Disusun Oleh
Kelompok 6:
Agus Surya Irwansyah
(2022050103022)
Annisa Aulia Ulfa
(2022050103035)
Astar
(2022050103013)
A. Latar Belakang
Epistemologi selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji karena disinilah dasar-
dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan
pijakan.Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-
aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang
membentuknya.Dari epistemologi, juga filsafat dalam hal ini filsafat modern – terpecah
berbagai aliran yang cukup banyak, seperti rasionalisme, pragmatisme, positivisme, maupun
eksistensialisme dan lain-lain.Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang
diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos.“Episteme” artinya
pengetahuan, sedangkan “logos” lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan
sistematik.Senada dengan pendapat di atas Simon Blackburn dalam Kamu filsafat
menjelaskan bahwa Epistemologi, (dari bahasa Yunaniepisteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan
jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.Lebih
lanjut Blackburn menjelaskan bahwa Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-
dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera
dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis. Tidak jauh beda dengan pemahaman di atas
Kamus Istilah Filsafat mengartikan epistemologi berasal dari kata epistemic; episteme
(pengetahuan) + logos (kajian tentang, teori tentang) teori pengetahuan, kajian tentang (a)
asal-usul, (b) anggapan dasar, (c) tabiat, (d)rentangdan (e) kecermatan (kebenaran,
keterandalan, keabsahan) pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi epistemologi ilmu Manajemen!
2. Mahasiswa dapat menjelaskan peran epistemologi dalam pengembangan ilmu
Manajemen!
3. Mahasiswa dapat menjelaskan metode ilmiah dalam Epistemologi ilmu Manajemen!
4. Mahasiswa dapat menyebutkan apa saja kritik terhadap epistemologi ilmu
Manajemen!
5. Mahasiswa dapat menjelaskan Bagaimana penerapan epistemologi ilmu Manajemen
dalam organisasi!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Epistemologi
1 http://astaqauliyah.com/2007/05/ epistemologi-pengertian-sejarah-dan-ruang-lingkup
(5/10/2011)
2Blackburn., op.cit
3 http://astaqauliyah.com/2007/05., ibid. (5/10/2011)
Jika diperhatikan, batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak
diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.4Vauger menyatakan
bahwa titik tolak penyelidikan epistemologi adalah situasi manusia, yaitu kejadian. Manusia
sadar bahwa ia mempunyai pengetahuan, lalu manusia berusaha untuk memahami,
menghayati dan pada saatnya kita harus memberikan pengetahuan dengan menerangkan dan
mempertanggung jawabkan apakah pengetahuan manusia benar dalam arti mempunyai isi
dan arti.5Bertumpu pada situasi manusia sendiri itulah sedikitnya manusia dapat
memperhatikan perbuatan-perbuatan mengetahui yang menyebabkan pengetahuan itu.
Berdasar pada penghayatan dan pemahaman manusia dan situasi manusia itulah, manusia
berusaha untuk mengungkapkan perbuatan perbuatan mengenal sehingga terjadi
pengetahuan. Akal sehat dan cara mencoba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha
manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Ilmu dan filsafat
dimulai dengan akal sehat sebab tidak mempunyai landasan lain untuk berpijak. Tiap
peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat.
Randall dan Buchler mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yangdiperoleh lewat
pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan. Sedangkan
karakteristik akal sehat, menurut Titus, adalah (1). Karena landasannya yang berakar pada
adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan, (2).
Karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat
kabur dan samar, dan (3). Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi
yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak
teruji.6Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya nasionalisme yang secara kritis
mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Menurut Popper, tahapan ini
adalah penting dalam sejarah berpikir manusia yang menyebabkan ditinggalkannya tradisi
yang bersifat dogmatik yang hanya memperkenankan hidupnya satu doktrin dan digantikan
dengan doktrin yang bersifat majemuk yang masing-masing mencoba menemukan kebenaran
secara analisis yang bersifat kritis.
Perkembangan metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan
teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian yang dilakukan secara
empiris.Metode ini dikembangkan lebih lanjut oleh sarjana sarjana Muslim pada
4 Ibid
5 Ibid
6 Ibid
abadkeemasan Islam. Semangat untuk mencari kebenaran yang dimulai oleh para pemikir
Yunani dihidupkan kembali dalam kebudayaan Islam.Dalam perjalanan sejarah, lewat orang-
orang Muslim, dunia modern sekarang ini mendapatkan cahaya dan kekuatannya.
Pengembangan metode eksperimen yang berasal dari Timur ini mempunyai pengaruh penting
terhadap cara berpikir manusia, sebab dengan demikian berbagai penjelasan teoritis dapat
diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Dengan demikian berkembanglah
metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif.7
1. Scientific Management
7 Ibid
Jurnal Ilmiah AMIK Labuhan Batu
Vol.2 No.1 /Januari/2014
Pada tahun 1873 F.W Taylor melakukan penelitian pada salah satu perusahaan baja
midvale (midvale steel company) di Philadelphia dengan menggunakan stopwatch tape
(ukuran) untuk memperhitungkan proses kerja mesin pengolahan bahan baku dan perilaku
dari para pekerja. Penyelidikannya itu terkenal dengan sebutan “Time and motion study” atau
studi tentang waktu dan gerak. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemborosan waktu
penggunaan tenaga kerja dan material disebabkan karena pengawasan kerja yang tidak
efektif. Hasil penelitiannya ditulis dan diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul principlesof
scientific management(prinsip-prinsip manajemen ilmiah), adapun pokok-pokok KKpikiran
yang terkandung didalamnya
2. Universal of Management
Universal of Management dipelopori oleh Henry Fayol yang dilahirkan di Istanbul
berkebangsaan Perancis pada tahun 1841 dan menyelesaikan studinya sebagai insinyur
pertambangan pada tahun 1860 dari School of Mines di ST. Etienne (Perancis). Dan pada
tahun itu juga dia bekerja pada perusahaan pertambangan dan baja “Society de Commentary
– fourchambault”. Pada tahun 1900 untuk pertama kalinya Henry Fayol memberikan ceramah
di depan kongres pertambangan baja, dengan mengemukakan gagasannya bahwa
pengetahuan teknik saja tidak cukup untuk mengurus suatu perusahaan industri. Pada tahun
1916 dalam majalah industri pertambangan berjudul “Bulletin de la societe de L'industrie
Minerale” yang memuat pandangan pandangannya tentang manajemen dan pada tahun 1918
dibukukan dengan judul “administration industrielle et generale” (dalam bahasa Inggris
General and industrial Management. Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama
manajemen yaitu merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan
mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku
ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.
Selain itu, Menurut Fayol setiap pemimpin harus menjalankan empat belas prinsip yaitu
division of work (adanya pembagian kerja), authority and responsibility (wewenang dan
tanggung jawab), subordination of individual interest to general interest (mengabdikan
kepentingan sendiri kepada kepentingan umum), discipline (disiplin), unity of command
(kesatuan komando), unity of direction (kesatuan arah), remuneration of personnel
(penggajian yang layak pada karyawan), centralization (pemusatan), schalar chain (jenjang
hierarki), order (ketertiban), equity (keadilan dan kejujuran), stability of tenure of personnel
(stabilitas kondisi karyawan), iniciative (prakarsa, inisiatif) dan esprit de corps (semangat
kesatuan kelompok) yang kesemuanya berlaku secara universal bagi setiap organisasi.
Penjelasan dari ke 14 prinsip tersebut lihat uraian Prinsip-prinsip manajemen pada Bab III
Sub E. Fayol juga merumuskan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang manajer antara
lain fisik yang kuat, mental yang kuat,moral yang baik, pendidikan yang baik, pengetahuan
teknik yang baik dan berpengalaman.Selain itu, Fayol mengemukakan ada enam unsur
kegiatan dalam perusahaan industri, yaitu: kegiatan produksi, komersial, financial,
keselamatan, akuntansi, dan kegiatan manajerial. Dari keenam kegiatan tersebut, kegiatan
manajerial merupakan tugas utama setiap manajer yang disebut fungsi fungsi manajemen.
3. Human Relation
Golongan ini dipelopori oleh “Elton Mayo” yang biasa disebut bapak manajemen seni
(arts of management). Golongan ini agaknya berbeda dengan universal of management sebab
golongan universal of management aksentuasinya (penekanannya) hanya semata-mata faktor
kejiwaan, maka golongan human relation adalah merupakan penggabungan antara scientific
of management dengan universal of management karena dalam melaksanakan proses
manajemen, para pakar mulai beralih kepada faktor
kemanusiaan dan hubungan formal serta informal. Apa yang perlu diciptakan dibina maupun
dikembangkan oleh atau antar manusia pada semua tingkatan organisasi demi terlaksananya
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana yang intim dan harmonis. Dengan demikian
gerakan hubungan kerja kemanusiaan dirumuskan secara luas untuk mengatasi beberapa
pendekatan yang berpencaran pada ekonomi, sosiologi, dan psikologi organisasi dan lain
sebagainya.Beberapa percobaan “Hawthorne Study”
yang dilakukan dengan mengubah-ubah kondisi kerja karyawan (seperti karyawan harus
bekerja di tempat yang kurang penerangannya dan diganti dengan bekerja di tempat yang
cukup penerangannya dan lain-lain), ternyata perubahan kondisi kerja ini mempengaruhi
hasil kerja karyawan tersebut.
4. Behavioral Science
“Kurt Lewin” adalah pelopor dari manajemen Behavioral Science. Golongan ini
berpendapat bahwa untuk melaksanakan proses manajemen harus diarahkan pendekatan
terhadap ilmu-ilmu sosial umpamanya sosiologi, ilmu jiwa sosial dan antropologi sosial.
Teori Lewin lebih terkenal dengan nama “The theory of group dynamic”. Teori ini
mengemukakan ada dua kelompok manajer yang akan timbul dalam suatu organisasi yaitu
Group Authority dan Group Demokratis. Salah satu pengikut dari golongan ini ialah Chester
Barnard dengan mengemukakan bahwa di dalam suatu organisasi lebih utama pendekatan
informal dari pada pendekatan formal. Dan pengikut selanjutnya adalah “Prestus” dengan
mengadakan suatu penelitian tentang partisipasi (simpatisan) bahwa di dalam suatu organisasi
ada tiga golongan simpatisan; pertama, Partisipan yang indifference dimana simpatisan yang
tidak mau peduli dengan organisasi, prinsip dari golongan ini ialah gaji yang harus cukup;
kedua, partisipan yang upwork mobile pada umumnya golongan ini ialah mereka yang
berpangkat tinggi dan bergaji tinggi, golongan ini senantiasa memperhatikan promosi jabatan
karena takut diganti; ketiga, Partisipan ambivalen yaitu golongan yang ingin mengadakan
perombakan baik terhadap sistem organisasi maupun struktur dan metode kerja, pada
umumnya ambivalen adalah orang-orang yang ahli dan spesialis.Pengetahuan ilmiah atau
Ilmu, diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin
mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar
pada pengalaman. Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha
untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-
hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan
berbagai metode.Manajemen pengetahuan dapat disebut sebagai metodologi prosedural
mengintegrasikan masalah teknis, organisasi dan perilaku yang
berkaitan dengan pengetahuan perusahaan. Pengetahuan manajemen merupakan bagian dari
tren baru dalam bisnis untuk melihat pengetahuan sebagai aset berharga bagi setiap
organisasi. Perusahaan mendefinisikan strategi pengetahuan manajemen sendiri untuk
mengungkapkan, mengembangkan dan mendistribusikan aset pengetahuan mereka.
Knowledge Manajemen merupakan Seni menciptakan nilai dengan memanfaatkan aset tidak
berwujud. Knowledge Management adalah suatu disiplin yang mempromosikan suatu
pendekatan terintegrasi untuk mengidentifikasi, mengelola dan berbagi semua aset informasi
perusahaan. Aset informasi ini mungkin termasuk database, dokumen, kebijakan dan
prosedur serta sebelumnya tidak diartikulasikan keahlian dan pengalaman penduduk pada
pekerja individu. (Loshin, D, 2001)Oleh karena itu KM dapat digambarkan sebagai sebuah
proses strategis untuk menangkap cara yang organisasi mengintegrasikan aset informasi
dengan proses yang mengatur manipulasi aset intelektualnya.
Epistemologi ilmu manajemen adalah studi tentang sifat, asal, dan ruang lingkup
pengetahuan dalam disiplin ilmu manajemen. Epistemologi mencakup pemahaman tentang
cara memperoleh pengetahuan dalam ilmu manajemen, bagaimana pengetahuan ini diuji dan
diverifikasi, serta bagaimana pengetahuan baru dihasilkan melalui pengamatan, eksperimen,
dan analisis. Epistemologi ilmu manajemen membahas tentang proses-proses dan metode-
metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dalam disiplin ilmu manajemen,
serta batasan-batasan yang terkait dengan penggunaan metode-metode tersebut. Hal ini juga
membahas tentang hubungan antara pengetahuan yang dihasilkan dalam ilmu manajemen
dengan pengetahuan dalam disiplin ilmu lain, seperti ekonomi, psikologi, sosiologi, dan ilmu-
ilmu lainnya. Dengan memahami epistemologi ilmu manajemen, kita dapat lebih memahami
asal-usul pengetahuan dalam ilmu manajemen dan bagaimana pengetahuan ini dapat
diterapkan dalam praktek manajemen.
3. Metode survei: Metode ini melibatkan pengambilan data melalui kuesioner atau
wawancara untuk memperoleh pandangan dari orang-orang dalam organisasi tentang
topik tertentu.
4. Metode studi kasus: Metode ini melibatkan analisis terperinci dari situasi atau
masalah dalam organisasi untuk memahami secara lebih baik peristiwa yang terjadi.
2. Terlalu fokus pada pendekatan kuantitatif: Ilmu Manajemen seringkali terlalu fokus
pada pendekatan kuantitatif, sehingga mengabaikan aspek kualitatif dan kontekstual
dari masalah yang dihadapi.
3. Menjaga aspek etis: Aspek etis perlu dijaga dalam pengambilan keputusan manajerial
dan penerapan praktik-praktik manajemen, agar tidak merugikan banyak pihak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,karakter dan
jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya;
metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
Epistemologi ilmu Manajemen merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
sifat, asal usul, dan batasan pengetahuan dalam ilmu Manajemen Epistemologi berperan
penting dalam pengembangan ilmu Manajemen karena membantu kita memahami bahwa
pengetahuan manajemen tidaklah statis dan pasti, melainkan selalu berkembang dan berubah
seiring waktu. Penerapan epistemologi ilmu Manajemen dalam organisasi dapat membantu
meningkatkan kualitas pengetahuan dan praktik manajemen, terutama dengan mengadopsi
pendekatan berbasis bukti dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, diperlukan
pendekatan-pendekatan alternatif yang lebih holistik dan kontekstual dalam pengembangan
pengetahuan dan praktik manajemen.
DAFTAR PUSTAKA