Anda di halaman 1dari 13

1

Mata kuliah : Metodologi Studi Islam


Kelompok 11

Metode Penelitian Sejarah Islam, Antropologi


dan Sosiologi Agama

Ali Wal Husen [2383110047]


Email: denz82663@gmail.com

Naila Fadhilah Maulida [2383110064]


Email: naila.fdhlah@gmail.com

Abstrak
Filsafat awal mulanya adalah kegiatan manusia,
khususnya apa yang terjadi dan dialami oleh manusia. Dalam arti
luas, titik tolak filsafat adalah pengetahuan tentang realitas yang
mendahului filsafat itu sendiri. Ilmu-ilmu sosial dan alam
merupakan ilmu-ilmu yang berkembang dari filsafat. Ilmu
pengetahuan sendiri telah berkembang kembali menjadi ilmu-
ilmu yang lebih sempit. Ilmu-ilmu sosial dan alam merupakan
ilmu-ilmu yang diperoleh dari pemikiran filsafat-filsafat yang
terus tumbuh dan berkembang. Hanya saja ilmu pengetahuan
alam lambat perkembangannya, bahkan statis.1
Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan upaya manusia
dalam memahami suatu konsep dan metode dari sebuah disiplin
ilmu. Perubahan zaman dan perkembangan telah mengantar
filsafat ke suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” bertumbuh mekar dan bercabang
secara subur dari masing-masing disiplin ilmu. Tujuan penelitian
ini menelaah filsafat dan ilmu pengetahuan serta relevansinya di
era Revolusi Industri. Penelitian ini menggunakan metode
hermeneutik dalam menjelaskan realitas yang terjadi dengan
unsur-unsur interpretasi dan deskripsi. Filsafat dan ilmu
pengetahuan sangat diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai dengan menajamnya
spesialisasi ilmu pengetahuan, karena dengan mempelajari
filsafat para ilmuwan diharapkan akan dapat menyadari atas
keterbatasan dirinya agar tidak terperangkap ke dalam sikap
arogansi intelektual. Counter discourse terhadap perkembangan
IPTEK tidak dapat dilakukan, melainkan untuk dapat
mengurangi dampak negatif dari adanya teknologi itu sendiri. Di
era Revolusi
1
Industri dan Society kelompok masyarakatnya heterogen,
sehingga sangat kompleks timbul masalah-masalah terkait
2

berkembangnya teknologi dan dapat mengubah pola pikir


kehidupan manusia ke pola kehidupan yang lebih canggih
dengan tenaga teknologi seperti robot dan internet. Maka,
keilmuan yang dijadikan sebagai tonggak aksiologis dalam
mengarahkan, mengendalikan perkembangan IPTEK secara
positif untuk kepentingan umat manusia dan lingkungannya
adalah filsafat dan ilmu pengetahuan.

Kata kunci: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, Revolusi Industri, Society

PENDAHULUAN
Menjelaskan bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk yang
mempunyai kemampuan berpikir, oleh karena itu permasalahan
yang terdapat dalam pembahasan ini perlu diselesaikan karena
mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan isi pembahasan. Dalam sejarah ilmu pengetahuan
di dunia, semua ilmu pengetahuan bermula dari filsafat dalam
perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan. Objek filsafat ilmu
adalah tiang penyangga keberadaan ilmu pengetahuan, yang
meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. memberikan batasan
pertanyaan mengenai tiga pilar filsafat ilmu yaitu apa yang
dipelajari oleh ilmu itu (ontologi)? Bagaimana cara memperoleh
ilmu tersebut (epistemologi)? Dan untuk apa ilmu itu (aksiologi)?
Dengan mengetahui jawaban ketiga pertanyaan tersebut, kita akan
benar-benar mudah membedakan berbagai jenis ilmu yang
terkandung dalam khazanah kehidupan manusia. menjelaskan
bahwa kaum materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan spiritual
di balik suatu gejala atau sesuatu. Namun jika ada suatu kejadian
atau gejala yang belum diketahui atau belum dapat diatasi, maka
hal tersebut disebabkan karena ilmu dan akal kita yang belum
memahaminya. Di situlah ada sesuatu yang belum mampu
ditembus manusia dengan otak secanggih apapun sekalipun.
Karena keterbatasan otak kita, maka kita meyakini adanya ilmu
agama yang meyakinkan kita akan ilmu agama. Ilmu agama
merupakan ilmu tertua yang ada sebelum ilmu-ilmu lain
setelahnya ilmu filsafat, kemudian dari agama berkembang
menjadi beberapa cabang yang sesuai dengan akal dan daya pikir
manusia. Cabang-cabang ilmu pengetahuan berkembang dari dua
cabang utama, yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi
kelompok ilmu-ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral
yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (the social
science). Ilmu pengetahuan alam terbagi menjadi dua, yaitu: ilmu
alam dan ilmu hayat. Il1. Latif, A. Al-Qur’an Sebagai Sumber
Hukum Utama. Huk. dan Keadilan 4, 62–74 (2017).

