Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRODUK INDONESIA

BATIK

Nama : MAGDALENA LENAMA

Kelas : C ( Malam )

NPM : 16031075

Fakultas : FISIP

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA


SURABAYA

MAKALAH SOSIOLOGI " SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG


MEMPELAJARI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN "
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan yang Maha Esa , karena
atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini di menyajikan rangkuman materi tentang “ SOSIOLOGI
SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI MASYARAKAT DAN
LINGKUNGAN “ yang telah selesai di kerjakan oleh kami.
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-oarang yang
ikut membantu terutama orang tua dalam segi materi dan pada guru kimia yang
telah membimbing kami.
Dan juga kami mohon ma’af sebesar-besarnya karena sebaik-baiknya kami
mengerjakan makalah ini pasti ada kesalahan tapi kami sudah berusaha
semaksimal mungkin.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfa’at bagi orang yang membaca
khususnya kami yang mwmbuatnya. Amin.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pembahasan

BAB II SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI


MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

A. Definisi Sosiologi
1. Berdasarkan Etimologi (Kebahasaan/Asal Kata)
2. Definisi Menurut Para Ahli Sosiologi
B. Sejarah dan Perkembangan Sosiologi
1. Sejarah Kelahiran Sosiologi
2. Perkembangan Sosiologi Setelah Comte
C. Karakteristik Sosiologi
D. Kegunaan Sosiologi dan Peran Sosiolog Dalam Masyarakat

BAB III INTERAKSI SOSIAL


A. Pengertian
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
C. Berbagai Macam Norma Dalam Masyarakat
D. Bentuk Interaksi Sosial
E. Interaksi Sosial dan Pembentukan Keteraturan Sosial

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang
ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang
berjudul Rules of Sociological Method. Dalam buku yang melambungkan
namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah dan
teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial.
Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide). Angka bunuh diri dalam masyarakat
yang cenderung konstan dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari luar individu.

Dalam suatu jenis bunuh diri yang dinamakan altruistic suicide disebabkan
oleh derajat integrasi sosial yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer,
dapat saja seorang anggota mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan
satuannya. Sebaliknya, dalam masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah,
akan mengakibatkan terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide).

B. Pembahasan
Perintis sosiologi yang lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan
Weber berbeda dari Durkheim yang lebih menekankan pada penggunaan
metodologi dan teknik-teknik pengukuran kuantitatif dari pengaruh faktor-faktor
eksternal individu. Wever lebih menekankan pada pemahaman di tingkat makna
dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal individu. Misalnya
tentang tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan perilaku individu yang
diorientasikan kepada pihak lain, tetapi bermakna subjektif bagi actor atau
pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu tindakan hanya dimengerti oleh
pelakukunya. Tugas sosiologi adalah mencari penjelasan tentang makna subjektif
dari tindakan-tindakan sosial yang dilakukan oleh individu.
BAB II
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI
MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

A. Definisi Sosiologi
1. Berdasarkan Etimologi (Kebahasaan/Asal Kata)
Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya
”kawan” atau ”teman” dan logos, yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau ”ilmu”.
Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Dalam hal ini, kawan
memiliki arti yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari-hari, yang mana
kawan hanya digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua orang atau lebih
yang berusaha atau bekerja bersama. Kawan dalam pengertian ini merupakan
hubungan antar-manusia, baik secara individu maupun kelompok, yang meliputi
seluruh macam hubungan, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan,
baik yang menuju kerpada bentuk kerjasama maupun yang menuju kepada
permusuhan. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia
yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam masyarakat
disebut hubungan sosial.

2. Definisi Menurut Para Ahli Sosiologi


Secara umum sosiologi dapat diberi batasan sebagai studi tentang
kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat. Berikut dikemukakan
definisi sosiologi dari beberapa ahli sosiologi.
a) Van der Zanden memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah
tentang interaksi antar-manusia.
b) Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan antar-manusia dalam kelompok.
c) Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
(1)hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala sosial,
misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya, (2) hubungan dan
pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya
pengaruh iklim terhadap watak manusia, pengaruh kesuburan tanah terhadap pola
migrasi, dan sebagainya, dan (3) ciriciri umum dari semua jenis gejala sosial yang
terjadi dalam masyarakat
d) Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam bukunya yang berjudul
Setangkai Bunga Sosiologi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat
ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial merupakan jalinan atau konfigurasi
unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok
sosial, kelas-kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial
maupun nilai dan norma sosial. Proses sosial merupakan hubungan timbal-balik di
antara unsur-unsur atau bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui
interaksi antar-warga masyarakat dan kelompok-kelompok.

