Anda di halaman 1dari 67

1.

Arti ilmu sosial dasar


Beberapa arti dari ilmu sosial dasar adalah sebagai berikut :
Ilmu sosial dasar adalah suatu ilmu yang menelaah masalah-masalah sosial yang
menelaah masalah-masalah sosial yang timbul dan berkembang yang diwujudkan oleh
masyarakat dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai
bidang pengetahuan dalam ilmu-ilmu sosial.
Ilmu Sosial Dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan,
karena masing-masing memiliki obyek dan metode ilmiahnya sendiri-sendiri yang tidak
mungkin dapat dipadukan.
Ilmu Sosial Dasar bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri, karena Ilmu Sosial Dasar
tidak mempunyai obyek dan metode ilmiah tersendiri dan juga tidak mengembangkan

suatu penelitian sebagai mana suatu disiplin ilmu.


Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu bahan studi atau Program Pengerjaan yang khusus
dirancang untuk kepentingan pendidikan/pengajaran yang di Indonesia diberikan di

Perguruan Tinggi.
Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial,
khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan
pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang
pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi,
geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial.
2. Realitas sosial
a. Logika ilmu sosial
Metode ilmiah atau metode sosial adalah sangat strategis untuk mengembangkan
suatu pandangan atau teori ilmu sosial. Namun status ilmu sosial sering diragukan
pemikirannya dicurigai bahkan diabaikan. Di lain pihak sosial itu sendiri terpecah
dalam suatu pendekatan penelitian akibat kekaburan dalam filsafat ilmunya. Pandangan
bahwa ilmu sosial menyerupai ilmu alamiah dalam metodenya tidak mendapat tempat
sebagai dasar untuk suatu kesepakatan. Tetapi akhir-akhir ini filsafat realisme mulai
menggeser peran dan menjadi perspektif baru dalam metode ilmu sosial dan juga ilmu
alamiah. Kebenaran realism adalah kepatuhan kepada realistic yang obyektif (teori
korespondensi).
Filsafat ilmu dan metode ilmiah sangat erat hubungannya, filsafat ilmu member
landasan bagi ilmu pengetahuan untuk berkembang lebih cepat, melalui metode ilmiah
yang valid (sahih).

1 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Filsafat Ilmu adalah suatu bidang studi filsafat yang obyek materinya berupa ilmu
pengetahuan dalam berbagai jenis dan perwujudannya. Jadi meliputi prulalitas ilmu
pengetahuan. Sementara objek formalnya yaitu berupa hakekat ilmu pengetahuan. Jadi
Filsafat Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang benar secara hakiki mengenai objek
pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan atau sudut pandang metode atau sistem
yang filosofis.
Bervariasinya objek materinya, jika dicermati mengandungidentitas yang saling
berdekatan atau identik antara yang satu dengan yang lainnya. Sedemikian rupa
sehingga semua objek itu berada dalam suatu hubungan yang sistematik dan tak
terpisahkan. Akibatnya, pemahaman mengenai suatu hal mengharuskan pertimbanganpertimbangan terhadap yang lain. Di antara objek tersebut, memberi arti, kedudukan
dan fungsi. Dengan demikian dapat dilihat, misalnya benda-benda alam memberi arti,
kedudukan dan fungsi terhadap manusia dan masyarakatnya serta terhadap Tuhan Sang
Pencipta, demikian sebaliknya.
Persoalan kemudian adalah mengapa Filsafat Ilmu itu ada ? dalam hal ini ada dua
hal, yaitu factor intern dan ekstern. Pertama, faktor intern dan ilmu pengetahuan itu
sendiri, maksudnya historisitas ilmu pengetahuan, sampai dewasa ini berkembang
menjadi banyak jenis dan semakin pragmatis. Terdorong oleh penemuan pengetahuan
yang pasti kebenarannya, maka dilakukan pembatasan lingkaran objek (objek formal),
dan penggunaan metode dan sistem yang tepat. Kedua, faktor ekstern yang juga terkait
dengan faktor intern, diduga keras penyebabnya adalah faktor ekstern. Kenyataannya,
laju perkembangan manusia sudah tidak imbang lagi dengan jumlah persediaan sumber
daya alam. Maka berkaitan dengan hal itu, diperlukan pengetahuan yang benar dan
pasti, yang bersifat praktis teknis pengetahuan seperti ini dapat berdaya guna dalam
kehidupan manusia.
Kedua faktor tersebut dalam perkembangannya menghasilkan teknologi yang
berkemampuan luar biasa. Agaknya manusia sebagai penghasil teknologi diarahkan
menuju kemudahan. Akan tetapi dibalik semua itu manusia menjadi tamak, serakah dan
manusia alpa terhadap tugasnya. Sebagai khalifah. Bahkan manusia kehilangan moral
dan imannya, bersifat individual, egoistic dan eksploitatif, dalam lingkungan, bahkan
2 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

terhadap Tuhan. Dengan kenyataan seperti itu filsafat hadir di tengah keragaman ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka meluruskan sehingga terarah pada pencapaian
tujuannya. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya bernilai ilmiah saja
melainkan bernilai ilmiah keilahian.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan harus berdasarkan diri pada aspek ontology,
epistemology dan axiology. Dengan demikian filsafat dapat menetralisir kemungkinankemungkinan yang dimunculkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasar pada uraian-uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa Filsafat Ilmu hadir
dengan memikul tanggung jawab yang berat, karena di samping menetralisir temuantemuan ilmu pengetahuan, juga memikirkan bagaimana ilmu pengetahuan berdaya guna
dalam kehidupan manusia.
Berbicara di seputar manfaat filsafat, paling tidak, dapat disistematisasikan pada
beberapa poin berikut :
1. Menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan untuk menuju kemuliaan sehingga mampu
menembus dimensi sekularisme ilmu pengetahuan.
2. Membentuk dan mengembangkan wawasan epistemology ilmu pengetahuan sehingga
moralitas kesarjanaan, yaitu sifat ilmiah menjadi popular. Dengan demikian iptek dapat
dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepentingan subjek manusia melainkan juga
kepentingan alam sebagai kebutuhan yang menyeluruh.
3. Tuntutan etis, ilmu pengetahuan dapat dipertangungjawabkan sehingga kehidupan
masyarakat yang adil dan sejahtera dan bahagia dalam kelestarian alam lingkungan
semakin nyata.

b. Pemikiran tokoh ilmu sosial


Emile Durkheim adalah tokoh sosiologi Prancis. Ia dianggap sebagai bapak
sosiologi karena telah berperan besar dalam mengembangkan sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan.

Semasa

hidupnya,

3 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Durkheim

banyak

memberikan

kuliah

dan

mempublikasikan sejumlah karya sosiologis dengan beragam tema seperti agama, bunuh
diri, dan seluruh aspek masyarakat.
Durkheim terlahir dari keluarga Yahudi pada 15 April 1858, di Epinal, Lorraine,
Prancis dan meninggal di Paris pada 15 November 1917. Ayah dan kakeknya adalah
seoran rabi. Namun, ia sendiri sepenuhnya hidup sebagai seorang sekuler. Pada tahun
1879, ia masuk Ecole Normale Superieure. Di sini pemikirannya mulai terbentuk di
bawah bimbingan Numa Denis Fustel de Coulanges. Ia juga banyak membaca karya
Auguste Comte dan Herbert Spencer.
Pemikiran dan Karya Emile Durkheim
Gagasan yang secara fundamental mempengaruhi pemikiran Durkheim, yaitu
positivisme Auguste Comte. Selain itu, pandangan Durkheim mengenai masyarakat juga
dipengaruhi oleh realisme sosial. Meskipun tidak secara terang-terangan, Durkheim
mengadopsi perspektif realis untuk menunjukkan realitas sosial di luar individu.
Dalam beberapa karyanya Durkheim banyak menyebut apa itu sosiologi dan
bagaimana mestinya sosiologi dipraktiskan. Perhatian utamanya adalah mengembangkan
sosiologi sebagai sebuah ilmu. Menurut Durkheim, sosiologi harus mempunyai objek
kajian dan mempunyai metodologi sendiri.
Fakta sosial merupakan gagasan penting Durkheim dalam keilmuan sosiologi.
Menurutnya, sosiologi adalah ilmu tentang fakta sosial. Di mana fakta sosial adalah
struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan norma kebudayaan yang bersifat memaksa pada
individu. Bagi Durkheim fakta sosial adalah sesuatu yang sui generis, yang lebih besar
dan lebih obyektif dibanding tindakan individu di dalam masyarakat. Fakta sosial
tersebut

bersifat

koersif

yang

dapat

mengontrol

perilaku

individu.

Sepanjang karir intelektualnya Emile Durkheim telah banyak menghasilkan karya


dengan tema yang berbeda-beda. Beberapa karya utama Durkheim antara lain: The
Division

of

Labor

in

Society (1893), Rules

of

the

Sociological

Method (1895), Suicide (1897), dan The Elementary Forms of Religious Life (1912).
Karl

Marx memperkenalkan

pendekatan materialisme dialektis, yang

menganggap

konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.

4 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Max

Weber memperkenalkan

pendekatan verstehen (pemahaman),

yang

berupaya

menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku
manusia.
Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.
c. Teori ilmu sosial
1. Hakikat Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar (ISD) membicarakan hubungan timbale balik antara manusia dengan
lingkungannya. Hubungan ini dapat diwujudkan kenyataan sosial dan kenyataan sosial inilah
yang menjadi titik perhatiannya. Dengan Demikian Ilmu Sosial Dasar memberikan
pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran kita dalam
menghadapi lingkungan sosial. Ilmu sosial bukanlah suatu bidanmg keahlian ilmu-ilmu
sosial tertentu, seperti politik, antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertianpengertian berasal dari berbagai bidang ilmu sosial seperti ilmu politik, sosiologi, sejarah dan
sebagainya.
2. Tujuan Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar Bertujuan membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian
agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas.
3. Masalah Sosial dan Ilmu Sosial Dasar
Dalam kehidupan manusia yang bersetatus sebagai makhluk sosial, manusia selalu
dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah terwujud
sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-hubungannya
dengan sesama manusia lainnya. Masalah-masalh sosial pada setiap masyarakat manusia
berbeda satu sama lain karena adanya tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya
yang berbeda serta lingkungan alamnya. Masalh-masalh tersebut terwujud sebagai: masalh
sosial, masalah moral, masalah politik, masalah agama mdan masalah lainnya.
5 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Yang membedakan masalah-masalah sosial dari masalah lainnya adalah masalah-masalah


sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial,
serta selalu ada kaitannyadengan hubungan-hubungan manusia dan dengan konteks normatif
dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud.
Pengertian masalah sosial ada dua, pertama pendefinisian menurut umum dan kedua menurut
para ahli. Menurut umum atau warga msyarakat bahwa segala sesuatu yang menyangkut
kepentingan umum adalah masal;ah sosial. Menurut para ahli masalah sosial adalah suatu
kondosi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarakan studi
mereka yang mempunyai sifat dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga
masyarakat secara keseluruhan.
Ilmu sosial dasar bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi
hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek yang paling dsasar yang ada dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial dan maslah-masalah yang terwujud daripadanya. Istilah
pengetahuan mempunyai engetahuan yang menunjuan adanya kelonggaran dalam batas dan
kerangka berfikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah digunakan karena
mencakup suetu pengertian mengenai suatu sistem berfikir dan penalaran yang mempunyai
suatu

kerangaka

pendekatan

mengenai

masalah-masalah

yang

menjadi

asasaran

perhatiannya.
Ilmu sosial dasar menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai
makhluk sosial dam masalah-malahnya dengan menggunakan suatu kerangka pendekatan
yang melihat sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga
menggunakan kacamata subyetif. Dengan menggunakan kacamata obyektif, berarti konsepkonsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan masalah-masalahnya yang
telah dikembangkan
dalam ilmu-ilmu sosila akan digunakan sedangkan dengan menggunakankacamata subyektif,
maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat
yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan pengkaji ilmu sosial dasar. Diharapkan
dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan mewujudkan adanya kepekaan
mangenai masalah-masalah sosial yang disertai denagn penuh rasa tanggung jawab dalam
kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.
6 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

4. Kebudayaan, Masyarakat, dan Masalah-Masalah Sosial


Kebudayaan didefinikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpratasiakan lingkungan dan
pengalamannya, serta menjadi landasan bagi mewujudkan tingkah lakunya. Kebudayaan
dalam hal ini dapat dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi kalakuan dan tindakantindakan sosial manusia.
Lebih lanjut bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini
kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaaperasaan dan emosi-emosi serta menjadi sumber bagi sistem penilaian mengenai hal yang
baik dan yang buruk, berharga atau tidak berharga. Sedangakan masyarakat dapat
didefinikan sebagai suata sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompokkelompok yang saling berkaiatan dan salingpengaruh-mempengaruhi, yang dalam mana
tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial manusia diwujudkan.
d. Membangun masyarakat
Konsep Pembangunan Masyarakat
1. Pengertian Pembangunan Masyarakat
Pembangunan masyarakat pada hakekatnya adalah merupakan suatu proses perubahan
menuju kehidupan yang lebih baik lagi bagi masyarakat, dengan mengkondisikan serta
menaruh kepercayaan kepada masyarakat itu sendiri untuk membangun dirinya sesuai
dengan kemampuan yang ada padanya. Penertian Baku mengenai pembangunan
masyarakat

telah

ditetapkan

PBB,

dalam

Konkon

Subrata

(1991:4)

bahwa:

Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang ditumbuhkan untuk menciptakan


kondisi-kondisi bagi kemajuan ekonomi social masyarakat seluruhnya kepada inisiatif
masyarakat.
Menurut definisi tersebut, pembangunan masyarakat merupakan suatu proses, baik ikhtiar
masyarakat yang bersangkutan yang diambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun
kegiatan pemerintah, dalam rangka untuk memperbaiki kondisi ekonomi social dan
kebudayaan masyarakat (komunitas). Mengintegrasikan berbagai komunitas itu dalam
kehidupan bangsa dan memampukan mereka untuk memberikan sepenuhnya demi
kemajuan bangsa dan Negara berjalan terpadu didalam proses tersebut. Proses tersebut
7 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

meliputi elemen dasar: pertama, partisipasi masyarakat itu sendiri dalam rangka usaha
mereka untuk memperbaiki tarap hidup mereka. Sedapat-dapatnya berdasarkan kekuatan
dan prakarsa sendiri. Kedua, bantuan dan pelayanan teknik yang bermaksud
membangkitkan prakarsa, tekad untuk menolong diri sendiri dan kesediaan untuk
menolong orang lain, dari pemerintah. Proses tersebut dinyatakan dalam berbagai
program yang dirancang untuk perbaikan proyek khusus terhadap proyek khusus
(Talizuduhun Ndraha,1990:34)
Selanjutnya Konkon Subrata (1990:6) memberikan batasan tentang pembangunan
masyarakat, yaitu: Pembangunan masyarakat adalah proses evaluasi dimana
sekelompok manusia yang mempunyai persamaan kebutuhan dan aspirasi bekerjasama
untuk memperbiaki keadan social ekonomi yang lebih baik, materil dan spiritual bagi
perseorangan dan masyarakat.
Pengertian pembangunan masyarakat diatas, menunjukan bahwa pembangunan
masyarakat sesungguhnya merupakan upaya terorganisir secara berkelompok yang
memiliki kebutuhan yang sama, yaitu untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang lebih
baik,khususnya bagi anggotanya.
2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Masyarakat.
Tujuan pembangunan masyarakat adalah untuk menciptakan kondisi-kondisi untuk
tumbuhnya suatu masyarakat yang tumbuh dan berkembang secara berswadaya dalam hal
ini, adalah masyarakat miskin sehingga masyarakat mampu menetralisir belenggubelenggu social yang dapat menahan laju perkenbangan masyarakat (adapt, tradisi,
kebiasaan, cara dan sikap hidup yang dapat menjadi hambatan pembangunan).
Selanjutnya, Talizuduhu Nddrana (1982:107) menguraikan tentang sasaran pembangunan
masyarakat yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan tarap hidup masyarakat, diusahakan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan
dan peningkatan swadaya masyarakat. dan juga sebagai usaha menggerakan partisifasi
masyarakat.
b. Partisifasi masyarakat dapat meningkat dalam upaya peningkatan tarap hidup
8 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

masyarakat.
c. Antara partisifasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang secara mandiri,
terhadap hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang tidak dapat dipisahkan
tetapi dapat dibedakan. Masyarakat yang berkemampuan demikian biasa membangun
dengan atau tanpa partisifasi vertikal dari pihak lain.
d. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan melalui
intensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Lebih lanjut Talizuduhu Ndrana (1989: 170) berpendapat bahwa keempat sasaran
pembangunan masyarakat diatas yatu perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup
masyarakat miskin, pembangkitan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kemampuan
masyarakat untuk berkembang secara mandiri tidak berdiri sendiri melainkan diusahakan
agar satu berkaiyan dengan yang lainnya sehingga ketiganya sebuah paket usaha.
3. Prinsip-Prinsip Pembangunan Masyarakat.
Pembangunan masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip keterpaduan,
keberlanjutan,

keserasian,

kemampuan

sendiri

kederisasi.

Prinsip

keterpaduan

mengandung arti bahwa program atau kegiatn pembangunan masyarakat disusun oleh,
bersama, dalam dan untuk masyarakat atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber yang
tersedia

untuk

memenuhi

kepentingan

bersama

dalam

aspek

kehidupan.

Prinsip keberlanjutan, memberi arah bahwa pembangunan masyarakat itu tidak dilakukan
sekaligus. Melainkan bertahap dan terus menerus menuju kearah yang lebih baik.
Program yang telah berhasil merupakan titik awal untuk program berikutnya sedangkan
suatu program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut adanya kegiatan
lanjutan.
Prisip keserasian, mengandung makna bahwa program pembangunan masyarakat
memperhatikan keserasian antara kebutuhan terasa yang diyatakan oleh perorangan,
lembaga-lembaga dan pemerintah. Keserasian ini pun tercermin dalam kegiatan yang
bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasaranya
mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohaniah serta kseimbangan dalam
seluruh aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin daqlam kegiatan yang
bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasarannya
9 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah serta keeimbangan


dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan.
e. Evolusi masyarakat
Evolusi sosial adalah proses perubahan sosial yang berlangsung lambat dan dalam jangka
waktu lama. Biasanya perubahan ini meliputi rentetan perubahan yang relatif kecil yang
terus menerus yang saling berkesinambungan. Di samping itu perubahan sosial ini tidak
direncanakan. Evolusi adalah perubahan masyarakat yang terjadi melalui proses difusi,
dengan kata lain perubahan masyarakat terjadi melalui penyebaran kultur atau budaya.
(Ankie MM. Hoogvelt, hal. 13)[1]
Menurut Sahlins dan Service, bahwa masyarakat yanbg mengalami proses evolusi pada
tingkat yang sudah tinggi mempunyai ciri-ciri: (Ankie MM. Hoogvelt, hal. 10)
1.

Menampilkan cara-cara yang bervariasi dan lebiih efektif dalam mengeksploitasi sumber

daya suatu variasi lingkungan yang lebi lengkap


2.

Relative lebi bebas terdapa pengaru lingkungan, dalam arti mempunyai kemampuan yang

lebih besar untuk menyesuaikan diri terhdapa pengaruh lingkungan sekitarnya


3.

Masyarakat cenderung mendominasi dan menggantikan tipe masyarakat yang kurang

maju
Selama berlangsungnya proses evolusi, akan ada beberapa hal yang terjadi:

Penemuan baru atau inovasi,

Adaptasi, yaitu proses penyatuan unsur budaya baru dengan budaya lama yang telah ada,

dari proses adaptasi ini akan memunculkan sikap masyarakat yaitu integrasi dan disintegrasi.
Integrasi terjadi bila masyarakat sepakat terhadap masuknya unsur budaya baru pada budaya
yang telah ada. Disintegrasi terjadi bila sebagian masyarakat menolak terhadap unsur budaya
baru tersebut, sehingga masyarakat yang tidak setuju dengan adanya unsure budaya baru dalam
sistem kehidupannya akan melakukan perlawanan pada mereka yang setuju dan yang membawa
masuk unsure tersebut.

Asimilasi, yaitu percampuran atau penggabungan unsur budaya baru dengan budaya lama

yang menghasilkan kebudayaan baru yang memang berbeda dengan budaya lama, dengan
10 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

meninggalkan budaya lama tersebut. Karena mereka menganggap budaya baru tersebut lebih
baik dan bermanfaat bagi kehidupan mereka.

Akulturasi, percampuran dua budaya atau lebih yang menghasilkan bentuk budaya baru

tanpa meninggalkan budaya lama.


Contoh

evolusi

yang

sederhana,

Pakaian

adalah

kebutuhan

pokok

manusia

selain makanandan tempat berteduh atau tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan
pakaian

untuk

melindungi

dan

perkembangan kehidupan manusia,

menutup
pakaian

dirinya.

juga

Namun

digunakan

seiring

dengan

sebagai simbol status,

jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya.


Pada zaman purba pakaian terbuat dari bahan dedaunan, kulit binatang ataupun kulit
kayu, dimana pakaian tersebut berfungsi sebagai pelindung diri dari cuaca. Seiring
dengan perkembangannya pakaian yang mereka pakai mulai berkembang dan
mempunyai fungsi lain yaitu membedakan pemimpin dari kelompok dengan anggota
kelompok.
Dalam masa kerajaan, mayoritas perempuan memakai kemben dan kebaya, bsik
masyarakat biasa mauun keluarga kerajaan, sedangkan laki-laki masyarakat biasa
memakai celana panjang kolor berwarna hitam, sedangkan laki-laki kerajaan tidak
memakai celana, namun memakai penutup dari kain yang disebut dengan jarik.
Setelah penjajah masuk, baru masyarakat mengenal kemeja, jas, dan pakaian yang
memakai aksesoris seperti kancing, kerah, resleting dan lain-lain. Hingga sekarang
perubahan terus berkembang sesuai dengan mode yang diharapkan oleh pemakainya.
Sehingga fungsi asli dari pakaian atau baju yang berguna untuk melindungi tubuh dari
pengaruh dari luar dan menjaga dari pandangan orang lain, berubah menjadi:

Membuat ciri khas yang berbeda pada pemakai. Model pakaian yang sangat banyak

memungkinkan seseorang untuk mengenakan pakaian yang menjadi ciri khasnya sendiri.

Ciri khas sebuah negara atau kebudayaan. Setiap negara dan kebudayaan memiliki

busana tradisional yang menjadi ciri khas negara atau kebudayaan tersebut.
11 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Memberikan identitas. Beberapa pakaian memberikan identitas pada pemakainya. Contoh

sederhana, seseorang laki-laki yang menggenakan seragam militer lengkap dengan peralatan
lainnya akan dikenal sebagai anggota militer.

Menunjukan kelas masyarakat. Semakin indah, mewah dan mahalnya sebuah baju

menunjukan bahwa pemakaianya berasal dari keluarga kaya.

Memaksimalkan ketampanan dan kecantikan. Beberapa orang menganggap sebuah baju

baik itu baju wanita maupun pria berfungsi sebagai alat untuk mempercantik diri.
3. Individu, keluarga dan masyarakat
A. Pengertian Individu, Keluarga, Dan Masyarakat
1. Individu
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Individu
menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan
seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan
berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam
lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi
kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu
dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang
dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan
ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yang menjadi latar
belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya
untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai
dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
12 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang


sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan
lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan
menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat
proses pembentukan pribadi.
Pengaruh

lingkungan

masyarakat

terhadap

individu

dan

khususnya

pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya

terhadap

individu pun

berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal


yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
2. Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang
tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang
mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh
bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri.
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga kulawarga yang berarti
anggota kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti nuclear family terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak mereka.

Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.(Menurut Departemen Kesehatan RI 1998).

Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa

berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar
Dewantara)
13 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,

hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis).

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :

Unit terkecil dari masyarakat

Terdiri atas 2 orang atau lebih

Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah

Hidup dalam satu rumah tangga

Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga

Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing

Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :


1.

Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
14 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

2.

Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3.

Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.


Tugas-tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1.

Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2.

Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3.

Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-

masing.
4.

Sosialisasi antar anggota keluarga.

5.

Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6.

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7.

Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8.

Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Fungsi Keluarga

15 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :

Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan

anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana

keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-

tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan

perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.

Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak

anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga
untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia ini.

Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber

kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk
mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
rkebutuhan-kebutuhan keluarga.

Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke

tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dsb.

Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan

keturunan sebagai generasi penerus.


16 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

3. Masyarakat
Dalam bahasa inggris, masyarakat disebut society. Asal kata socius yang berarti kawan.
Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab yang berarti berkumpul dan bekerja
sama. Adanya saling berkumpul dan bekerjasama ini karena adanya bentuk-bentuk aturan
hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh
kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi
dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan dalm suatu
masyarakat.
Berikut dibawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi :

menurut Munandar Soelaeman masyarakat merupakan kesatuan sosial yang mempunyai

ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Kesatuan sosial mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya
ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat, dsb.

menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan

organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang


terbagi secara ekonomi.

Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-

pribadi yang merupakan anggotanya.

Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang

relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah
tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam
kelompok atau kumpulan manusia tersebut.Dari pengertian di atas dapat disimpulkan masyarakat
adalah :
17 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Kumpulan sekian banyak individu yang terikat oleh satuan adat, hukum dan kehidupan

bersama

Kesatuan sosial yang mempunyai hubungan erat

Kumpulan individu-individu yang mandiri dan hidup berdampingan dalam waktu yang

cukup lama.
4. Masyarakat desa dan kota
Masyarakat desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat yang diakui dalam
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
Desa menurut Widjaja (2003) dalam bukunyaOtonomi Desa menyatakan bahwa
Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat
Desa juga merupakan suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri. Desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi, sosial,
ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan
dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Daerah, desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat
dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa desa ialah suatu wilayah yang
merupakan satu kesatuan masyarakat hukum pada batas-batas wilayah yang mempunyai
18 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang dimana
corak masyarakatnya ditandai dengan kebersamaan dan keramahtamahan. Selain itu bisa
disimpulkan juga bahwa pedesaan adalah sebuah lingkungan yang khas memiliki
otonomi dan kewenangan dalam mengatur kepentingan masyarakat yang memiliki kultur
serta berbagai kearifan lokal yang khas serta lingkungan yang masih alami dan kondusif
yang banyak berpengaruh terhadap karakter masyarakat di pedesaan.
1. a. Ciri-ciri Desa dan Karakteristik Masyarakat Pedesaan
Menurut Rahardjo (1999), Desa atau lingkungan pedesaan adalah sebuah komunitas yang
selalu dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan, tradisionalisme,
subsistensi, dan keterisolasian. Beratha (1984), berpendapat bahwa masyarakat desa
dalam kehidupan sehari-harinya menggantungkan pada alam. Alam merupakan segalanya
bagi penduduk desa, karena alam memberikan apa yang dibutuhkan manusia bagi
kehidupannya. Mereka mengolah alam dengan peralatan yang sederhana untuk dipetik
hasilnya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alam juga digunakan untuk tempat
tinggal.
Menurut Bintarto dalam Daljoeni (2003), ada tiga unsur yang membentuk sistem yang
bergerak secara berhubungan dan saling terkait dari sebuah desa, yaitu :
1. Daerah tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan
geografis,
2. Penduduk, jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran penduduk dan mata
pencaharian penduduk,
3. Tata Kehidupan, pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan warga desa termasuk seluk
beluk kehidupan masyarakat desa.
Koentjaraningrat (2005), berpendapat bahwa masyarakat di pedesaaan merupakan
sebuah komunitas kecil yang memiliki ciri-ciri yang khusus dalam pola tata kehidupan,
ikatan pergaulan dan seluk beluk masyarakat pedesaan, yaitu ; 1) para warganya saling
19 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

mengenal dan bergaul secara intensif, 2) karena kecil, maka setiap bagian dan kelompok
khusus yang ada di dalamnya tidak terlalu berbeda antara satu dan lainnya, 3) para
warganya dapat menghayati lapangan kehidupan mereka dengan baik. Selain itu
masyarakat pedesaan memiliki sifat solidaritas yang tinggi, kebersamaan dan gotong
royong yang muncul dari prinsip timbal balik. Artinya sikap tolong menolong yang
muncul pada masyarakat desa lebih dikarenakan hutang jasa atau kebaikan.
Menurut Anshoriy (2008), dalam penelitiannya tentang kearifan lingkungan di tanah
jawa, bahwa kehidupan sosiokultural masyarakat di pedusunan (pedesaan) memiliki ciriciri sebagai berikut:
1. Menjunjung kebersamaan dalam bentuk gotong royong, gugur gunung dan lain
sebagainya,
2. Suka kemitraan dengan menganggap siapa saja sebagai saudara dan wajib dijamu bila
berkunjung ke rumah,
3. Mementingkan kesopanan dalam wujud unggah-ungguh, tata krama, tata susila dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan etika sopan santun.
4. Memahami pergantian musim (pranata mangsa) yang berkaitan dengan masa panen
dan masa tanam,
5. Memiliki pertimbangan dan perhitungan relijius (hari baik dan hari buruk) dalam
setiap agenda dan kegiatannya,
6. Memiliki toleransi yang tinggi dalam memaafkan dan memaklumi setiap kesalahan
orang lain terutama pemimpin atau tokoh masyarakat,
7. Mencintai seni dan dekat dengan alam.
Menurut Shahab (2007), secara umum ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan dapat
diidentifikasi sebagai berikut ;

20 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

1. Mempunyai sifat homogen dalam mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan


serta dalam sikap dan tingkah laku,
2. Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi yang
berarti semua anggota keluarga turut bersama-sama memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga,
3. Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan
anggota keluarga dengan tanah atau desa kelahirannya,
4. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada kota.
Menurut dirjen Bangdes (pembangunan desa) dalam Daljoeni (2003), bahwa ciri ciri
wilayah desa antara lain;
1. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar (lahan desa lebih luas dari jumlah
penduduknya, kepadatan rendah).
2. Lapangan kerja yang dominan adalah agraris (pertanian)
3. Hubungan antar warga amat akrab
4. Tradisi lama masih berlaku.
Pedesaan dan masyarakat desa merupakan sebuah komunitas unik yang berbeda dengan
masyarakat di perkotaan. Sementara segala kebijakan dan perundangan-undangan adalah
produk para pemangku kebijakan yang notabene adalah masyarakat perkotaan, maka
masyarakat desa memiliki kekhasan dalam mengatur berbagai kearifan-kearifan lokal.
Secara sosial, corak kehidupan masyarakat di desa dapat dikatakan masih homogen dan
pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Semua
pasangan berinteraksi dianggap sebagai anggota keluarga dan hal yang sangat berperan
dalam interaksi dan hubungan sosialnya adalah motif-motif sosial. Interaksi sosial selalu
di-usahakan supaya kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau
21 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Prinsip


kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan. Kekuatan
yang mempersatukan masyarakat pedesaan itu timbul karena adanya kesamaaankesamaan kemasyarakatan seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan
kesamaan pengalaman( (Soetardjo, 2002).
Berbagai karakteristik masyarakat pedesaan di atas seperti potensi alam, homogenitas,
sifat kekeluargaan dan lain sebagainya menjadikan masyarakat desa sebuah komunitas
yang khusus dan unik.
Masyarakat kota
Ciri-ciri Masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
i. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena
memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
ii. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung
pada orang lain (Individualisme).
iii. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batasbatas yang nyata.
iv. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh warga kota.
v. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