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
3

1. Latif, A. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama. Huk. dan


Keadilan 4, 62–74 (2017).
1. Latif, A. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama. Huk. dan
Keadilan 4, 62–74 (2017).
mu-ilmu sosial, seperti manajemen, ekonomi atau Akuntansi
merupakan ilmu yang digunakan untuk mengukur perilaku suatu objek.
Ilmu-ilmu ini sering dijadikan landasan penelitian seorang ilmuwan
untuk mencari kebenaran atau memecahkan suatu masalah.

METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan artikel ini
dengan cara mengambil data dari beberapa jurnal yang bersumber dari daftar
pustaka, yang selanjutnya akan kita telaah dan dianalisis guna untuk
memperoleh hasil yang baik.

PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat dan Aspek-aspek Pembahasannya Ontologi, Epistimologi,
dan aksiologi
Kata filosofi (philosophy) berasalah dari perkataan Yunani philos (suka,
cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi kata filosofi berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Suatu definisi filsafat dapat diberikan dari berbagai pandangan.
Pandangan pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Definisi ini merupakan arti yang informal tentang filsafat atau kata-kata
"mempunyai filsafat", misalnya ketika seseorang berkata: "Filsafat saya
adalah...", ia menunjukkan sikapnya yang informal terhadap apa yang
dibicarakan.
Jika seseorang mengalami suatu krisis atau pengalaman yang luar biasa,
kemudian ditanyakan kepadanya: "bagaimana pengaruh kejadian itu?",
"bagaimana ia menghadapinya?". Kadang-kadang jawabannya adalah: "ia
menerima hal itu secara falsafiah". Ini berarti bahwa ia melihat problema
tersebut dalam perspektif yang luas, atau sebagai suatu bagian dari
susunan yang lebih besar. Oleh karena itu, ia menghadapi situasi itu secara
tenang dan dengan berpikir, dengan keseimbangan dan rasa tenteram.
Pandangan kedua, Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini
adalah arti yang formal dari "berfilsafat". Dua arti filsafat, "memiliki dan
melakukan", tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu dari lainnya. Oleh karena
itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal dan personal,
seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan reflektif
(reflective sense). Meskipun demikian, memiliki filsafat tidak cukup untuk
melakukan filsafat. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan
mencari. Sikap itu adalah sikap terbuka, toleran, dan mau melihat segala sudut
persoalan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti "membaca dan
mengetahui filsafat". Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi,
memakai teknik analisa, dan mengetahui sejumlah bahan pengetahuan,
sehingga ia dapat memikirkan dan merasakan secara falsafi.
Pandangan Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan. Filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
4

sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang


konsisten tentang alam. Seorang ahli filsafat ingin melihat kehidupan, tidak
dengan pandangan seorang saintis, seorang pengusaha atau seorang seniman,
akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh, mengatasi pandangan-
pandangan yang parsial. Dalam membicarakan filsafat spekulatif (speculative
philosophy) yang dibedakan dari filsafat kritik (critical philosophy), C.D. Broad
mengatakan: "maksud dari filsafat spekulatif adalah untuk mengambil alih
hasil-hasil sains yang bermacam-macam, dan menambahnya dengan hasil
pengalaman keagamaan dan budi pekerti. Dengan cara ini diharapkan akan
dapat sampai pada suatu kesimpulan tentang watak alam ini serta kedudukan
dan prospek manusia di dalamnya". Tugas dari filsafat adalah untuk
memberikan pandangan dari keseluruhan, kehidupan, dan pandangan tentang
alam, dan untuk mengintegrasikan pengetahuan sains dengan pengetahuan
disiplin-disiplin lain agar mendapatkan suatu keseluruhan yang konsisten.
Menurut pandangan ini, filsafat berusaha membawa hasil penyelidikan manusia
keagamaan, sejarah, dan keilmuan-- kepada suatu pandangan yang terpadu,
sehingga dapat memberi pengetahuan dan pandangan yang mendalam bagi
kehidupan manusia.
Pandangan Keempat, filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa
serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Memang ini merupakan fungsi
filsafat. Hampir semua ahli filsafat telah memakai metode analisa serta berusaha
untuk menjelaskan arti istilah-istilah dan pemakaian bahasa. Tetapi ada
sekelompok ahli filsafat yang menganggap hal tersebut sebagai tugas pokok
dari filsafat bahkan ada golongan kecil yang menganggap hal tersebut sebagai
satu-satunya fungsi yang sah dari filsafat. Kelompok ini menganggap filsafat
sebagai suatu bidang khusus yang mengabdi kepada sains dan membantu
menjelaskan bahasa, dan bukannya suatu bidang yang luas yang memikirkan
segala pengalaman kehidupan. Pandangan seperti ini merupakan hal baru dan
telah memperoleh dukungan yang besar pada abad ke-20. Pandangan ini akan
membatasi apa yang dinamakan pengetahuan (knowledge) kepada pernyataan
(statement) tentang fakta-fakta yang dapat dilihat serta hubungan-hubungan
antara keduanya, yakni urusan sains yang beraneka macam.
Pandangan Kelima, filsafat adalah sekumpulan probema-problema yang
langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan
jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Filsafat mendorong penyelidikannya sampai
kepada soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Sebagian dari
soal-soal filsafat pada zaman dahulu telah terjawab dengan jawaban yang
memuaskan kebanyakan ahli filsafat. Sebagai contoh, adanya ide bawaan telah
diingkari orang semenjak zamannya John Locke abad ke-17. Walaupun begitu,
banyak soal yang sudah terjawab hanya untuk sementara, dan ada juga
problema-problema yang belum terjawab.

Ontologi Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal
katanya adalah «Ontos» dan «Logos». Ontos adalah «yang ada» sedangkan
Logos adalah «ilmu». Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara
tentang yang ada. Secara istilah, ontologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang meliputi
keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Ontologi kerap kali
diidentikkan dengan metafisika. Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi. Ontologi menjadi pembahasan

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
5

yang utama dalam filsafat, dimana membahas tentang realitas atau kenyataan.
Pada dasarnya ontologi berbicara asas-asas rasional dari yang ada atau disebut
suatu kajian mengenai teori tentang «ada», karena membahas apa yang ingin
diketahui dan seberapa jauh keingintahuan tersebut.
Kedua, objek ilmu yang bersifat non-materi. Berlawanan dengan objek
materi, pada non-materi ini tidak bisa didengar, dilihat, dan dirasakan. Hasil
akhir dari objek non-materi ini lebih sebagai kepuasan spiritual. Contohnya
objek yang berbicara tentang ruh, sifat dan wujud Tuhan. Ontologis dasarnya
berbicara tentang hakikat «yang ada» ilmu pengetahuan, hakikat objek
pengetahuan, dan hakikat hubungan subjek-objek ilmu. Bagaimana ilmu
pengetahuan ditinjau secara ontologi maka pembahasannya adalah ontologi
melakukan pemeriksaan, melakukan analisis terhadap ilmu pengetahuan
berdasarkan apakah ilmu pengetahuan itu benar-benar ada atau tidak ada.
Contohnya pada Manajemen Pendidikan Islam, secara ontologis maka
pembahasannya itu terfokus pada Manajemen Awalnya, argumen tentang
ontologi dicetuskan oleh Plato dengan teorinya yang disebut teori idea.
Menurutnya, apa saja yang ada di alam semesta ini pasti memiliki idea. Yang
dimaksud oleh Plato tentang idea adalah pengertian atau konsep universal dari
tiap sesuatu. Sehingga idea ini yang merupakan hakikat sesuatu itu dan menjadi
dasar dari wujud sesuatu itu. Idea idea tersebut berada di balik yang nyata dan
idea itulah yang menurutnya abadi.Oleh karenanya, ini yang menjelaskan
kenapa benda-benda yang kita lihat atau yang ditangkap oleh pancaindra
senantiasa berubah. Dengan demikian, ia bukanlah hakikat, tetapi hanyalah
bayangan dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda yang dapat ditangkap oleh
pancaindra manusia ini hanyalah khayalan dan ilusi belaka.