B. Sejarah dan Perkembangan Sosiologi


1. Sejarah Kelahiran Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi masih cukup muda, bahkan paling muda di antara
ilmu-ilmu sosial yang lain. Tokoh yang oleh banyak pihak dianggap sebagai
Bapak Sosiologi adalah Auguste Comte, seorang ahli filsafat dari Perancis yang
lahir pada tahun 1798 dan meninggal pada tahun 1853.
Walaupun sebenarnya pada akhir abad pertengahan adalah Ibnu Khaldun
(1332-1406), yang mengemukakan tentang beberapa prinsip pokok untuk
menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah. Menurut
beberapa sosiolog, Ibnu Khaldun lah yang lebih tepat sebagai Bapak Sosiologi,
karena jauh sebelum Comte ia telah mengemukakan tentang prinsip-prinsip
sosiologi dalam bukunya yang berjudul Muqodimah. Auguste Comte
mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang berjudul Positive
Philoshopy yang terbit pada tahun 1838. Pada waktu itu Comte menganggap
bahwa semua penelitian tentang masyarakat telah mencapai tahap terakhir, yakni
tahap ilmiah, oleh karenanya ia menyarankan semua penelitian tentang
masyarakat ditingkatkan menjadi ilmu yang berdiri sendiri, lepas dari filsafat yang
merupakan induknya. Pandangan Comte yang dianggap baru pada waktu itu
adalah bahwa sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang
sistematis, dan bukan pada kekuasaan serta spekulasi.
Di samping mengemukakan istilah sosiologi untuk ilmu baru yang berasal
dari filsafat masyarakat ini, Comte juga merupakan orang pertama yang
membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ilmu-ilmu lainnya.
Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing
merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya. Tahap pertama dinamakan
tahap theologis, kedua adalah tahap metafisik, dan ketiga adalah tahap positif.
Pada tahap pertama manusia menafsirkan gejala-gelajala di sekelilingnya
secara teologis, yaitu dengan kekuatan adikodrati yang dikendalikan oleh roh,
dewa, atau Tuhan yang Maha Kuasa. Pada tahap kedua manusia mengacu pada
hal-hal metafisik atau abstrak, pada tahap ketiga manusia menjelaskan fenomena-
fenomena ataupun gejala-gejala dengan menggunakan metode ilmiah, atau
didasarkan pada hukum-hukum ilmiah. Di sinilah sosiologi sebagai penjelasan
ilmiah mengenai masyarakat. Dalam sistematika Comte, sosiologi terdiri atas dua
bagian besar, yaitu: (1) sosiologi statik, dan (2) sosiologi dinamik. Sosiologi statik
diibaratkan dengan anatomi sosial/masyarakat, sedangkan sosiologi dinamik
berbicara tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

