Anda di halaman 1dari 6

Groupthink Theory

PENGERTIAN GROUPTHINK THEORY

Groupthink adalah jenis pemikiran yang ditunjukkan oleh anggota kelompok yang berusaha untuk
meminimalkan konflik dan mencapai konsensus tanpa pengujian secara kritis, analisis yang tepat, dan mengevaluasi
ide-ide dari luar kelompok. Kreativitas individu, keunikan, dan cara berpikir yang independen menjadi hilang karena
mengejar kekompakan kelompok. Dalam kasus groupthink, anggota kelompok menghindari untuk megutarakan
sudut pandang pribadi di luar zona konsensus berpikir kelompoknya. Motif ini dilakukan anggota kelompok agar
tidak terlihat bodoh, atau keinginan untuk menghindari konflik dengan anggota lain dalam kelompok. Groupthink
dapat menyebabkan suatu kelompok membuat keputusan secara tergesa-gesa dan membuat keputusan yang tidak
rasional. Dalam groupthink, pendapat individu disisihkan karena dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan
kelompok.

Groupthink menurut Irving Janis (1972) adalah, “Istilah untuk keadaan ketika sebuah kelompok membuat
keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki
nilai moral”. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh dalam kelompok yang irrasional,
tetapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok
dengan melakukan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan
diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya
memiliki background yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada
aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.

GROUPTHINK DALAM TRADISI SOSIOKULTURAL

Bagian ini berhubungan dengan dua topik dasar struktur kelompok dan tugas kelompok. Sebagai pekerjaan
kelompok dan tugas kelompok. Sebagai pekerjaan kelompok dengan tugas-tugasnya, sebetulnya ini menciptakan
struktur yang akibatnya pada pengaruh bagaimana mengatur tugas-tugasnya. Dengan kata lain, kedua topik ini
kaitannya sangat erat. Secara spesifik, teori pemikiran kelompok berfokus pada masalah yang paling sering dihadapi
dalam tugas dan keputusan kelompok.

KOHESIVITAS KELOMPOK SEBAGAI DASAR PEMBENTUK DARI GROUPTHINK THEORY

(kohesif menurut KBBI melekat satu dengan yg lainnya)

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins dan Raven,1964). Pada kelompok kohesif para
anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka menjadi mudah melakukan konformitas. Semakin kohesif
sebuah kelompok, semakin mudah anggotanya tunduk pada norma kelompok. Bettingushaus (1973) menunjukkan
bebrapa implikasi komunikasi dalam kelompok yang kohesif :

1. Karena pada kelompok kohesif, devian akan ditentang dengan keras, komunikator akan dengan mudah berhasil
memperoleh dukungan kelompok jika gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota kelompok. Sebaliknya, ia akan
gagal jika ia menjadi satu-satunya devian dalam kelompok.

2. Pada umumnya, kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi persuasi. Ada tekanan ke aarah
uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan tindakan.
3. Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi komunikasi di antara anggota-
anggota kelompok. Anggota biasanya bersedia berdiskusi dengan bebas sehingga saling pengertian akan mudah
diperoleh. Saling pengertian membantu tercapainya perubahan sikap.

4. Dalam situasi pesan tampak merupakan ancaman kepada kelompok, kelompok yang lebih kohesif akan lebih
cenderung menolak pesan dari pihak luar dibandingkan dengan kelompok yang tingkat kohesifitasnya rendah.

5. Dalam hubungannya dengan pernyataan di atas, komunikator dapat meningkatkan kohesivitas kelompok agar
kelompok mampu menolak pesan yang bertentangan.

Dalam kasus groupthink theory tingkat kohesivitas kelompok sudah sangat tinggi sehingga menganngap
bahwa kelompoknya-lah yang paling benar dan mengacuhkan pendapat kelompok lain. Serta suara mayoritas tidak
lagi menjadi pertimbangan untuk membuat keputusan kelompok. Kelompok yang kohesif jauh lebih mungkin untuk
terlibat dalam groupthink . Groupthink akan terjadi apabila kohesivitas tinggi dan kecenderungan untuk mencari
konsensus dalam kelompok-kelompok yang memiliki ikatan erat akan mengakibatkan mereka mengambil keputusan-
keputusan yang inferior. Kelompok-kelompok sering sekali tidak mendiskusikan semua pilihan yang sebenarnya
dapat dipertimbangkan. Serta kelompok sangat selektif dalam menangani informasi.

ASUMSI GROUPTHINK

Dalam hal ini Irving Janis memfokuskan penelitiannya pada Problem-Solving Group dan task-oriented group, yang
mempunyai tujuan utamanya yaitu untuk mengambil keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan akan
solusi-solusi yang ada.

Berikut merupakan 3 asumsi penting dalam Groupthink Theory :

1. Kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas yang tinggi.

Ernest Bormann mengamati bahwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaan yang sama atau investasi
emosional, maka mereka cenderung untuk mempertahankan identitas kelompok. Pemikirian kolektif ini biasanya
menyebabkan sebuah kelompok memiliki hubungan yang baik, tetap bersatu, memiliki semangat kebersamaan dan
memiliki kohesivitas tinggi.

Kohesivitas : batasan dimana anggota-anggota suatu kelompok bersedia untuk bekerja sama. Atau bisa dibilang, rasa
kebersamaan dari kelompok tersebut. Kelompok dimana anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku
anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif.

2. Pemecahan masalah di dalam kelompok pada dasarnya merupakan proses yang terpadu.

Para anggota biasanya berusaha untuk dapat bergaul dengan baik. Dennis Gouran mengamati bahwa kelompok-
kelompok rentan terhadap batasan afiliatif (affiliative constraints), yang berarti bahwa anggota kelompok lebih
memilih untuk menyimpan masukan atau pendapat mereka daripada mengambil risiko pendapat mereka ditolak.
Menurut Gouran, mereka akan cenderung untuk “memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan kelompok da
ripada isu-isu yang sedang dipertimbangkan”. Oleh karena itu, anggota kelompok lebih tertarik mengikuti pemimpin
saat pengambilan keputusan tiba.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.

Usia, sifat kompetitif, ukuran, kecerdasan, komposisi gender gaya kepemimpinan dan latar belakang budaya dari
para anggota kelompok dapat mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam kelompok. Seperti misalnya karna
banyak budaya yang tidak menghargai komunikasi yang terbuka dan ekspresif, beberapa anggota kelompok akan
menarik diri dari perdebatan atau dialog, dan hal ini mungkin dapat membuat anggota kelompok yang lain heran,
serta bisa mempengaruhi persepsi dari para anggota kelompok, baik yang partisipatif ataupun yang nonpartisipatif.
Oleh karena itu, kelompok dan keputusan kelompok dapat menjadi lebih sulit, tetapi biasanya melalui kerja
kelompok, orang dapat mencapai tujuan mereka lebih baik dan efisien.

FAKTOR TERBENTUKNYA GROUPTHINK

 Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas kelompok mendukung terjadinya groupthink. Di dalam kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi
akan lebih antusias mengenai tugas-tugas mereka, dan anggotanya merasa dimampukan untuk melaksanakan tugas-
tugas tambahan, karena kelompok mereka sangat kompak atau kohesif. Walaupun terdapat keuntungannya, tetapi
kelompok yang sangat kohesif juga bisa memberikan tekanan yang besar pada anggota kelompoknya untuk
memenuhi standard kelompok. Dan biasanya anggota kelompok tidak bersedia untuk mengemukakan keberatan
mereka mengenai solusi yang diambil. Maka Irving Janis berpendapat bahwa kohesivitas menuntun kepada
groupthink.

 Faktor Struktural

Karakteristik struktural yang spesifik, atau kesalahan, mendorong terjadinya groupthink. Faktor-faktor ini juga
termasuk isolasi kelompok, kurangnya kepemimpinan imparsial, kurangnya prosedur yang jelas dalam mengambil
keputusan, dan homogenitas latar belakang anggota kelompok.

→ Isolasi kelompok (group insulation)

Merujuk pada keinginan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh pihak di luar kelompok. Padahal ada kemungkinan
bahwa pihak di luar kelompok dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

→ Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership)

Anggota kelompok dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi terhadap hasil akhir. Pemimpin berpendapat
bahwa opini lain akan merugikan rencananya, dan kepemimpinan alternatif ditekan.

→ Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making procedures)

Beberapa kelompok memiliki prosedur untuk mengambil keputusan; kegagalan untuk memiliki norma yang telah
disepakati untuk mengevaluasi suatu masalah dapat menimbulkan groupthink. Jika ada masalah di suatu kelompok,
mereka masih harus mencari penyebabnya dan sejauh apa masalah teresebut.

→ Homogenitas latar belakang (Homogenity of members’ backgrounds)


Tanpa keragaman latar belakang sosial, pengalaman dan ideology akan mempersulit sebuah kelompok untuk
mendebat masalah yang penting.

 Tekanan Kelompok (Group Stress)

Tekanan internal dan eksternal (internal and external stress) yang dialami kelompok dapat menuntun kepada
groupthink. Jika suatu kelompok dalam membuat keputusan sedang mengalami tekanan yang berat – baik
disebabkan oleh dorongan-dorongan dari luar maupun dari dalam kelompok – mereka cenderung tidak dapat
menguasai emosi, sehingga dapat mencari segala cara agar masalah dapat cepat diselesaikan tanpa memikirkan akal
sehat, maka kelompok tersebut sedang menuju groupthink.

GEJALA-GEJALA GROUPTHINK

1. Penilaian Berlebihan terhadap Kelompok / Over estimation of the Group (keyakinan yang keliru, suatu
kelompok lebih dari dirinya yang sebenarnya)

· Ilusi Akan Ketidak rentanan (illusion of invulnerability)

Kelompok ini memiliki keyakinan bahwa mereka cukup istimewa atau hebat untuk mengatasi rintangan-rintangan.
Kelompok ini percaya bahwa mereka tidak terkalahkan.

· Keyakinan akan Moralitas yang Tertanam di dalam Kelompok

Kelompok ini memiliki keyakinan bahwa anggota-anggota kelompoknya bijaksana dan memiliki moral yang baik,
sehingga keputusan yang mereka buat juga akan baik pula. Anggota kelompok ini membersihkan diri dari rasa malu
atau bersalah, walaupun mereka tidak mengindahkan moral dari keputusan mereka.

2. Ketertutupan Pikiran / Closed-Mindedness (tidak mengindahkan pengaruh-pengaruh dari luar terhadap


kelompok)

· Stereotip Kelompok Luar (out group stereotypes)

Kelompok memiliki persepsi stereotip terhadap kelompok lawannya (musuhnya), yaitu menekankan bahwa
kelompok lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh untuk membalas taktik mereka yang ofensif.

· Rasionalisasi Kolektif (collective rationalization)

Situasi dimana kelompok tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang dapat mendorong mereka untuk
mempertimbangkan kembali pemikiran mereka sebelum mereka mencapai keputusan akhir.

3. Tekanan untuk Mencapai Keseragaman / Pressures Toward Uniformity (terjadi ketika para anggota
kelompok berusaha untuk menjaga hubungan baik antar anggota)

· Sensor Diri (self-censorship)


Kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan argumen-argumen yang
menentang terhadap pemikiran mereka. Membungkam pemikiran-pemikiran pribadi yang menentang pemikiran
kelompok dan menggunakan retorika kelompok dapat memperkuat keputusan-keputusan kelompok.

· Ilusi akan Adanya Kebulatan Suara (illusion of unanimity)

Menganggap kalau diam itu artinya setuju. Karna biasanya dalam groupthink anggota mengikuti pemimpin, sehingga
keputusan pemimpin adalah keputusan kelompok, sehingga jika ada anggota yang mempunyai pemikiran yang
berbeda dengan pemimpin, anggota lebih memilih diam, maka disinilah dianggap bahwa tidak ada keberatan, dan
dianggap bahwa ada kebulatan suara kelompok.

· Self-Appointed Mindguards

Anggota-anggota kelompok melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung kelompoknya. Para anggota
tersebut melakukan mindguard, yaitu seperti menyaring aliran informasi yang bertolak belakang terhadap
kelompoknya. Para mindguards yakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan kelompok mereka.

· Tekanan Terhadap Para Penentang (pressures on dissenters)

Tekanan atau pengaruh langsung terhadap anggota-anggota kelompok yang menyumbangkan opini, pendapat,
pandangan, atau komitmen yang berlawanan terhadap opini mayoritas kelompoknya.

DAMPAK NEGATIVE GROUPTHINK

1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.

2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji ulang.

3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali.

4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.

5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota.

6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi
penentangan, sehingga tidak siap melakukan antisipasinya.

7. Sasaran kebijakan tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.

MENCEGAH TERJADINYA GROUPTHINK

 Dibutuhkan adanya supervisi dan kontrol (membentuk komite parlementer)

· Mengembangkan sumber daya untuk memonitor proses pembuatan kebijakan.

· Memberi dukungan akan adanya intervensi.

· Mengaitkan kepentingan nasib dengan nasib anggota lain.


 Mendukung adanya pelaporan kecurangan (suarakan keraguan)

· Hindari menekan kekhawatiran akan keputusan kelompok

· Terus tidak sepakat dan mendebat ketika tidak ada jawaban yang memuaskan

·Pertanyakanasumsi.

 Mengizinkan adanya keberatan (lindungi conscientious objectors)

· Berikan jalan keluar bagi para anggota kelompok

· Jangan menganggap remeh implikasi moral dari sebuah tindakan

· Dengarkan kekhawatiran pribadi anggota akan isu-isu etis di kelompok

 Menyeimbangkan consensus dan suara terbanyak (mengubah pilihan pengaturan peraturan)

· Kurangi tekanan kepada anggota kelompok yang berada pada posisi minoritas

· Mencegah terjadinya subkelompok (peer group)

· Memperkenalkan pendekatan yang mendukung banyak pendapat dalam pengambilan

keputusan

KESIMPULAN

Singkatnya tentang groupthink, terjadi manakala ada semacam konvergenitas pikiran, rasa, visi, dan nilai-nilai di
dalam sebuah kelompok menjadi sebuah entitas kepentingan kelompok, dan orang-orang yg berada dalam kelompok
itu dilihat tidak sebagai individu, tetapi sebagai representasi dari kelompoknya. Apa yang dipikirkan, dirasa, dan
dilakukan adalah kesepakatan satu kelompok. Tidak sedikit keputusan-keputusan yang dibuat secara groupthink itu
yang berlawanan dengan hati nurani anggotanya, maupun orang lain di luarnya. Namun mengingat itu kepentingan
kelompok, maka mau tidak mau semua anggota kelompok harus kompak mengikuti arah yang sama agar tercapai
suatu kesepakatan bersama.

Anda mungkin juga menyukai