Epistemologi Secara bahasa, epistemologi berasal dari Bahasa Yunani


yang asal katanya Episteme artinya “pengetahuan” dan Logos artinya “ilmu”.
Secara istilah, epistemologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber
pengetahuan, metode, struktur, dan benar tidaknya suatu pengetahuan tersebut.
Epistemologi diartikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, dasarnya, serta penegasan bahwa seseorang
memiliki pengetahuan. Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi
sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode,
dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan dipelajari
secara substantif. Ketika ontologi berusaha mencari secara reflektif tentang yang
ada, berbeda epistemologi berupaya membahas tentang terjadinya dan
kebenaran ilmu. Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi
bangunan pengetahuan, karena menjadi tempat berpijak dimana suatu
pengetahuan yang baik ialah yang memiliki landasan yang kuat Epistemologi
merupakan nama lain dari logika material yang membahas dari pengetahuan.
Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan yang mengkaji bagaimana
mengetahui benda-benda. Selain itu, epistemologi merupakan suatu doktrin
filsafat yang lebih menekankan pada peranan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Karena pada dasarnya
pengetahuan yang diperoleh menggunakan indra hasil tangkapannya secara
aktif diteruskan dan ditampilkan oleh akal. Pengetahuan ini yang berusaha
menjawab dari pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana cara manusia
memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenisnya. Epistemologi

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
6

menganggap bahwa setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari


pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya dapat diketahui manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa epistemologi ini membahas tentang sumber,
proses, syarat, batas fasilitas, dan hakikat pengetahuan yang memberikan
kepercayaan dan jaminan dari kebenarannya.

Aksiologi Salah satu cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya disebut aksiologi. Aksiologi
mencoba untuk mencapai hakikat dan manfaat yang ada dalam suatu
pengetahuan. Diketahui bahwa salah satu manfaat dari ilmu pengetahuan yaitu
untuk memberikan kemaslahatan dan kemudahan bagi kehidupan manusia. hal
ini yang menjadikan aksiologis memilih peran sangat penting dalam suatu
proses pengembangan ilmu pengetahuan karena ketika suatu cabang ilmu tidak
memiliki nilai aksiologis akan lebih cenderung mendatangkan kemudharatan
bagi kehidupan manusia bahkan tidak menutup kemungkinan juga ilmu yang
bersangkutan dapat mengancam kehidupan sosial dan keseimbangan
alam.Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti nilai dan
logos yang berarti ilmu. Sederhananya aksiologi adalah ilmu tentang
nilai.Aksiologis dasarnya berbicara tentang hubungan ilmu dengan nilai,
apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu terikat nilai. Karena berhubungan
dengan nilai maka aksiologi berhubungan dengan baik dan buruk, berhubungan
dengan layak atau pantas, tidak layak atau tidak pantas. Ketika para ilmuwan
dulu ingin membentuk satu jenis ilmu pengetahuan maka sebenarnya dia harus
atau telah melakukan uji aksiologis. Contohnya apa gunanya ilmu Manajemen
Pendidikan Islam yaitu kajian-kajian aksiologi yang membahas itu. Jadi pada
intinya kajian aksiologi itu membahas tentang layak atau tidaknya sebuah ilmu
pengetahuan, pantas atau tidaknya ilmu pengetahuan itu dikembangkan.
Kemudian aksiologi ini juga yang melakukan pengereman jika ada ilmu
pengetahuan tertentu yang memang tingkat perkembangannya begitu cepat,
sehingga pada akhirnya nanti akan mendehumanisasi atau membuang nilai-
nilai yang dipegang kuat oleh umat manusia.

B. Teori Kebenaran
Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Dan Teori Pragmatis.
Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menerangkan
bahwa kebenaran itu adalah 1). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok
dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya. Misalnya kebenaran berita ini
masih saya ragukan, kita harus berani membela kebenaran dan keadilan. 2).
Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-betul hal demikian halnya, dan
sebagainya). Misalnya kebenaran-kebenran yang diajarkan agama.). Kejujuran,
kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan
kebenaran hatimu.
Sedang menurut Abbas Hamami, kata “kebenaran” bisa digunakan
sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendak
menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi
maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau
statement. Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan
manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek. Jadi, kebenaran ada pada
seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
7

pengetahuan bersal mula dari banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian


sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran. Berikut ini adalah teori-teori
kebenaran.

1. Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth)


Teori kebenaran korespondensi, Correspondence Theory of Truth
yang kadang disebut dengan accordance theory of truth, adalah teori yang
berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika
berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau
objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau keadaan benar itu
apabila ada kesuaian (correspondence) antara rti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyaan atau
pendapat tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta.
Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan
menyatakan apa adanya.

Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikut


realisme. Di antara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, dan
Ramsey. Teori ini banyak dikembangkan oleh Bertrand Russell (1972-1970).
Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori
kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal,
sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena
Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran
pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan atau realitas yang
diketahuinya.Problem yang kemudian muncul adalah apakah realitas itu
obyektif atau subyektif? Terdapat dua pandangan dalam permasalahan ini,
realisme epistemologis dan idealisme epistemologis.Realisme epistemologis
berpandangan, bahwa terdapat realitas yang independen (tidak
tergantung), yang terlepas dari pemikiran; dan kita tidak dapat
mengubahnya bila kita mengalaminya atau memahaminya. Itulah sebabnya
realism epistemologis kadangkala disebut objektivisme. Sedangkan
idealisme epistemologis berpandangan bahwa setiap tindakan berakhir
dalam suatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subyektif. Kedua bentuk
pandangan realistas di atas sangatlah beda. Idealisme epistemologi lebih
menekankan bahwa kebenaran itu adalah apa yang ada didunia ide.
Karenanya melihat merah, rasa manis, rasa sakit, gembira, berharap dan
sebagainya semuanya adalah ide. Oleh sebab itu, idealisme epistemologis
sebagaiman didefinisikan di atas sama dengan subyektivitas.
Kesimpulan dari teori korespondensi adalah adanya dua realitas
yang berada dihadapan manusia, pernyataan dan kenyataan. Menurut teori
ini, kebenaran adalah kesesuaian antar pernyataan tentang sesuatu dengan
kenyataan sesuatu itu sendiri. Misal, Semarang ibu kota Jawa Tengah.
Pernyataan ini disebut benar apabila pada kenyataannya Semarang
memang ibukota propinsi Jawa Tengah. Kebenarannya terletak pada
pernyataan dan kenyataan.
Signifikansi teori ini terutama apabila diaplikasikan pada dunia
sains dengan tujuan dapat mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima
oleh semua orang. Seorang ilmuan akan selalu berusaha meneliti kebenaran
yang melekat pada sesuatu secara sungguh-sungguh, sehingga apa yang

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
8

dilihatnya itu benar-benar nyata terjadi. Sebagai contoh, gunung


dapat berjalan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan ini harus diteliti
dengan keilmuan yang lain yaitu ilmu tentang gunung (geologi), ternyata
gunung mempunyai kaki (lempeng bumi) yang bisa bergerak sehingga
menimbulkan gempa bumi dan tsunami. Dengan demikian sebuah
pertanyaan tidak hanya diyakini kebenarannya, tetapi harus diragukan
dahulu untuk diteliti, sehingga mendapatkan suatu kebenaran hakiki.

2. Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth)