2. Perkembangan Sosiologi Setelah Comte


Istilah sosiologi menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian
berkat jasa dari Herbert Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul
Principles of Sociology (1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian
masyarakat. Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895
seorang ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang
berjudul Rules of Sociological Method.
Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan
tentang pentingnya metodologi ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam
sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide).
Angka bunuh diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun,
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu. Dalam suatu jenis bunuh
diri yang dinamakan altruistic suicide disebabkan oleh derajat integrasi sosial
yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer, dapat saja seorang anggota
mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan satuannya.
Sebaliknya, dalam masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah,
akan mengakibatkan terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Derajat
integrasi sosial yang rendah dapat disebabkan oleh lemahnya ikatan agama
ataupun keluarga. Seseorang dapat saja melakukan bunuh diri karena tidak tahan
menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh, di lain sisi ia merasa tidak
mempunyai ikatan apapun dengan anggota keluarga atau masyarakat yang lain.
Pada masyarakat yang dilanda kekacauan, anggota-anggota masyarakat yang
merasa bingung karena tidak adanya norma-norma yang dapat dijadikan pedoman
untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan hidupnya, dapat saja melakukan bunuh diri
jenis anomie (anomic suicide). Berbagai macam jenis bunuh diri ini, oleh
Durkheim dinyatakan sebagai peristiwa yang terjadi bukan karena faktor-faktor
internal individu, melainkan dari pengaruh faktorfaktor eksternal individu, yang
disebut fakta sosial..
Banyak pihak kemudian mengakui bahwa Durkheim sebagai ”Bapak
Metodologi Sosiologi”. Durkheim bukan saja mampu melambungkan
perkembangan sosiologi di Perancis, tetapi bahkan berhasil mempertegas
eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilimiah (sains) yang
terukur, dapat diuji, dan objektif. Menurut Durkheim, tugas sosiologi adalah
mempelajari apa yang disebut fakta sosial. Fakta sosial adalah cara-cara bertindak,
berfikir, dan berperasaan yang berasal dari luar individu, tetapi memiliki kekuatan
memaksa dan mengendalikan individu. Fakta sosial dapat berupa kultur, agama,
atau isntitusi sosial.
Perintis sosiologi yang lain adalah Max Weber. Pendekatan yang
digunakan Weber berbeda dari Durkheim yang lebih menekankan pada
penggunaan metodologi dan teknik-teknik pengukuran kuantitatif dari pengaruh
faktor-faktor eksternal individu. Wever lebih menekankan pada pemahaman di
tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal
individu. Misalnya tentang tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan perilaku
individu yang diorientasikan kepada pihak lain, tetapi bermakna subjektif bagi
aktor atau pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu tindakan hanya dimengerti
oleh pelakukunya.

C. Karakteristik Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi memiliki sifat hakikat atau karakteristik sosiologi:
1. Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora
2. Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi berbicara
apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan mempersoalkan baik-
buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan agama atau
pendidikan moral.
3. Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan untuk
menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia dalam
masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.
4. Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan
terapan (applied science)
5. Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat teoritis. Dalam hal ini
sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara
logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga menjadi
teori.
D. Kegunaan Sosiologi dan Peran Sosiolog Dalam Masyarakat
Sosiologi dipelajari untuk apa? Dengan pertanyaan lain mengapa kita belajar
sosiologi? Sebenarnya di mana dan sebagai apa seorang sosiolog dapat berkiprah,
tidak mungkin dapat dibatasi oleh sebutan-sebutan dalam administrasi okupasi
(pekerjaan/mata pencaharian) resmi yang dileluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Di beberapa negara telah muncul pengakuan terhadap sumbangan dan
peran sosiolog di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.
Horton dan Hunt (1987) menyebutkan beberapa profesi yang pada umumnya
diisi oleh para sosiolog: (1) ahli riset, baik itu riset ilmiah (dasar) untuk
perkembangan ilmu pengetahuan ataupun riset yang diperlukan untuk kepentingan
industri (praktis), (2) konsultan kebijakan, khususnya untuk membantu untuk
memprediksi pengaruh sosial dari suatu kebijakan dan/atau pembangunan, (3)
sebagai teknisi atau sosiologi klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan dalam masyarakat, (4) sebagai
pengajar/pendidik, dan (5) Sebagai pekerja sosial (social worker).
Di luar profesi yang disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut, tentu masih
banyak profesi yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Banyak bukti
menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat keilmuannya yang selalu
berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi banyak yang berkarier
cemerlang di berbagai bidang yang menuntut kreativitas, misalnya dunia
jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog sering berpeluang menonjol dalam
karier karena kelebihannya dalam dalam visinya atas nasib rakyat.
Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, keterlibatan
para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin penting dan sangat
diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menuntut
penyesuaian dari segenap komponen masyarakat yang menuntut kemampuan
mengantisipasi keadaan baru. Para sosiolog pada umumnya unggul dalam hal
penelitian sosial, sehingga perannya sangat diperlukan.

