Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Filsafat ilmu sosial humaniora


D
I
S
U
S
U
N
Oleh;
-BAYU
-IKHSAN
-NUR HIDAYAH RASYID
-NUR AZIZAH
-NURUL SYAHRINI ISMAIL
-NABILA SAPUTRI

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikankemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis.sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Filsafat Ilmu Sosial dan Humaniora

tepat pada waktunya.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hamba tanakan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada
penulis dalam pengerjaan makalahini
.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Makadari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian

Pekkabata,23 januari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................4
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................................6
1.4. Manfaat Penulisan................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7
2.1 Pengertian Ilmu Sosial humaniora........................................................................7
2.1.1 Ciri Ciri Khas Ilmu Ilmu humaniora..................................................................9
KESIMPULAN...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan ilmu pengetahuan dewasa ini menjadi sangat penting. Ilmu
pengetahuan yang pada mulanya hanya berkepentingan terhadap pengetahuan yang
sifatnya benar secara menyeluruh meliputi segala sesuatu yang telah ada, kini mulai
berkembang dengan sangat pesat. Adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya secara kompleks berdasarkan kodrat manusia yang memang selalu ingin tahu
tentang segala sesuatu, pada akhirnya melahirkan ilmu-ilmu baru yang semakin lama
semakin plural. Pemahaman tentang pluralitas dari ilmu pengetahuan itu sendiri baik dari
segi jenis dan sifat, kemudian memunculkan cara-cara untuk menempuh ilmu
pengetahuan tersebut. Karena hampir semua jenis ilmu dan sifatnya ditentukan oleh
objek ilmu pengetahuan tersebut, maka cara-cara yang dapat ditempuh yaitu dengan
melihat objek formal dan objek materi. Dalam makalah ini akan dipaparkan lebih jauh
mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan menurut objek materinya, yaitu ilmu sosial dan
humaniora, pemisahan metodologis ilmu menurut Wilhelm Dilthey, dan hermeneutika,

Manusia adalah makhluk sosial. Tentunya, sebagai mahluk sosial, manusia selalu
dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah
terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-
hubungannya dengan sesama manusia lainnya.

Problem sosial pada setiap masyarakat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat perkembangan kebudayaan dan kondisi
lingkungan alamnya. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud dalam masalah moral,
masalah politik, masalah agama dan masalah lainnya.

Dengan adanya permasalah-permasalahan tersebut timbullah teori-teori sosial,


yang pada akhirnya terbentuklah ilmu-ilmu sosial. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam
yang kemajuannya sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini
disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial adalah manusia sebagai makhluk
multidimensional.

4
1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengertian dan ciri khas dari ilmu sosial humaniora?

b. Bagaimana cara kerja dari ilmu sosial humaniora?

c. Bagaimana perbedaan antara ilmu alam dengan ilmu sosial humaniora? D.


Bagaimana pandangan Wilhelm Dilthey tentang pemisahan metodologis
ilmu?

d. Bagaimana pendekatan hermeneutis dalam ilmu sosial humaniora?

5
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalaha.

A.Mengetahui pengertian dan ciri khas dari ilmu sosial humaniora. b.

B.Mengetahui cara kerja dari ilmu sosial humaniora.c.

C.Mengetahui perbedaan antara ilmu alam dengan ilmu sosial humaniora.d.

D.Mengetahui pandangan Wilhelm Dilthey tentang pemisahan metodologis ilmu.e.

E.Mengetahui pendekatan hermeneutis dalam ilmu sosial humaniora.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalaha.

A.Untuk mengetahui pengertian dan ciri khas dari ilmu sosial humaniora. b.

B.Untuk mengetahui cara kerja dari ilmu sosial humaniora.c.

C.Untuk mengetahui perbedaan antara ilmu alam dengan ilmu sosial humaniora.d.

D.Untuk mengetahui pandangan Wilhelm Dilthey tentang pemisahan metodologis ilmu.e.

E.Untuk mengetahui pendekatan hermeneutis dalam ilmu sosial humaniora

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Sosial himanuera

Ilmu pengetahuan dalam dinamikanya dapat diklasifikasi menjadi beberapa


kategori. Menurut Taufik Abdullah (2006, hlm. 33-34), ilmu terbagi dalam dua kategori
besar yaitu ilmu eksakta dan noneksakta. Khusus ilmu noneksakta dipilah menjadi dua,
yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial. Ilmu yang berkaitan dengan filsafat, sastra, seni,
dan bahasa dikategorikan dalam ilmu humaniora, sedangkan di luar itu adalah ilmu
sosial. Pendapat serupa disampaikan Helius Syamsudin (2007, hlm. 272), bahwa
pengetahuan manusia (human knowledge) umumnya dapat diklasifikasikan atas tiga
kelompok besar, yaitu ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social
sciences), dan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities), Ilmu alamiah mengkaji lingkungan
hidup manusia, ilmu sosial mengkaji manusia dalam hubungannya dengan manusia-
manusia lainnya, dan ilmu-ilmu kemanusiaan mengkaji manivestasi-manivestasi
(eksistensi) kejiwaan manusia.

Sebagaimana disinggung di atas, bahwa ilmu-ilmu sosial adalah ilmu yang


mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya. Definisi
serupa disampaikan Taufik Abdullah (2006, hlm. 31), ilmu sosial adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sedangkan Dadang Supardan
(2008, hlm. 34-35) menyampaikan ilmu sosial (social science) adalah ilmu yang
mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Jadi yang dimaksud
ilmu-ilmu sosial (social sciences) adalah kelompok disiplin ilmu yang mempelajari
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sesamanya.

Obyek material dari studi ilmu-ilmu sosial adalah berupa tingkah laku dalam
tindakan yang khas manusia, ia bersifat bebas dan tidak bersifat deterministik, ia
mengandung: pilihan, tanggung jawab, makna, pernyataan privat dan internal, konvensi,
motif dan sebagainya (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007, hlm. 4), Aktivitas manusia
tersebut termasuk berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam menjalin hubungan sosial
diantara sesamanya dan bersifat kondisionalitas. Dengan kata lain obyek tersebut sebagai
gejala sosial. Gejala sosial memiliki karakteristik fisik namun diperlukan penjelasan yang
lebih dalam untuk mampu menerangkan gejala tersebut, sebab tidak hanya mencakup
fisik tetapi juga aspek sosiologis, psikologis, maupun kombinasi herbagai aspek.

7
Menurut Wallerstein (dalam Dadang Supardan, 2008, hlm. 34) yang termasuk
disiplin ilmu sosial adalah sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, psikologi, ilmu
politik, dan hukum. Sedangkan menurut Robert Brown dalam karyanya Explanation in
Social, ilmu-ilmu sosial meliputi: sosiologi, ekonomi, sejarah, demografi, ilmu politik,
dan psikologi (Taufik Abdullah, 2006, hlm. 33). Meskipun terdapat perbedaan pendapat
tentang apa yang disebut ilmu sosial, namun semuanya mengarah kepada pemahaman
yang sama, bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial
dalam kehidupan bersama. Ilmu sosial dalam perkembangannya kemudian lahir berbagai
spesialisasi disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu komunikasi, studi gender, dan lain-
lainnya.

Secara umum ilmu pengetahuan yang termasuk dalam kelompok disiplin ilmu-
ilmu sosial adalah

1. Sosiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dalam


hubungan- hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut (interaksi sosial,
kelompok sosial, gejala-gejala sosial, organisasi sosial, struktur sosial, proses sosial
maupun perubahan sosial) (Soerjono Soekanto, 2006, him. 17-21).

2. Antropologi adalah studi tentang manusia yang berusaha menyusun


generalisasi yang bermanfaat tentang umat manusia dan perilakunya, dan untuk
memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia (Koentjaraningrat. 1986, hlm. 1-2)

3. Ilmu Geografi adalah the science of places, concerned with qualities an


potentialities of countries (Vidal dela Blache dalam Dadang Supardan, 2008, hlm. 227).
Dalam pandangan ilmuwan geografi, secara sederhana geografi merupakan disiplin
akademik yang terutama berkaitan dengan penguraian dan pemahaman atas perbedaan-
perbedaan kewilayahan dalam distribusi lokasi di permukaan bumi, fokusnya pada
lingkungan, tata ruang, dan tempat.

4. Ilmu Sejarah adalah ilmu yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang
segala sesuatu yang telah dialami (termasuk yang diucapkan, dipikirkan dan
dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih dapat
ditelusuri/diketemukan masa sekarang. (Widja, 1988, hlm. 8)

5. Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya dalam mencapai kemakmuran yang diharapkan, dengan memilih.
penggunaan sumber daya produksi yang sifatnya terbatas (Samuelson dan Nordhaus,
1990,

hlm. 5). 6. Psikologi adalah ilmu mengenai proses perilaku dan proses mental
(Dadang Supardan, 2008, hlm. 425).

7. Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah kekuasaan dalam


kehidupan bersama atau masyarakat. Masalah-masalah kekuasaan itu menyangkut proses

8
penentuan tujuan-tujuan dari sistem yang ada dan melaksanakan apa yang menjadi tujuan
(Miriam Budihardjom, 1986, hlm. 8).