Teori kebenaran koherensi atau konsistensi adalah teori kebenaran
yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu
pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari
pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Menurut teori ini
kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu
yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-
putusan itu sendiri.
Teori ini berpendapat bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu
pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih
dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar
jika proposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain
yang benar atau pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dengan
demikian suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian
(pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah
diketahui,diterima dan diakui benarnya. Karena sifatnya demikian, teori ini
mengenal tingkat-tingkat kebenaran. Disini derajar koherensi merupakan
ukuran bagi derajat kebenaran. Misal, Semua manusia membutuhkan air,
Ahmad adalah seorang manusia, Jadi, Ahmad membutuhkan air.
Suatu proposisi itu cenderung benar jika proposisi itu coherent (saling
berhubungan) dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika arti
yang dikandung oleh proposisi coherent dengan pengalaman kita. Bakhtiar
sebagai mana dikutip dari Aholiab Watholi, memberikan standarisasi
kepastian kebenaran dengan sekurang-kurangnya memiliki empat
pengertian, dimana satu keyakinan tidak dapat diragukan kebenarannya
sehingga disebut pengetahuan. Pertama, pengertian yang bersifat
psikologis. Kedua, pengertian yang bersifat logis. Ketiga, menyamakan
kepastian dengan keyakinan yang tidak dapat dikoreksi. Keempat,
pengertian akan kepastian yang digunakan dalam pembicaraan umum, di
mana hal itu di artikan sebagai kepastian yang didasarkan pada nalar yang
tidak dapat diragukan lagi.
Berbeda dengan teori korespondensi yang dianut oleh penganut
realism dan matrealisme, teori koherensi atau konsistensi ini berkembang
pada abad ke-19 dibawah pengaruh hegel dan diikuti oleh pengikut
madzhab idealism. Dia antaranya seorang filsuf Britania F. M Bradley (1864-
1924). Idealisme epistemologi berpandangan bahwa obyek pengetahuan,
atau kualitas yang kita serap dengan indera kita itu tidaklah berwujud
terlepas dari kesadaran tentang objek tersebut. Karenanya, teori ini lebih
sering disebut dengan istilah subjektivisme. Pemegang teori ini, atau kaum
idealism berpegang, kebenaran itu tergantung pada orang yang
menentukan sendiri kebenaran pengetahuannya tanpa memandang

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
9

keadaan real peristiwa-peristiwa. Manusia adalah ukuran segala-galanya,


dengan cara demikianlah interpretasi tentang kebenaran telah dirumuskan
kaum idealisme.
Kalau ditimbang dan dibandingkan dengan teori korespondensi, teori
koherensi, pada kenyataannya kurang diterima secara luas dibandingkan
teori pertama tadi. Teori ini punya banyak kelemahan dan mulai
ditinggalkan. Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren,
tetapi kita tidak menganggap astrologi benar. Kebenaran tidak hanya
terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga
hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain,
suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-
pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.

3. Teori Pragmatisme (The pramagtic theory of truth.)


Pramagtisme berasal dari bahawa Yunan pragmai, artinya yang
dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yang
dikembangkan oleh William James di Amerika Serikat. Teori kebenaran
pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh
referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya
suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori
tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan
harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Pragmatism merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika serikat
akhir abad ke-19, yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai
sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia
baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Tokoh pragmatism awal
adalah Charles Sander Pierce (1834-1914) yang dikenal juga sebagai tokoh
semiotic, William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
Amsal (2012) menyatakan, menurut teori pragmatis, kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis manusia. Dalam artian, suatu
pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan
manusia.Teori, hepotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada
akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik, apabila ia
mempunyai nilai praktis. Misal teori pragmatisme dalam dunia pendidikan,
di IAIN cirebon prinsip kepraktisan (practicality) dalam memperoleh
pekerjaan telah mempengaruhi jumlah mahasiswa baru pada masing-
masing Jurusan. Tarbiyah menjadi fovorit, karena menurut masyarakat
lulus dari Jurusan Tarbiyah bisa menjadi guru dan mendapatkan sertifikasi
guru. Misal lain, mengenai pertanyaan wujud Tuhan yang Esa. Dalam al-
Qur’an surat al-Baqarah 163-164, Allah menjelaskan tentang wujud-Nya
yang Esa serta menjelaskan tentang penjelasan praktis terhadap pertanyaan
tersebut.
Menimbang teori pragmatisme dengan teori-teori kebenaran
sebelumya, pragmatisme memang benar untuk menegaskan karakter
praktis dari kebenaran, pengetahuan, dan kapasitas kognitif manusia. Tapi
bukan berarti teori ini merupakan teori yang terbaik dari keseluruhan teori.
Kriteria pragmatisme juga diergunakan oleh ilmuan dalam menentukan
kebenaran ilmiah dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
10

yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian.
Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis
selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka
pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat
demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan
pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan, demikian seterusnya.