BAB III
INTERAKSI SOSIAL

A. Pengertian
Kata Interaksi berasal dari kata ”inter” yang artinya ”antar ” dan ”aksi ” yang
artinya tindakan. Interaksi berarti antar-tindakan. Kata sosial berasal dari
”socious” yang artinya teman/kawan, yaitu hubungan antar-manusia. Interaksi
sosial terjadi ketika ada seseorang atau kelompok orang melakukan suatu tindakan
kemudian dibalas oleh pihak lain (individu atau kelompok) dengan perilaku/atau
tindakan tertentu.
Proses berlangsungnya interaksi dapat digambarkan sebagai berikut,
1. Ada dua orang atau lebih
2. Terjadi kontak sosial (hubungan sosial)
3. Terjadi komunikasi sosial (penyampaian pesan/informasi menggunakan simbol-
simbol)
4. Terjadi reaksi atas komunikasi
5. Terjadi hubungan timbal-balik yang dinamik di antara individu dan/atau
kelompok dalam masyarakat
Berdasarkan proses tersebut, dapat diketahui bahwa ada dua syarat utama
terjadinya interaksi sosial, yaitu kontak dan komunikasi sosial. Kontak adalah
hubungan yang terjadi di antara dua individu/kelompok. Kontak dapat berupa
kontak fisik, misalnya dua orang bersenggolan atau bersentuhan, dapat juga
nonfisik, misalnya tatapan mata di antara dua orang yang saling bertemu.
Sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi
dari suatu pihak (individu atau kelompok) kepada pihak lain (individu atau
kelompok) menggunakan simbol-simbol. Simbol dalam komunikasi dapat berupa
apa saja yang oleh penggunanya diberi makna tertentu, bisa berupa kata-kata,
benda, suara, warna, gerakan anggota badan/isyarat.
Sebagaimana pengertian simbol yang dikemukakan oleh Ahli Antropologi
Amerika Serikat bernama Leslie White, dalam The Evolution of Culture (1959) ,
bahwa simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka
yang mempergunakannya. Nilai dan makna tersebut tidak ditentukan oleh sifat-
sifat yang secara intrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya.
Proses komunikasi dinyatakan berhasil apabila simbol-simbol yang digunakan
dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat, baik komunikator (pihak yang
menyampaikan pesan) dan komunikan (pihak yang menerima pesan). Kontak dan
komunikasi sebagai syarat utama terjadinya interaksi sosial dapat berlangsung
secara primer maupun sekunder. Kontak atau komunikasi primer adalah yang
berlangsung secara tatap muka (face to face), sedangkan kontak atau komunikasi
sekunder dibedakan menjadi dua macam, yaitu langsung dan tidak langsung.
Kontak/komunikasi sekunder langsung terjadi melalui media komunikasi, seperti
surat, e-mail, telepon, video call, chating, dan semacamnya, sedangkan
kontak/komunikasi sekunder tidak langsung terjadi melalui pihak ketiga.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Interaksi sosial baik yang berlangsung antara individu dengan invidu, individu
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, dipengaruhi oleh faktor-
faktor imitasi, identifikasi, sugesti, dan simpati.
1. Imitasi merupakan tindakan meniru pihak lain, dalam hal tindakan dan
penampilan, seperti cara berbicara, cara berjalan, cara berpakaian, dan sebagainya.
Seorang individu melakukan imitasi sejak di lingkungan keluarga, teman
sepermainan, ataupun teman sesekolahan. Meskipun demikian imitasi juga dapat
berlangsung melalui media massa, misalnya televisi, radio, maupun internet.
2. Identifikasi juga merupakan proses meniru, tetapi berbeda dengan imitasi.
Peniruan pada imitasi tidak diikuti dengan pemberian makna yang dalam terhadap
hal-hal yang ditiru, tetapi pada identifikasi diikuti dengan pemberian makna.
Apabila seseorang mengidentifikasikan dirinya terhadap seseorang, maka dapat
diartikan individu tersebut sedang menjadikan dirinya seperti orang lain tersebut,
baik dalam tindakan maupun nilainilai, ideologi atau pandangan hidup tokoh yang
dijadikannya sebagai rujukan/acuan/reference atau panutan.
3. Sugesti merupakan pengaruh yang diterima oleh seseorang secara emosional dari
pihak lain, misalnya pengaruh dari tokoh yang kharismatik, orang pandai, seperti
dukun, paranormal, dokter, guru, tokoh yang menjadi idola, dan lain-lain . Apabila
pengaruh tersebut diterima oleh seseorang berdasarkan pertimbangan rasional,
maka disebut motivasi.
4. Simpati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan diri dalam keadaan
pihak lain. Misalnya seseorang merasa simpati kepada sahabatnya yang sedang
mengalami musibah. Simpati juga dapat diartikan sebagai ketertarikan terhadap
pihak lain karena telah menampilkan tindakan atau perilaku yang sungguh
berkenan di hati. Apabila ketertarikan atau dalam merasakan keadaan orang lain
tersebut diikuti dengan reaksireaksi fisiologis, misalnya meneteskan air mata,
dapat disebut sebagai emphati.

C. Berbagai Macam Norma Dalam Masyarakat


Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat:
1. Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan sanksi yang
sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau
sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas
norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
2. Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara bertindak yang
digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang.
Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai
tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, dst.
3. Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada
filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya
disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras,
penggunaan napza, mencuri, dst.
4. Adat (customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat
mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.
5. Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi
terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan
norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat,
sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas.
Di samping lima macam norma yang telah disebutkan itu, dalam masyarakat
masih terdapat satu jenis lagi yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang
berkaitan dengan estetika atau keindahan, seperti pakaian, musik, arsitektur
rumah, interior mobil, dan sebagainya. Norma jenis ini disebut mode atau fashion.
Fashion dapat berada pada tingkat usage, folkways, mores, custom, bahkan law.

D. Bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial sebagai proses sosial utama mempunyai dua bentuk pokok,
yaitu (1) menjauhkan, dan (2) mendekatkan (Mark L. Knap). Ahli sosiologi lain,
membedakan antara (1) interaksi asosiatif dan (2) disosiatif. Dua macam
pembedaan ini sebenarnya tidaklah berbeda. Interaksi asosiatif merupakan bentuk
interaksi sosial yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau
positif. Interaksi disosiatif merupakan bentuk interaksi yang merusak ikatan
sosial, bersifat menjauhkan atau negatif.
Interaksi sosial asosiatif, meliputi berbagai bentuk kerjasama, akomodasi, dan
asimilasi. Interaksi disosiatif meliputi bentuk-bentuk seperti persaingan/kompetisi,
pertikaian/konflik, dan kontravensi.

E. Interaksi Sosial dan Pembentukan Keteraturan Sosial


Keteraturan sosial terjadi apabila tindakan dan interaksi sosial di antara para
warga masyarakat berlangsung sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Menurut para penganut teori fungsionalisme struktural, meskipun di dalam
masyarakat terdapat unsur-unsur sosial yang saling berbeda, tetapi unsur-unsur
tersebut cenderung saling menyesuaikan sehingga membentuk suatu
keseimbangan (equilibrium) dalam kehidupan sosial. Sedangkan menurut para
penganut teori konflik, keteraturan sosial akan terjadi apabila dalam masyarakat
terdapat unsur sosial yang dominan (menguasai) atau adanya ketergantungan
ekonomi satu terhadap lainnya.
Wujud nyata dari keseimbangan ini adalah keteraturan sosial, yaitu kondisi di
mana cara berfikir, berperasaan dan bertindak serta interaksi sosial di antara para
warga masyarakat selaras (konformis) dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial
yang belaku dalam masyarakat yang besangkutan.
Keteraturan sosial akan tercipta dalam masyarakat apabila:
1. Terdapat sistem nilai dan norma sosial yang jelas. Jika nilai dan norma dalam
masyarakat tidak jelas akan menimbulkan keadaan yang dinamakan anomie
(kekacauan norma).
2. Individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku
3. Individu atau kelompok menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku
4. Berfungsinya sistem pengendalian sosial (social control) berkembangnya
keteraturan sosial dapat dicermati melalui bagan berikut! SOCIAL ORDER
(TERTIB SOSIAL) Suatu sistem atau tatanan nilai dan norma yang diketahui,
diakui dan dipatuhi KEAJEGAN (CONTINUITY) (Keteraturan yang tetap dan
berlangsung terus menerus) POLA SOSIAL (Bentuk umum aktivitas atau
interaksi sosial) Perilaku warga masyarakat dapat diramalkan oleh pihak lain,
sehingga pihak lain tersebut menyesuakan perilakunya KETERATURAN
SOSIAL.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah sosiologi menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian berkat
jasa dari Herbert Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul
Principles of Sociology (1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian
masyarakat. Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895
seorang ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang
berjudul Rules of Sociological Method.
Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan
tentang pentingnya metodologi ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam
sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide).
Angka bunuh diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun,
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu.
B. Saran
Kami selaku penyusun, menyadari masih banyak kekurangan dari isi
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran dari semua
pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai