Abstrak
Filsafat awal mulanya adalah kegiatan manusia,
khususnya apa yang terjadi dan dialami oleh manusia. Dalam arti
luas, titik tolak filsafat adalah pengetahuan tentang realitas yang
mendahului filsafat itu sendiri. Ilmu-ilmu sosial dan alam
merupakan ilmu-ilmu yang berkembang dari filsafat. Ilmu
pengetahuan sendiri telah berkembang kembali menjadi ilmu-
ilmu yang lebih sempit. Ilmu-ilmu sosial dan alam merupakan
ilmu-ilmu yang diperoleh dari pemikiran filsafat-filsafat yang
terus tumbuh dan berkembang. Hanya saja ilmu pengetahuan
alam lambat perkembangannya, bahkan statis.1
Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan upaya manusia
dalam memahami suatu konsep dan metode dari sebuah disiplin
ilmu. Perubahan zaman dan perkembangan telah mengantar
filsafat ke suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” bertumbuh mekar dan bercabang
secara subur dari masing-masing disiplin ilmu. Tujuan penelitian
ini menelaah filsafat dan ilmu pengetahuan serta relevansinya di
era Revolusi Industri. Penelitian ini menggunakan metode
hermeneutik dalam menjelaskan realitas yang terjadi dengan
unsur-unsur interpretasi dan deskripsi. Filsafat dan ilmu
pengetahuan sangat diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai dengan menajamnya
spesialisasi ilmu pengetahuan, karena dengan mempelajari
filsafat para ilmuwan diharapkan akan dapat menyadari atas
keterbatasan dirinya agar tidak terperangkap ke dalam sikap
arogansi intelektual. Counter discourse terhadap perkembangan
IPTEK tidak dapat dilakukan, melainkan untuk dapat
mengurangi dampak negatif dari adanya teknologi itu sendiri. Di
era Revolusi
1
Industri dan Society kelompok masyarakatnya heterogen,
sehingga sangat kompleks timbul masalah-masalah terkait
2
PENDAHULUAN
Menjelaskan bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk yang
mempunyai kemampuan berpikir, oleh karena itu permasalahan
yang terdapat dalam pembahasan ini perlu diselesaikan karena
mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan isi pembahasan. Dalam sejarah ilmu pengetahuan
di dunia, semua ilmu pengetahuan bermula dari filsafat dalam
perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan. Objek filsafat ilmu
adalah tiang penyangga keberadaan ilmu pengetahuan, yang
meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. memberikan batasan
pertanyaan mengenai tiga pilar filsafat ilmu yaitu apa yang
dipelajari oleh ilmu itu (ontologi)? Bagaimana cara memperoleh
ilmu tersebut (epistemologi)? Dan untuk apa ilmu itu (aksiologi)?
Dengan mengetahui jawaban ketiga pertanyaan tersebut, kita akan
benar-benar mudah membedakan berbagai jenis ilmu yang
terkandung dalam khazanah kehidupan manusia. menjelaskan
bahwa kaum materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan spiritual
di balik suatu gejala atau sesuatu. Namun jika ada suatu kejadian
atau gejala yang belum diketahui atau belum dapat diatasi, maka
hal tersebut disebabkan karena ilmu dan akal kita yang belum
memahaminya. Di situlah ada sesuatu yang belum mampu
ditembus manusia dengan otak secanggih apapun sekalipun.
Karena keterbatasan otak kita, maka kita meyakini adanya ilmu
agama yang meyakinkan kita akan ilmu agama. Ilmu agama
merupakan ilmu tertua yang ada sebelum ilmu-ilmu lain
setelahnya ilmu filsafat, kemudian dari agama berkembang
menjadi beberapa cabang yang sesuai dengan akal dan daya pikir
manusia. Cabang-cabang ilmu pengetahuan berkembang dari dua
cabang utama, yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi
kelompok ilmu-ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral
yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (the social
science). Ilmu pengetahuan alam terbagi menjadi dua, yaitu: ilmu
alam dan ilmu hayat. Il1. Latif, A. Al-Qur’an Sebagai Sumber
Hukum Utama. Huk. dan Keadilan 4, 62–74 (2017).
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
3
METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan artikel ini
dengan cara mengambil data dari beberapa jurnal yang bersumber dari daftar
pustaka, yang selanjutnya akan kita telaah dan dianalisis guna untuk
memperoleh hasil yang baik.
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat dan Aspek-aspek Pembahasannya Ontologi, Epistimologi,
dan aksiologi
Kata filosofi (philosophy) berasalah dari perkataan Yunani philos (suka,
cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi kata filosofi berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Suatu definisi filsafat dapat diberikan dari berbagai pandangan.