C. Ilmu Pengetahuan, Filsafat, dan Agama


Pengertian dari filsafat filsafat adalah ilmu yang mendasari suatu
konsep berfikir manusia yang mencari kesungguhan tentang kebenaran
kemudian dijadikan sebagai pandangan hidup nya. Namun diartikan secara
khusus filsafat adalah suatu sikap atau tindakan kedewasaan yang lahir dari
kesadaran atau kedewasaan manusia untuk memikirkan suatu hal secara
mendalam dan melihat dari berbagai sudut pandang artinya menilai semuanya
dari berbagai sudut pandang dan tidak hanya terpaku pada satu pandangan.
 Agama adalah kepercayaan atau system yang menata keimanan
seseorang akan kepercayaannya terhadap tuhan yang maha esa dengan
melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangannya.
 Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan
pembelajaran atau pengalaman hingga menjadi suatu ilmu untuk
menentukan hakikat atau kebenaran yang sedang di pelajari dengan
demikiran ilmu pengetahuan dapat disimpulkan pengetahuan yang
ilmiah.
Baik ilmu, filsafat, agama, kurangnya hanya satu sama sama mencari
kebenaran ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri untuk mencari suatu
kebenaran tentang alam dan manusia sedangkan filsafat sendiri memang
sudah wataknya sendiri mencari tentang kebenaran tentang alam manusia dan
tuhan dan agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban tentang
kebenaran alam manusia dan tuhan.

Walaupun demikian ilmu, filsafat, dan agama juga mempunyai hubungan lain
yaitu dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada pada
manusia karena setiap manusia memiliki ciri khas pemikiran yang berbeda
dan persoalannya pun bermacam macam. Contoh tidak mungkin di selesaikan
dengan agama atas rusaknya hp hanya dapat dipecahkan dengan ilmu
pengetahuan.
jalinan antara filsafat dan agama terdapat beberapa asumsi asumsi tersebut di
berdasarkan pada anggapan manusia sebagai makhluk sosial berikut
perbandingan antara agama dan filsafat:

 Agama adalah sumber mutlak dan filsafat adalah salah satu unsur
kebudayaan agama adalah ciptaan tuhan sedangkan filsafat hasil dari
manusia atau spekulasi manusia agama sumbernya ilmu pengetahuan
dan filsafat sedangkan filsafat menguji pengetahuan sehingga
terpecahnya satu kebenaran agama mengedepankan kepercayaan
daripada pemikiran sedangkan filsafat percaya penuh kepada kekuatan
berpikir agama percaya penuh akan adanya kebenaran utuh maupun

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
11

abstrak sedangkan filsafat belum sepenuhnya percaya kepada agama


yang mempercayai kebenaran secara utuh dan abstrak.

Dengan demikian sudah dapat diketahui bahwa agama berperan untuk


meluruskan filsafat yang spekulatif terhadap kebenaran mutlak yang ada di
agama sedangkan filsafat berperan untuk membantu manusia mempercayai
akan kebenaran yang mutlak yang ada pada agama dengan pemikiran yang
kritis dan logis karena itu dua ini sangat berperan besar untuk mencari hal hal
tentang kebenaran yang membahas tentang alam manusia dan Tuhan.

D. Agama sebagai Kebenaran Mutlak


Agama mutlak adalah wahyu suci yang diturunkan oleh Allah kepada
manusia suci. Substansinya adalah keberserahan.Secara etimologis (asal-usul
kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya
selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau
tunduk dan patuh.Sebagaimana firman Allah Swt, Bahkan, barang
siapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan,
maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula bersedih hati. (QS. Al-Baqarah [2]: 112)
‫َبَل ٰى َم ْن َأ ْس َل َم َو ْج َه ُه ِل َّلِه َو ُهَو ُم ْح ِس ٌن َفَل ُه َأْج ُر ُه ِع ْن َد َر ِّب ِه َو اَل َخ ْو ٌف‬
‫َع َل ْي ِه ْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنو َن‬
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim.
Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap
patuh pada ajaran-Nya. Kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, S L M (Sin,
Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan
ketundukkan.Hammudah Abd Al-’Ati, menerangkan Islam dalam pengertian
religius, “Kata Islam bermakna penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan
ketundukkan atas hukum-Nya”(Submission to the Will of Allah and obedience to His
Law). Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari kata Islam
adalah erat dan jelas. Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak Allah
Swt dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai
kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.
Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada
empat yang berkaitan satu sama lain:
Aslama, artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti
menyerahkan diri kepada Allah Swt. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
 Salima, artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan
selamat.
 Sallama, artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak
hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang
lain (tugas dakwah atau amar ma’ruf nahi munkar).
 Salam, artinya; aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan
tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan aslama dan sallama.Secara
terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama
wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah
Swt kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan
berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
12

