BATIK
Kelas : C ( Malam )
NPM : 16031075
Fakultas : FISIP
Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan yang Maha Esa , karena
atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini di menyajikan rangkuman materi tentang “ SOSIOLOGI
SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI MASYARAKAT DAN
LINGKUNGAN “ yang telah selesai di kerjakan oleh kami.
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-oarang yang
ikut membantu terutama orang tua dalam segi materi dan pada guru kimia yang
telah membimbing kami.
Dan juga kami mohon ma’af sebesar-besarnya karena sebaik-baiknya kami
mengerjakan makalah ini pasti ada kesalahan tapi kami sudah berusaha
semaksimal mungkin.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfa’at bagi orang yang membaca
khususnya kami yang mwmbuatnya. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pembahasan
A. Definisi Sosiologi
1. Berdasarkan Etimologi (Kebahasaan/Asal Kata)
2. Definisi Menurut Para Ahli Sosiologi
B. Sejarah dan Perkembangan Sosiologi
1. Sejarah Kelahiran Sosiologi
2. Perkembangan Sosiologi Setelah Comte
C. Karakteristik Sosiologi
D. Kegunaan Sosiologi dan Peran Sosiolog Dalam Masyarakat
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang
ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang
berjudul Rules of Sociological Method. Dalam buku yang melambungkan
namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah dan
teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial.
Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide). Angka bunuh diri dalam masyarakat
yang cenderung konstan dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari luar individu.
Dalam suatu jenis bunuh diri yang dinamakan altruistic suicide disebabkan
oleh derajat integrasi sosial yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer,
dapat saja seorang anggota mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan
satuannya. Sebaliknya, dalam masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah,
akan mengakibatkan terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide).
B. Pembahasan
Perintis sosiologi yang lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan
Weber berbeda dari Durkheim yang lebih menekankan pada penggunaan
metodologi dan teknik-teknik pengukuran kuantitatif dari pengaruh faktor-faktor
eksternal individu. Wever lebih menekankan pada pemahaman di tingkat makna
dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal individu. Misalnya
tentang tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan perilaku individu yang
diorientasikan kepada pihak lain, tetapi bermakna subjektif bagi actor atau
pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu tindakan hanya dimengerti oleh
pelakukunya. Tugas sosiologi adalah mencari penjelasan tentang makna subjektif
dari tindakan-tindakan sosial yang dilakukan oleh individu.
BAB II
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI
MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
A. Definisi Sosiologi
1. Berdasarkan Etimologi (Kebahasaan/Asal Kata)
Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya
”kawan” atau ”teman” dan logos, yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau ”ilmu”.
Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Dalam hal ini, kawan
memiliki arti yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari-hari, yang mana
kawan hanya digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua orang atau lebih
yang berusaha atau bekerja bersama. Kawan dalam pengertian ini merupakan
hubungan antar-manusia, baik secara individu maupun kelompok, yang meliputi
seluruh macam hubungan, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan,
baik yang menuju kerpada bentuk kerjasama maupun yang menuju kepada
permusuhan. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia
yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam masyarakat
disebut hubungan sosial.
C. Karakteristik Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi memiliki sifat hakikat atau karakteristik sosiologi:
1. Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora
2. Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi berbicara
apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan mempersoalkan baik-
buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan agama atau
pendidikan moral.
3. Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan untuk
menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia dalam
masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.
4. Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan
terapan (applied science)
5. Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat teoritis. Dalam hal ini
sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara
logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga menjadi
teori.
D. Kegunaan Sosiologi dan Peran Sosiolog Dalam Masyarakat
Sosiologi dipelajari untuk apa? Dengan pertanyaan lain mengapa kita belajar
sosiologi? Sebenarnya di mana dan sebagai apa seorang sosiolog dapat berkiprah,
tidak mungkin dapat dibatasi oleh sebutan-sebutan dalam administrasi okupasi
(pekerjaan/mata pencaharian) resmi yang dileluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Di beberapa negara telah muncul pengakuan terhadap sumbangan dan
peran sosiolog di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.
Horton dan Hunt (1987) menyebutkan beberapa profesi yang pada umumnya
diisi oleh para sosiolog: (1) ahli riset, baik itu riset ilmiah (dasar) untuk
perkembangan ilmu pengetahuan ataupun riset yang diperlukan untuk kepentingan
industri (praktis), (2) konsultan kebijakan, khususnya untuk membantu untuk
memprediksi pengaruh sosial dari suatu kebijakan dan/atau pembangunan, (3)
sebagai teknisi atau sosiologi klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan dalam masyarakat, (4) sebagai
pengajar/pendidik, dan (5) Sebagai pekerja sosial (social worker).
Di luar profesi yang disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut, tentu masih
banyak profesi yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Banyak bukti
menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat keilmuannya yang selalu
berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi banyak yang berkarier
cemerlang di berbagai bidang yang menuntut kreativitas, misalnya dunia
jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog sering berpeluang menonjol dalam
karier karena kelebihannya dalam dalam visinya atas nasib rakyat.
Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, keterlibatan
para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin penting dan sangat
diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menuntut
penyesuaian dari segenap komponen masyarakat yang menuntut kemampuan
mengantisipasi keadaan baru. Para sosiolog pada umumnya unggul dalam hal
penelitian sosial, sehingga perannya sangat diperlukan.
BAB III
INTERAKSI SOSIAL
A. Pengertian
Kata Interaksi berasal dari kata ”inter” yang artinya ”antar ” dan ”aksi ” yang
artinya tindakan. Interaksi berarti antar-tindakan. Kata sosial berasal dari
”socious” yang artinya teman/kawan, yaitu hubungan antar-manusia. Interaksi
sosial terjadi ketika ada seseorang atau kelompok orang melakukan suatu tindakan
kemudian dibalas oleh pihak lain (individu atau kelompok) dengan perilaku/atau
tindakan tertentu.
Proses berlangsungnya interaksi dapat digambarkan sebagai berikut,
1. Ada dua orang atau lebih
2. Terjadi kontak sosial (hubungan sosial)
3. Terjadi komunikasi sosial (penyampaian pesan/informasi menggunakan simbol-
simbol)
4. Terjadi reaksi atas komunikasi
5. Terjadi hubungan timbal-balik yang dinamik di antara individu dan/atau
kelompok dalam masyarakat
Berdasarkan proses tersebut, dapat diketahui bahwa ada dua syarat utama
terjadinya interaksi sosial, yaitu kontak dan komunikasi sosial. Kontak adalah
hubungan yang terjadi di antara dua individu/kelompok. Kontak dapat berupa
kontak fisik, misalnya dua orang bersenggolan atau bersentuhan, dapat juga
nonfisik, misalnya tatapan mata di antara dua orang yang saling bertemu.
Sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi
dari suatu pihak (individu atau kelompok) kepada pihak lain (individu atau
kelompok) menggunakan simbol-simbol. Simbol dalam komunikasi dapat berupa
apa saja yang oleh penggunanya diberi makna tertentu, bisa berupa kata-kata,
benda, suara, warna, gerakan anggota badan/isyarat.
Sebagaimana pengertian simbol yang dikemukakan oleh Ahli Antropologi
Amerika Serikat bernama Leslie White, dalam The Evolution of Culture (1959) ,
bahwa simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka
yang mempergunakannya. Nilai dan makna tersebut tidak ditentukan oleh sifat-
sifat yang secara intrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya.
Proses komunikasi dinyatakan berhasil apabila simbol-simbol yang digunakan
dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat, baik komunikator (pihak yang
menyampaikan pesan) dan komunikan (pihak yang menerima pesan). Kontak dan
komunikasi sebagai syarat utama terjadinya interaksi sosial dapat berlangsung
secara primer maupun sekunder. Kontak atau komunikasi primer adalah yang
berlangsung secara tatap muka (face to face), sedangkan kontak atau komunikasi
sekunder dibedakan menjadi dua macam, yaitu langsung dan tidak langsung.
Kontak/komunikasi sekunder langsung terjadi melalui media komunikasi, seperti
surat, e-mail, telepon, video call, chating, dan semacamnya, sedangkan
kontak/komunikasi sekunder tidak langsung terjadi melalui pihak ketiga.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah sosiologi menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian berkat
jasa dari Herbert Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul
Principles of Sociology (1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian
masyarakat. Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895
seorang ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang
berjudul Rules of Sociological Method.
Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan
tentang pentingnya metodologi ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam
sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide).
Angka bunuh diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun,
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu.
B. Saran
Kami selaku penyusun, menyadari masih banyak kekurangan dari isi
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran dari semua
pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.