEL SOSIOLOGI

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN SOSIOLOGI


2. TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI SERTA TEORI-TEORI SOSIOLOGI
3. STATUS DAN STRATIFIKASI SOSIAL
4. MOBILITAS SOSIAL
5. KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

Disusun sebagai tugas tersturktur Mata Kuliah: Sosiologi

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Febrian Nafasandra

NIM : LIA020033

Fakutas&Prodi : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik & Hubungan Internasional

Semester : Satu

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS MATARAM

i
T.A. 2020/2021

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya haturkan kepada allah swt yang telah memberikan
kesehatan dan keafiatan sehingga saya bisa menyelesaikan tugas tstruktur mata kuliah
sosiologi ini

Sholawat beserta salam tak lupa pula saya haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad saw, yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliyah hingga zaman islamiyah

Terimakasih saya haturkan atas bimbingan bapak dr. taufiq ramdani, s.th.i.,m.sos sebagai
dosen pengampuh mata kuiah sosiologi yang telah membimbing saya dan mengajarkan saya
ilmu sosiologi hingga saya bisa menyelesaikan tugas ini

Saya sangat berharap besar tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari nanti bagi
masyarakat atau anak muda dimasa depan

Penyusun, Mataram, 29 Oktober 2020

Nama : Febrian Nafasandra

NIM : LIA020033

ii
DAFTAR ISI

ARTIKEL SOSIOLOGI..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................iv
Pengertian Dan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi................................................................................iv
A. Pengertian Sosiologi....................................................................................................................iv
B. Ruang Lingkup Sosiologi.............................................................................................................v
BAB II........................................................................................................................................................vii
TOKOH – TOKOH SOSIOLOGI SERTA TEORINYA........................................................................vii
BAB III....................................................................................................................................................xviii
STATUS DAN STRATIFIKASI SOSIAL.............................................................................................xviii
1. Pengertian Status Sosial.............................................................................................................xviii
Contoh status sosial...............................................................................................................................xix
Konflik Status...........................................................................................................................................xx
BAB IV.....................................................................................................................................................xxv
MOBILITAS SOSIAL.............................................................................................................................xxv
BAB V....................................................................................................................................................xxxii
KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS............................................................................................xxxii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................xxxiii

iii
BAB I

Pengertian Dan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

A. Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang artinya kawan dan logos yang artinya ilmu.
Sehingga dapat diartikan bahwa sosiologi adalah pengetahuan tentang pertemanan atau
perkawanan. Pengertian pertemanan ini selanjutnya diperluas cakupannya menjadi sekelompok
manusia yang hidup bersama dalam sebuah tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat.
Dengan demikian, sosiologi juga diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat
atau hubungan antara masyarakat.

Istilah sosiologi pertama sekali dikemukakan oleh Auguste Comte dalam bukunya yang berjudul
Cours de la Philosovie Positive. Menurut Comte, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam sebuah
kelompok masyarakat. Secara luas, sosiologi mempelajari tentang masyarakat sebagi suatu
kompleks hubungan, interaksi, kekuatan, dan lembaga sosial. Ilmu sosiologi membantu kita
untuk paham akan realitas atau fakta sosial yang sering terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat.

Selain pengertian sosiologi diatas, beberapa ahli juga mengutarakan pendapatnya mengenai
pengertian sosiologi. Berikut pengertian sosiologi menurut beberapa ahli:

Pengertian Sosiologi menurut Soejono

Soekanto Menurut Soejono, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada pencarian
kehidupan kelompok dan produk yang dihasilkan dari kehidupan kelompok itu.

Pengertian Sosiologi menurut Alan Johnson

Menurut Alan, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan serta perilaku karena
keterkaitannya dengan sistem sosial, sehingga sistem tersebut dapat mempengaruhi
individunya, serta bagaimana individu tersebut dapat mempengaruhi sistemnya.

Pengertian Sosiologi menurut William F. Oghburn dan Mayer F. Nimkoff

Menurut William dan Mayer, Sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasilnya, yaitu organisasi sosial.

iv
Pengertian Sosiologi menurut P.J. Bouman

Menurut Bouman, Sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan sosial antar
sesama manusia atau individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok
dengan kelompok, sifat dan perubahan sosial, lembaga sosial, serta ide-ide sosial lainnya.

Pengertian Sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, beliau berpendapat bahwa sosiologi
sebagai ilmu masyarakat mempelajari tentang struktur sosial, yaitu sebagai suatu keseluruhan
jalinan sosial antar berbagai unsur-unsur sosial pokok seperti kaidah sosial, kelompok sosial,
dan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Sosiologi juga mempelajari tentang proses
pengaruh timbal balik antara berbagai pelaku masyarakat.

Pengertian Sosiologi menurut Pitirim A. Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara
berbagai macam gejala sosial (keluarga, moral, agama, hukum, ekonomi, dsb). Hubungan dan
pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non-sosial (biologis, geografis, dsb)
menjadi ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

B. Ruang Lingkup Sosiologi


Sosiologi mempelajari struktur sosial yang meliputi perubahan sosial. Ruang lingkup sosiologi
lebih luas dari kebanyakan ilmu sosial lainnya karena mencakup hubungan individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok di dalam masyarakat.
Karena dasar penelitian sosiologi merupakan penggabungan data dari berbagai ilmu
pengetahuan, maka ruang lingkup kajian sosiologi dapat dijadikan 3 poin sebagai berikut:

1. Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan


produksi, distribusi dan pemakaian sumber-sumber kekayaan alam.
2. Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis contohnya usaha
kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat dan sebagainya.
3. Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian berkaitan dengan apa yang
dialami warganya.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, berdasarkan kekhususan dari ruang lingkupnya


sosiologi dapat dikelompokkan menjadi dua macam cabang, yaitu sosiologi umum dan khusus.

v
 Sosiologi Umum Mempelajari dan menyelidiki tingkah laku manusia pada umumnya,
dalam mengadakan hubungan masyarakat.
 Sosiologi Khusus Mempelajari dan menyelidiki bermacam-macam sektor kehidupan
bermasyarakat, dari suatu segi kehidupan tertentu.

Contoh Sosiologi Khusus menurut Soerjono Soekanto:

1. Sosiologi pendidikan, membahas hubungan gejala kemasyarakatan dengan pendidikan.


2. Sosiologi perkotaan, membahas masyarakat di kota-kota.
3. Sosiologi pedesaan, membahas masyarakat di pedesaan.
4. Sosiologi hukum, membahas tingkah laku manusia dan masyarakat dalam kaitannya
dengan hukum yang berlaku.
5. Sosiologi politik, membahas masyarakat dalam hubungannya dengan politik.
6. Sosiologi industri, membahas masyarakat dalam dunia industri.
7. Sosiologi pembangunan, membahas masyarakat di dalam pembangunan.

Sekian artikel mengenai Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi, Lengkap Penjelasan.


semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk mengerjakan tugas, maupun untuk
sekedar menambah wawasan tentang pengertian sosiologi dan ruang lingkup sosiologi.
Terimakasih atas kunjungannya.

vi
BAB II

TOKOH – TOKOH SOSIOLOGI SERTA TEORINYA

1. Auguste Comte (1798 - 1857)

Adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Istilah “sosiologi”
pertama kali digunakan pada tahun 1839 oleh Auguste Comte. Sebelumnya Comte
menggunakan istilah “fisika sosial” yang sudah digunakan oleh Adolphe Quetelet, ahli
matematika dari Belgia, untuk menunjuk studi statistika tentang gejala moral (1836), sehingga
Comte mengubahnya menjadi “sosiologi” untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat
yang baru.
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa
masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat
dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya
mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari
revolusi Perancis.

2. Herbert Spencer (1820 - 1903)


Adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka. Meskipun
kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan menekankan pada
"keuntungan akan kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai “bapak Darwinisme sosial”.
Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia juga menjelaskan
definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial. Dia berkontribusi terhadap berbagai macam
subyek, termasuk etnis, metafisika, agama, politik, retorik, biologi dan psikologi. Spencer saat
ini dikritik sebagai contoh sempurna untuk scientism atau paham ilmiah, sementara banyak
orang yang kagum padanya di saat ia masih hidup.
Menurutnya, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial
dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial,
sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan
keindahan. Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial yang
hingga kini masih dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga menerapkan secara
analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa

vii
manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat
mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri. Herbert Spencer
memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh
manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain.
Menurut Spencer, masyarakat adalah organisme dalam artian positivistis dan deterministis,
tidak dalam artian metaforis. Sebagai suatu organisme, masyarakat berdiri sendiri dan
berevolusi sendiri lepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya, dan dibawah kuasa
suatu hukum. Fungsi penyelaras dan pemersatu yang di dalam badan dilaksanakan oleh urat,
di dalam badan sosial dilaksanakan oleh sistem pemerintahan.

3. Émile Durkheim (1858 - 1917)

David Émile Durkheim (15 April 1858 - 15 November 1917) dikenal sebagai salah satu pencetus
sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada
1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabadikan kepada ilmu sosial, L'Année
Sociologique pada 1896.
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan
integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan
dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat
modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap
fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah salah satu orang pertama yang
menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada
fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh
bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian
bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme
metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang
diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak
terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan
yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang
membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada,
misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

viii
4. Max Weber (1864 - 1920)

Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München, Jerman, 14
Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman
yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Karya
utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski
ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang
berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang
sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi
perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal
lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga
yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang
menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.
Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis Agama Tiongkok: Konfusianisme dan Taoisme,
Agama India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama-
agama lain terhenti oleh kematiannya yang mendadak pada 1920, hingga ia tidak dapat
melanjutkan penelitiannya tentang Yudaisme Kuno dengan penelitian-penelitian tentang
Mazmur, Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan dan Islam perdana. Tiga tema utamanya
adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara stratifikasi sosial dan
pemikiran agama, dan pembedaan karakteristik budaya Barat.
Tujuannya adalah untuk menemukan alasan-alasan mengapa budaya Barat dan Timur
berkembang mengikuti jalur yang berbeda. Dalam analisis terhadap temuannya, Weber
berpendapat bahwa pemikiran agama Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) memiliki dampak
besar dalam perkembangan sistem ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga mencatat
bahwa hal-hal tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. Faktor-faktor
penting lain yang dicatat oleh Weber termasuk rasionalisme terhadap upaya ilmiah,
menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan
yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada
akhirnya, studi tentang sosiologi agama, menurut Weber, semata-mata hanyalah meneliti
meneliti satu fase emansipasi dari magi, yakni "pembebasan dunia dari pesona"

ix
("disenchanment of the world") yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang penting dari
budaya Barat.

5. Charles Horton Cooley (1864 - 1929)

C. H Cooley (lahir 17 Agustus 1864 – meninggal 8 Mei 1929 pada umur 64 tahun) lahir di
Michigan, Amerika Serikat, dia adalah anak seorang ahli hukum terkenal yaitu Thomas M.
Cooley. Pada mulanya dia belajar teknik mesin elektro, kemudian dia juga belajar ekonomi.
Setelah lulus akademis dia bekerja di pemerintahan seperti di departemen komisi pengawas,
kemudian juga di kantor sensus. Pada tahun 1892 dia menjadi dosen ilmu ekonomi, politik,
serta sosiologi di universitas Michigan. Pemikiran Cooley banyak dipengaruhi oleh George
Herbert Mead dan Sigmund Frued. Cooley tergolong dalam sosiolog interaksionisme simbolik
klasik.
Cooley mempelajari tentang aspek psikologi sosial dari kehidupan sosial. Cooley menekuni
tentang kesadaran. Yang terkenal adalah konsep cermin diri (the looking glass self), yang
menyatakan bahwa manusia memiliki kesadaran dan kesadaran itu terbentuk dalam interaksi
sosial yang berlanjut. Selain itu adalah konsep kelompok primer, yakni kelompok yang
hubungan antara anggotanya sangat akrab dan bertatap muka dalam arti saling mengenal
kepribadian masing-masing. Baik Cooley maupun Mead menolak pandangan behavioristik
tentang manusia, pandangan yang menyatakan manusia (individu) memberikan respon secara
membabi buta dan tanpa kesadaran terhadap rangsangan dari luar. Ia menganjurkan sosiolog
mencoba menempatkan diri di tempat aktor yang diteliti dengan menggunakan metode
introspeksi simpatetik untuk menganalisis kesadaran itu. Sosiologi seharusnya memusatkan
perhatian pada fenomena psikologi sosial seperti kesadaran, tindakan, dan interaksi.
Menurut Charles H. Cooley; “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan
adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang pentingan dalam kerjasama yang berguna”.

6. Ferdinad Tonnies (1855-1936)

x
Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya Gemeinschaft und Gesellschaft (yang
dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887) yang selanjutnya diedit dan di alihbahasakan
kedalam bahasa Inggris menjadi Community and Society (1957) oleh Charles P. Loomis,
karyanya yang lain yang berupa essai-essai tentang sosiologi terdapat di dalam bukunya
Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology).
Diakhir usianya Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan
seringkali ia diundang menjadi Professor tamu di University of Kiel, setelah hampir masa
hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya para sosiolog
dimasanya.
Tonnies memiliki teori yang penting yang akhirnya berhasil membedakan konsep tradisional
dan modern dalam suatu organisasi sosial, yaitu Gemeinschaft (yang diartikan sebagai
kelompok atau asosiasi) dan Gesellschaft (yang diartikan sebagai masyarakat atau masyarakat
modern-istilah Piotr Sztompka). Setelah sebelumnya Weber menegaskan bahwa ia melihat
bahwa perubahan masyarakat terlihat pada kecenderungan menuju rasionalisasi kehidupan
sosial dan organisasi sosial di segala bidang (pertimbangan instrumental, penekanan efisiensi,
menjauhkan diri dari emosi dan tradisi, impersonalitas, manajemen birokrasi dan sebaliknya).
Senada dengan hal itu, Durkheim menegaskan bahwa perkembangan pembagian kerja pun
akan didikuti integrasi masyarakat melalui “solidaritas organik” yang menimbulkan ikatan yang
saling menguntungkan dan kontribusi anggota masyarakat akan saling melengkapi.

7. Leopold von Wiese ( 1876-1949 )

Ia seorang sosiololog dari Jerman. Ia beranggapan bahwa sosilogi adalah ilmu pengetahuan
empiris yang berdiri sendiri.. Menurutnya “sosiologi” adalah penelitian terhadap hubungan antar
manusia yang merupakan kenyataan sosial. Objek sosiologi adalah interaksi sosial atau proses
sosial. Ia meneliti tentang klasifikasi proses-proses sosial, yang menekankan pada proses
sosial asosiatif dan disosiatif. Setiap kategori proses-proses sosial dibagi-bagi lagi menjadi
proses yang lebih kecil.
Menurutnya Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan manusia tanpa
mengaitkannya dengan tujuan-tujuan atau kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan
pengamatan terhadap perilaku kongkrit tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan dia berusaha
untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial

xi
merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke
dalam unsur-unsurnya secara sistematis.
Ia juga meneniliti tentang struktur sosial. Menurutnya struktur sosial merupakan saluran dalam
hubungan antar manusia. Hasil karyanya antara lain:
The basic of sociology: a critical examination of Herbert spencer’s synthetic philosophy ( 1906 )
General sociologi, jilid.I Social relations ( 1924 ) dan jilid II tahun 1929.

8. Alfred Vierkandt ( 1867-1953 )

Pada mulanya ia berpendapat bahwa kajian sosiologi adalah membahas tentang sejarah
kebudayaan. Kemudian ia berpandangan lain bahwa kajian sosiologi adalah interaksi sosial dan
hasil dari interaksi tersebut. Menurutnya masyarakat adalah himpunan-himpunan interaksi
sosial, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkontruksikan teori-teori tentang masyarakat dan
kebudayaan. Setiap masyarakat merupakan kebulatan dimana masing-masing unsur saling
mempengaruhi. Menurutnya dasar struktur sosial adalah ikatan emosional, tak ada konflik
antara kesadaran individu dengan kelompoknya. Hubungan antar individu merupakan mata
rantai, hubungan tersebut akan timbul dan akan hilang, akan tetapi struktur dan tujuan
kelompok sosial akan tetap bertahan. Sosiologi juga mempelajari bentuk-bentuk struktur sosial
tersebut.
Hasil karyanya, Primitive and civilized people (1896), Inertia in culture change (1908 ), Theory
of society; Main problem of philosophical sociologi ( 1922 )
Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tak dapat dianalisis secara
tersendiri, akan tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar
individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, tugas sosiologi
adalah untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap gejala sosial dengan jalan
menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan mental. Hal itu dapat ditemukan dalam
gejala-gejala seperti harga diri, perjuangan, simpati, imitasi dan lain sebagainya. Itulah
prekondisi suatu masyarakat yang hanya dapat berkembang penuh dalam kehidupan kelompok
atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh karena itu sosiologi harus memusatkan
perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.

9. Lester Frank Ward (1841-1913)

xii
Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan manusia. Ia membedakan antara pure
sociology (sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala sosial, dan
apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan dalam
masyarakat karena usaha-usaha manusia.
Kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan.
Ward menerima gagasan bahwa manusia berkembang dari bentuk yang lebih rendah ke
statusnya yang seperti sekarang. Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh
kesederhanaan dan kemiskinan moral, sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih
bahagia dan mendapatkan kebebasan lebih besar. Menurutnya, sosiologi tidak hanya bertugas
meneliti kehidupan sosial saja, tetapi harus pula menjadi lmu terapan. Sosiologi terapan ini
meliputi kesadaran yang menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mencapai kehidupan
masyarakat yang lebih baik.

10. Vilfredo Pareto (1848 - 1923)

Sosiologi didasarkan pada observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-


fakta dan rumus-rumus matematis. Masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang
dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan
manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-
dorongan dalam dirinya.
Pareto terkenal dengan kriteria efisiensi ekonominya juga diakui sebagai pendiri sosiologi abab
ke-20 (bersama-saa Durkheim dan Weber). Penekanan Pareto pada akar-akar hukum didalam
sumber-sumber yang menentang analisis rasional ortodoks dan cara dibangunnya pembenaran
logis diatas pondasi non-logos masih bermanfaat.
Pareto dalam bukunya “The Mind and Society” mencoba menyangkal Marxisme dengan jalan
mengakui eksistensi dari klas penguasa (the ruling clas) atau kelompok elite, dengan
menyatakan pendapatnya bahwa kaum elite tidak perlu mendapatkan posisinya berkat
supremasi ekonomisnya, dan bahwa perubahan sosial dan perubahan politik akan terjadi oleh
adanya sirkulasi dari kaum elitenya yang tidak perlu didukung oleh faktor-faktor ekonomi.

11. George Simmel ( 1858-1918 )

xiii
Lahir di Berlin 1858. Ia menyelesaikan studinya dibidang filsafat. Ia memberikan kontribusi yang
cukup besar pada konsep tindakan timbal balik dan ikatan sosial. Naskahnya tahun 1909 yang
berjudul “Brucke und tur (jembatan dan pintu)”, baginya kehidupan sosial merupakan gerakan
yang tidak henti-hentinya membangun kembali model hubungan antar individu. Tindakan yang
dilakukan oleh seseorang akan memberikan pengaruh pada sesamanya. Tindakan ini dituntun
oleh keseluruhan motivasi yang beragam dan tanpa pernah berhenti bergerak itulah totalitas
seluruh tindakannya yang memberi kontribusi untuk mempersatukan totalitas individu menjadi
masyarakat global.
Menurutnya produk dari tindakan timbal balik itu sebagai”bentuk sosial” (forms sociale) yang
terdiri dari :
 Bentuk yang bersifat permanen (keluarga, Negara, gereja, perusahaan, partai politik, dsb) ini
yang disebut lembaga atau institusi.

 Bentuk-bentuk yang merupakan skema prabangun dan dengan skema inilah berbagai
organisasi dibentuk (hirarkhi, persaingan, konflik, pengalaman, pembagian kerja dll) ini
merupakan bentuk-bentuk yang tengah terbentuk.

 Bentuk-bentuk yang membentuk batas umum terjadinya sosialisasi (politik, ekonomi, hokum,
pendidikan dll) ini disebut konformasi.

 Bentuk-bentuk yang berlansung singkat berupa ritus-ritus harian (kebiasaan , makan,


berjalan bersama, sentuhan , sopan santun dll) ( Anthony Gidden, 2008 )

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang khusus, yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan
analitis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan
kemasyarakatan. Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia.
Elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur
hubungan antara elemen-elemen tersebut. Pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud
dalam bentuk superioritas, subordinasi dan konflik. Semua hubungan-hubungan sosial,
keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karakteristik menurut
salah satu bentuk diatas atau ketiga-ketiganya. Menurutnya, seseorang menjadi warga
masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga
masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan
kelompok.

xiv
Dengan kata lain, apa yang memungkinkan masyarakat berproses adalah bahwa setiap orang
mempunyai peranan yang harus dijalankannya. Maka, interaksi individu dengan kelompok
hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh individu.

12. William Graham Sumner (1840-1910)

Sistem sosiologi Sumner (seorang Amerika) didasarkan pada konsep in-group dan out-group.
Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata
kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga
sekelompok maupun warga-warga dari kelompok lainnya. Apabila suatu kebiasaan dianggap
demikian pentingnya bagi kesejahteraan kelompok sosial, maka kebiasaan tersebut menjadi
tata kelakuan atau moral kelompok yang mempunyai sanksi-sanksi yang tegas. Menurut
Sumner ada empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta,
rasa takut dan rasa hampa. Dari dorongan tersebut timbullah kepentingan-kepentingan yang
menyebabkan terjadinya pola-pola kegiatan kebudayaan. Karena itu, keempat dorongan
tersebut merupakan kekuatan-kekuatan sosial yang terpokok.
Hasil karyanya adalah: Collected Essays on Political and Science (1885), What social classes
owe to folkways (1907), Selected essays of William Graham Sumner (1924), The science of
sociology (dengan A.C. Keller, 1927), Essays of William Graham Sumner (2 jilid, 1934).
Salah satu karyanya Folkways. Folkways dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan sosial
yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan mana menjadi bagian
dari tradisi. Hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial, upacara sopan-santun, kesusilaan,
dan sebagainya, termasuk dalam Folkways tersebut. Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah-
kaidah kelompok yang masing-masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang berbeda-
beda. Apabila kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikian pentingnya, maka kaidah-kaidah tadi
dinamakan tata kelakuan (mores). Kaidah-kaidah tersebut tidaklah menjadi bagian dari suatu
masyarakat secara menyeluruh, dan oleh karena itu sumner membedakan antara kelompok
sendiri (in-gropus) dengan kelompok luar (out-groups). Pembedaan ini ditujukan untuk dapat
memberikan petunjuk bahwa ada orang-orang yang diterima dalam suatu kelompok dan ada
pula yang tidak. Pembedaan tersebut menimbulkan pelbagai macam antagonisme,
pertentangan serta pertikaian.

13. Robert Ezra Park (1864-1944)

xv
Park dianggap sebagai pelopor dari salah satu mahzab dalam ilmu sosiologi yaitu mahzab
ekologi yang diakui sebagai cabang ilmu sosiologi pada 1925 oleh suatu pertemuan American
sociological society. Pokok ajarannya adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa
sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia. Park memimpin
sejumlah besar penyeledikan mengenai pelbagai peristiwa dalam pergaulan hidup kota dan
mengenai sifat-sifat suatu bangsa. Namanya terkenal karena telah mengarang sebuah buku
pengantar sosiologi (bersama Burgess) yang berjudul: introduction to the science of sociology
pada 1921. dalam buku ini, Park membahas semua persoalan ilmu sosiologi, yang sebagian
diambil dari kupasan-kupasan hasil karya sarjana sosiologi terkemuka. Bukunya berpengaruh
besar pada perkembangan lanjut ilmu sosiologi terutama di Amerika Serikat.
Hasil karyanya adalah: Race and culture (diterbitkan pada 1950, setelah dia meninggal dunia),
dan sebelumnya dia telah menulis sebuah buku bersama dengan H.A. Miller (pada 1921) yang
berjudul: Old World Traits Transplanted.

14. Karl Mannheim (1893-1947)

Karl Mannheim mula-mula adalah seorang guru besar Universitas Frankurt-am-Main di Jerman.
Kemudian pindah dan menetap di Inggris, dimana dia menjadi guru besar Universitas London.
Mannheim telah banyak menyumbangkan buah pikirannya bagi perkembangan sosiologi.
Antara lain dipeloporinya suatu cabang sosiologi, yang dinamakannya sosiologi pengetahuan,
yang khusus menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan.
Kemudian, teorinya yang sangat terkenal adalah mengenai krisis. Akar dari segenap
pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-ketegangan yang timbul di
semua lapangan kehidupan, karena asas laissez faire berdampingan dengan asas-asas yang
baru dalam kehidupan ekonomi. Ini berlaku pula bagi lapangan-lapangan kehidupan lainnya.
Perimbangan-perimbangan dalam masyarakat menurut asas yang baru, dan dalam hal ini
manusialah yang harus memberi bentuk kepada perimbangan-perimbangan baru tadi. Akan
tetapi dalam hal ini manusia gagal melakukannya. Inilah yang meyebabkan krisis.
Menurut Mannheim yang sangat perlu adalah diadakannya suatu planning for freedom, yaitu
semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan aktivitas-
aktivitas individu perimbangan tersebut diatas. Dalam rangka planning for freedom tersebut,
Mannheim merintis pembentukan The International Library of Sociology and Social

xvi
Reconstruction yang bertujuan untuk menelaah (secara ilmiah) persoalan-persoalan ekonomi
dan perencanaan sosial yang merupakan persoalan penting dewasa ini.

xvii
BAB III

STATUS DAN STRATIFIKASI SOSIAL

1. Pengertian Status Sosial

Status sosial adalah lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang hierarkis, yang
sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Lokasi atau posisi dalam strata sosial berbeda-
beda, tergantung pada hak dan kewajiban, serta biasanya ditentukan pula oleh gaya hidup dan
pola konsumsi seseorang. Perbedaan posisi tersebut menggambarkan perbedaan status. Pada
gilirannya, posisi tertentu bernilai sosial tinggi dan posisi yang lain rendah. Masyarakat pada
umumnya mengejar posisi yang bernilai sosial tinggi untuk mendapat penghargaan,
penghormatan, dan respek dari masyarakat banyak.

Definisi status sosial di atas menunjukkan bahwa status berkaitan erat dengan stratifikasi sosial.
Pembedaan nilai terhadap status sosial berada dalam sistem stratifikasi. Oleh sebab itu, apabila
seseorang hidup dalam masyarakat yang kondisinya sama rata dan sama rasa, dimana setiap
orang memiliki kedudukan yang relatif sama, maka status sosial menjadi kurang penting untuk
dikejar.

Status sosial pada dasarnya merupakan kumpulan hak dan kewajiban, tugas dan keistimewaan
yang dimiliki seseorang. Hak dan kewajiban tersebut bersifat statis. Sebagai contoh, seorang
dokter memiliki status sosial yang relatif tinggi di masyarakat pelosok karena memiliki tugas
mengobati warga yang sakit. Dokter di pelosok bahkan kadang dianggap sebagai dewa
penyelamat sehingga dihormati dan dihargai. Tugas, hak, dan kewajiban yang dimiliki seorang
dokter di pelosok membuat dirinya mendapat penghormatan yang tinggi.

Contoh lain adalah seorang mantan copet yang baru saja keluar penjara. Di masyarakat ia
memiliki status sosial yang rendah karena ia cenderung akan dipandang rendah. Hal ini
disebabkan oleh status sosialnya sebagai mantan copet yang pernah merugikan orang lain.
Untuk menaikkan status sosial agar orang respek padanya, ia harus mengubah posisinya di
masyarakat. Misal, ia mendirikan sekolah gratis buat anak-anak, sembari mengumumkan
bahwa dirinya telah tobat. Maka, perlahan orang akan menghargai dan statusnya sebagai
mantan copet mungkin bisa berubah. Di TV, misalnya ada penceramah yang mengaku dulunya

xviii
pelaku kriminal. Saat ini ia dihormati karena statusnya telah menjadi penceramah bukan lagi
tokoh kriminal.

Seseorang dapat meraih status dengan berbagai cara. Berikut ini saya uraikan beberapa
contoh status sosial berdasarkan cara mendapatkannya:

Contoh status sosial

 Status yang digariskan (ascribed status)

Ascribed status adalah status yang diperoleh seseorang karena kondisi lahiriah atau alami.
Contohnya adalah ras, etnis, keturunan. Anak raja memperoleh status lebih tinggi ketimbang
masyarakat kebanyakan karena ia anak raja. Di beberapa negara yang rasis, orang kulit putih
lebih lebih dihormati ketimbang orang kulit kuning. Ketika kamu lahir dengan kulit sawo matang,
kamu akan dipandang sebelah mata oleh mereka yang rasis.

 Status yang diusahakan (achieved status)

Achieved status adalah status yang diperoleh seseorang karena usaha yang dilakukannya
dengan sengaja dan biasanya penuh perjuangan. Contohnya, untuk memperoleh status
sebagai mahasiswa sehingga dapat diskon belanja di supermarket, seseorang harus lulus tes
masuk universitas. Untuk memperoleh gelar sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan skripsi
dan lulus. Achieved status merupakan contoh status sosial yang terbuka, artinya berpeluang
dicapai oleh banyak orang, terutama mereka yang tidak potensial memperoleh ascribed status
yang tinggi.

 Status yang diberikan (assigned status)

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang karena mandat atau pemberian
orang lain. Mandat tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga dianggap berjasa oleh
masyarakat atau setidaknya oleh pemberi mandat. Sebagai contoh, panglima besar Jenderal
Sudirman, diberi mandat oleh Bung Korno untuk memimpin perang gerilya melawan Belanda.
Jasanya pada bangsa membawa dirinya berhak memperoleh gelar pahlawan. Sang jenderal
memperoleh assigned status yang tinggi sebagai pahlawan nasional karena jasanya.

 Status simbol (symbolic status)

xix
Status simbol adalah status yang diperoleh seseorang karena simbol-simbol yang dimiliki atau
dikenakannya. Biasanya status jenis ini diperagakan dalam kehidupan keseharian. Sebagai
contoh, seorang pejabat kemana-mana naik sepeda onthel, menunjukkan statusnya yang
sederhana. Seorang mahasiswa pakai jam tangan sport mahal akan dipandang sebagai orang
dari kelas atas. Cara berpakaian, rumah, dan tempat yang dikunjungi juga bisa menjadi status
simbol seseorang.

 Status aktif (active status)

Status aktif adalah status yang sedang miliki seseorang pada kurun waktu tertentu. Status aktif
menunjukkan bahwa ada status lain yang tidak aktif di saat bersamaan. Sebagai contoh, ketua
RT yang merangkap sebagai guru SD. Ketika berada di depan kelas, ia memperoleh status
sebagai seorang guru. Ketika di kampung, ia dipanggil pak atau bu RT. Tetangganya tentu saja
tidak datang ke rumahnya untuk belajar, melainkan untuk minta stempel RT, misalnya.

 Status laten (latent status)

Status laten adalah kebalikan dari status aktif. Status laten disebut juga status pasif atau diam
karena status lain sedang aktif. Misalnya mahasiswa yang merangkap sebagai kader partai
politik. Saat di kampus ia mengerjakan tugas kuliah sebagaimana mahasiswa lainnya.
Statusnya sebagai mahasiswa aktif. Sedangkan status latennya adalah kader partai. Kadang ia
menjelma menjadi kader dengan cara diam-diam mengampanyekan partainya lewat tulisan
atau pilihan organisasi kemahasiswaannya.

Individu memiliki status yang multiple atau lebih dari satu. Tak jarang status yang bermacam ini
menimbulkan konflik status. Realitas kehidupan menunjukkan bahwa status tidak selamanya
bekerja sebagaimana mestinya, Sering kali muncul konflik status dalam diri kita. Saya akan
sebutkan di sini beberapa jenis konflik status yang kadang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Konflik Status

 Konflik status individual

Yaitu konflik yang terdapat dalam diri seseorang karena memiliki lebih dari satu status. Sebagai
contoh, seorang polisi yang lagi butuh duit harus memilih apakah akan menarik biaya

xx
pendaftaran sim atau tidak ketika regulasinya mengatakan gratis. Terjadi konflik status dalam
dirinya, mau minta duit tapi ingat dirinya sebagai penegak hukum.

 Konflik status antarkelompok

Yaitu konflik status yang terjadi karena satu kelompok merugikan kelompok lain. Sebagai
contoh, peraturan reklamasi di DKI yang legal menurut pemerintah pusat, tetapi kelompok
masyarakat mayoritas menentang adanya proyek tersebut.

 Konflik status antarindividu

Yaitu konflik status yang terjadi antara individu satu dengan individu lain. Misalnya, seorang
polisi harus menilang pengendara yang tidak pakai helm saat berkendara, padahal pengendara
itu anaknya sendiri.

Individu atau kelompok cenderung berupaya untuk meningkatkan atau mempertahankan status
sosial yang dimiliki. Pada saat yang sama berupaya penuh untuk menghindari hilangnya status
sosial. Sosiolog Max Weber mendeskripsikan status sebagai kualitas penghargaan yang dimiliki
atau tidak dimiliki individu. Penghargaan dilekatkan pada individu secara berbeda dan
membantu membentuk stratifikasi sosial.

Menurut Max Weber, status sosial berbeda dengan kelas sosial. Kelas sosial berbasis pada
tatanan ekonomi. Sedangkan status sosial berbasis pada tatanan sosial. Status sosial di
masyarakat bisa berbeda pada masyarakat yang berbeda, meskipun status ekonominya sama.
Misal, seorang pengusaha kaya yang tinggal di kampung akan dipandang terhormat oleh
tetangganya karena kekayaannya. Namun ketika tinggal di perumahan elit akan cenderung
dipandang biasa saja karena tetangganya juga tajir semua.

2. Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi terdiri dari kata dasar ‘strata’ yang diartikan sebagai ‘tingkatan’. Secara
konsep, stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat secara vertikal atau
hirarkis.

xxi
Stratifikasi sosial juga dikenal dengan istilah pelapisan sosial. Pada konsep stratifikasi sosial,
masyarakat kita diibaratkan seperti kue lapis. Kue lapis menjadi utuh karena terdiri dari lapisan-
lapisan yang membentuknya, ada lapisan yang berada dibawah, ditengah maupun diatas.
Begitupula dengan masyarakat, ada individu yang berada pada lapisan sosial tinggi dan ada
yang rendah. Masing-masing individu dengan beragam latar belakang sosial, politik dan
ekonomi tidak pernah berada pada posisi yang sejajar (horizontal), melainkan bertingkat-tingkat
(vertikal).

Dalam hal ini, konsep stratifikasi juga erat kaitannya dengan konsep kelas sosial. Ada individu
yang dikategorikan berasal dari kelas atas, kelas menengah dan jelas bawah. Kelas sosial
individu dilatarbelakangi oleh kekuasaan, kekayaan dan prestise. Secar lebih rinci, kelas sosial
diartikan sebagai kumpulan individu dengan kesamaan karakterisitk yang berada pada lapisan
sosial tertentu.

Sifat Stratifikasi Sosial

Lalu, bagaimanakah stratifikasi dalam masyarakat bisa terjadi? Stratifikasi pada masyarakat
modern terbentuk karena adanya pembagian kerja yang rinci. Pastinya kita tahu, tidak semua
individu terlahir dari keluarga kaya dengan status sosial tinggi, namun juga ada yang terlahir
dari keluarga sederhana atau bahkan miskin. Stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu:

1. Sifat alamiah

Alasan utama terbentuknya lapisan masyarakat secara alamiah adalah keturnan, senioritas,
dan pemimpin masyarakat adat.

2. Sifat disengaja

Adapun alasan utama stratifikasi sosial yang disengaja adalah berkaitan dengan pembagian
kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal, seperti pada pemerintahan,
perusahaan, parpol dan lain-lain.

Fungsi Stratifikasi Sosial

Dalam masyarakat modern yang terus berevolusi, sistem stratifikasi sosial sangat diperlukan.
Hal tersebut dikarenakan dalam masyarakat yang semakin kompleks maka pembagian kerja
juga semakin beragam.

xxii
Dipandang melalui pendekatan fungsional, stratifikasi sosial berfungsi mendorong sistem
pembagian kerja yang efektif dimana individu terbagi kedalam spesialisasi-spesialisasi tertentu
dalam suatu sistem masyarakat. Stratifikasi memungkian pekerjaan yang dikerjakan individu
menjadi lebih efektif dan waktu yang relatif singkat.

Faktor utama yang menentukan strata sosial seseorang adalah kekayaan, kekuasaan,
pekerjaan dan pendidikan, namun begitu juga terdapat faktor lainnya yaitu usia, jenis kelamin,
agama, kelompok etnis, ras, status tempat tinggal, dan faktor lainnya.

Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, stratifikasi sosial dapat dikategorikan kedalam tiga
kelompok, yaitu:

1. Stratifikasi Ekonomi

Stratifikasi yang terjadi berdasarkan faktor ekonomi merupakan faktor utama yang mendasari
terbentuknya kelas sosial. Secara spesifik, kemunculan kelas sosial ada pada era revolusi
industry dan kapitalisme, dimana masyarakat terbagi menjadi dua kelas: kelas pekerja (kelas
bawah) dan kelas pemilik modal/alat produksi (kelas atas).

Seiring berkembangnya masyarakat, tingkat penghasilan seseorang serta jabatan dalam


pekerjaan (stratifikasi okupasional) turut menjadi faktor ekonomi yang mempengaruhi
kedudukan individu dalam masyarakat. Individu dengan jenis pekerjaan yang membutuhkan
pendidikan, keahlian dan keterampilan tinggi cenderung berada pada kelas sosial atas,
begitupun sebaliknya.

Sebagai contoh, pada masyarakat perkotaan, seseorang yang memiliki jabatan tinggi pada
sebuah perusahaan dan dibayar dengan gaji tinggi cenderung mendapat penghargaan lebih
dan dianggap lebih terpandang sehingga ia dikelompokkan sebagai kelas atas.

Masyarakat yang berbeda mencirikan pembagian kelas sosial yang berbeda pula. Contoh
lainnya, dalam konteks masyarakat perdesaan, luas sawah yang dimiliki individu biasanya
dijadikan dasar penentuan kelas sosial tertentu.

2. Stratifikasi Politik

Faktor politik yang mendasari terbentuknya stratifikasi sosial adalah kekuasaan. Singkatnya,
kekuasaan diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi orang

xxiii
lain dalam mencapai tujuannya. Biasanya, kekuasaan didapatkan oleh individu melalui jabatan
formal. Makin tinggi jabatan individu maka ia akan makin dihormati oleh masyarakat dan
menduduki kelas sosial atas, begitupun sebaliknya.

Sebagai contoh pada sistem demokrasi Indonesia, individu dengan jabatan formal dalam
bidang pemerintahan dikenal dengan sebutan kelas penguasa, diantaranya yaitu presiden,
Menteri, DPR, MPR dan lain sebagainya. Selain jabatan formal, jabatan lainnya yang juga
dihormati oleh masyarakat yaitu kiai agama, kepala suku serta tokoh masyarat yang terkenal.

3. Stratifikasi Status Sosial

Dalam hal ini, pembagian kelas pada masyarakat didasari oleh perbedaan starus berdasarkan
kehormatan. Biasanya, individu yang berasal dari kelas terhormat (kelas atas) akan cenderung
membatasi pergaulan dengan orang dari luar kelasnya.

Contoh stratifikasi status sosial dapat ditemukan pada sistem kasta pada masyarakat india atau
pada status bangsawan pada kerajaan Inggris. Di Indonesia, kita juga mengenal istilah darah
biru, dimana individu berkedudukan tinggi dalam masyarakat karena masih merupakan
keturunan kerajaan Jawa.

xxiv
BAB IV

MOBILITAS SOSIAL
A. Pengertian Mobilitas Sosial

Pernahkah kamu berpikir mengapa terdapat kesenjangan sosial di sekitar kita? Mengapa ada
perbedaan posisi sosial antara si kaya dan si miskin? Mengapa sebagian besar individu
berlomba-lomba untuk mengubah taraf kehidupannya untuk mendapatkan tempat terhormat
dimata masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab melalui
konsep Sosiologi yang dikenal dengan istilah mobilitas sosial

Realitanya pada masyarakat kita terdapat suatu sistem yang dikenal dengan istilah hirarki
sosial, adapun hirarki sosial itu sendiri dapat kita ibaratkan sebagai tangga, terdapat individu-
indivudu tersebar di tingkatan tangga, ada yang sudah berada di tangga atas dan ada yang
masih di tangga bawah, ada pula yang berada di tengah sedang berusaha untuk berpindah
posisi ke puncak tangga.

Nah, para individu/kelompok yang melakukan upaya perpindahan posisi sosial disebut dengan
istilah mobilitas sosial.

Secara alamiah, sebagian besar individu berlomba-lomba merubah posisi sosialnya dan
mencapai puncak hirarki sosial, tujuannya bisa bermacam-macam: ada yang ingin
mendapatkan pengakuan oleh masyarakat luas (status sosial), ada yang ingin keluarganya
dihormati, dan lain sebagainya. Apapun tujuannya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari
mobilitas sosial.

Nah, penting diketahui, mobilitas sosial bukan hanya mengenai hasil perpindahan posisi sosial
menjadi lebih tinggi namun bisa menjadi lebih rendah (mobilitas sosial vertikal), ada pula orang
yang berpindah posisi sosial namun tetap berada pada level/derajat yang sama (mobilitas sosial
horizontal). Contoh lebih lanjut akan dijelaskan pada bagian bentuk dan contoh dari mobilitas
sosial ya.

Istilah mobilitas sosial serta hirarki sosial sangat erat kaitannya dengan istilah meriktorasi.
Meriktorasi digunakan untuk menggambarkan tipe masyarakat dimana kekayaan, pendapatan
dan status sosial didapatkan melalui kompetisi. Artinya, kesempatan setiap individu dalam
mencapai puncak hirarki tidaklah pernah sama.

xxv
Adapun kemampuan seseorang untuk berpindah posisi sosial sangat ditentukan oleh modal
ekonomi, sosial dan budaya. Bagi anak yang berasal dari keluarga mampu, bersekolah di
universitas ternama dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi mungkin adalah hal yang
mudah, namun bagi anak yang bukan berasal dari keluarga berada, bersekolah hingga
tingkatan universitas mungkin hanyalah sekedar angan-angan karena keluarganya hanya
mampu membiayai ia hingga jenjang SMP.

B. Bentuk dan Contoh Mobilitas Sosial


1. Mobilitas Sosial Vertikal

Pernahkah kamu mendengar ada berita yang cukup viral di Indonesia mengenai kisah
perempuan berprestasi bernama Raeni yang merupakan anak tukang becak? Raeni yang
bukan berasal dari keluarga berada dan terpandang di Semarang berhasil dikenal orang
sebagai wisudawan terbaik di Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3.96. Tak selesai
disitu, ia kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 melalui beasiswa LPDP di Universitas
Birmingham di Inggris.

Kisah hidup Raeni dengan jelas menggambarkan adanya fenomena mobilitas sosial vertikal ke
atas / naik. Raeni berhasil mengubah posisi sosial dirinya serta keluarganya menjadi lebih baik
dibandingkan keadaan sebelumnya dengan segala keterbatasan ekonomi yang ada. Meskipun
ayah Raeni berpendidikan rendah dan berprofesi sebagai tukang becak namun Raeni mampu
menempuh jenjang pendidikan tertinggi berkat usaha dan kerja kerasnya hingga akhirnya Raeni
mampu berprofesi sebagai dosen.

Beralih ke contoh selanjutnya, masih ingat mantan ketua DPR RI, Setya Novanto yang terbukti
bersalah dalam kasus korupsi e-KTP? Karena kasus korupsinya tersebut ia dijatuhi hukuman
15 tahun penjara, denda 500 juta dan dicabut hak politiknya selama 5 tahun oleh pengadilan.
Hal yang dialami Setya Novanto dapat kita sebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke bawah /
turun. Dalam hal ini, Setya Novanto telah berpindah posisi sosial menjadi lebih rendah
dibandingkan keadaannya sebelumnya. Ia yang sebelumnya memiliki jabatan terhormat
sebagai ketua DPR kemudian berubah menjadi seorang narapidana dan kehilangan status
sosialnya di mata masyarakat.

Masih berkaitan dengan mobilitas sosial vertikal, ada yang disebut sebagai mobilitas
intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Penjelasannya sebagai berikut:

xxvi
Mobilitas intragenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang terjadi dalam satu
lingkup generasi. Jadi, dampak dari perpindahan posisi yang terjadi hanya dirasakan oleh
individu itu sendiri. Contohnya, seorang siswi SMA yang naik kelas berarti ia telah melakukan
mobilitas intragenerasi naik. Sebaliknya siswi SMA yang nilainya jelek dan turun kelas telah
melakukan mobilitas intragenerasi turun.

Sedangkan mobilitas antargenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang memiliki
dampak lintas generasi. Jadi dengan kata lain, perpindahan posisi sosial seseorang
berpengaruh besar dalam menaikkan atau menurunkan posisi sosial orang lain yang berbeda
generasi. Kisah Raeni yang berhasil berprofesi menjadi dosen dan meningkatkan derajat
keluarganya meskipun ayahnya berprofesi sebagai tukang becak merupakan contoh mobilitas
antargenerasi naik. Adapun pada kisah Setya Novanto, seorang pejabat yang dipenjara karena
kasus korupsi, merupakan contoh mobilitas antargenerasi turun. Keluarga dan anak dari Setya
Novanto yang sebelumnya dipandang terhormat oleh masyarakat berubah status sosialnya
menjadi lebih rendah dimata masyarakat luas.

2. Mobilitas Sosial Horizontal

Dalam mobilitas horizontal, perpindahan posisi sosial individu tidak menjadi lebih tinggi ataupun
lebih rendah, melainkan sejajar seperti pada posisi sosial sebelumnya. Itulah mengapa
dikategorikan horizontal.

Sebagai contoh, seorang guru SMA dipindah tugaskan dari Bandung ke Jakarta. Guru tersebut
tergolong mengalami mobilitas sosial horizontal karena ia hanya berpindah tempat kerja namun
tidak berpindah posisi sosial. Ia tidak mengalami perubahan jabatan menjad lebih tinggi atau
rendah dibandingkan sebelumnya

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong serta memudahkan individu untuk melakukan
mobilitas sosial, yaitu sebagai berikut:

a. Status Sosial

Individu yang memiliki status sosial rendah akan cenderung merasa kurang puas dan akan
melakukan proses mobilitas sosial guna mendapatkan status sosial yang lebih tinggi.