E. Hubungan Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan


Filsafat selalu berhadapan dengan alam empiris, (metafisika, ghaib)
maka ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu
diawali dengan pertanyaan apa. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan
universal. Sains, mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai
dengan eksistensinya yang berhubungan dengan alam empiris. Dalam
penyelidikan ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab
akibat maka kebenaranya pasti ada. Agama, menemukan konsep kebenaran
bersumber pada wahyu, kebenarannya bersifat mutlak, absolut sebagai
kebenaran tertinggi. Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya
bersifat spekulatif (berdasarkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi.
Agama kebenarannya bersifat absolut mutlak, dalam penentuannya semua
perlu perumusan. Hubungan ilmu filsafat dan agama, Albert Einstein
mengatakan dengan singkat “science with out is blind, religion with out
science is blame” Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh. Menurut
Anshari (dalam Kompasiana 2012) menyatakan, baik filsafat, ilmu dan agama,
bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu
kebenaran. Hubungan antara filsafat, sains dan agama mempunyai titik
persamaan, titik perbedaan dan titik singgung (hubungan) antara yang satu
dengan yang lainnya.

1. Titik Persamaan
Mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya
sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya
manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran,
baik tentang alam maupun tentang manusia, yang belum atau tidak dapat
dijawab oleh ilmu,karena diluar atau di atas jangkauannya, ataupun tentang
Tuhan. Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban
atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam
maupun tentang manusia dan tentang Tuhan.
2. Titik Perbedaan
Perbedaannya terlihat dari aspek sumber, metode dan hasil yang
ingin dicapai. Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang
sama, yaitu ra’yu (akal, budi, rasio atau reason) manusia. Sedangkan agama
bersumberkan dari wahyu Allah. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran
dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan percobaan
(eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan
cara mengembarakan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral
(menyeluruh) serta universal (alami atau mengalam) tidak merasa terikat
oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernamalogika,
sebagaimana disinggung oleh Anshari, bahwa filsafat itu ialah rekaman
petualangan jiwa dalam kosmos.Manusia mencari dan menemukan
kebenaran dalam agama dengan jalan mempertanyakan, mencari jawaban
tentang berbagai masalah asasi dari kitab suci. Kebenaran ilmu
pengetahuan adalah kebenaran positif, kebenran filsafat adalah kebenaran
spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan
eksperimen). Baik kebenaran ilmu maupun kebernaran filsafat, keduanya
relatif. Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena
agama adalah wahyu yang diturunkan oleh dzat yang Maha Besar , Maha

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
13

Mutlak, dan Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Baik ilmu maupun filsafat,
kedua-duanya dimulai dengan sikap percaya dan iman.
3. Titik Singgung atau Relasi
Relasinya ialah saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-
persoalan yang diajukan oleh manusia. Hubungan lain adalah bahwa
filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagimana juga filosof identic
dengan ilmuwan. Objek materi ilmu adalah alam dan manusia, dan objek
material filsafat adalah alam, manusia dan Tuhan.

Kesimpulan
Definisi filsafat memiliki banyak arti dan banyak pendapat yang
berbeda-beda dan juga memiliki banyak teori yang terkandung di dalamnya
seperti: teori korespodensi,teori koherensi,dan teori paragsitisme.
Ilmu pengetahuan,filsafay,dan agama yang mendasari suatu konsep
berfikir manusia untuk mencari kesungguhan tentang kebenaran.
Filsafat selalu berhadapan denga alam empiris, (metafisika, ghaib) maka
ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali
dengan pertanyaan apa. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. Sains,
mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya
yang berhubungan dengan alam empiris.

l
Daftar Pustaka
(Atabik, 2014; Rokhmah, 2021; SAFUTRI, n.d.)
Atabik, A. (2014). Teori kebenaran perspektif filsafat ilmu: Sebuah kerangka untuk
memahami konstruksi pengetahuan agama. Fikrah, 2(2).

Rokhmah, D. (2021). Ilmu dalam tinjauan filsafat: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 172–186.

SAFUTRI, J. T. (n.d.). HUBUNGAN FILSAFAT, SAINS DAN AGAMA.

C 4

https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai