Anda di halaman 1dari 20

Problematika filsafat

ilmu
Dr A A Musyaffa, M.Pd
• Apa yang menjadi problematika filsafat?
• Tiga Masalah Utama Filsafat

Di dalam filsafat, terdapat tiga masalah utama, yakni : masalah keberadaan


termasuk masalah kenyataan, masalah pengetahuan termasuk masalah
kebenaran dan masalah nilai.
PROBLEM RASIONALISASI ILMU PENGETAHUAN

• Filsafat rasionalisme merupakan suatu paham dalam filsafat mengatakan dalam memperoleh
serta menyebarkan ilmu pengetahuan, hal terpenting yang perlu ada adalah akal serta rasio.
Rasionalisme percaya bahwa cara untuk mencapai pengetahuan adalah bersandar pada
logika dan intelektual.
• Rasionalismei ialahi pahami filsafati yangi mengatakani akali (reason) i
merupakani hal terpentingi dalami mendapatkani pengetahuani dani
memyebarkani pengetahuan. i Rasionalisme yakini bahwai untuki memperolehi
pengetahuani yaitui dengani bersandari padai logikai dan intelektual. Penalarani
inii tidaki didasarkani padai datai pengalaman, i tetapii jugai diolahi dari
kebenarani yangi tidaki menuntuti untuki mendasarkani dirii padai sebuahi
pengalaman. Pengalamani inderai digunakani untuki merangsangi akali dani
memberikani dorongani yang menyebabkani akali bisai bekerja. Akani tetapi, i
dalami mencapaii kebenarani manusiai harus mengandalkani akal.
• Filsafati rasionalisme idan iilmu ipengetahuan imemiliki ihubungan isatu isama ilain,
ibila melihat irealitas ihubungan ifilsafat irasionalisme idan iilmu ipengetahuan
ibahwa isemuanya merupakan idari ikegiatan imanusia. iFilsafat irasionalisme idan
iilmu ipengetahuan iadalah isatu kesatuan idan isaling iberhubungan iantara isatu
idengan ilainnya. iSemua ikeilmuan isudah dibicarakan idi idalam ifilsafat
irasionalisme, ibahkan ibeberapa iilmu ipengetahuan ilahir idari filsafat
irasionalisme, iberarti iilmu iyang imemisahkan idiri idari ifilsafat. Misalnya
imatematika, astronomi, dan fisika. Ilmu ipengetahuan ikadang ihanya imenggarap
isatu ilapangan iilmu pengetahuan isebagai iobjeknya isehingga iIlmu ibersifat
ianalitis (Varpio & Macleod, 2020). Sedangkan ifilsafat iberdasarkan iilmu
ipengetahuan iyang imenekankan ipada ikeseluruhan idari sesuatu, ikarena
isemuanya imempunyai isifat isendiri iyang itidak isama idengan ibagian iyang lain.
Ilmui bersifat ideskriptif itentang iobjeknya isehingga ibisa imenemukan iteknik-
teknik, ialat-alat idan fakta-fakta
PROBLEM RASIO DALAM FILSAFAT

• Filsafat bukan hanya melukiskan sesuatu, tetapi membantu manusia dalam


mengambil keputusan tentang sebuah tujuan, nilai dan tentang apa yang harus
dilakukan manusia. Faktorfaktor subjektif memegang peran penting idalam
berfilsafat, ilmu mulai dengan asumsi sehingga filsafat dikatakan tidak netral.
(Nurfarhanah, 2019). iFilsafat ijuga imempunyai iasumsi-asumsi dalam
imenyelidiki iserta imerenungkannya ikarena ifilsafat imeragukan iasumsi
itersebut. iIlmu pengetahuan imenggunakan ieksperimentasi iyang iterkontrol
isebagai isebuah imetode iyang khas. iVerifikasi iterhadap isebuah iteori ibisa
idilakukan idengan icara imengujinya idalam ipraktik berdasarkan ipengalaman
idan ipenginderaan. iSedangkan ifilsafat ibisa imelalui iakal ipikiran iyang
didasarkan ipada isemua ipengalaman iinsani, isehingga idengan ifilsafat ibisa
imenelaah imasalah yang itidak ibisa iditemukan isolusinya ioleh iilmu i(French
& McKenzie, 2016).
WHAT IS SCIENCE

• Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran,


pengalaman, pancaindera dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan
mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dengan berbagai bentuk
“ketahuan” umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Terminologi
ketahuan ini diartikan sebagai keseluruhan bentuk produk kegiatan manusia dalam
usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukkan ke dalam
kategori yang disebut “ketahuan/pengetahuan” ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari
pengetahuan ini adalah “knowledge”. Ketahuan atau knowledge ini merupakan
terminologi umum yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui, seperti filsafat,
ekonomi, seni bela diri, matematika dll. Jadi matematika termasuk dalam ketahuan
(“knowledge”), seperti juga ekonomi, fisika, dan seni. Untuk membedakan tiap-tiap
bentuk anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga criteria yakni:
ontologism, epistemology, axiologis.
• Salah satu dari bentuk ketahuan (“knowledge”) ditandai dengan:
1) obyek ontologis: pengalaman manusia, yakni segenap ujud yang
dapat dijangkau lewat pancaindera atau peranti (“device”) yang
membantu kemampuan pancaindera; 2) landasan epistemologis:
metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika
induktif dengan pengajuan hipotesis, atau yang disebut metode
deduct hypotetico-verifikatif; 3) landasan axiologis: kemaslahatan
manusia, artinya secara segenap ujud ketahuan itu secara moral
ditujukan untuk kebaikan hidup manusia
• Bentuk ketahuan (“knowledge”) seperti ini dalam bahasa Inggris
disebut “science”. Dengan demikian maka masalahnya adalah
terdapat perbedaan antara “knowledge” dan “science”; antara
ketahuan yang bersifat umum dan bentuk ketahuan yang spesifik
yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan
landasan axiologis yang khas. Lalu apakah sinonim-sinonim
“knowledge” dan “science” dalam bahasa Indonesia?
• Alternatif pertama adalah menggunakan “ilmu pengetahuan”
untuk “science” dan “pengetahuan” untuk “knowledge”.
Pengetahuan ilmiah bisa diartikan “scientific knowledge” yang
dalam bahasa Inggris adalah sinonim dengan “science” sedangkan
ke-ilmu-pengetahuanan rasanya terlampau dibikin-bikin. Alternatif
kedua berdasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada
dasarnya adalah kedua benda, yakni “ilmu” dan “pengetahuan”.
Dalam hal ini maka yang lebih tepat kiranya adalah penggunaan
kata “pengetahuan” untuk “knowledge” dan “ilmu” untuk
“science”
• Dengan demikian maka “social sciences” kita terjemahkan menjadi “ilmu-ilmu
sosial” dan “natural sciences” menjadi “ilmu-ilmu alam”. Ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu
sosial dan humaniora (seni filsafat, bahasa dan sebagainya) tercakup dalam
“pengetahuan” yang merupakan terminologi generik. Kata sifat dari “ilmu” adalah
ilmiah” atau “keilmuan”, metode yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah
(keilmuan) adalah metode ilmiah (keilmuan). Ahli dalam bidang keilmuan adalah
ilmuwan. Sains adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa Inggris, yakni dari
“science”. Keberadaan kedua adalah bahwa terminologi “science” dalam bahasa
asalnya penggunaannya sering dikaitkan dengan “natural science”, seperti kimia.
“Economics”, sering dikonotasikan sebagai bukan “science”, melainkan “social
studies”, yang mencakup “social sciences” lainnya. Dengan demikian maka
terminologi “science” sering dikaitkan dengan “teknologi”. Hal ini meskipun tidak
disengaja dan mungkin tidak disadari, menimbulkan jurang antara ilmu-ilmu social
dan ilmu-ilmu alam
WHAT IS SCIENCE (PROBLEM & SCIENTIFIC
ATTITUDE)
• Archie J. Bahm menulis artikel tentang ilmu pengetahuan ini karena beberapa alasan,
yaitu antara lain: 1. Makin kompleksnya ilmu pengetahuan dalam segala pengertiannya,
termasuk kompleksitas dalam setiap konteks yang lebih khusus, dan beragamnya
pandangan tentang sifat dasar ilmu pengetahuan (nature of science) yang membuat
penentuan suatu sifat dasar ilmu pengetahuan menjadi bermasalah. 2. Masyarakat
ilmiah telah mengabaikan kebutuhan akan penyelidikan ilmu pengetahuan tentang ilmu
pengetahuan yang diandalkan (biasanya disebut “Filsafat Ilmu Pengetahuan”). 3.
Sebagai bahan perdebatan dengan pihak yang mendefenisikan ilmu pengetahuan dengan
tidak mengikutsertakan aksilogi dan nilai-nilai yang lainnya. 4. Ketiga hal diatas bersifat
penting terutama dengan perkembangan dewasa ini, yaitu dengan semakin
berkembangnya teknologi dan industralisasi yang terkait erat dengan ilmu pengetahuan
(Pure science and technologhy are not antagonistic but in the long perpective of history
reveal themselves to be mutually fructifying, complementary). Selain proses tersebut
diatas dapat menimbulkan efek-efek negative juga tidak dapat dibalikkan kembali.
• Untuk maksud diataslah Bham menulis artikel tentang Pengetahuan
dan menawarkan pemikirannya tentang sifat dasar ilmu
pengetahuan (the nature of science). Dalam deskripsi tentang
pemikirannya itulah maka banyak dijumpai berbagai posisi dari
beragamnya ilmu pengetahuan yang eksis sekarang ini, dan disitu
Bahm mencoba untuk berusaha menanggapi, mensintesiskan,
mengkritik, mengusulkan normativitas, dan pada akhirnya
mengambil posisinya sendiri diantara keberagaman itu
• I. MASALAH (PROBLEM)
Tidak semua masalah dianggap ilmiah (scientific). Untuk dapat dikatakan
bahwa suatu masalah dikarakteristikkan sebagai ilmiah paling tidak harus
memiliki 3 (tiga) hal yaitu : Communicability (mampu untuk dapat
dikomunikasikan), Sikap Ilmiah dan Metode Ilmiah. ‐ Archie J. Bahm
Mengatakan, bahwa suatu masalah tidak layak untuk dikatakan ilmiah
(scientific) jika tidak dapat dikomunikasikan. Seorang ilmuan yang
menemukan suatu masalah dan kemudian menganalisanya secara pribadi
untuk jangka waktu yang lama dan tidak mengkomunikasikan kepada
orang lain, belu bisa dikatakan ilmiah. Suatu masalah untuk dapat
mencapai status “Menjadi Ilmiah” (Scientific) harus dikomunikasikan.
• Suatu masalah dikatakan ilmiah bila dapat didekati dengan cara-
cara sikap ilmiah (Scientific Attitude). ‐ Suatu masalah dapat
dikatakan ilmiah bila dilakukan dengan cara-cara metode ilmiah
(Scientific Method). Tidaklah dapat dikatakan ilmiah bila metode
ilmiahnya tidak dapat diterapkan.
• 2. SIKAP ILMIAH (SCIENTIFIC ATTITUDE)
Sikap ilmiah paling tidak mencakup 6 unsur utama yakni
keingintahuan (curiosity), spekulatif (speculativeness), kesediaan
untuk bersifat obyektif (willingness to be objective), berpandangan
terbuka (open-mindedness), kesediaan untuk menangguhkan
keputusan, tentative (sifatnya sementara)
• 1. Keingintahuan (Curiosity), keingintahuan ilmiah menyangkut tentang bagaimana
sesuatu itu ada, sifat, fungsi serta hubungannya dengan yang lain. Tujuan ilmiah
adalah pemahaman. Aktivitas ini terus berlanjut dan berkembang melalui
pencarian, penelitian, pengujian, eksplorasi, penjajakan dan eksperimen. Rasa
ingin tahu ilmiah adalah memperhatikan rasa ingin tahu. Ini menyangkut tentang
bagaimana ada benda-benda, apa karakter dasarnya, bagaiman mereka berfungsi,
dan bagaimana mereka dihubungkan pada benda-benda lain. Rasa ini bertujuan
untuk pemahaman. Ini berkembang mendalam dan berkelanjutan yang mengarah
pada penyelidikan, penelitian, pengujian, eksplorasi, penjelajahan, dan
eksperimentasi. Seorang ilmuawan tidak akan dalam sikap ilmiah melampau
bidangnya karena memang mereka dilatih dalam sikap ilmiahnya untuk mengatasi
persoalan sesuai dengan bidang keilmuan yang dikuasainya. Sebagian ilmuwan
menjadikan sikap ilmiah ini menjadi bagian pandangan hidup mereka, sehingga
mereka cenderung untuk ingin tahu akan segala sesuatu
• 2. Spekulasi (Speculativeness), untuk menjadi ilmiah seseorang
harus mau mencoba untuk memecahkan masalah, melakukan
beberapa upaya dan solusinya dengan mangajukan satu atau lebih
hipotesis dengan resiko pendapatnya tidak diakui. Tetapi tetap
harus dilakukan hipotesis alternative secara berlanjut. Hipotesis
awal memang sering spekulatif dan setap hipotesis baru
melibatkan beberapa spekulasi. Spekulasi ini memang disengaja
dan sangat perlu di dalam mengembangkan uji coba. Dengan
denikian, spekulatif merupakan unsure esensial sikap ilmiah
• 3. Kesediaan untuk bersifat obyektif (willingness to be objective)
mencakup kesediaan untuk mengikuti keingintahuan ilmiah
(scientific curiosity), kesediaan untuk dibimbing melalui
pengalaman dan akal (penalaran), kesediaan untuk menerima data
sebagai apa adanya serta tidak bias, kesediaan untuk diubah oleh
objek karena adanya penambahan pengetahuan baru artinya
kesediaan untuk diubah oleh hasil-hasil penelitian ilmiah,
kesediaan untu mengakui kekeliruan dan bersedia melakukan
perubahan (trial and error) untuk mencapai keberhasilan final,
kesediaan untuk terus berusaha memahami obyek atau masalah
hingga dicapai suatu pemahaman (willingness to persist)
• Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek
selalu merupakan objek dari subjek. Objektifitas bukan saja
berhubungan erat dengan eksistensi subjek tetapi juga
berhubungan dengan kesediaan subjek untuk memperoleh dan
memegang suatu sikap objektif
• Bahm menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif meliputi
beberapa hal yaitu
• a. Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja
rasa itu membimbing.
• b. Kesediaan untuk dituntun oleh pengalaman dan rasio.
• C. Kesediaan untuk mau menerima
• d. Kesediaan untuk diubah oleh objek
• E. . Kesediaan untuk melakukan kesalahan
• f. Kesediaan untuk bertahan

Anda mungkin juga menyukai