Ilmu-ilmu kemanusiaan (human sciences) adalah ilmu-ilmu pengetahuan empiris


yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya: ciri-ciri khasnya, tingkah
lakunya baik perorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar, dan
banyak aspek lainnya (Verhaak dan Haryono, 1989, hlm. 66),

Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah ilmu yang mengkaji masalah kemanusiaan seperti


masalah: budaya, sosial, politik, ekonomi, yang terdapat pada masyarakat. Ilmu-ilmu
kemanusiaan memiliki objek kajian yang diamati secara empiris dan objek itu dianggap
kongkret karena masalah kemanusiaan itu memiliki objek yang khusus yaitu manusia
atau masyarakat tertentu. Contoh ilmu-ilmu kemanusiaan adalah antropologi, ilmu sastra,
ilmu arkeologi, ilmu sejarah, ilmu sosial, ilmu ekonomi.

Sifat yang paling menonjol pada ilmu-ilmu kemanusiaan adalah objeknya


berkaitan dengan manusia yang memiliki tindakan bermakna (meaningfull action). Di
dalam tindakan (perilaku) bermakna manusia atau seseorang manghasilkan karya-karya
tertentu misalnya karya sastra seperti Romeo dan Juliet karya William Shakespeare dari
Inggris, karya seni seperti tari Pendet, lukisan yang termashur yaitu Monalisa karya
Michelangelo. Untuk itulah apabila ingin mengkaji ilmu-ilmu kemanusiaan dengan lebih
mendalam haruslah digunakan metode yang tepat, agar objektivitas dan kebenaran
ilmiahnya dapat terungkap dengan benar dan sahih.

2.1.1 Ciri Ciri Khas Ilmu humaniora


Kendati dewasa ini kekhasan ilmu-ilmu sosial humaniora sudah makin disadari,
berdasarkan langkah-langkah pengamatan, penelitian serta percobaan empiris, ilmu- ilmu
sosial humaniora berusaha mengembangkan hipotesa, hukum, dan teori ilmiah menurut irama
yang mirip dengan irama ilmu alam. Lalu, ciri khas ilmu-ilmu sosial humaniora sebenarnya
di mana, dan mana perbedaannya yang esensial dengan ilmu- ilmu alam?

A. Manusia Sebagai Objek Ilmu


Kiranya yang paling menyolok sebagai ciri khas ilmu-ilmu sosial
humaniora ialah objek penyelidikannya, yaitu manusia, bukan sebagai benda
jasmani saja, melainkan manusia sebagai keseluruhan. Sementara itu, dalam dua
arti manusia merupakan subjek juga. Pertama, dalam arti bahwa secara hakiki
manusia. melampaui status objek benda-benda di sekitarnya. Kedua, dalam arti
bahwa si penyelidik sebagai subjek berada pada taraf yang sama dengan objeknya.
Arti yang pertama agak berbau filsafat. Arti yang kedua secara khas berasal dari
suatu uraian empiris mengenai ilmu-ilmu sosial humaniora, jika dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lainnya.

9
Ilmu-ilmu sosial humaniora memang dimaksudkan sebagai ilmu-ilmu
empiris sehingga dalam hal ini dekat dengan ilmu-ilmu alam, namun karena
kekhasan objek penyelidikannya yang sekaligus menjadi subjek, ilmu-ilmu ini
juga berkedudukan agak dekat dengan filsafat. Maka, tidak mengherankan bahwa
cukup banyak ahli ilmu-ilmu sosial humaniora dewasa ini seringkali dibicarakan
dalam rangka filsafat, terutama kalau sampai pada tahap teori.

Kekhasan objek penyelidikan ini lebih nyata terlihat jika kita.


mempertimbangkan dua unsur ruang dan waktu, yang dalam sejarah filsafat Barat
kita kenal lewat Immanuel Kant. Ruang dan waktu (spatio-temporal) merupakan
dua ciri dasariah dari jagad semesta material yang dihuni manusia. Dalam ilmu-
ilmu alam, dengan objeknya yang juga khas, ruang dan waktu itu bisa diukur
dengan jelas, memakai sistem statistik, satuan, dan lain sebagainya.

Kedua unsur ini pun tampak nyata dalam diri manusia. Namun, dalam
rangka hidup manusia, ruang dan waktu sebagai “ukuran” semata-mata tidaklah
memadai dan tidaklah sesuai dengan pengalaman manusia itu sendiri, oleh
manusia ruang dihayati secara nyata dalam lingkungan pergaulan atau masyarakat,
sedangkan waktu dialami dan dipandang sebagai sejarah yang jauh melampaui
rangkaian peristiwa semata-mata. Perbedaannya ialah bahwa dalam ruang yang
“mati” semua tempat seakan-akan sama saja kecuali dari segi ukuran ataupun
penomoran misalnya, sedangkan dalam lingkungan masyarakat yang sosial itu,
semua data justru hampir tak dapat dihitung atau diperangkakan. Yang satu
berbeda dengan yang lain. Demikian pula perbedaan dalam soal waktu. Dalam
waktu yang “mati” seakan-akan semua waktu sama saja, kecuali dari segi angka
atau penomoran misalnya. Sedangkan kita tahu dalam rangka sejarah setiap
peristiwa dan setiap saat mengandung keunikannya masing-masing. Pengetahuan
manusia pun ditandai oleh kedua unsur itu; segala pengamatan dan pengalaman
berlangsung di suatu tempat dan pada suatu saat. Ruang dan waktu pada dasarnya
bersifat univok, sedangkan sosialitas dan historitas bersifat analog sedalam hidup
manusia itu sendiri.

Perbedaan itu juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam rangka


ilmu- ilmu alam cara berpikirnya adalah univok, sedang dalam rangka ilmu-ilmu
sosial humaniora cara berpikirnya adalah analog; setiap lingkungan masyarakat
“sama” namun dalam “kesamaannya” itu juga berbeda, demikian juga setiap
peristiwa historis “sama” atau “mirip” satu dengan lainnya, namun juga berbeda
dan unik.

B. Titik Pangkal Dan Kriterium kebenaran


Karena ciri khas di atas, ilmu-ilmu sosial humaniora harus menggunakan
titik pangkal dan kriterium kebenaran yang berbeda dari ilmu-ilmu lainnya. Titik
pangkalnya berbeda dari ilmu-ilmu alam karena manusia penyelidik tak lagi
terdapat di luar objek yang diselidikinya, seperti halnya kedudukan manusia.
terhadap objek ilmu-ilmu empiris lainnya, yakni di luar objek itu (kendati

10
pendapat. ini pun dewasa ini sudah mulai diragukan). Kalau dalam ilmu-ilmu
lainnya mungkin masih dapat dicita-citakan suatu titik pangkal "pengamatan
murni" tanpa prasangka, hal ini dengan segera mustahil dalam ilmu-ilmu sosial
humaniora, karena manusia pengamat tidak meninggalkan dirinya. Kriterium
kebenarannya pun berbeda karena objek penyelidikan ilmu-ilmu ini ialah manusia,
yang mau tidak mau tidak boleh, bahkan tidak dapat diobjekkan begitu saja demi
hasrat untuk mendapatkan penjelasan tentang sebab-musabab tingkah lakunya
menurut ikhtisar hipotesa, hukum, dan teori. Subjek sendiri terlibat dalam
penyelidikan tentang sesamanya itu. Apalagi sesama itu ialah subjek seluruh
tingkah lakunya. sebagaimana subjek penyelidikan bersangkutan.

Untuk mengungkapkan kekhususan ilmu-ilmu sosial humaniora ini, Max


Weber (1864-1920) mengemukakan anggapannya bahwa tidak cukup kalau manusia
hendak dijelaskan semata-mata berdasarkan sebab-akibat (causal explanation), namun
diperlukan sesuatu yang mewarnai seluruh penjelasan itu.
Itulah mengerti atau memahami, (verstehen, atau to understand dalam bahasa
Inggris, kendati dalam bahasa Inggris kerap digunakan verstehen) tingkah laku
manusia yang diamati berdasarkan kemampuan yang ada dalam diri si pengamat
sendiri. Dalam verstehen diandaikan dan diharapkan bahwa penyelidik mampu masuk
sampai makna (Sinn, atau meaning) dari apa yang diamati dalam diri sesamanya dan
dalam masyarakat. Itulah yang kadang-kadang dimaksudkan juga dengan kata
hermeneutika, yaitu kemampuan untuk dapat menafsirkan apa yang dilihat,
disaksikan, didengar ataupun dibaca orang, baik yang datang dari luar entah dekat
entah jauh, maupun dari dalam lingkungannya sendiri.

C. Subjek Dan Objek saling Mempengaruhi


Sebagai akibat ciri-ciri yang telah kita bahas di atas, lebih lanjut perlu diperhatikan
bahwa antara subjek dan objek ilmu-ilmu sosial humaniora terdapat pengaruh timbal balik
tanpa henti yang amat intensif.

Pada saat salah satu hasil penyelidikan dalam bidang sosial atau kejiwaan
sudah diumumkan dan mulai diketahui, ketika itu juga hasil bersangkutan sudah tidak
berlaku lagi karena pemberitahuan atau pengumuman itu sendiri. Umpamanya
perkiraan tentang jumlah pendukung seorang calon presiden di Amerika Serikat.
Laporan tentang tingkah laku remaja, persentase penderita AIDS, mundurnya jumlah
orang Katolik di beberapa negara Eropa Barat, laporan tentang aksi protes melawan
apartheid di Afrika Selatan, laku tidaknya beberapa pusat pariwisata dan pertokoan,
takutnya penumpang pesawat terbang akan kemungkinan dibajak, dan lain
sebagainya. Maka dari itu, hasil (sementara) dari penyelidikan sosial-historis tidak
hanya perlu terus disempurnakan, melainkan tidak bisa ditentukan justru karena
ketika diumumkan sudah tidak berlaku lagi sebagai implikasi pemberitahuan itu.

11
Dengan demikian kiranya masuk akal bahwa objektivitas gaya ilmu-ilmu alam
sama sekali tidak berlaku dalam bidang ilmu-ilmu sosial humaniora. Auguste Comte
pernah mencita-citakan objektivitas itu dengan pendapatnya bahwa asal data-data
empiris dikumpulkan dengan tepat maka kebenaran mengenai objek yang ingin
diketahui dapat pendekatan ini mau bebas nilai (dalam istilah Jerman yang cukup
populer digunakan, wertfrei). Sementara dewasa ini makin banyak ahli ilmu sosial
humaniora yakin bahwa ilmu ini tidak dapat bebas nilai, bahkan justru harus bersikap
menilai.

Akhirnya perlu disadari bahwa ada macam-macam ilmu sosial humaniora, dan
ciri yang telah kita bahas di sini tidak terdapat dengan cara atau bentuk yang sama
dalam semua cabang ilmu-ilmu sosial humaniora.

KESMIPULAN
Ilmu-ilmu sosial (social sciences) adalah kelompok disiplin ilmu yang mempelajari
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sesamanya. Disiplin ilmu sosial adalah
sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, psikologi, ilmu politik, ilmu hukum, dan demografi.
Sedangkan ilmu-ilmu kemanusiaan (human sciences) adalah ilmu-ilmu pengetahuan empiris
yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya: ciri-ciri khasnya, tingkah lakunya
baik perorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar, dan banyak aspek
lainnya. Contoh ilmu-ilmu kemanusiaan adalah sastra, seni, dan bahasa.

Ciri-ciri khas ilmu-ilmu sosial humaniora adalah manusia sebagai objek dan subjek
ilmu,Titik pangkal dan kriterium kebenaran, serta subjek dan objek saling mempengaruhi.
Selain memiliki ciri khas, cara kerja ilmu sosial humaniora pun berbeda dengan ilmu alam.
Cara kerja. Ilmu-ilmu sosial humaniora yaitu gejala sosial humaniora bersifat non-fisik, hidup
dan dinamis: obyek penelitian tak bisa diulang, pengamatan relatif lebih sulit dan kompleks;
subyek pengamat juga sebagai bagian integral dari obyek yang diamati, memiliki daya
prediktif yang relatif lebih sulit dan tak terkontrol.

Perbedaan ilmu sosial humaniora dengan ilmu alam, yaitu obyek penelaahan ilmu
sosial humaniora yang kompleks, ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang
bersifat umum, kesukaran dalam pengamatan ilmu sosial humaniora, gejala sosial lebih
bervariasi dibandingkan dengan gejala fisik, obyek penelaahan ilmu sosial humaniora yang
tidak terulang. Hubungan antara ahli dengan obyek penelaahan ilmu sosial humaniora.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. (1975). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Bertens, K. (2006). Filsafat Barat Kontemporer Inggris Jerman. Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama.

Hamersma, Harry. (1992). Tokoh-tokoh Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia.

Raharjo, Mudjia. (2008), Dasar-dasar Hermeneutika Antara Intensionalisme & Gadamerian.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Risman, Abu. (2008). Metodologi Humaniora Dilthey. Yogyakarta: Perpustakaan Digital


UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Soelaeman, M. Munandar. (2001). Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.


Suriasumantri, Jujun S. (2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka

13
Sinar Harapan.

Verhaak. C dan R. Haryono Imam. (1989). Filsafat ilmu Pengetahuan Telaah Atas Cara Kerja

Ilmu-ilmu, Jakarta: PT Gramedia.

14

Anda mungkin juga menyukai