22 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

vi. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka


dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
Perbedaan antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994),
per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa,
pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara masya-rakat
desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masingmasing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta prosesproses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto,
1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa
itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting.
Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat
adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti
pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya
merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitankesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan
kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah
dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara
desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan
23 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut
sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1) jumlah dan kepadatan penduduk
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
4) corak kehidupan social
5) stratifiksi social
6) mobilitas social
7) pola interaksi social
8) solidaritas social
9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
Interaksi Sosial didaerah Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama
warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang
hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena
beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati,
mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan
bersama di dalam masyarakat.
Masyarakat Desa atau juga bisa disebut sebagai masyarakat tradisonal manakala dilihat
dari aspek kulturnya. Masyarakat pedesaan itu lebih bisa bersosialisasi dengan orang
orang di sekitarnya. Masyarakat Desa adalah kebersamaan. sedangkan Pola interaksi
masyarakat kota adalah individual,. Sebagai contoh kalau anda pergi ke suatu Desa, dan
anda bertanya dengan seseorang siapa nama tetangganya, pasti dia hafal. Kalau di kota,
kurang dapat bersosialisasi karena masing masing sudah sibuk dengan kepentingannya
24 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

sendiri2.Pola interaksi masyarakat pedesaan adalah dengan prinsip kerukunan, sedang


masyarakat perkotaan lebih ke motif ekonomi, politik, pendidikan, dan kadang hierarki.
Pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan
kemasyarakatan, sedangkan masyarakat kota terbentuk karena adanya perbedaanperbedaan yang ada dalam masyarakat.
Kota, sejuta orang ingin pergi kesana. Mencari pekerjaan yang lebih bergengsi atau
meneruskan pendidikan yang lebih kompleks dan modern. Banyak orang di pedesaan
beranggapan bahawa kota adalah tempat tujuan segala bidang. Ntah pekerjaan,
pendidikan, jodoh, ataupun yang lainnya. Orang sering menyimpulkan kota adalah
tempat harapan menjadi kenyataan. Benarkah?
Untuk lebih sedikit memahamkan kita mengenai kota, mari sejenak kita belajar mengenai
apa itu kota, ciri dan sifat interaksi sosial masyarakat kota, serta mengapa kota memiliki
kemampuan untuk menggerogoti konsep keluarga tradisional. Dalam ruang kecil ini,
dalam blog amatir ini
A. Kota
Wirth dalam buku yang berjudul Modernisasi (Schoorl, JW., 1984 : 274) mendefinisikan
kota sebagai tempat pemukiman yang relatif besar, berpenduduk padat dan permanen dari
individu-individu yang secara sosial heterogen. Dari penduduk yang heterogen ini,
kemudian akan dapat menghasilkan suatu penemuan-penemuan baru yang bermanfaat
bagi orang lain. Penemuan-penemuan ini kemudian di wujudkan dalam pusat
perbelanjaan, pendidikan, kebudayaan, bisnis, serta lain sebagainya.
B. Ciri masyarakat kota.
Menurut Bintarto (1983 : 45) ciri sosial dari masyarakat kota ialah sebagai berikut:
1.

Pelapisan Sosial Ekonomi. Perbedaan tingkat pendidikan dan status sosial dapat

menimbulkan suatu keadaan yang heterogen. Heterogenitas tersebut dapat berlanjut dan
memacu adanya persaingan, lebih-lebih apabila jumlah penduduk di kota semakin
bertambah banyak dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka ragam terjadilah
berbagai spesialisasi di bidang ketrampilan ataupun di bidang jenis mata pencaharian.

25 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

2.

Individualisme. Perbedaan status sosial ekonomi maupun kultural dapat

menumbuhkan sifat individualisme. Sifat kegotongroyongan yang murni sudah jarang


dapat dijumpai di kota. Andaikata sudah dalam bentuk yang lain. Dalam hubungan ini
pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam ukuran waktu yang lama sudah mulai
jarang terjadi, karena komunikasi lewat telepon sudah menjadi alat penghubung yang
bukan lagi merupakan suatu kemewahan. Selain itu karena tingkat pendidikan
masyarakat kota sudah cukup tinggi maka segala persoalan diusahakan diselesaikan
secara perseorangan atau pribadi tanpa meminta petimbangan keluarga lain. Walaupun
demikian, bengsa Indonesia dengan falsafah, jiwaa dan pandangan pancasilanya tidak
mudah meninggalkan cara hidup gotong royong yang sudah berakar lama dan telah
menjadi ciri dan pola hidup bangsa Indonesia.
3.

Toleransi Sosial. Kesibukan masing-masing masyarakat kota dalam tompo yang

cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada sesamanya. Apabila ini berlebihan
maka mereka mampu akan mempunyai sifat tak acuh atau kurang mempunyai toleransi
sosial. Di kota msalah ini dapat diatasi dengan adanya lembaga atau yayasan yang
berkecimpung dalam hal ikhwal kemayarakatan.
4.

Jarak Sosial. Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya dapat

dikatakan cukup tinggi. Jadi secara fisik, di jalan, di pasar, di toko, di bioskop, dan di
tempat yang lain masyarakat kota berdekatan, tetapi dari segi sosial mereka berjauhan
karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan.
5.

Penilaian Sosial. Perbedaan status, perbedaan kepentingan, dan situasi kondisi

kehidupan kota mempunyai pengaruh terhadap sistem penilaian yang berbeda mengenai
gejala-gejala yang timbul di kota. Penilaian dapat didasarkan pada latar belakang
ekonomi, dapat pula pada latar belakang pendidikan dan latar belakang filsafat. Perasaan
atau sikap tinggi dari sesama masyarakat kota dapat merugikan sense of belonging atau
rasa kesatuan dan persatuan (Bintarto, 1983 : 45).
C. Sifat interksi sosial pada masyarakat kota.
Dalam bukunya yang berjudul Modernisasi (Schoorl, JW., 1984 : 274) Wirth juaga
menyebutkan

26 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

sifat-sifat hubungan sosial (interaksi sosial) dalam masyarakat kota (konteks kekotaan),
anara lain:
1.

Banyak relasi orang kota, menyebabkan tidak mungkin adanya kontak diantara

pribadi-pribadi yang lengkap. Di dalam masyarakat yang besar terjadilah suatu


segmentasi dari hubungan-hubungan antarmanusia. Artinya, kalau jumlah relasi itu besar,
orang hanya saling mengenal terutama dalam satu peranannya saja, misalnya sebagai
kondektur-penumpang atau pelayan toko-pembeli, tanpa mengetahui sesuatu tentang
keadaan keluarga masing-masing, pendapat masing-masing tentang baik dan jahat serta
seterusnya. Akan tetapi bagi penduduk kota tidak mungkin mengenal atau berkenalan
dengan semua pribadi orang yang untuk suatu keperluan mengadakan kontak. Biasanya ia
hanya mengenal orang lain secara terbatas sekali. Juga kalau bertatap muka, kontak itu
tidak menyangkut pribadi orang, hanya dangkal saja, sifatnya sementara dan hanya
mengenal segemn-segmen tertentu. Oleh karena itu juga dikatakan bahwa sifat
hubungan-hubungan di kota itu tidak primer, akan tetapi sekunder.
2.

Orang kota harus melindungi diri sendiri agar tidak terjadi terlalu banyak

hubungan-hubungan yang sifatnya pribadi, mengingat konsekuensi-konsekuensinya


untuk waktu dan tenaga yang ada padanya. Ia juga harus melindungi diri terhadap relasirelasi yang potensial tidak baik baginya. Karena orang lain itu tidak dikenal, maka juga
tidak diketahui sampai berapa jauh ia membahayakan keamanan atau cara hidupnya,
sampai berapa jauh ia membahayakan (sub) kebudayaannya. Akibatnya ialah bahwa
banyak kontak ditandai oleh semacam reserve, acuh tak acuh atau kecurigaan.
3.

Aspek ketiga yang berkaitan dengan sifat hubungan-hubungan itu ialah kegunaan

yang dapat dipetik dari banyak relasi. Kontak itu tidak diadakan atau timbul, karena
orang ingin saling berhubungan atau saling bertemu. Kebanyakan hubungan itu
digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan sendiri.
4.

Wirth masih mengemukakan akibat lain dari relasi sosial. Dapat dikatakan ada

semacam emansipasi atau kebebasan bagi individu untuk menghindar dari pengawasan
kelompok kecil atas kesukaan dan emosinya. Akan tetapi sikap demikian itu
menyebabkan orang tidak bebas lagi dalam melakukan perbuatan, orang tidak bebas lagi
menerapkan moral yang spontan diakuinya, sedang itu semua termasuk dalam kehidupan
masyarakat yang sudah terintegrasikan. Ini mengansung bahaya akan timbulnya semacam
27 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

keadaan tanpa norma, suatu situasi anomi, dimana relasi-relasi kurang didasarkan atas
norma-norma yang diterima oleh mamsing-masing (Schoorl, JW., 1984 : 274).
5. Pelapisan sosial dan kesamaan derajat
1. Pelapisan Sosial
1.1. Pengertian Pelapisan Sosial
Pengaruh pelapisan sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan di setiap
masyarakat pada segala zaman. Betapapun sederhananya suatu masyarakat gejala ini
pasti dijumpai. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menyatakan bahwa di
dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka
yang melarat dan mereka yang ada di tengah-tengah. Adam Smith membagi masyarakat
ke dalam tiga kategori yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang
yang hidup dari upah kerja, dari keuntungan perdagangan. Sedangkan Thorstein Veblen
membagi masyarakat ke dalam dua golongan yang pekerja, berjuang untuk
mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena
kekayaannya.
Pernyataan tiga tokoh di atas membuktikan bahwa pada zaman ketika mereka hidup dan
dapat diduga pula pada zaman sebelumnya, orang-orang telah meyakini adanya sistem
pelapisan dalam masyarakat, yang didalam studi sosiologi disebut pelapisan.
Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau para warga
masyarakat ke dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya kelas-kelas
tinggi

dan

kelas-kelas

yang

lebih

rendah

di

dalam

masyarakat.

Di dalam masyarakat terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam
masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai demikian
menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya Setangkai Bunga
Sosiologi, sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-benda yang lain yang
bernilai

ekonomis,

politis,

agamis,

sosial

maupun

kultural.

Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam
masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian
28 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari
warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan
ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki
pelapisan yang lebih rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya
kehidupan bersama atau organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan
yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok, setiap
orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi sosial
tertentu. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)

1.2. Terjadinya Pelapisan Sosial


Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orangorang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan
yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan
sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan
dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan
masyarakat dimana sistem itu berlaku.
Terjadi dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam
sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang
diberikan kepada seseorang.
29 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem,
yaitu:
1. Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya
berdampingan

dan

harus

bekerja

sama

dalam

kedudukan

yang

sederajat.

2. Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari
bawah ke atas ( Vertikal ).
1.3. Perbedaan sistem pelapisan dalam masyarakat
Masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang dan pelapisan sosial yang berbeda-beda.
Pelapisan sosial merupakan pemilah-milah kelompok sosial berdasarkan status, strata dan
kemampuan individu tersebut yang terjadisecara alami didalam masyarakat. Terjadinya
pelapisa sosial berdasarkan adanya cara pandang masyarakat yang berbeda-beda dengan
dilatarbelakangi oleh status sosial, strata sosial dan kemampuan ekonomi yang berbedabeda. Adapun perbedaan sistem pelapisan dalam masyarakat.

1. Sistem pelapisan masyarakat tertutup diantaranya, Kasta Brahmana (pendeta), Kasta


Ksatria (golongan bangsawan), Kasta Waisya (golongan pedagang), Kasta Sudra
(golongan rakyat jelata) dan Kasta Paria (golongan orang yang tidak memiliki kasta).
2. Sistem pelapisan masyarakat terbuka. Setiap orang mempunyai kesempatan untuk
menempati jabatan, jika orang tersebut menpunyai kemampuan pada bidang tersebut.
Kesamaan derajat terjadi karena adanya perbedaan kemampuan yang terjadi dalam
bermasyarakat. Oleh sebabitu munculah lapisan-lapisan yang dapat menyatukan hal yang
awalnya berbeda kemudian menjadi satu, hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang
1945 tentang hak asasi manusia.
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
1.4. Beberapa teori tentang pelapisan social

30 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas : Kelas atas (upper class),Kelas
bawah (lower class), Kelas menengah (middle class), Kelas menengah ke bawah (lower
middle class).
Beberapa

teori

tentang

pelapisan

masyarakat

dicantumkan

di

sini

1. Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengahtengahnya.
2. Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa
selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap
masyarakat

pasti

mempunyai

sesuatu

yang

dihargai.

3. Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu
yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan
itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang
berbeda-beda.
4. Gaotano Mosoa dalam The Ruling Class menyatakan bahwa di dalam seluruh
masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang
paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama
(jumlahnya

selalu

sedikit)

dan

kelas

kedua

(jumlahnya

lebih

banyak).

5. Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas
yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya
dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
2. Kesamaan Derajat
1.1. Tentang kesamaan derajat
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota
masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap
pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundangundangan atau Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali
31 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan derajat ini terwujud dalam
jaminan hak yang diberikan dalam berbagai faktor kehidupan.
Pelapisan sosial dan kesamaan derajat mempunyai hubungan, kedua hal ini berkaitan satu
sama lain. Pelapisan soasial berarti pembedaan antar kelas-kelas dalam masyarakat yaitu
antara kelas tinggi dan kelas rendah, sedangkan Kesamaan derajat adalah suatu yang
membuat bagaimana semua masyarakat ada dalam kelas yang sama tiada perbedaan
kekuasaan dan memiliki hak yang sama sebagai warga negara, sehingga tidak ada dinding
pembatas antara kalangan atas dan kalangan bawah.
1.2.

Pasal-Pasal

di

dalam

UUD45

tentang

persamaan

hak

UUD 1945 menjamin hak atas persamaan kedudukan, hak atas kepastian hukum yang
adil, hak mendapat perlakuan yang sama di depan hukum dan hak atas kesempatan yang
sama dalam suatu pemerintahan.
Setiap masyarakat memiliki hak yang sama dan setara sesuai amanat UUD 1945, yaitu
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada pengecualiannya. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
menyatakan, setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyatakan, setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Setiap orang berhak bebas
dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan ddari
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Norma-norma konstitusional di atas,
mencerminkan prinsip-prinsip hak azasi manusia yang berlaku bagi seluruh manusia
secara universal.
1.3. Empat pokok hak asasi dalam 4 pasal yang tercantum pada UUD 45
Hukum dibuat dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum
tanpa adanya perbedaan. Jika dilihat, ada empat pasal yang memuat ketentuan-ketentuan
32 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

tentang

hak-hak

asasi,

yakni

pasal

27,

28,

29,

dan

31.

Empat pokok hak-hak asasi dalam 4 pasal yang tercantum di UUD 1945 adalah sebagai
berikut

Pokok Pertama, mengenai kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam
hukum dan di muka pemerintahan. Pasal 27 ayat 1 menetapkan bahwa Segala Warga
Negara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib
menjunjung

hukum

dan

pemerintahan

itu

dengan

tidak

ada

kecualinya.

Di dalam perumusan ini dinyatakan adanya suatu kewajiban dasar di samping hak asasi
yang dimiliki oleh warga negara, yaitu kewajiban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dengan demikian perumusan ini secara
prinsipil telah membuka suatu sistem yang berlainan sekali daripada sistem perumusan
Human Rights itu secara Barat, hanya menyebutkan hak tanpa ada kewajiban di
sampingnya.
Kemudian yang ditetapkan dalam pasal 27 ayat 2, ialah hak setiap warga negara atas
pekerjaan

dan

penghidupan

yang

layak

bagi

kemanusiaan.

Pokok Kedua, ditetapkan dalam pasal 28 ditetapkan, bahwa kemerdekaan berserikat


dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
oleh Undang-Undang.
Pokok Ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk
agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara, yang berbunyi sebagai berikut : Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan

untuk

beribadah

menurut

agamanya

dan

kepercayaannya

itu.

Pokok Keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran yang
berbunyi : (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan (2) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang.
6. Pemuda dan sosialisasi
PEMUDA

33 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan
dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi
pembangunan yang terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan.
Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini
sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda
diperinci dan tersurat dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda
Indonesia adalah sebagai berikut :
Masa bayi : 0 1 tahun
Masa anak : 1 12 tahun
Masa Puber : 12 15 tahun
Masa Pemuda : 15 21 tahun
Masa dewasa : 21 tahun keatas
Dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa,
dengan perincian sebagai berikut :
Golongan anak : 0 12 tahun
Golongan remaja : 13 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda
berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
1. siswa, usia antara 6 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
2. Mahasiswa usia antara 18 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang
berusia 15 30 tahun keatas.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial.
Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan
pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup
bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan
pandangan hidup yagn dianut masyarakat. Sebagai mahluk individual artinya tidak

34 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap


diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
SOSIALISASI
Sosialisai merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat
dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian(self)
sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan
memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri
membuat timbulnya sebutan "aku" atau "saya" sebagai kedirian subyektif yang sulit
dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses sosialisasi menfapat bayangan dirinya yaitu setelah memperhatikan cara
orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan
dari orang lain.
Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat
diramalkan.Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti
bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan
tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian
dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui
belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cari hidup dan bagamana cara berpikir
kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. sosialisasi
merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan
hubungannya dengn sistem sosial.
Penduduk, masyarakat kebudayaan
35 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan adalah 3 hal aspek kehidupan yang saling
berkaitan.

Penduduk

adalah

kumpulan

manusia

yang

menempati

wilayah geografi dan ruang tertentu, sedangkan masyarakat menurut R. Linton adalah
setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga
mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada
penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk,
masyarakat terbentuk karena adanya penduduk. Sedangkan budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat. Penduduk masyarakat dan kebudayaan adalah konsep-konsep yang
pertautannya satu sama lain sangat berdekatan. Bermukimnya penduduk dalam suatu
wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu pula, memungkinkan untuk terbentuknya
masyarakat di wilayah tersebut. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada
penduduknya sehinggat idak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk,
masyarakat terbentuk karena penduduk. Sudah barang tentu penduduk disini yang
dimaksud adalah kelompok manusia, bukan penduduk/populai dalam pengertian
umum yang mengandung arti kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan
berkembang biak pada suatu daerah tertentu.
Demikian pula hubungan antara masyarakat dan kebudayaan, ini merupakan
dwi tunggal, hubungan dua yang satu dalam arti bahwa kebudayaan merukan hasil dari

36 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

suatu masyarakat, kebudayaan hanya akan bisa lahir, tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Tetapi juga sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung
oleh kebudayaan. Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan inipun merupakan
juga hubungan yang saling menentukan
Penduduk, dalam pengertian luas diartikan sebagai kelompok organisme
sejenis yang berkembang biak dalam suatu daerah tetentu. Penduduk dalam arti luas
itu sering diistilahkan popuasi dan disini dapat meliputi populais hewan, tumbuhan
dan juga manusia. Dalam kesempatan ini penduduk digunakan dalam pengertian
orang-orang yang mendiami wilayah tertentu, menetap dalam suatu wilayah, tumbuh
dan berkembang dalam wilayah tertentu pula.
Adapun masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang
menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah
dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur
kehidupannya. Tekanannya disini terletak pada adanya pranata sosia, tanpa pranata
sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan secara teratur.
Pranata sosial disini dimaksudkan sebagai perangkat peraturan yang mengatur peranan
serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara
kelompok.
Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia, ada yang mendefinisikan
sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya manusia menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan, sedangkan rasa mewujudkan segala norma dan
nilai untuk mengatur kehidupan dan selanjutna cipta merupakan kemampuan berpikir
kemampuan mental yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan (selo sumarjan
dan sulaiman..s)
7 .Penduduk, masyarakat, dan kebudayaan
PENDUDUK DAN PERMASALAHANNYA

37 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Orang yang pertama mengemukakan teori mengenai penduduk ialah Thomas


Robert Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay Population tahun 1798. Malthus
mengemukakan adanya dua persoalan pokok, yaitu bahwa bahan makanan adalah
penting utnuk kehidupan manusia dan nafsu manusia tidak dapat ditahan. Bertitik
tolak dari hal itu teori Malthus yang sangat terkenal yaitu bahwa berlipat gandanya
penduduk itu menurut deret ukur, sedangkan berlipat gandanya bahan makanan
menurut deret hitung, sehingga pada suatu saat akan timbul persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan penduduk.
Tidak lama setelah Malthus mengemukakan pendapatnya, timbullan kemudian
bermacam-macam teori/pandangan sebagai kritis atau sebagai perbandingan atas teori
Malthus. ,misalnya saja pandangan yang mengemukakan bahwa pertambahan
penduduk itu merupakan hasil (resulta) dari keadaan sosial termasuk ekonomi, dimana
orang saling berhubungan dan terkenal sebagai teori sosial tentang pertambahan
penduduk
Disamping itu ada juga yang berpendapat bahwa manusia itu dalam
kehidupannya terkait dengan alam atau daerah dimana mereka hidup. Oleh karena itu
penduduk dunia itu bertambah karena kelahiran lebih besar dari kematian, sehingga
tingkat kelahiran lebih besar dari tingkat kematian. Ini disebabkan karena manusia
sebagai mahluk hidup akan selalu berusaha agar mempunyai keturunan dan
memperjuangkan hidupnya untuk dapat hidup panjang (berumur panjang) dan ini
sering dikenal dengan teori alam tentang pertumbuhan penduduk.
MASYARAKAT
Masyarakat (sebagai

terjemahan

istilah society)

adalah

sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih
abstraknya,

sebuah

masyarakat

adalah

suatu

jaringan

hubungan-hubungan

antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling


38 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai
sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang
sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama
mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian.

Pakar ilmu sosial

mengidentifikasikan

ada:

masyarakat pemburu,

masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural


intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap
masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah
dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan
urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan
masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan
dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga
arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society
mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan
yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal

dari bahasa

Sanskerta yaitu buddhayah,

yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa

Inggris,

kebudayaan

disebut culture,

yang

berasal

dari

kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
39 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,

40 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
8. Pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
TEKNOLOGI
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari
sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah.
Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains
(science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung
dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya.
Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya
mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam
interaksinya satu terhadap lainnya.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi
merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup
dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi
non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan
syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia,
yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah
manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila
41 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti
pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan
batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :

1.

Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan

2.

Posisi manusia dalam lingkungan sekitar

3.

Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi

Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis
kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan
sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi
pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia
untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai
gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis
kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan
sendiri,

seperti

3. Tingkat

memperoleh

pendidikan

4. Kebanyakan
5.

untuk

mereka

tinggal

di

tanah
rendah,
desa

garapan
tidak
sebagai

ataua
sampai

modal
taman

pekerja

usaha
SD
bebas

Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.

9. Ekonomi dan pembangunan.


42 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

A.

Definisi ilmu ekonomi

Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari berbagai perilaku
pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat. Ilmu ini
diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan terhadap berbagai
sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

B.

Lingkup Ilmu Ekonomi

1.

Microeconomics adalah bagian dari ilmu ekonomi yang membahas perilaku

individu dalam membuat keputusan penggunaan berbagai unit ekonomi. Di sini ada
perusahaan dan rumah tangga.
2.

Macroeconomics adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menjelaskan perilaku

ekonomi secara keseluruhan (economic aggregates) akan terkait dengan income,


output, employment, dan lain-laindalam kerangka atau skala nasional.
Persamaan Ilmu Ekonomi Dengan Ilmu Sosial Adalah :
Memiliki objek formal yang sama. Objek yang diamati/dipelajari oleh semua ilmu
sosial adalah manusia dan perilakunya. Melalui pembelajaran ilmu sosial, siswa
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga berlaku pada mata
pelajaran ekonomi.
Perbedaan Ilmu Ekonomi Dengan Ilmu Sosial Adalah :
Memiliki objek material yang berbeda. Objek material/inti permasalahan Ilmu
ekonomi berupa kelangkaan, yaitu bagaimana manusia melakukan tindakan pemilihan
atas berbagai keterbatasan dalam sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
yang tidak terbatas baik dalam hal produksi ataupun konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang sudah sejak lama. Boleh dikatakan sejak 1776 ketika Adam
Smith menulis buku berjudul The Wealth of Nations. Perkembangan ilmu ekonomi
berlanjut tidak hanya sebagai ilmu yang kualitatif tapi juga kuantitatif, terbukti dengan
terdapatnya cabang dari ilmu ekonomi yaitu ekonometrika.

43 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

PENERAPAN EKONOMI PANCASILA


A. Pengertian
1. Ekomomi pancasila
Sistem Ekonomi Pancasila adalah aturan main kehidupan ekonomi atau hubunganhubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau
moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan kemanusiaan yang dijiwai
semangat nasionalisme (kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya bermuara
pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Intisari Pancasila (Eka Sila) menurut Bung
Karno adalah gotongroyong atau kekeluargaan, sedangkan dari segi politik Trisilayang
diperas dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme) sosionasionalisme dan sosio-demokrasi. Praktek-praktek liberalisasi perdagangan dan
investasi di Indonesia sejak medio delapanpuluhan bersamaan dengan serangan
globalisasi dari negara-negara industri terhadap

negara-negara berkembang,

sebenarnya dapat ditangkal dengan penerapan sistem ekonomi Pancasila. Namun


sejauh ini gagal karena politik ekonomi diarahkan pada akselerasi pembangunan yang
lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi tinggi ketimbang pemerataan hasilhasilnya.

Trilogi Pembangunan
Sebenarnya sejak terjadinya peristiwa Malari (Malapetaka Januari) 15
Januari 1974, slogan Trilogi Pembangunan sudah berhasil dijadikan teori yang
mengoreksi teori ekonomi pembangunan yang hanya mementingkan pertumbuhan .
Trilogi pembangunan terdiri atas Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan
Ekonomi Tinggi, dan Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya. Namun sayangnya
slogan yang baik ini justru terkalahkan karena sejak 1973/74 selama 7 tahun Indonesia
dimanja bonansa minyak yang membuat bangsa Indonesia lupa daratan.

44 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Bumi yang membuat Indonesia kaya mendadak telah menarik minat para
investor asing untuk ikut menjarah kekayaan alam Indonesia. Serbuan para investor
asing ini ketika melambat karena jatuhnya harga minyak dunia , selanjutnya
dirangsang ekstra melalui kebijakan deregulasi (liberalisasi) pada tahun-tahun 198388. Kebijakan penarikan investor yang menjadi sangat liberal ini tidak disadari bahkan
oleh para teknokrat sendiri sehingga seorang tokoknya mengaku kecolongan dengan
menyatakan: Dalam keadaan yang tidak menentu ini pemerintah mengambil tindakan
yang berani menghapus semua pembatasan untuk arus modal yang masuk dan keluar.
Undang-undang Indonesia yang mengatur arus modal, dengan demikian menjadi yang
paling liberal di dunia, bahkan melebihi yang berlaku di negara-negara yang paling
liberal. (Radius Prawiro. 1998:409)
Demikian jika ketentuan-ketentuan baru dalam penyelenggaraan programprogram sosial ini dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik, sebenarnya otomatis telah
terjadi koreksi total atas sistem perekonomian nasional dan sistem penyelenggaraan
kesejahteraan sosial kita yang tidak lagi liberal dan diserahkan sepenuhnya pada
kekuatan-kekuatan pasar bebas. Penyelenggaraan program-program sosial yang
agresif dan serius yang semuanya dibiayai negara dari pajak-pajak dalam APBN dan
APBD akan merupakan jaminan dan wujud nyata sistem ekonomi Pancasila.

10.Warga Negara dan Negara


WARGA NEGARA
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau
kawula Negara. karena warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga
dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di
hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung
jawab.

45 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Pengertian Menurut yang lain :


A.S. Hikam : Mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari
citizenship yaitu anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik ketimbang istilah kawula negara lebih
berarti objek yang berarti orang- orang yang dimiliki dan mengabdi kepada
pemiliknya.
Koerniatmanto S : Mendefinisikan warga negara dengan anggota negara. Sebagai
anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap
negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
terhadap negaranya.
UU No. 62 Tahun 1958 : menyatakan bahwa negara republik Indonesia adalah orang
orang yang berdasarkan perundang undangan dan atau perjanjian perjanjian dan
atau peraturan peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 agustus 1945 sudah
menjadi warga negara republik Indonesia.
Jadi dari ketiga pendapat diatas warga negara dapat disimpulkan sebagai sebuah
komunitas yang membebtk negara itu sendiri yang berdasarkan perundang
undangan atau perjanjian perjanjian dan mempunyai hubungan hak dan kewajiban
yang bersifat timbal balik.
Kriteria Menjadi Warga Negara :
Untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warganegara, digunakan dua kriteria :
Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini masih dibedakan menjadi dua yaitu :
- kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut juga Ius Sanguinis.
Didalam asas ini seorang memperoleh kewarganegaraann suatu Negara berdasarkan
asa kewarganegaraan orang tuanya, dimanapun ia dilahirkan
- kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau ius soli. Didalam asas ini
seseorang memperoleh kewarganegaraannya berdasarkan Negara tempat dimana dia
dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warganegara dari Negara tersebut.
- naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan
seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganegaraan Negara lain.
1.Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan
46 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UndangUndang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia
2.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia
3.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing
4.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu Warga Negara Indonesia
5.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal
ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
6.Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia
7.Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia
8.Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau
belum kawin
9.Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya
10.Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui
11.Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
12.Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
13.Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
47 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia :


Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa
terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari
berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian
hari.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang bisa memiliki tambahan hak dan
pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.
A. Contoh Hak Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia
atau nkri dari serangan musuh
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku
B. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara indonesia

48 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.
11. Agama dan masyarakat
Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono
Soekanto, 1983). Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila:
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif
terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522
penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu,
dan 3,4% kepercayaan lainnya.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk
memilih dan mempraktikkan kepercayaannya dan menjamin semuanya akan kebebasan
untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya. Pemerintah, bagaimanapun,
secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha dan Konghucu.
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik
antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia
memainkan

peranan

penting

dalam

hubungan

antar

kelompok

maupun

golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah


konflik di wilayah timur Indonesia.
Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman
agama

dan kultur di

dalam

negeri

dengan

pendatang

dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah
sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.

49 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan


Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, Agama-agama yang dipeluk oleh
penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu
(Confusius).
Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,
dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim
dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya
agama islam ke Indonesia melalui perdagangan.
Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi,
bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan
sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad
keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu.
Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian
pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat
Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa
Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa
kolonialBelanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham
Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di
Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh
kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di
wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.
Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para
pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa
tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik
beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual.
50 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Fungsi agama
Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, misalnya saja dalam pembentukan
individu seseorang. Fungsi agama dalam masyarakat adalah:
fungsi agama di bidang social : dimana agama bisa membantu para anggota-anggota
masyarakat dalam kewajiban social.
Fungsi agama dalam keluarga
fungsi agama dalam sosialisasi: dapat membantu individu untuk menjadi lebih baik
diantara lingkungan masyarakat-masyarakat yang lain supaya dapat berinteraksi dengan
baik.
12. Prasangka, diskriminasi dan integrasi masyarakat.
A. SIKAP
1. Pengertian dan Komponen-Komponen Sikap
Drs. Alex Sobur dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum menyimpulkan bahwa:
sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa, dalam
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertetntu terhadap objek sikap.
Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Sikap
mengandung aspek evaluatif, artinya suatu penilaian (menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dsb).
Sikap mempunyai tiga komponen dasar yaitu kognitif (keyakinan), afektif (perasaan), dan
konatif (tindakan). Komponen kognitif melibatkan apa yang dipikirkan dan diyakini oleh
seseorang terhadap objek sikap. Komponen afektif melibatkan perasaan atau emosi.
Sedangkan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Kita sering mengekspresikan sikap
dalam pernyataan opini: (Saya senang mangga, Saya tidak mendukung partai X)
Namun meskipun sikap mengekspresikan perasaan, kita sering kali mengaitkan sikap
dengan kognisi. Jelasnya, keyakinan mengenai objek sikap (mangga mengandung
51 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

banyak vitamin, partai X tidak memperhatikan kaum miskin). Sikap juga dikaitkan
dengan tindakan yang kita ambil karma objek sikap (Saya makan mangga setiap hari,
saya tidak pernah memilih partai X). Dengan demikian, ahli psikologi social
memandang sikap sebagai gabungan dari komponen kognitif, afektif, dan konatif.
2. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Menurut salah seorang tokoh bernama Krech dan kawan-kawanya, sikap tidak hanya
ditujukan untuk ilmu sosial saja, tetapi juga penting untuk orang yang ingin memengaruhi
kegiatan soaial, seperti orang tua, pendidik, pemimpin, pembaharu, politikus, pedagang,
dan orang-orang yang tertarik untuk mengembangkan sikap-sikap baru dan cara untuk
menguatkan atau melemahkan sikap.
Sikap terbentuk karena beberapa hal diantaranya adalah;
a. Terbentuk dari pengelaman melalui proses belajar.
Memang ada sebagian tokoh yang berpendapat bahwa ada faktor genetic yang
berpengaruh pada pembentukan sikap (Waller dkk, 1990; Keller dkk, 1992) namun
sebagian besar ahli psikologi sosial lebih berpendapat bahwa sikap terbentuk dari
pengalaman melalui proses belajar. Dampak dari pendapat ini , bahwa dapat disusun
berbagai upaya untuk mengubah sikap seseorang, misal melalui pendidikan, pelatihan,
komunikasi, penerangan dsb.
b. Terbentuknya karena norma-norma yang telah di hayati sebelumnya.
c. Terbentuknya karena meniru sikap dari pihak lain yang pernah di ketahuinya.
d. Karena adanya interaksi dengan obyek tertentu baik interaksi dalam kelompok
maupum dari luar.
e. Karena faktor intern di dalam diri pribadi manusia, yakni selektivitasnya sendiri, daya
pilihnya sendiri, atau minat perhatianya untuk menerima dan mengolah berbagai
pengaruh yang datang dari luar dirinya.
Perubahan sikap pada individu, ada yang terjadi dengan mudah dan ada yang sukar. Hal
ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau menolak stimulus yang
datang kepadanya. Terjadinya perubahan sikap, sering dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena perkembangan IPTEK dapat menimbulkan
pergeseran nilai dan norma, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan sebagainya.

52 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Menurut pandangan beberapa tokoh yaitu Krech, Crutchfield, dan Ballachey:


Keterubahan suatu sikap bergantung pada karakteristik sistem sikap, kepribadian
individu, dan afiliasi individu terhadap kelompok; dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Karateristik sistem sikap
a. Sikap extreme
Yaitu sikap yang sulit diubah baik dalam perubahan yang kongruen maupun yang
inkongruen. Perubahan kongruen adalah perubahan yang searah yakni bertambahnya
derajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan perubahan inkongruen
adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Yang semula positif menjadi negative
dan sebaliknya.
b. Multifleksitas
Yaitu suatu sikap yang mudah diubah secara kongruen tetapi sulit diubah secara
inkongruen atau sebaliknya
c. Konsistensi
Yaitu sikap yang stabil karena adanya komponen yang saling mendukung. Sikap ini
mudah dirubah secara kongruen, sedangkan sikap yang tidak stabil lebih mudah diubah
secara inkongruen.
d. Interconnectedness
Yaitu keterikatan suatu sikap dengan sikap lain yang saling berhubungan. Contohnya
ketaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya dikaitkan dengan kencintaan yang
begitu mendalam kepada orang tuanya yang telah meninggal karena agama yang sama.
Sikap ini sulit diubah secara inkongruen.
2. Kepribadian individu
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian. Adapun
aspek-aspek kepribadian tersebut adalah:
a. Intelegensi
Tingkat pemahaman seseorang dalam memahami suatu informasi sangat mempengaruhi
sikapnya.
b. General persuasibility
Adalah kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh social tanpa memandang
komunikatornya, topik, media, dan komunikasinya.
53 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

c. Self defensiveness
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikapnya demi mempertahankan
hargadirinya.
3. Afisiliasi kelompok
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok terhadap
dirinya. Seseorang yang telah memegang teguh norma kelompoknya akan sulit diubah
sikapnya secara inkongruen tetapi lebih mudah dirubah secara kongruen dengan cara
diberi arahan dan pengetahuan atau pengalaman oleh kelompoknya.
3. Fungsi dan Sumber Sikap
Seorang tokoh yang bernama Rita L. Atkinson dan kawan-kawan menyebutkan adanya
lima fungsi sikap, yaitu:
a. Fungsi instrumental
Dikatakan demikian karena sikap yang kita pegang mempunyai alasan untuk
mendapatkan suatu manfaat yang semata-mata mengekspresikan keinginan kita untuk
mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
b. Fungsi nilai ekspresif
Sikap yang mengekspresikan atas mencerminkan konsep diri kita terhadap suatu obyek
tertentu.
c. Fungsi perubahan ego
Sikap yang berfungsi melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga diri kita.
d. Fungsi penyesuaian social
Dengan sikap tertentu kita dapat menjadi anggota dari suatu komunitas tertentu.
e. Fungsi Pengetahuan
Sikap yang membantu kita memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai
informasi yang harus kita asimilasikan dalam kehidupan sehari-hari, dikatakan memiliki
fungsi pengetahuan.
Ahli psikologi sosial (Calhoun dan Accocella, 1990) menemukan tiga sumber sikap yang
utama, yaitu:
a. Pengalaman Pribadi, sikap dapat merupakan hasil pengalaman yang menyenangkan
atau menyakitkan dengan objek sikap.

54 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

b. Pemindahan perasaan yang menyakitkan, pemindahan adalah secara tidak sadar


mengalihkan perasaan yang menyakitkan (terutama permusuhan) jauh dari objek
sebenarnya pada objek lain yang lebih aman.
c. Pengaruh sosial, sumber ini dapat dimungkinkan menjadi sumber utama dalam sikap.
4. Hubungan Sikap dan Perilaku
Berbagai temuan penelitian tentang hubungan antara sikap dan perilaku memang belum
konklusif. Banyak penelitian yang menyimpulkan adanya hubungan yang sangat lemah,
bahkan negatif, sedangkan sebagian penelitian lain menemukan adanya hubungan yang
meyakinkan.
Dalam hubungan dengan hasil penelitian yang kontradiktif ini, tokoh yang bernama
Warner dan DeFleur mengemukakan tiga postulat untuk mengidentifikasi tiga pandangan
umum mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu:
a. Postulat Konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup
akurat utuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada
suatu objek sikap.
b. Postulat Variasi Independen
Postulat Variasi Independen mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan
bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten. Sikap dan prasangka merupakan
dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. Perilaku
ditentukan oleh banyak faktor selain sikap, dan faktor-faktor lain itu mempengaruhi
konsistensi sikap-perilaku. Salah satu faktor yang jelas adalah tingkat kendala dalam
situasi. Kita sering kali harus bertindak dalam cara yang tidak konsisten dengan apa yang
kita rasakan atau yakini.
c. Postulat Konsistensi Tergantung
Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat
ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan
kelompok, kebudayaan dan sebagainya merupakan kondisi ketergantungan yang dapat
mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku

55 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

dapat disandarkan pada sikap, akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke
situasi lainya.
B. PRASANGKA
1. Definisi Prasangka
Prasangka atua prejudice berasal dari kata latin prejudicium, Prae berarti sebelum
danJudicium berarti keputusan (Hogg, 2002). Chambers English Dictionary (dalam
Brown, 2005) mengartikan prasangka sebagai penilaian atau pendapat yang diberikan
oleh seseorang tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Hal senada juga diberikan
oleh Hogg (2002), yang menyatakan bahwa prasangka merupakan sikap sosial atau
keyakinan kognitif yang merendahkan, ekspresi dari perasaan yang negatif, rasa
bermusuhan atau perilaku diskriminatif kepada anggota dari suatu kelompok sosial
tertentu sebagai akibat dari keanggotaannya dalam kelompok tertentu.
Sedangkan menurut (Soelaiman;1987) pengertianya sebagai berikut:
1)

Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan yang diambil atas dasar

pengalaman yang lalu.


2)

Dalam bahasa Inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian

dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang.


3)

Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional (suka-tidak

suka) dalam keputusan yang telah diambil tersebut.


Disebabkan sifatnya yang belum menetap, prasangka dapat menjurus pada pengertian
yang positif dan negatif, sehingga merupakan pendapat yang bisa berubah-ubah, atau
diubah, dipengaruhi, dan juga dapat digunakan untuk menafsirkan segala fakta tanpa
berdasarkan fakta yang meyakinkan. Artinya prasangka sebagai pendapat yang dapat
diubah dan mengubah fakta yang diterima dan dikumpulkanya, yang mungkin positif
meyakinkan atau negatif mengaburkan, menguntungkan merugikan atau melamahkan.
2. Sumber dan Pembentukan Prasangka
Sama halnya dengan sikap, prasasngka terbentuk dalam masa perkembangan seseorang
bukan di bawa sejak lahir. Karena terbentuknya pada masa perkembangan
seseorang, maka orang tua dianggap guru utama prasangka pada saat seseorang masih
usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam

56 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

usia skolah dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan
tua.
Beberapa hal yang dapat menjadi sumber terbentuknya prasangka pada seseorang adalah
sebagai berikut:
a. Perbedaan antar kelompok/ perbedaan antar ras atau etnis.
Prasaangka yang bersumber dari perbedaan etnis dapat di temukan pada masyarakat
heterogen. Yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan yang
bersumber dari perbedaan ras dapat di temukan dalam masyarakat yang multirasial
seperti amerika dan Negara-negara eropa lainya.
b. Perbedaan idiologi
Ini terjadi pada masarakat di Negara yang memiliki idiologi yang kuat terhadap idiologi
lain yang menjadi lawanya.
c. Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis.
Contohnya:prasangka terhadap orang yang berkulit putih terhadap negro di amerika
serikat. Yang berkar dari sejarah perbudakan orang-orang negro pada sekitar 300 tahun
yang lalu. Walupun sekarang orang-orang negro sudah bangkit tetapi tetap saja orangorang berkulit putih menganggap orangt negro sebagai manusua pemalas,bodoh,
brutal dll.
3. Upaya Mengatasi Prasangka
Sesungguhnya mustahil bahwa prasangka dapat dihapuskan. Sebab selain prasangka itu
bersumber dari dalam diri manusia dan interaksi antar manusia, juga disebabkan terlalu
banyaknya faktor yang mempengaruhu prasangka, sehingga rasanya tidak ada satupun
jalan terbaik untuk menghilangkan prasangka.
Meskipun demikian, prasangka dapat diantisipasi. Karena itu prasangka dapat dikurangi
dampaknya. Para ahli menyebutkan usaha-usaha mengurangi prasangka harus dimulai
dari pendidikan anak-anak di rumah dan di sekolah oleh orang tua dan guru. Sehubungan
hal tersebut, pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka sosial haruslah
dihindari.
Upaya yang lain adalah dengan mengadakan kontak antara dua kelompok yang
berprasangka, dan permainan peran atau role playing, yakni orang yang berprasangka
diminta untuk berperan sebagai orang yang menjadi korban prasangka, sehingga orang
57 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

yang berprasangka akan merasakan, mengalami, dan menghayati segala penderitaan yang
menjadi korban prasangka.

Pengertian Integrasi Sosial


Secara arti kata Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Dalam hal ini integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Sedangkan definisi lain dari integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Sehingga integrasi memiliki dua
pengertian, yaitu :
- Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu.
- Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Dalam pengertian sempit integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu
integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai
tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat,
mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan.
Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilainilai yang sama dijunjung tinggi.
Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap

58 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan


terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat,
sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak
banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh
karena itu untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan
dengan mengatasi atau mengurangi prasangka
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme integrasi sosial dalam masyarakat
senantiasa terkait dengan dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di
antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang
bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota
dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di
antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh
adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial.
Sehingga definisi dari integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai
kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembagalembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaanpersenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam
hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap
prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan.
Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada
di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihakpihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi
tanpa paksaan.
59 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Bentuk - Bentuk Integrasi Sosial


Bentuk integrasi sosial dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:
- Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli. Dalam masyarakat bentuk integrasi sosial ini terlihat dari pembentukan
tatanan sosial yang baru yang menggantikan budaya Asli. Biasanya bentuk integrasi ini
diterapkan pada kehidupan sosial yang primitif dan rasis. Maka dari itu budaya Asli yang
bertentangan dengan norma dan mengancam disintegrasi masyarakat akan digantikan
dengan tatanan sosial baru yang dapat menyatukan beragam latar belakang sosial.
- Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli. Akulturasi menjadi alternatif tersendiri dalam menyikapi interaksi
sosial, hal ini didasarkan pada nilai-nilai sosial masyarakat yang beberapa dapat
dipertahankan. Sehingga nilai-nilai baru yang ditanamkan pada masyarakat tersebut akan
menciptakan keharmonisan untuk mencapai integrasi sosial.
Faktor - Faktor untuk mencapai Integrasi Sosial dalam Masyarakat
Integrasi sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling
berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik turut menjadi
penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan norma-norma
sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan
tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku.
Namun demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan
pengorbananm, baik pengorbanan perasaan, maupun pengrobanan materil. Dasar dari
pengorbanan adalah langkah penyesuaian antara perbedaan perasaan, keinginan, ukuran
dan penilaian di dalam masyarakat tersebut. Maka dari itu norma sosial sebagai acuan
bertindak dan berprilaku dalam masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang
60 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

bagaimana bersosialisasi dalam masyarakat.


Adapun faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi sosial
dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
- Faktor internal : kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan
semangat gotong royong.
- Faktor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan,
sikap toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar
Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial
Untuk mencapai integrasi sosial dalam masyarakat diperlukan setidaknya dua hal berikut
untuk menjadi solusi atas perbedaan yang terdapat dalam masyarakat :
1. Untuk meningkatkan integrasi sosial, maka pada diri masing-masing harus
mengendalikan perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan
sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan
yang lainnya. Sehingga dalam masyarakat tercipta keharmonisan dan saling memahami
antara satu sama lain, maka konflik pun dapat dihindarkan.
Untuk mencapai integrasi sosial seringkali konflik-pun tak terhindarkan , maka perlu
dicari beberapa bentuk yang mengakomodasi perbedaan tersebut. Maka dari itu
ditawarkanlah empat sistem berikut untuk mengurangi konflik yang terjadi, antara lain:
1. Mengedepankan identitas bersama seperti sistem budaya yang berasaskan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
61 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

2. Menerapkan sistem sosial yang bersifat kolektiva sosial dalam masyarakat dalam
segala bidang.
3. Membiasakan sistem kepribadian yang terintegrasi dengan nilai-nilai sosial
kemasyarakatan yang terwujud sdalam pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan
(cathexis), sehingga pola-pola penilaian yang berbeda dapat disamakan sebagai pola-pola
keindonesiaan.
4. Mendasarkan pada nasionalime yang tidak diklasifikasikan atas persamaan ras,
melainkan identitas kenegaraan.
Setelah pembahasan diatas kita dapat memahami secara jelas makna dan fungsi penting
sebuah integrasi sosial dalam masyarakat. Seperti kita ketahui Indonesia sebagai negara
yang multi-etnis tentunya sangat rawan dengan konflik SARA. Maka dari itu integrasi
sosial hadir untuk mengharmonisasi masyarakat, sehingga konflik tersebut dapat dicegah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latian prejudicium, yang pengertiannya
sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut :
a. semula diartikan sebagai suatu presenden, artinya keputusan diambil atas dasar
pengalaman yang lalu
b. dalam bahas Inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan
pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang
c. untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur-unsur emosian (suka atau
tidak suka) dalam keputusan yang telah diambil tersebut
Dalam konteks rasial, prasangka diartikan:suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis
atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi . Dalam hal ini
terkandung suatu ketidak adilan dalam arti sikap yang diambilkan dari beberapa
pengalaman dan yang didengarnya, kemudian disimpulkan sebagai sifat dari anggota
seluruh kelompok etnis.
Prasangka (prejudice) diartikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa
sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya

62 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

sukhudzon. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu
buruk. Dan disisi lain bahasa arab khusudzon yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan.
Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia
bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan
dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak
nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis.
Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka
tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.
Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan
langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesagesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi
proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan
sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat.
Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang
lebih sukar berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok ? tampaknya
kepribadian dan inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan engan munculnya
prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka, mengapa ? karena
orang-orang macam ini berikap dan bersifat kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap.
Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap
prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yagn
mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang
diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatof tanpa
latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat
saja bertindak tidak diskriminatif.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. Berlatar belakang sejarah
2. Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional

63 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

3. Bersumber dari faktor kepribadian


4. Berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminai
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan
sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau
menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme
dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
SIKAP DAN PRASANGKA
Karena prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial, maka terlebih dahulu sikap perlu
dirumuskan. Sikap menurut morgan (1966) adalah kecenderungan untuk berespon, baik
secara positif maupun negatif, terhadap orag, obyek, atau situasi. Tentu saja
kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak
sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bia ia sudah bertingkah laku.
sikap merupakan salah satu determinan dari tingkah laku, selain motivasi dan norma
masyarakat.Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku.
Karena berbeda dengan pengetahuan (knowledge), dalam sikap terkandung suatu
penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan
sebagainya. Karena dalam sikap ada suatu kecenderungan berespon. maka seseroang
mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan
dilakukan bila bertemu dengan obyeknya. Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan,
bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yaitu :
a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya terlepas
pengetahuan itu benar atau salah
b. Afektif: artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosinal (setuju-tidak
64 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

setuju) mengenai objeknya


c. Konatif: artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya,
mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) samapai pada yang aktif (tindakan
menyerang)
Pertentangan-pertentangan sosial / ketegangan dalam masyarakat
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang
kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan
cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhankebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasangagasan
3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang
luas yaitu masyarakat.
1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang
2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu,
dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai,
dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta
minat mereka.
3. Para taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan
norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh
adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu
kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.

65 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :


1. Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn
diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk
kelompok kami sendiri
2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan
terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok
minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk
melakukan kegiatan bersama
5. Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
6. Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang
memuaskan bagi semua pihak.

66 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

DAFTAR PUSTAKA
1. http://muchad.com/teori-ilmu-sosial-hakikat-tujuan-ilmu-sosial-dasar.html
2. Wahyu, Ramdani, M.Ag.,M.Si. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Pustaka Setia. Bandung :
2007
3. Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Refika Aditama. Bandung : 2004
4. www.google.com. Pengertian masyarakat. Website: Universitas Guna Darma
5. http://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/23/pelapisan-sosial-dan-kesamaanderajat/

67 |T u g a s I l m u S o s i a l D a s a r

Anda mungkin juga menyukai