Pandangan pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Definisi ini merupakan arti yang informal tentang filsafat atau kata-kata
"mempunyai filsafat", misalnya ketika seseorang berkata: "Filsafat saya
adalah...", ia menunjukkan sikapnya yang informal terhadap apa yang
dibicarakan.
Jika seseorang mengalami suatu krisis atau pengalaman yang luar biasa,
kemudian ditanyakan kepadanya: "bagaimana pengaruh kejadian itu?",
"bagaimana ia menghadapinya?". Kadang-kadang jawabannya adalah: "ia
menerima hal itu secara falsafiah". Ini berarti bahwa ia melihat problema
tersebut dalam perspektif yang luas, atau sebagai suatu bagian dari
susunan yang lebih besar. Oleh karena itu, ia menghadapi situasi itu secara
tenang dan dengan berpikir, dengan keseimbangan dan rasa tenteram.
Pandangan kedua, Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini
adalah arti yang formal dari "berfilsafat". Dua arti filsafat, "memiliki dan
melakukan", tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu dari lainnya. Oleh karena
itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal dan personal,
seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan reflektif
(reflective sense). Meskipun demikian, memiliki filsafat tidak cukup untuk
melakukan filsafat. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan
mencari. Sikap itu adalah sikap terbuka, toleran, dan mau melihat segala sudut
persoalan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti "membaca dan
mengetahui filsafat". Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi,
memakai teknik analisa, dan mengetahui sejumlah bahan pengetahuan,
sehingga ia dapat memikirkan dan merasakan secara falsafi.
Pandangan Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan. Filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
4
Ontologi Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal
katanya adalah «Ontos» dan «Logos». Ontos adalah «yang ada» sedangkan
Logos adalah «ilmu». Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara
tentang yang ada. Secara istilah, ontologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang meliputi
keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Ontologi kerap kali
diidentikkan dengan metafisika. Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi. Ontologi menjadi pembahasan
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
5
yang utama dalam filsafat, dimana membahas tentang realitas atau kenyataan.
Pada dasarnya ontologi berbicara asas-asas rasional dari yang ada atau disebut
suatu kajian mengenai teori tentang «ada», karena membahas apa yang ingin
diketahui dan seberapa jauh keingintahuan tersebut.
Kedua, objek ilmu yang bersifat non-materi. Berlawanan dengan objek
materi, pada non-materi ini tidak bisa didengar, dilihat, dan dirasakan. Hasil
akhir dari objek non-materi ini lebih sebagai kepuasan spiritual. Contohnya
objek yang berbicara tentang ruh, sifat dan wujud Tuhan. Ontologis dasarnya
berbicara tentang hakikat «yang ada» ilmu pengetahuan, hakikat objek
pengetahuan, dan hakikat hubungan subjek-objek ilmu. Bagaimana ilmu
pengetahuan ditinjau secara ontologi maka pembahasannya adalah ontologi
melakukan pemeriksaan, melakukan analisis terhadap ilmu pengetahuan
berdasarkan apakah ilmu pengetahuan itu benar-benar ada atau tidak ada.
Contohnya pada Manajemen Pendidikan Islam, secara ontologis maka
pembahasannya itu terfokus pada Manajemen Awalnya, argumen tentang
ontologi dicetuskan oleh Plato dengan teorinya yang disebut teori idea.
Menurutnya, apa saja yang ada di alam semesta ini pasti memiliki idea. Yang
dimaksud oleh Plato tentang idea adalah pengertian atau konsep universal dari
tiap sesuatu. Sehingga idea ini yang merupakan hakikat sesuatu itu dan menjadi
dasar dari wujud sesuatu itu. Idea idea tersebut berada di balik yang nyata dan
idea itulah yang menurutnya abadi.Oleh karenanya, ini yang menjelaskan
kenapa benda-benda yang kita lihat atau yang ditangkap oleh pancaindra
senantiasa berubah. Dengan demikian, ia bukanlah hakikat, tetapi hanyalah
bayangan dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda yang dapat ditangkap oleh
pancaindra manusia ini hanyalah khayalan dan ilusi belaka.
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
6
B. Teori Kebenaran
Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Dan Teori Pragmatis.
Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menerangkan
bahwa kebenaran itu adalah 1). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok
dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya. Misalnya kebenaran berita ini
masih saya ragukan, kita harus berani membela kebenaran dan keadilan. 2).
Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-betul hal demikian halnya, dan
sebagainya). Misalnya kebenaran-kebenran yang diajarkan agama.). Kejujuran,
kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan
kebenaran hatimu.
Sedang menurut Abbas Hamami, kata “kebenaran” bisa digunakan
sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendak
menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi
maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau
statement. Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan
manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek. Jadi, kebenaran ada pada
seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
7
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
8
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
9
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
10
yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian.
Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis
selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka
pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat
demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan
pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan, demikian seterusnya.
Walaupun demikian ilmu, filsafat, dan agama juga mempunyai hubungan lain
yaitu dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada pada
manusia karena setiap manusia memiliki ciri khas pemikiran yang berbeda
dan persoalannya pun bermacam macam. Contoh tidak mungkin di selesaikan
dengan agama atas rusaknya hp hanya dapat dipecahkan dengan ilmu
pengetahuan.
jalinan antara filsafat dan agama terdapat beberapa asumsi asumsi tersebut di
berdasarkan pada anggapan manusia sebagai makhluk sosial berikut
perbandingan antara agama dan filsafat:
Agama adalah sumber mutlak dan filsafat adalah salah satu unsur
kebudayaan agama adalah ciptaan tuhan sedangkan filsafat hasil dari
manusia atau spekulasi manusia agama sumbernya ilmu pengetahuan
dan filsafat sedangkan filsafat menguji pengetahuan sehingga
terpecahnya satu kebenaran agama mengedepankan kepercayaan
daripada pemikiran sedangkan filsafat percaya penuh kepada kekuatan
berpikir agama percaya penuh akan adanya kebenaran utuh maupun
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
11
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
12
1. Titik Persamaan
Mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya
sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya
manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran,
baik tentang alam maupun tentang manusia, yang belum atau tidak dapat
dijawab oleh ilmu,karena diluar atau di atas jangkauannya, ataupun tentang
Tuhan. Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban
atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam
maupun tentang manusia dan tentang Tuhan.
2. Titik Perbedaan
Perbedaannya terlihat dari aspek sumber, metode dan hasil yang
ingin dicapai. Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang
sama, yaitu ra’yu (akal, budi, rasio atau reason) manusia. Sedangkan agama
bersumberkan dari wahyu Allah. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran
dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan percobaan
(eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan
cara mengembarakan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral
(menyeluruh) serta universal (alami atau mengalam) tidak merasa terikat
oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernamalogika,
sebagaimana disinggung oleh Anshari, bahwa filsafat itu ialah rekaman
petualangan jiwa dalam kosmos.Manusia mencari dan menemukan
kebenaran dalam agama dengan jalan mempertanyakan, mencari jawaban
tentang berbagai masalah asasi dari kitab suci. Kebenaran ilmu
pengetahuan adalah kebenaran positif, kebenran filsafat adalah kebenaran
spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan
eksperimen). Baik kebenaran ilmu maupun kebernaran filsafat, keduanya
relatif. Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena
agama adalah wahyu yang diturunkan oleh dzat yang Maha Besar , Maha
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/
13
Mutlak, dan Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Baik ilmu maupun filsafat,
kedua-duanya dimulai dengan sikap percaya dan iman.
3. Titik Singgung atau Relasi
Relasinya ialah saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-
persoalan yang diajukan oleh manusia. Hubungan lain adalah bahwa
filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagimana juga filosof identic
dengan ilmuwan. Objek materi ilmu adalah alam dan manusia, dan objek
material filsafat adalah alam, manusia dan Tuhan.
Kesimpulan
Definisi filsafat memiliki banyak arti dan banyak pendapat yang
berbeda-beda dan juga memiliki banyak teori yang terkandung di dalamnya
seperti: teori korespodensi,teori koherensi,dan teori paragsitisme.
Ilmu pengetahuan,filsafay,dan agama yang mendasari suatu konsep
berfikir manusia untuk mencari kesungguhan tentang kebenaran.
Filsafat selalu berhadapan denga alam empiris, (metafisika, ghaib) maka
ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali
dengan pertanyaan apa. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. Sains,
mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya
yang berhubungan dengan alam empiris.
l
Daftar Pustaka
(Atabik, 2014; Rokhmah, 2021; SAFUTRI, n.d.)
Atabik, A. (2014). Teori kebenaran perspektif filsafat ilmu: Sebuah kerangka untuk
memahami konstruksi pengetahuan agama. Fikrah, 2(2).
Rokhmah, D. (2021). Ilmu dalam tinjauan filsafat: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 172–186.
C 4
https://e-journal.syekhnurjati.ac.id/