Situasi ekonomi

xxvii
Keadaan ekonomi yang baik dapat mendorong individu untuk melakukan mobilitas sosial,
misalnya membuka bisnis, dsb.

b. Situasi Politik

Keadaan politik yang baik akan memberikan masyarakat kesempatan untuk melakukan
mobilitas. Misal dalam negara demokrasi, individu diberi banyak kebebasan dalam kehidupan
dan menentukan nasibnya sendiri.

c. Situasi sosial budaya

Kondisi sosial budaya pada suatu wilayah dapat terlihat dari karakteristik penduduknya. Apabila
karakteristik penduduk terbuka terhadap perubahan maka akan memudahkan individu untuk
melakukan kegiatan mobilitas sosial.

d. Kondisi Geografis

Secara geografis, wilayah perkotaan akan menarik lebih banyak individu untuk melakukan
mobilitas sosial karena dianggap lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan.

e. Latar Belakang Etnisitas

Pada beberapa etnis tertentu, seorang anak diharuskan untuk pergi merantau ke wilayah lain
dan melakukan mobilitas sosial.

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat individu untuk melakukan mobilitas sosial,
yaitu sebagai berikut:

a) Perbedaan kepentingan
Kompetisi atau persaingan dalam melakukan mobilitas sosial vertikal antar satu individu dengan
yang lainnya menunjukkan adanya perbedaan kepentingan. Apabila perbedaan kepentingan
yang tidak bisa dikelola maka akan menghambat individu untuk melakukan perpindahan posisi
sosial menjadi lebih baik.
b) Diskriminasi suku, etnisitas, ras dan agama
Adanya diskriminasi atau pembatasan sosial dapat membuat individu dengan latar belakang
suku, etnisitas, ras dan agama minoritas mengalami kesulitan untuk melakukan mobilitas sosial
vertikal naik.

xxviii
c) Diskriminasi gender
Pada masyarakat tertentu yang kental dengan budaya patriarki (didominasi oleh laki-laki) akan
cenderung merugikan perempuan dalam melakukan mobilitas sosial. Dalam hal ini, terdapat
lebih sedikit kesempatan bagi perempuan dalam mencari pekerjaan atau menduduki posisi
tinggi dalam suatu organisasi yang menyebabkan perempuan sulit melakukan perpindahan
status sosial.
d) Kemiskinan
Keterbatasan ekonomi seorang individu dapat menghambat dirinya untuk mencapai status
sosial tertentu yang lebih dihormati oleh masyarakat luas.

Saluran Mobilitas Sosial

Terdapat beberapa saluran yang memungkinakan individu untuk melakukan mobilitas sosial,
yaitu sebagai berikut:

1. Institusi Pendidikan
Tingkat pendidikan dianggap sebagai faktor penting yang dapat meningkatkan status
sosial seseorang. Institusi pendidikan dimaksud bukan hanya pendidikan formal, namun
juga informal dan non-formal. Sebagai contoh, sekolah dan universitas merupakan
institusi pendidikan yang berperan sebagai saluran mobilitas vertikal bagi seseorang
yang ingin mendapatkan pekerjaan yang mapan dan meningkatkan taraf kehidupannya.
2. Institusi Keagamaan
Tempat-tempat keagamaan memungkinkan orang untuk melakukan mobilisasi sosial.
Seorang pemuka agama seperti seorang Ustad atau Pastor dipandang sebagai orang
yang berkedudukan tinggi dan dihormati oleh masyarakat.
3. Organisasi Politik
Organisasi politik seperti partai politik merupakan saluran yang memungkinkan individu
untuk melakukan mobilitas sosial vertikal. Para tokoh-tokoh politik cenderung dipandang
memiliki status sosial yang tinggi dimata para pendukungnya serta masyarakat luas.
4. Organisasi Ekonomi
Dalam hal ini organisasi ekonomi sebagai saluran mobilitas sosial dapat merujuk pada
suatu perusahaan. Individu yang bekerja pada perusahaan dapat melakukan mobilitas

xxix
sosial karena perusahaan memungkinkan orang untuk saling berkompetisi menduduki
jabatan tertentu dan merubah status sosialnya.
5. Organisasi Keahlian
Hampir sama dengan institusi pendidikan, organisasi keahlian sepert Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) memungkinkan orang untuk mendapatkan status sosial tertentu dan
mendapat pengakuan dari masyarakat.
6. Akademi Militer
Akademi militer merupakan saluran mobilitas yang dapat mendorong individu untuk
melakukan perpindahan posisi sosial dengan cara mencapai pangkat kemiliteran
tertentu.
7. Ikatan Pernikahan
Seorang individu dapat merubah nasib dirinya dan memperoleh status sosial tertentu
dengan menjalin ikatan pernikahan dengan pasangan yang memiliki status sosial tinggi
dari dirinya.

Konsumsi Budaya

Dengan mengkonsumsi produk seperti pakaian rancangan desainer ternama dan barang-
barang mewah, seseorang dapat memperoleh status sosial yang tinggi dimata masyarakat.

Dampak Mobilitas Sosial

(+) Dampak Positif

Mendorong individu untuk berusaha memperbaiki kehidupan;

Mempercepat perubahan sosial masyarakat menjadi lebih maju;

Mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat.

(-) Dampak Negatif

Menimbulkan konflik sosial antar individu yang berbeda kelas, antar kelompok yang berbeda
latar belakang suku, etnisitas, ras dan agama serta konflik antar generasi;

Berkurangnya solidaritas dan ikatan sosial antar kelompok masyarakat;

Menimbulkan kompetisi yang timpang;

xxx
Menimbulkan gejala psikologis seperti kecemasan dan ketakutan.

xxxi
BAB V

KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

1. KESIMPULAN
Artikel ini menjelaskan tentang sosiologi secara meluas. Sosiologi tidak hanya memiliki
arti dari bahasa latin tetapi juga berarti pengetahuan tentang hidup bermasyarakat atau
hubungan antara masyarakat. Tokoh-tokoh sosiologi yang biasa kita dengar ternyata tidak
hanya itu saja tokoh sosiologi tetapi masih banyak lagi yang belum kita ketahui seperti yang
sudah di jelaskan diatas. Pemahaman tentang status sosial dan stratifikasi sosial hingga
mobilitas sosial sudah dijelaskan diatas. Diharap setelah membaca artikel ini, pembaca untuk
lebih memahami mengenai sosiologi.

xxxii
DAFTAR PUSTAKA
Widianti, Wida. 2009. Sosiologi 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Macionis, John J. 2008. Sociology 12thEdition. Amarika Serikat: Pearson Prentice Hall

Kontributor: Sabrina Burhanudin, S.Sos.


Alumni Sosiologi FISIP UI

Kontributor: Sabrina Burhanudin, S.Sos.


Alumni Sosiologi FISIP U

xxxiii

Anda mungkin juga menyukai